Info terbaru
Bahtera Pengabdian Terkembang ke Muara Jawa, Berikan Sumbangsih Harapan Terbaik Untuk Dakwah
Kecintaan sesungguhnya pada negeri ini tak semestinya hanya tertumpu pada hamparan alam nan elok, pantai berpasir putih nan bersih dan gunung yang tinggi indah menjulang. Namun sejatinya tercurah bersyukur pula pada setiap hentakan kaki para anak negeri yang mengabdi di batas-batas negeri, menuntun setiap langkah umat ini untuk tegaknya ibadah bersimpuh pada Rabb Tuhanya semata.
Dengan berliku jerih payah garis jalan takdir pun tak kemana, dari sebuah gagasan dan gerakan dakwah dari pelosok kampung ke kampung akhirnya garis perjalanan dakwah mempertemukan tempat dan orang yang tepat untuk khidmat bagi para alumni du`at muda “Da`I untuk negeri. Perhelatan hari-hari berkarya terbaik setelah lulus bangku pesantren adalah menjalani kehidupan realita yang sesungguhnya. Menguji setiap ilmu dan ruang kesabaran yang tak ada batasanya. Ikrar mengabdi itu telah lantang diucap dan pantang pulang sebelum datang ke medan pengabdian. Tepat sudah berjalan bulan ke-2 perjalanan da`i untuk negeri, alumni angkatan ke-V Pesantren Al Itqan Bekasi yang tersebar di pelbagai penjuru pelosok tanah air.
Sebutlah, Ananda Sulaiman asal Mamasa Sulawesi Barat sebagai salah satu alumnus tahun ini yang bertugas di Sekolah Dasar Muhammadiyah Muara Jawa Pesisir, Kutai Kertagenara, Kalimantan Timur. Kedua, Ananda Raihan asal Bukittinggi Sumatera Barat sekarang yang bertugas di Masjid Al-Hidayah, Jatilawang Banyumas.
Dari keduanya masing-masing memang berbeda daerah asal dan berjauhan jarak membentang tempatnya. Waktu yang tidak sedikit untuk masa bertahun-tahun dirantauan demi menuntut ilmu di Pesantren telah dihabiskan. Kendati nantinya tempat pengabdian berjauhan di rantauan orang tak serta merta gelisah menciutkan nyalinya untuk bergegas menuntaskan tugas sebaik-baiknya. Memang selalu ada saja rindu yang terus menunggu pulang untuk berbakti memelas kasih kepada kedua orang tua, tapi sebentar mengikis rasa tega dan melupakan sejenak zona nyaman bagi kawula muda adalah bagian tangga-tangga untuk meraih pintu kesuksesan. Ia melatih tajamnya kecerdasan emosi dan kepekaan sosial serta agar tempaan mental itu matang dipersiapkan sedari usia belia.
Sebagaimana bercermin pada sirah perjalanan Nabi yang mulia. Sejak belia Nabi kita Muhammad Sang Uswatun Hasanah juga telah memberikan panduan suri tauladan tentang sebaik-baiknya peta jalan kehidupan abadi yang teramat mulia diambil hikmah maknanya. Warisan kejayaan yang jejak-jejaknya akan melampaui zaman bagi siapa pun yang menyeru tugas risalah kenabian. Inilah Dienul Islam, sebaik-baiknya jalan yang mengantarkan kebahagiaan dg jalan taqwa mengais bekal-bekal amalan berpulang.
Rangkaian kegiatan pengabdian wiyatabhakti untuk para alumni pesantren tidaklah menunggu serba sempurna tunggu esok, karena estafet dakwah terbaik bagi para kader-kader da`i muda adalah hari ini apa yang bisa dilakukan. Sekarang adalah saatnya memulai berlatih menggerakkan semangat kontribusi nyata setelah menempuh bangku teori-teori pelajaran di kelas.
