Negeri Tanpa Pajak
Ribut-ribut soal pajak. Pajak merupakan penopang terbesar APBN Indonesia. Pembiayaan terbesar negara ini berasal dari pajak. Sehingga negara ini sangat bergantung pada pajak untuk pembangunan dan penggajian pegawainya.
Tapi seiring dengan itu bermunculan para pegawai pajak yang kaya raya, walau hanya bergaji kecil. Lembaga pajak pun dinobatkan sebagai salah satu lembaga paling korup di negara muslim ini. Padahal disinyalir yang ditangkap baru tikus kecil. Para pemimpinnya berlaku bak pahlawan yang sedang mengusir dan membantai tikus.
Para ahli bicara. Semua memberi komentar. Kalimat paling standar pun muncul; kalau di rumah ada tikus, bunuh tikusnya jangan bakar rumahnya. Belum pernah ada yang berani sekadar berwacana: Negeri Tanpa Pajak. Walau sekadar berwacana. Tidak para ahli itu. Tidak para pengamat. Tidak para motivator yang biasa mengajak orang keluar dari kebiasaan. Tidak pemimpin agama.
Yang ada justru berbagai macam jenis pajak terus bermunculan. Pemerintah yang berhasil mengumpulkan pajak paling banyak sebagai income negara dianggap yang paling sukses. Saking liarnya wacana pajak, rakyat kecil yang hanya berjualan di sepanjang trotoar pun diwacanakan harus dipajaki. Nah, di sinilah dahsyatnya iman dan ilmu. Kalau sulit dijumpai orang yang sekadar berwacana tentang negeri tanpa pajak. Pembahasan kita ini bukan saja wacana. Bahkan merupakan iman! Dan telah teruji secara empiris!!!
Pajak, Warisan Romawi dan Persia
Dua negara adidaya itu yang mengajari tentang pajak. Berbagai macam pajak diwajibkan kepada rakyat. Tidak peduli apakah mereka tersiksa atau sekarat. Hidup semakin sulit. Sementara harta terkumpul di istana. Pantas saja, dua imperium besar itu layak dan harus ditutup. Karena kekuasaan yang dibangun di atas kedzaliman. Dan hanya Islam yang mampu menutupnya. Di zaman Khalifah adil Umar bin Khattab, keduanya berhasil tutup buku!
Berikut ini penjelasan Prof. Dr. Akram Dhiya’ dalam ‘Ashr al Khilafah Ar Rasyidah tentang Romawi,
“Adapun keadaan ekonominya, riba dan penimbunan adalah merupakan asas aturannya.Kaisar Heraklius mewajibkan pajak-pajak baru terhadap penduduk wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Romawi, untuk menutup hutang besar pembiayaan perang dengan Persia.”
Selanjutnya, Akram menjelaskan dampak pajak-pajak yang semakin membuat income negara semakin besar tetapi membuat rakyat semakin sengsara,
“Emperium Bizantium mengalami penurunan drastis disebabkan oleh semakin besarnya berbagai pungutan dan pajak. Penurunan pada aktifitas bisnis, diabaikannya sektor pertanian dan semakin berkurangnya bangunan-bangunan.”
Akram menukil tulisan Alfred J. Butler dari bukunya Arab Conquest of Egypt sebagai penguat hal tersebut,
“Cukuplah untuk menjelaskan bagaimana Emperium Romawi mengatur wilayah-wilayahnya dengan melihat tulisan Butler tentang pengaturan Mesir: Romawi di Mesir menetapkan pajak jiwa juga pajak-pajak yang jenisnya banyak sekali.
Dia juga menjelaskan: Tidak diragukan lagi, pajak-pajak Romawi di luar kemampuan masyarakatnya. Dijalankan tanpa mempedulikan asas keadilan.
Dia kembali menjelaskan: Pemerintahan Romawi di Mesir hanya memiliki satu tujuan yaitu mengumpulkan harta sebanyak-sebanyaknya dari rakyat untuk pundi-pundi bagi para penguasa.
Akram juga menukil literatur lain tulisan William J. Durant sebagai penguat: Bahkan masyarakat asli Romawi sendiri merasa keberatan terhadap pajak-pajak tersebut, khususnya para petani yang terpaksa menjual tanah-tanah mereka untuk membayar pajak dan kemudian pergi meninggalkan kotanya.
