Tanmia Foundation berhasil melakukan pengeboran sumur wakaf di TPQ Nurunnisa dan Mushola Al-Amin Dukuh Krajan Pokaan Kecamatan Kapongan Situbondo Jawa Timur (3/08/2022).
Tahun hijriah yang baru saja berjalan dalam hitungan hari sekaligus menambah bahagia karena adanya tambahan fasilitas sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk para santri TPQ dan jama’ah. Hadirnya sumur wakaf ini sudah lama dinantikan oleh pihak pengurus selama ini.
TPQ Nurunnisa, berdiri atas inisiatif Ummi Hasanah dan Abah Hasan sejak tahun 1997, berawal dari keinginan keduanya untuk mengajar ngaji anaknya sendiri dan anak para tetangganya karena dimasa itu TPQ pun belum ada di kampungnya.
Sejak tahun berdirinya hingga saat ini tempat mengaji pun cukup sederhana hanya menggunakan sepetak tanah halaman rumah lalu dibangunnya dengan papan kayu ala kadarnya. Kendati demikian yang cukup menggembirakan ialah tidak sedikit para santri yang sudah lulus sudah selesai masuk ke bangku kuliah dan kembali mengajar santri-santri TPQ kembali.
Untuk berjalannya kegiatan TPQ dimulai hari Senin sampai Ahad setiap hari ba’da maghrib, hanya hari Kamis saja yang biasanya diliburkan. Operasional kegiatanya pun gratis tidak memungut biaya sama sekali dari para peserta santri didiknya mengingat sejak awal berdirinya TPQ diniatkan untuk berjuang mendidik anak-anak agar bisa mengaji sejak dini.
Meskipun sedari awalnya TPQ Nurunnisa masih kecil dan sederhana sekali, tak mengubah bangunan yang ada seperti sekarang. Tidak seperti lain pada umumnya, tentu saja berganti tahun berlalu banyak pula perbaikan dan pembangunan. Sederhana tetaplah sederhana hanya kini mulai ada warna kreasi kegiatan karena generasi dan berubahnya zaman.
“Tiap malam tiba, suasananya TPQ ini akan dipenuhi anak-anak. Mereka akan ikut belajar mengaji dan tadarus dari usai Maghrib hingga Isya bahkan seperti pada hari tahun baru islam, 1 Muharram 1444 H ini kadang bisa hingga larut malam dengan acara perlombaan,” terang Abah Hasan saat dihubungi lewat seluler.
Bangunan arsitektural TPQ sederhana ini tidak lagi ingin dibangun untuk dijadikan mushola karena sudah ada mushola khusus disebelah samping utaranya yang berjarak hitungan meter saja biasa digunakan untuk shalat berjamaah.
Lain halnya juga dengan TPQ Mushola Al-Amin yang dirintis oleh Ust Rejo Rizal, seorang alumni pesantren salafiyah Sukorejo Situbondo di tahun 1981. Usai lulus dari pesantren bersama dengan mendiang ayah dan sanak keluarganya ia dirikan Mushola dan TPQ yang turut juga melanjutkan perjalanan perjuangan pendidikan mengaji anak-anak di kampungnya.
“Alhamdulillah, tak terucap rasa syukur bahagia tempat mushola yang sederhana ini mendapatkan wakaf sumur dari perhatian segenap muhsinin yang menyerahkan melalui Tanmia Foundation. Sungguh terharu begitu pemurahnya Allah Ta’ala memberikan kenikmatannya membantu kemajuan para santri kami,” pungkas Ust Rejo Rijal saat serah terima wakaf sumur pada pihak Tanmia.
Sesuai dengan namanya Mushola Al-Amin, posisi letaknya berada di halaman depan rumahnya. Lokasi tersebut adalah berstatus tanah yang telah diwakafkan. Untuk menjangkau lokasinya bisa ditemukan hanya 1 KM saja arah utara jalur poros utama Situbondo – Banyuwangi, tepatnya di utara alun-alun Kapongan .