Idealisme teori yang serba ideal seringnya terpental kalah dengan denyut realita lapangan yang lebih membutuhkan istiqomah dan keuletan bersungguh-sungguh untuk loyal mengabdikan dirinya dalam ruang-ruang gerak dakwah. Mereka yang telah ditempa dengan pelbagai fase tahapan dalam masa-masa belajarnya bukankah untuk menyiapkan nafas panjang dakwah yang berkelanjutan ? Idealismenya bukan sekedar hangat-hangat tai ayam atau malahan sekedar hiasan semu tanpa makna.
Nilai keikhlasannya dituntut sepenuh hati penjiwaan tanpa pamrih sesuatu kecuali selain khidmat lillah berjuang untuk melayani ummat demi izzul islam walmuslimin. Estafet dakwah hari ini tak lepas dari risalah ilmu berupa wahyu paripurna yang telah yang telah turun temurun diwariskan oleh para Nabi pada setiap ummatnya disetiap zaman. Da`i-da`i muda yang bertugas pengabdian wiyatabhakti hari ini juga harus terus berbenah lebih baik, tak mudah merasa puas jumawa dengan pujian ataupun tumbang dg onak duri ujian.
Perang pengaruh globalisasi dan arus digitalisasi yang liar tanpa saringan lagi hari ini, menjadi titik seteru agar sentuhan dakwah lebih serius lagi merasuk ke akar-akar rumput semua lapisan masyarakat seiring akses kemudahan jangkauan dunia maya dengan syarat tanpa meninggalkan ala-ala klasik mimbar tradisional yang sejatinya masih menjunjung adab yang tinggi nilainya. Keduanya memang memiliki sisi kelebihan dan kelemahan yang satu sama lain saling melengkapi agar rangkulan mimbar dakwah semakin dekat mempengaruhi perubahan laju roda kebaikan-kebaikan masyarakat dan ummat dalam berbagai hal. Disinilah pendidikan pesantren kaderisasi menjadi salah satu concern untuk menyiapkan kader-kader da`i mandiri yang siap diterjunkan sesuai realita ummat dan masyarakat. Disinilah, peran dan harapan para alumni tugas wiyatabhakti berkiprah, menggerakan kesempatan ruang-ruang berkarya untuk mengelola lahan dakwah lebih kreatif dan maju lagi.
Hari-hari semasa di bangku pesantren dipersiapkan, dididik bukan dikelas-kelas serba nyaman dan mewah dengan sepenuh fasilitas wah agar nantinya mengisi kemerdekaan bangsa dan menata tatanan dakwah sudah terbiasa dengan makna-makna perjuangan. Model pendidikan pesantren yang telah berdiri sejak berabad-abad dan turun temurun secara klasik hingga modern saat ini, adalah asset peradaban sebagai miniatur lahan kaderisasi perjuangan peradaban islam yang masih ideal saat ini. Memang bukan segalanya ada bisa dipenuhi, tapi setidaknya bisa memberi apa yang dibutuhkan dengan kondisi oleh ummat pesakitan saat ini dengan menyiapkan cetak biru generasi penerus berkualitas masa depan ummat.
Belantara medan dakwah di tiap penjuru tanah air berharap terus tumbuh bersemi. Menghijau subur dengan limpahan keberkahanya ilmu. Yang belum ada dakwah, rintislah !, Yang sudah ada, rawatlah jangan diganggu, yang lemah segera dukung lalu kuatkanlah. Langkah-langkah strategis dakwah akan saling sinergi menguat satu sama lain sehingga tali ukhuwah islamiyah antar kalangan dan golongan semakin kuat. Denganya memperkecil ruang perbedaan yang remeh temeh sering diperdebatkan menghabiskan energi dan waktu. Padahal kekuatan ummat akan sangat berpengaruh untuk kemajuan apapun, terlebih nantinya akan menguatkan sendi-sendi kekuatan ekonomi dan kesejahteraan, sehingga kualitas pribadi masyarakat dan ummat akan bersaing dengan umat khalayak lainya. Keindahan ajaranya akan menepis arus islamphobia yang disematkan tanpa dasar dan kekuatanya akan menjadi wibawa yang disegani, bukan malah menjadi bulan-bulanan menjadi mainan mangsa musuh-musuh anti islam.