Keadaan ketika masyarakat tercekik oleh pajak yang digunakan untuk pesta para penguasa, membuat mereka berlari ketika ada alternatif lain. Apalagi yang datang bukan buaya sebagai pengganti singa. Benar-benar generasi cahaya.
Saat Amr bin Ash memimpin penaklukan Mesir, dia menjumpai masyarakat Mesir justru menyambut dengan baik kehadiran muslimin. Apalagi mereka telah mendengar keadilan muslimin begitu terkenal di seluruh dunia.
Amr bin Ash berangkat dari Paletina, masuk ke Mesir melalui Rafah, menuju Arisy terus ke Farma berikutnya Kairo dan Iskandariyah.
DR. Ali Ash Shalaby berkata, “Amr maju (masuk Mesir) ke arah barat, dia tidak menemui pasukan Romawi kecuali setelah sampai di wilayah Farma. Adapun sebelum wilayah itu, masyarakat Mesir menyambutnya ucapan selamat datang dan kegembiraan.”
Sebenarnya ini ancaman bagi negeri manapun. Masyarakat yang sudah muak dengan pajak yang semakin menyulitkan dan para penguasa yang berpesta, mereka akan segera menumpahkan kesetiaannya bagi kekuatan yang membebaskan mereka dari perpajakan. Untuk itulah setelah Amr bin Ash berhasil membuka Mesir, dia resmi mengumumkan ditutupnya pajak. Dan begitulah diberlakukan di seluruh dunia kekhilafahan saat itu.
Penghapusan Pajak di Pemerintahan Nuruddin Az Zenky
Nuruddin Az Zenky adalah seorang penguasa muslim yang hebat. Menegakkan aturan Islam di masyarakat. Menjaga keutuhan negara dari berbagai serangan; baik dari sekte-sekte sesat dan pasukan salib. Dialah yang berhasil menyatukan kembali Syam yang terkoyak karena perpecahan dan akhirnya lemah di hadapan musuh Islam. Negara menjadi tempat yang nyaman untuk beraktifitas ekonomi. Keamanan, kemakmuran, berawal dari keadilan dan jihad Nuruddin Mahmud Az Zenky. DR. Ali Ash Shalaby menulis buku:
عصر الدولة الزنكية ونجاح المشروع الإسلامي بقيادة نور الدين محمود الشهيد في مقاومة التغلغل الباطني والغزو الصليبي
(Pemerintahan Zenky Keberhasilan Gerakan Islam dipimpin Nuruddin Mahmud Asy Syahid menghadapi Kebatinan dan Perang Salib)
Salah satu konsep Nuruddin Az Zenky membangun keadilan, kebesaran dan kemakmuran negara adalah dengan dihilangkan semua bentuk pajak dan pungutan. Seluruh wilayahnya; Syam, Jazirah Arab, Mesir dan lainnya tadinya harus mengeluarkan pajak dengan besaran hingga mencapai 45%. Pengumuman resmi kenegaraan disampaikannya di seluruh wilayah, di masjid-masjid. Inilah yang dibacakan oleh Nuruddin di Mosul tahun 566 H di hadapan masyarakat:
وقد قنعنا من الأموال باليسير من الحلال، فسحقا للسحت، ومحقاً للحرام الحقيق بالمقت، وبعداً لما يبعد من رضا الرب، وقد استخرنا الله وتقربنا إليه بإسقاط كل مكس وضريبة في كل ولاية لنا بعيدة أو قريبة ومحو كل سنة سيئة شنيعة، ونفي كل مظلمة فظيعة وإحياء كل سنة حسنة .. إيثاراً للثواب الآجل على الحطام العاجل
“Kami rela dengan harta yang sedikit tapi halal, celakalah harta haram itu, sungguh celaka. Jauh dari ridho Robb. Kami telah istikhoroh kepada Allah dan mendekatkan diri kepada Nya dengan menghapus segala bentuk pungutan dan pajak di semua wilayah; yang dekat ataupun yang jauh. Menghilangkan semua jalan buruk, meniadakan setiap kedzaliman dan menghidupkan setiap sunnah (jalan) yang baik…lebih memilih balasan di kemudian hari di bandingkan kehancuran yang segera.”
Tak hanya membacakan resmi keputusan baru negara di setiap wilayahnya. Tetapi Nuruddin juga memohon kepada para khatib-khatib di masjid-masjid untuk menyampaikan permohonan maaf negara atas pungutan dan pajak yang selama ini diambil.