Anak-anak kampung dukuh Krajan Pokaan disanalah anak- anak Mushola Al-Amin menghabiskan sore hari untuk mengaji TPQ. Bermain-main seketika guru belum datang dan mengaji hingga menjelang petang. Dari beberapa mushola (mungkin) yang saat ini masih ada yang mempertahankan anak-anak santri untuk mengaji. Mushola kenangan yang meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam dalam bagi anak-anak santri untuk memulai mengenal belajar agama.
Dalam bahagia datangnya tahun baru hijriah 1444 H sebait harapan setiap walisantri memiliki doa untuk anak-anak tercintanya kelak mereka menjadi pribadi yang shalih untuk dirinya, berbakti pada orang tuanya dan bermanfaat bagi ummat. Berbahagia hati juga para orang tua yang memiliki anak-anak bercita-cita menjadi da’i yang mewariskan tugas dakwah menyiapkan generasi penerus ummat dimana pun ia berpijak.
Di tahun kelulusan angkatan ke-3 tahun 2022 ini pesantren Al Itqan Jatisampurna Bekasi meluluskan sebanyak 7 santri dari berbagai asal daerah tanah air. Dari ujung timur Flores Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur, Alas Pulau Sumbawa dan Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat, dan Aceh Tamiang Nangroe Aceh Darussalam.
Masa dimana setelah lulus pendidikan pesantren setelah itu ada kewajiban santri untuk menjalani masa pengabdian selama 1 tahun. Ikrar wisuda santri pengabdian pun telah diucapkan dihadapan mudir pesantren dan khalayak hadirin sebagai panggilan mulia dan latihan memikul pundak tanggung jawab. Pengabdian juga panggilan keyakinan untuk setia mengabdi tanpa ragu meski harus dikirim ke kampung – kampung pedalaman orang nan jauh bahkan sebagian juga harus pulang mengabdi di kampung halaman sendiri.
Warsawe Manggarai Barat, Lembah Santri Pengabdian Warsawe adalah salah satu diantara tempat tugas dan kampung halaman santri pengabdian yang berada di Manggarai Barat NTT. Warsawe tentu berbeda dengan Warsawa yang menjadi ibukota negara Polandia di Eropa. Warsawe merupakan cikal bakal ibukota kecamatan Mbeliling yang merupakan daerah pemekaran pedalaman Manggarai Barat, Flores NTT. Daerah yang berada di kawasan lembah perbukitan yang berada di tengah hutan Flores dengan segala alami hijau alamnya. Warsawe hari ini tidak seperti dibandingkan 5 tahun lalu untuk menuju Warsawe ketika itu bisa membutuhkan waktu 2 jam dengan kondisi jalanan tanah berbatu. Namun saat ini seiring berjalannya waktu pembangunan untuk ke lokasi membutuhkan waktu 1 jam perjalanan darat dari dermaga Labuan Bajo Komodo.
Masjid Uswatun Karima, Tempat Santri Mengabdi Masjid Uswatun Karima Warsawe menjadi saksi bersejarah dimana hidup suasana belajar dan mengajar dengan tumbuhnya generasi anak-anak dari berbagai pedalaman Flores khususnya Manggarai Barat. Masjid yang dibangun swadaya masyarakat setempat menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk sejumlah belasan santri yang bersekolah dan sekaligus mengikuti program diniyah Masjid Uswatun Karima sejak tahun 2016 lalu. Tahun ini bersama pasang surutnya waktu tahun ini ada 25 murid baru yang mukim di asrama masjid yang datang dari berbagai pedalaman Flores.
Datangnya santri pengabdian Ma’had Al Itqan menjadi energi dan animo semangat baru yang diharapkan membantu tugas mengajar juga menjadi partner yang baik bermanfaat untuk membersamai ummat dan tangguh dalam melewati medan dunia pengabdian, in sya Allah.