Harapan itu selalu ada untuk menepis kecewa patah hilang harapan. Tugas pengabdian wiyatabhakti dari para da`i untuk negeri itu akan merajut pribadi-pribadi masing-masing yang berkelas. Seperti emas yang harus didulang dipanaskan dg suhu tinggi berulang-ulang agar berkilauan. Ia sebagaimana pelaut yang handal yang dibesarkan dari riak gelombang samudera bukan dari percikan buih di tepian yang tenang. Bahteranya melaju tidak terombang-ambing di atas samudera biru yang tak terlihat tepinya. Dalam hati sanubarinya terpatri kuat-kuat tali iman agar niat ikrarnya selalu suci “iman sebelum alqur`an, beserta ilmu sebelum beramal“ menemani terompah istiqomah dalam meniti jalan hidayah. Pengabdian ini besar harapan memberikan sumbangsih terbaik untuk dakwah.
Melintasi zaman yang penuh keserbatidakpastian bukankah jalan pengabdian generasi pewaris iman menjadi jaminan penenang ?
Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami,maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sungguh, Allah beserta orang-orang baik. ( Al-Ankabut : 69 ).
Ali Azmi
Relawan tanmia
Wakaf Sumur Pesantren Darussalam : Untuk Lahirnya Para Kader Da`iyyah Ummat
September 2024 menjadi saat istimewa dalam sejarah berdirinya Pesantren Putri Darussalam. Peresmian dan serah terima wakaf sumur bor Tanmia Foundation untuk Pesantren Putri Darussalam telah dilaksanakan di Rowokele, Kebumen pada ( 7/9/2024 ). Pesantren tinggi setingkat kuliah diploma ini yang baru saja setahun berdiri sejak 2023 ini, dirintis oleh Ustadz Zuhud bersama istrinya alumnus STID , Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir Jakarta.
Sembari rehat sejenak beberapa saat, dalam sudut perpustakaan kantor yang masih sederhana, selembar kertas dalam catatan yang terlipat, buku keluarga bervisi surga sudah tampak lusuh karena seringkali dibuka-buka untuk dibaca nampaknya. Ada goresan tulisan tangan pada resensinya, “Pemimpin berarti suri tauladan dalam segala perbuatanya bagi seorang mukmin, keluarga adalah pertemuan yang disatukan oleh janji untuk saling mencintai dalam bingkai imani, agar ikatan itu berbuah rahmat kasih sayangnya menuju surga yang diidam-idamkan. Bisalah secuil terlintas melihat orientasi bagaimana visi misi pendidikan dan muatan kurikulum pesantren ini berdiri. Masa pendidikan 2 tahun ini nantinya akan dilanjutkan ke jenjang kuliah di kampus STID Muhammad Natsir hingga masa wisuda Sarjana.
Sebagai panggilan nurani seorang kader dewan dakwah ia tergerak pulang untuk membangun kampung untuk lebih baik. Walhasil, impianya untuk membangun harapan ia berusaha mendirikan lembaga pendidikan unggulan berkualitas. Biayanya pun cuma-Cuma alias gratis. Sekarang ada 15 santri yang tengah menempuh belajar yang datang dari berbagai kota. Niat sucinya telah menggerakan optimisme semangat perjuangan yang tak mengenal kata lelah dan berhenti menyerah. Berangkat dari pengalaman dan pengabdian khidmat dakwahnya yang dimulai dari berbagai ujung wilayah pelosok tanah air hingga Timor Leste negeri tetangga telah membulatkan tekad kesungguhanya untuk melahirkan tradisi pendidikan berkualitas dan terasa peranya ditengah-tengah masyarakat.