Pemerintahan Nuruddin Zenky selanjutnya memberikan ancaman hingga hukuman mati bagi siapapun pejabat yang masih melakukan pungutan atau pajak. Pasti kemudian muncul pertanyaan: dari mana, negara membiayai semua kegiatannya. Islam mempunyai jawaban yang sangat lengkap. Sumber pemasukan negara yang ditetapkan Islam halal dan berkah. Kehalalan dan keberkahan lah yang membuat negara justru menjadi lebih banyak pemasukannya.
Tulisan ini belum membahas detail masalah itu. Dan justru di sinilah pentingnya para ulama hari ini menyuguhkan konsep jelas dan detailnya.
Tetapi mari kita dengarkan hasil global yang diperoleh oleh pemerintahan Nuruddin.
DR. Ali Ash Shalaby menjelaskan, “Hasil yang lazim setelah itu, masyarakat menjadi lebih giat untuk bekerja. Para pebisnis mau mengeluarkan harta-harta mereka untuk terus berbisnis. Pungutan yang sesuai dengan syariat justru berlipat-lipat lebih banyak dibandingkan pungutan haram.”
Kemudian dia menukil kalimat Ibnu Khaldun: “Perlakuan tidak baik terhadap harta masyarakat, akan melenyapkan harapan mereka dalam mengembangkan harta mereka. Karena mereka sadar, ujungnya uang mereka akan hilang dari tangan. ika ini terjadi, maka mereka akan cenderung menahan diri untuk berkarya. Tergantung seberapa besar kedzaliman terhadap mereka, sebesar itulah mereka menahan diri dari pengembangan harta. Maka rugilah pasar-pasar, gedung-gedung dan rusaklah keadaan…..kedzaliman terhadap harta masyarakat, kehormatan, darah dan rahasia mereka menyebabkan keguncangan dan kerusakan sekaligus. Negara pun runtuh dengan cepat.”
Hasil baik dari penghapusan pajak yang sering tidak diduga di zaman egois seperti ini adalah peran orang-orang kaya terhadap masyarakat miskin. Terbentuklah masyarakat yang saling menanggung dan menjamin seperti yang terjadi di pemerintahan Nuruddin Zenky. Hal ini mereka lakukan karena meneladani pemimpin negara sekaligus mengharap balasan dari Allah. Sehingga bermunculanlah swadaya untuk membangun sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah-rumah yatim dan sebagainya.
So, solusi itu memang hanya ada di Islam.
Negeri tanpa pajak bukanlah wacana. Negeri tanpa pajak adalah solusi pembangunan yang benar-benar membangun. *)
Oleh: Ust. Budi Ashari, Lc
Pelajaran Dan ‘Ibrah Dari Peristiwa Isra’ Dan Mi’raj
Oleh : Kholid Mirbah Lc
Allah ta’ala berfirman,
(بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
[Surat Al-Isra’ 1]
Diantara peristiwa yang sangat penting yang diabadikan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Quran dan As-Sunnah adalah peristiwa Isra Mi’raj. Ini adalah sebuah peristiwa yang penting karena ia merupakan bagian dari kisah Al Qur’an dan diantara keistimewaan kisah Al Qur’an adalah memiliki nilai pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan. Isra dan Mi’raj adalah Universitas Kehidupan dimana, ia mendidik umat islam untuk menjadi Khaira Ummah (ummat terbaik), maka, diantara pelajaran dan ‘Ibrah yang dapat dipetik dari peristiwa Isra dan Mi’raj adalah:
1. الابتلاء الإيماني
(Ujian Keimanan),
Iman bukan hanya sekedar kalimat yang diucapkan, bukan sekadar pengakuan dan bukan sekedar KTP, begitu banyak didunia ini bahkan dizaman Nabi, manusia yang mengaku beriman tetapi ucapannya nya itu ditolak oleh Allah karena hanya sebatas pengakuan saja. Firman Allah ta’ala,
(وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن یَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِینَ)
Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
[Surat Al-Baqarah 8]
Ia memberikan pelajaran yang sangat penting ketika orang-orang kafir Quraisy mendengar berita Isra’ dan Mi’raj ini mereka mentertawakan, mengejek Nabi dan ajarannya, tetapi datanglah Abu Bakar As-Shiddiq ketika ditanya tentang peristiwa tersebut beliau berkomentar, Jangankan hanya sekedar perjalanan Isra dan Mi’raj yang hanya satu malam, kalaupun seandainya Nabi memberikan kabar yang lebih aneh dari pada itu saya beriman dan yakin karena Nabi tidak pernah bohong. Inilah logika seorang mukmin, ketika berita itu datangnya dari Al-Quran dan Assunnah meskipun tidak masuk akal, tidak ada perkataan ia selain kami dengar dan taat. Inilah ciri mukmin sejati yang diabadikan Allah dalam Al Quran. Firman Allah ta’ala,
(إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذَا دُعُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِیَحۡكُمَ بَیۡنَهُمۡ أَن یَقُولُوا۟ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)
Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[Surat An-Nur 51]
Sehingga seorang mukmin sejati akan menjadikan akalnya, pendapatnya, kecenderungannya dan segala potensi dalam dirinya harus tunduk dibawah wahyu, dia tidak akan berani mendahulukan akal dan pendapatnya karena dia menyadari bahwa Akal dan pendapatnya bisa benar dan bisa salah sementara wahyu Allah pastilah benar. Sehingga Nabi dalam hadits bersabda,
عَنْ أَبِيْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بِنِ عمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : “لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَواهُ تَبَعَاً لِمَا جِئْتُ بِهِ”
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa. (HR Baihaqi).
2. العبودية لله مقام شريف
(Menghambakan diri kepada Allah adalah kedudukan yang terhormat.)
Umat manusia yang terhormat adalah mereka yang hanya Menghambakan diri kepada Allah ta’ala, hanya tunduk dan menjadi budak nya Allah, bukan menjadi hamba yang lain.
Oleh karenanya para ulama tafsir menyebut alasan kenapa Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam awal surat Al Isra disebut dengan redaksi ‘abdihi, karena Idhafah atau menyandarkan kata hamba kepada kata dhamir (ganti) kepada Allah adalah tasyrifan lahu (sebagai pengagungan kepada beliau ), Allah ta’ala berfirman,
(سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
[Surat Al-Isra’ 1]
Oleh karena itu kehormatan suatu bangsa akan tercapai apabila mereka hanya menjadi hamba Allah semata, hanya meminta pertolongan kepada-Nya semata, dalam Al Qur’an ketika Allah menyebutkan diantara kriteria pemimpin yang benar, diberkahi dan diridhai Allah, selain karakteristiknya adalah gemar menunaikan shalat dan mendirikan zakat, karakter berikutnya adalah ia selalu totalitas menghambakan diri hanya kepada Allah, firman Allah,
(وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَىِٕمَّةࣰ یَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِیتَاۤءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَـٰبِدِینَ)
Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.
[Surat Al-Anbiya’ 73]
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjadi budak nya Allah, sehingga ia akan meraih kemerdekaan sepenuhnya dalam hidup, dan begitulah yang dilakukan Ali dalam mendidik anak anaknya, beliau berpesan kepada mereka,
يا بني لَا تَكُنْ عَبْدَ غَيْرِكَ وقَدْ جَعَلَكَ اللَّه حُرّاً
Wahai anakku, Janganlah sekali kali kamu menjadi budaknya orang lain, padahal Allah telah menciptakan mu dalam keadaan merdeka.
Kita harus merdeka dan tidak boleh memperbudak orang lain, meskipun beda agama, beliau adalah Umar bin Khattab, memvonis seorang gubernur Mesir yang bernama Amr bin ‘Ash dan anaknya dengan sebuah hukuman, ketika anaknya memukul seorang Qibti (Pengikut agama Nashrani) hanya karena kalah lomba balapan, makanya ia dan Ayahnya dihukum oleh Khalifah Umar dengan mengatakan,
يا عمرو! متى استعبدتم الناس وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا
Wahai Amr! Sejak kapan kamu berani memperbudak manusia sementara mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam keadaan merdeka!!!!
Isra dan Mi’raj memberikan pelajaran yang sangat penting bahwa umat islam harus merdeka, mereka harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ibadah dan menuntut ilmu agama tanpa ada ancaman dari pihak manapun.
3. أهمية الرحلة من المسجد إلى المسجد
(Urgensi perjalanan dari satu masjid ke masjid lain.)
