Salah satu nikmat besar yang patut disyukuri adalah nikmat dipertemukannya seorang hamba dengan bulan Ramadhan. Karena bulan ini merupakan bulan yang sangat istimewa, mengapa demikian?, karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan Al-Qur’an maka sesuatu tersebut akan menjadi istimewa dan agung. Seperti contoh Malaikat Jibril As, yang diberi amanah oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, maka ia menjadi sayyidul malaikah yaitu tuannya para malaikat. Kemudian, Nabi Muhammad SAW diturunkan kepadanya Al-Qur’an, maka ia menjadi sayyidul mursalin yaitu tuannya para nabi dan rasul. Begitu juga dengan ummatnya, yang senantiasa membersamai dengan Al-Qur’an, maka ia mendapatkan gelar dari Rasul SAW yaitu sebaik-baiknya manusia, berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخارى : 4639)
“Sebaik-baik manusia di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, no. 4639)
Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat pas untuk kaum muslimin memperbanyak membaca Al-Qur’an, karena banyak sekali para ulama terdahulu yang sudah memberikan contohnya, seperti Imam Syafi’i rahimahullah yang mengkhatamkan sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan. Kemudian, Imam Qotadah rahimahullah yang mengkhatamkan setiap tujuh hari di luar Ramadhan, ketika tiba bulan Ramadhan ia mengkhatamkan setiap tiga hari sekali, dan ketik masuk di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari. Maka, hendaknya kita mengikuti jejak mereka dan mentauladani tradisi ulama kita terdahulu.
Sungguh merugi bagi siapapun yang menyia-nyiakan momentum ini dengan menyibukkan hal-hal yang tidak bermanfaat, misalkan pergi jalan-jalan sekedar hanya untuk ngabuburit menunggu bedug azan maghrib. Menjadi suatu hal yang baik, apabila ngabuburit tersebut diisi dengan tilawah, berdzikir, atau mendengarkan kajian dan lain sebagainya.
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata di dalam kitabnya “Al-Fawaaid”:
إضاعة الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة ، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها .
[ الفوائد ]
“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian; karena menyia-nyiakan waktu memutusmu dari Allah dan kampung akhirat, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya.”
[Al Fawâid]
Maka dari itu, di momentum yang istimewa ini, marilah kita memperbanyak tilawah Al-Qur’an itu, dan meminimalisir kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, agar tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Aamiin. Wallahu a’lam bisshowab.
Oleh: Moh. Munib Asmuni, Lc