Pesantren yang beralamat di dusun Panjatan, Desa Sukomulyo Kecamatan Rowokele ini menempati lokasi tanah wakaf tepat di kawasan Masjid Darussalam. Teriknya siang-siang matahari musim kemarau menemani proses pengeboran sumur yang belum kunjung usai selama 2 hari. “Pada titik kedalaman 44 meter, Alhamdulillah sumber mata air pun akhirnya memancarkan dengan jernih dan derasnya”, jelas Ust Zuhud yang masih berkubang basah terciprat semburan air. “Hari ini juga menjadi tonggak sejarah kalaulah air pesantren sudah tidak numpang sumur lagi milik warga tetangga”, tambahnya dengan rasa syukur leganya.
Sekolah atau pendidikan yang ia dirikan tidak sekedar formalitas yang menghabiskan bergulirnya waktu dari satu jenjang ke jenjang lainya yang lebih tinggi. Sejatinya ia mengemban tugas mulia yaitu menjadikan siapapun yang belajar didalamnya bisa menjadi manusia yang berkualitas. Baik itu kualitas olah pikir, olah rasa , maupun olah jiwa serta paling penting mendasar adalah buah cikal bakal iman yang kokoh untuk membentuk akhlak yang mulia berkarakter nantinya, terlebih menyiapkan seorang muslimah dan lahirnya para kader da’iyyah yang akan menjadi lahirnya para generasi pilihan.
Sayangnya untuk mencapai ke titik itu, sebuah lembaga harus jatuh bangun prosesnya dan tumbuhnya untuk sederet cita-cita prestasi baik santri maupun alumninya. Maka sembari berharap dengan hadirnya wakaf sumur bor, tentu menjadi tambahan fasilitas sarana air yang akan membantu kelancaran berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk mendukung lembaga pendidikan yang masih akan terus berkembang. Menyiapkan dan membangun generasi emas bangsa ini bukanlah waktu yang instan. Semoga menjadi wasilah jariyah yang akan terus mengalir bagi semua pihak seiring pesantren ini tumbuh menjadi maju menjadi idaman ummat untuk menitipkan para putri-putri terbaiknya nantinya.
Bila singgah ke pesantren ini memang tidak akan terlewat dengan memori kota kecil Gombong sebagai pintu akses yang paling mudah dijangkau. Gombong juga dimana di dalamnya ada sisa-sisa bangunan era kolonial, Benteng Van Der Wijck yang hanya terpaut jarak 4 KM saja dari Pesantren. Benteng Van Der Wicjk yang dibangun kolonial Belanda tahun 1818 silam adalah tembok raksasa yang didalamnya terdapat ruang sel-sel tahanan dan ruang-ruang kamp markas tentara kolonial. Benteng ini adalah simbol kekuatan tirani penjajahan dan simbol fisik yang harus ditaklukan oleh perlawanan para pejuang dan rakyat tanah air masa itu.
Sebagaimana juga warisan perjuangan era kolonial masa itu, baik dari segala rasa, pikiran dan tindakan bolehlah jika gelisah itu berkecamuk, semoga semua niatan suci setiap lahirnya pendidikan islam maka teruslah hidup abadi sepanjang hayat masa perjuangan untuk membentuk pijakan-pijakan fondasi kesadaran generasi bahwa ruh perjuangan tak boleh tamat riwayat. Sebagaimana buku yang tak boleh pernah tamat dibaca, maka pendidikan kader generasi harus terus diwariskan melampaui zaman.Wallahu Musta`an.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pengabdian, Mengulang Kejayaan Dakwah Di Tepian Musi Palembang
Sungai Musi merupakan merupakan jalur utama denyut nadi perdagangan dan transportasi utama serta simbol kejayaan masa lalu Kesultanan Palembang di bumi Sriwijaya “ Laskar Wong Kito “ sebutan untuk daerah Palembang Sumatera Selatan. Bangunan Kesultanan Benteng Kuto Besak seakan menyapa “Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu” sepenggal saksi abadi pusat Kesultanan Palembang di abad 18. Keberadaanya ibarat torehan sejarah yang tak akan lekang dimakan zaman. Dimana didalamnya banyak tersimpan sejarah perjuangan dan mengisahkan kerinduan terhadap indahnya kenangan di sepanjang tepian Sungai Musi. Kokohnya jembatan ampera kini telah menyambungkan segala cerita dan kebaikan hingga bisa kita nikmati hari ini bila melawat ke Palembang.