Umat Islam akan barsatu, berjaya dan bermartabat itu apabila mereka mengawali hidup mereka dari masjid, karena masjid itu jauh dari kepentingan-kepentingan golongan, politik dan ekonomi, karena masjid adalah rumah Allah, maka kekuatan ummat akan menjadi sebuah kenyataan ketika mereka menyelesaikan segala problematika kehidupan dari masjid, meskipun golongan, politik, ekonomi juga penting sebagai sarana kehidupan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إذا رأيتُم الرجل يعتاد المساجدَ فاشهدوا له بالإيمان
“Jika engkau melihat seseorang rajin/membiasakan ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang yang beriman.”(HR. Ahmad)
4. أهمية الإهتمام بالمسجد الأقصى
(Urgensi memperhatikan Masjidil Aqsa)
Pembaca yang budiman ! Ingat, Kita nanti akan ditanya oleh Allah, mana bukti kita berjuang dan berkontribusi untuk kemerdekaan masjidil Aqsa. Setiap manusia pasti nanti akan ditanya tentangnya oleh Allah, tidak hanya kepada orang Palestina dan orang Arab saja akan tetapi seluruh kaum muslimin di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, dan sekaligus Allah memberikan penghargaan bagi mereka yang berjuang untuk kemerdekaan Masjidil Aqsa dari cengkraman Yahudi, Sabda Nabi:
لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود, فيقتلهم المسلمون حتى يختبئ اليهودي من وراء الحجر والشجر, فيقول الحجر أو الشجر: يا مسلم, يا عبد الله, هذا يهودي خلفي, فتعال فاقتله .. إلا الغرقد, فإنه من شجر اليهود “
Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), kerana termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami ‘As-shaghir no. 7427)
Semoga peristiwa Isra Mi’raj membuka hati dan menggugah jiwa kita agar bangkit menjadi hamba Allah, tidak rela menjadi hamba manusia, semoga kita termasuk salah satu pejuang yang berkontribusi untuk membebaskan Masjidil Aqsa sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi radhiyallaahu anhuma.
Sifat Fisik Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
Ketika Rasulullah sudah siap untuk hijrah ke Madinah dengan mengajak Abu Bakar, budak abu bakar yang bernama ‘Amir bin Fuhairah serta penunjuk jalan Abdullah bin ‘Uraiqith, dalam perjalanan itu Rasulullah Shallallahu Shallallahu alaihi wasallam melihat dua buah tenda, di depan tenda ada wanita lanjut usia yang sedang memberi makan hewan ternaknya, Rasulullah menghampiri tenda itu lalu bertanya pada sang wanita, apakah ibu memiliki kurma dan daging?! Kita ingin membelinya untuk berkal perjalanan kami, namun wanita itu tidak memiliki apapun untuk diberikan, lalu Rasulullah melihat seekor kambing di samping tenda, kambing ini kenapa wahai ummu ma’bad? Itu kambing yang kurus dan lemah sehingga ia tidak kuat berjalan mencari makan dengan kambing lainnya makanya ia tertinggal di sini, Rasulullah kembali bertanya apakah kambing ini memiliki susu? Tidak ada ia sangat kurus, jawab Ummu Ma’bad. Lalu Rasulullah meminta izin untuk memerah susu kambing tersebut dan Ummu Ma’bad pun mempersilahkannya, Rasulullah berdoa meminta keberkahan pada Allah ta’ala sehingga kantong susu kambing yang kempes tadi langsung terisi penuh dengan susu, Rasulullah meminum susu tersebut hingga kenyang begitu pula sahabat – sahabat serta keluarga Ummu Ma’bad, mereka semua merasa kenyang karena minum susu tersebut.
Ummu Ma’bad mengamati Rasulullah dan tiga orang yang ikut bersama beliau, lalu ia menceritakan kepada suaminya dengan berkata: Aku melihat Rasulullah itu lelaki yang rupawan, wajahnya bercahaya, indah budi perkertinya, ia tidak kurus, kepalanya sedang tidak terlalu besar, ganteng, bola matanya sangat hitam dan bagian putihnya sangat putih, bulu matanya lentik, suaranya lembut, lehernya panjang, jenggotnya lebat, alis matanya lembut, kalau diam ia sangat berwibawa, kalau bicara kepalanya tegak, nampak ketampanannya dari dekat maupun jauh, kalau berbicara sangat bagus, suaranya jelas, bicara yang berfaedah dan meninggalkan pembicaraan yang sedikit manfaat, ucapannya seakan susunan mutiara yang indah, tinggi badannya sedang, tidak terlalu tinggi tidak pula terlalu pendek, kalau mereka sedang bertiga maka beliau yang paling cakap, kedudukannya paling tinggi, teman – temannya berkumpul di dekatnya, kalau beliau bicara sahabatnya mendengarkannya, kalau ia memerintahkan sesuatu mereka berlomba untuk memenuhi perintahnya, semua orang ingin membantunya, orang – orang ingin berada di dekatnya, tidak bermuka masam tidak pula mengganggu orang diskitarnya.