Sungai Musi dengan ribuan cabang-cabangnya merupakan sarana vital perhubungan yang paling utama sejak masa Kesultanan itu, ia mengikat bagian-bagian wilayah Kesultanan menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, saling erat kuat berkaitan, sambung menyambung yang teratur dan terarah. Geografisnya yang strategis dan sangat berpeluang untuk memajukan jalur niaga perdagangan yang sangat menguntungkan telah memikat setiap para pedagang yang datang dan berkeinginan menetap disana.
Dimasa kini tak hanya tepian Sungai Musi dengan latar jembatan Ampera saja, Palembang terus bergerak menggeliat dengan perkembangan dakwah. Bumi dialek melayu yang menjadi ciri khasnya merupakan sebagai daerah mayoritas muslim di seluruh wilayahnya yang hampir tersebar di 17 kota dan kabupatenya. Belum lagi bonus demografi menjadi bonus umat islam sejalan dengan pemeo “banyak anak banyak rejeki” yang akrab pada sebagaian masyarakat tanah air. Artinya ungkapan yang mengingatkan kembali arti penting nilai anak menjadi asset investasi sumber daya manusia, sebagai generasi hebat di masa depan. Bonus yang bisa diibaratkan pedang bermata dua; jadi berkah bila siap mengelolanya, atau musibah bila tak bisa mengimbanginya.
Syahdan Alhamdulillah, sudah dimulai sejak Ramadhan 1445 H lalu, para calon santri pengabdian wiyatabhakti dari Pesantren Al-Itqan Bekasi sudah mulai diterjunka untuk mengawali khidmat pengabdian dengan kegiatan Santri Ramadhan selama sebulan lamanya. Walhasil, usai prosesi wisuda bulan Juni 2024 putaran kayuh dayung dakwah pun bergerak berlanjut. Sebanyak 4 alumni tugas pengabdian wiyatabhakti “ Da`I Untuk Negeri” angkatan V ditempatkan masing-masing di SDIT Bunga Bangsa Prabumulih Timur, Kota Prabumulih dan Rumah Qur`an Luqmanulhakim yang tersebar dibeberapa titik di Kota Palembang.
“Alhamdulillah, kabar baik para alumni yang bertugas wiyatabhakti sudah mulai beraktivitas membantu kegiatan belajar mengajar di halaqah-halaqah ruang kelas kami”, terang Ust Kisman selaku Kepala Sekolah SDIT Bunga Bangsa Prabumulih beberapa saat lalu lewat selularnya.
Masa pengabdian wiyatabhakti ini memang singkat dan sederhana, bisalah menjadi bagian kecil prestasi yang patut diapresiasi, karena ditengah era disrupsi kondisi perkembangan zaman yang tidak baik-baik saja. Gempuran kemerosotan moral bangsa terjadi diberbagai aspek dipertontonkan sudah bukan hal aib lagi sehingga pengabdian “dai untuk negeri” ini menjadi arti penting untuk mengisi ruang-ruang positif ummat yang kosong untuk terus bebenah berkiprah menjadi lebih baik.
Lebih jauh “pengabdian” ini adalah batu pijakan untuk melangkah yang tidak kalah penting lagi untuk menyambung rentang panjang perjuangan dakwah di Sumatera Selatan tidak akan lepas dari peranan dakwah Kesultanan Palembang, di tampuk puncak kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin II di era perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Inggris. Sebagai pewaris kerajaan layaknya putra mahkota, Sultan Mahmud masa itu memang di-didik dan ditempa untuk menjadi pewaris Kesultanan Palembang. Pendidikan agamanya sangat religius diperoleh dari ulama besar waktu itu sehingga dakwah struktural lewat kekuasaan Kesultanan Palembang mampu mempertahankan wilayahnya dari serangan bertubi-tubi dari bengisnya invasi kolonial penjajahan Inggris dan Belanda masa itu.
Dikutip dari berbagai sumber tentang jejak “Ulama Sumsel Riwayat Hidup dan Perjuanganya” Sultan Mahmud Badaruddin II juga memiliki kemauan besar untuk belajar dan memiliki tingkat kecerdasan yang memadai. Alhasil, dia menguasai ragam bahasa, seperti bahasa Arab, Portugis dan hafal Mushaf Al-Qur`an 30 Juz. Bertepatan pada hari Senin tanggal 21 Dzulhijjah 1218 H bersamaan dengan 3 April 1804. Gelar resmi Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin II Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam menjadi gelar tahta tertinggi Kesultanan setelah mendiang ayahnya wafat. Meskipun masa kejayaan pada akhirnya mengalami kekalahan perang dengan Belanda dan diasingkan ke Ternate, Maluku Utara dan meninggal disana tepat, pada hari Jum’at tanggal 26 November 1852.
Membangun impian dan asa harapan perjuangan tidaklah sehiruk pikuk layaknya pesta meriah. Begitu pun acara hura-hura lazimnya sebuah ulang tahun perayaan. Itulah bagian arti pengabdian, merintis pendidikan di pelosok tanah air, mewujudkan cita-cita demi kecerdasan generasi bangsa bersama gemilangnya para generasi muda penerus yang setia mengorbankan segenap tenaga dan sumbangsih pikiranya. Mengisi ruang-ruang kemerdekaan untuk melampaui masa muda yang penuh tanggung jawab untuk melahirkan moral dan akhlak yang mulia.
Para santri “Pengabdian Da`I Untuk Negeri” di masa wiyatabhakti memang bukanlah dituntut ideal serba penuh sempurna, tapi kepedulian membangun bangsa sedikit demi sedikit disemai, ditanam agar tumbuh bersemi menjadi solusi yang tergerak “jiwa nurani keikhlasan”nya dan menyala kembali menjadi bara yang tak pernah padam. Inilah kader-kader yang nantinya terlatih untuk tangguh membangun setiap panggilan kebaikan membersamai ummat dan masyarakat tanah air seutuhnya. Iman yang mereka siapkan akan kembali menata setiap hati dan jiwa yang telah terkoyak rusak agar dapat istiqomah kembali beribadah sebaik-baiknya kepada Rabb-Nya, Sang pemilik semesta. Momentum kemerdekaan yang masih hangat belum berlalu, semoga bukan akhir puncak masa perjuangan. Tidak ada kata terlambat untuk bertanya jujur dalam-dalam pada sanubari diri kita, dimana peran sumbangsih kita dalam mengisi hari-hari kemerdekaan, apakah nyala semangat itu masih ada, atau sudah meredup menghilang ? Wallahu Musta`an.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Dai Untuk Negeri di Halmahera, Pengabdian Menjaga Sejengkal Iman
Fajar pagi belum lagi mengeringkan embun musim kemarau tahun ini, tapi kabar banjir dua pekan terakhir merendam ruang-ruang kelas di Pesantren Salman AlFarisi , Wairoro, Halmahera Tengah Maluku Utara menjadi kabar cukup sedih untuk didengar. ( 10/8/2024). Banjir yang disinyalir dari luapan sungai di sekitar pesantren telah menjeda kenyamanan aktivitas para santri yang baru saja selesai mengikuti Matsama ( Masa Taaruf Siswa Madrasah ) tahun ini.