Setelah mendengar cerita Ummu Ma’bad maka Abu Ma’bad langsung berkata:
Demi Allah dia adalah dari suku Quraisy, orang yang ceritanya sering kita dengar tentang dirinya, aku benar – benar ingin bersahabat dengannya, aku benar – benar akan melakukannya bila ada kesempatan untuk itu.
Ini adalah sifat – sifat yang indah yang dicintai oleh setiap jiwa, dirindukan oleh setiap hati, karena fitrah hati manusia mencintai keindahan, sungguh Allah telah mencipakan beliau dengan kesempurnaan fisik dan budi perkerti.
Sahabat Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu anhu berkata:
كان النبى ﷺ أحسن الناس وجها، وأحسنهم خلقا، ليس بالطويل البائن، ولا بالقصير
“Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah manusia yang paling tampan wajahnya, paling baik akhlaqnya. Tidak berbadan terlalu tinggi dan juga tidak pendek.” (HR Bukhari).
Al Barra juga berkata:
كَانَ النَّبِىُّ ﷺ مَرْبُوعًا بَعيْدٌ مَا بَيْنَ الْمَنْكَبيْن، لَهُ شَعْر ٌيبلغ شَحْمَةَ أُذُنِهِ، رَأَيْتُهُ فِى حُلَّةِ حَمْرَاء، لَمْ أَرَ شَيْئًا قَطٌّ أَحْسَنَ مِنْهُ
“Bahwasanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam itu seorang yang berbadan sedang, kedua bahunya bidang sedangkan rambutnya sampai menyentuh daun telinganya. Aku melihat beliau mengenakan pakaian merah. Aku belum pernah melihat seseorang pun yang lebih tampan dari beliau.” (HR Bukhari).
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, Al Bara mengatakan:
مَا رأَيتُ مِن ذِي لمَّةٍ فِي حُلَّةٍ حَمْرَاءَ أَحْسَنَ مِنْ رَسُوْلِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ لَهُ شَعْرٌ يَضْرِبُ مَنْكِبَيْهِ بَعِيدُ مَا بيْنَ المنْكِبَيْنِ لَمْ يَكُنْ بِالقَصِيْرِ وَلاَ بِالطَّوِيْلِ
“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang memiliki rambut panjang dan terurus rapi serta mengenakan pakaian merah, yang lebih tampan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Rambutnya yang memanjang hingga mencapai kedua bahunya. Adapun kedua bahunya berbentuk bidang. Beliau bukanlah orang yang berpostur tubuh pendek, namun tidak pula terlalu tinggi.”
Ulama besar Madinah Syekh Abdul Razzaq Al Badr berkata:
Mempelajari sifat fisik Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah perkara yang sangat penting, karena memiliki faedah serta fadhilah yang sangat besar, diantaranya:
1. Di antara hal yang harus diimani oleh seorang muslim ialah beriman kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, dan diantara yang hal dapat memupuk keimanan kepada beliau ialah mengetahui sifat dan perawakan beliau, karena banyak orang yang menentang beliau karena belum mengenal beliau dengan baik.
2. Mengetahui sejarah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dapat menambah keimanan kepada Allah, bahkan banyak pula yang masuk islam setelah membaca sejarah hidup Rasulullah.
3. Mengenal sifat dan perawakan Rasulullah memudahkan kita untuk meniru akhlaq, sifat dan budi perkerti beliau.
Makalah ini hanya memuat secuil saja dari luasnya samudera ilmu tentang sifat dan akhlaq Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, para ulama bahkan menulis kitab tersendiri mengenai hal ini, seperti yang dilakukan oleh Imam Tirmidzi dalam Al Syamail Al Muhammadiyah, Fudhail bin Iyadh dalam Asy Syifa fie huquq Al Mustafa dan Asbahani dalam Akhlaqu Rasul, Wallahu a’lam.