Para Santri pun sempat di evakuasi ke tempat yang lebih aman mengingat kawasan pesantren terendam dalam waktu beberapa hari dan sangat membahayakan keselamatan para santri. “Dari awal berdiri tahun 2006, boleh dibilang ini Banjir yang cukup besar yang terjadi melanda kawasan Pesantren Salfa seluas 6 Ha,” jelas Ustadz Haji Ridwan, selaku pembina Pesantren.
Kata pepatah Maluku “ Lawamena Haulala “ yang berarti “maju terus walau bersimbah darah, dengan semangat berapi-api” kegiatan belajar mengajar terus dilakukan pasca Banjir lalu. Bersama warga pesantren lainya, peran pengabdian alumni Pesantren Al-Itqan yang bertugas wiyatabhakti di tempat ini turut bersama-sama bergotong royong menata kembali kegiatan rutin pesantren berjalan.
Sudut-sudut Masjid dan ruang-ruang kelas sudah terdengar riuh suasana suara anak-anak yang sudah bersiap mengikuti kembali belajar dan halaqah hafalan quran. Inilah wajah Pesantren Salman Al Farisi yang menjadi salah satu beranda terdepan para pengabdian dai untuk negeri tahun ini. Tak pernah surut dari laga ujian sudah 2 tahun berturut-turut mengubah senyum-senyum harapan anak-anak pelosok Halmahera yang datang mengembara menuntut ilmu jauh-jauh terpisah lautan.
Berperan serta membantu proses pendidikan lebih baik bukanlah tugas yang ringan. Apalagi sarat dengan tantangan dan kendala di lapangan yang tak biasanya tak seindah bayangan yang difikirkan. Tapi rasa optimis dan kesungguhan menjadi bekal yang menggerakan keikhlasan untuk terus bergerak tanpa pandang lagi rasa lelah yang mengiri sepanjang proses kegiatan pengabdian dalam dunia pendidikan pesantren.
Tak mau ketinggalan lebih jauh dg Halmahera Tengah nampaknya, Ustadz Baharudin pengelola Pesantren An-Najah Halmahera Barat memilih untuk mendatangkan tenaga pengajar juga dari para wiyatabhakti dai untuk negeri dari Pesantren Al-Itqan untuk membantu kegiatan pesantren yang mulai baru saja dirintis sejak tahun 2021 ini. Beberapa lembaga pendidikan, mulai berjalan dari Raudhatul Athfal, Ibtidaiyah dan Tsanawiyah.
Pesantren An-Najah yang berjarak 30 KM dari Jailolo pusat kota Halmahera Barat tergolong memiliki akses yang masih minim, seperti jaringan sinyal yang masih timbul tenggelam. Selain itu proses rintisan masih membutuhkan proses waktu yang panjang untuk membangunnya lebih baik dari masa ke masa.
Meskipun masih baru saja terjun para pengabdian dai untuk negeri dari pesantren Al-Itqan ini diharapkan dapat berkomitmen untuk memberikan peran terbaik. Menjaga sejengkal iman di wilayah-wilayah perbatasan negeri agar dapat tumbuh bersemi tunas-tunas generasi yang akan indah pada masanya.
Tak berlebihan berharap memohon pinta doa terbaik, agar kiprah mereka bak pagar halaman rumah yang harus kokoh dan tangguh agar tidak keropos dan terancam hilang. Sekali lagi, tantangan untuk para anak muda yang terus gelisah untuk terus meniti jejak-jejak kebaikan menjaga pohon-pohon keimanan agar tidak kembali hilang. Itu sebabnya, tak serta merta jumawa, mereka layak diperhitungkan karena tak lama lagi jalan-jalan bernama harapan dan kejayaan ummat bolehlah jadi segera datang membawa berbinar-binar kebahagiaan. Semua ini berharap untuk ridho-Mu yaa Rabb. Aamiin.
Ali Azmi
Relawan Tanmia