Selain Masjid Uswatun Karima juga adanya kiprah SMP Muhammadiyah Warsawe menjadi pionir dalam babat alas menyemai bibit generasi anak-anak pedalaman untuk mengeyam pendidikan di bangku sekolah di tengah sepi sunyinya Warsawe masa itu. Semak-semak hutan yang lebat nan sunyi tak menyurutkan nyala semangat untuk membangun generasi harapan dengan sejuta impian yang boleh dibilang terjal mendaki perjalananya. Namun dengan segala izin-Nya tak ada kata mustahil bila segala ikhtiar dan doa kesungguhan telah ditempuhnya.
Dari Masjid Kembali Mengabdi Di Masjid Lewat gerak para da’i dan syi’ar dakwah Masjid Uswatun Karima dengan segala dinamika programnya di tahun 2018 lalu telah mengantarkan anak-anak dari pedalaman untuk melanjutkan jenjang pendidikan di berbagai pesantren salah satunya di pesantren Al-Itqan. Dari memori yang teringat tertulis sejak 3 Agustus 2018, sebut saja Rizal dan Jihad adalah keduanya putra Manggarai Barat NTT yang berhasil lulus selama di pesantren dan kembali bertugas kembali mengabdi di kampung halaman tepatnya di Warsawe.
Berputarnya waktu 4 tahun terasa sangat singkat melumat semua kenangan dan menjadi salah satu catatan bersejarah bahwa keduanya menggenggam tekad untuk masuk pesantren dengan segala lika-likunya pengorbanan demi menuntut ilmu. Keduanya masuk pesantren ditahun 2018 hingga usai ditahun 2022. Alhamdulillah, dengan segala ikhtiar untuk betah dan sabar dilalui meski baru pertama kali merantau kala itu untuk menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah dilewati prosesnya.
Mulai dari dorongan semangat orang tua dan usaha mengikhlaskan niat memperbaiki diri melanjutkan perjalanan menuntut ilmu di pesantren adalah hal yang luar biasa tanpa terbayang akan seperti apa gambaran diujung masa depannya. Akan tetapi juang tekad telah bulat diputuskan bahwa inilah alasan untuk sebuah perubahan generasi penerus masa depan yang harus abaikan halangan yang menghadang. Menatap kembali mengabdi untuk misi dakwah di kampung halaman impian memang terlihat sederhana tapi dibaliknya banyak keutamaan dan manfaat tentang sebuah perubahan yang lebih baik untuk diwariskan nilai-nilai syi’ar islam dengan segala kemuliaan akhlaknya dalam membangun sebuah lingkungan hidup bermasyarakat.
Pesantren Al-Itqan, Pendidikan Kaderisasi Da’i Unit pesantren Al-Itqan sebagai wadah lembaga pendidikan kaderisasi da’i setingkat aliyah dengan masa program pendidikan selama 4 tahun diharapkan mampu melahirkan para alumni calon da’i yang telah mendapatkan bekal kurikulum Tahfidz, kurikulum Ilmu Syar’i dan kurikulum kepesantrenan nantinya dapat mengirimkan alumni kadernya untuk mengabdi menjadi da’i dan pengajar di berbagai daerah.
Dari rangkaian kisah dari berbagai tempat pengabdian semua memiliki latar belakang dan motivasi perhatian tersendiri. Sama halnya dengan Warsawe di pedalaman Nusa Tenggara Timur, saat ini juga di Lawang Awu Kalitengah Perbatasan Banjarnegara – Kebumen juga sebagai daerah tugas santri pengabdian pernah mengatakan bahwa daerahnya tersebut masih cukup banyak yang masih tergolong kering dengan adanya syi’ar dakwah islam kepada masyarakat. Kendalanya, satu diantara yang paling jumlah da’inya masih sangat jarang.
Pendidikan pesantren saat ini masih menjadi pilihan dan tumpuan solusi sebagai salah satu pencetak lahirnya kader-kader da’i ilallah untuk menempa keikhlasan dan kesungguhan dalam memperoleh kemampuan dan keterampilan berdakwah membina masyarakat.
“Berawal dari banyak motivasi para orang tua hingga akhirnya berbagai santri datang dari berbagai daerah menimba ilmu di sini ( Pesantren Al-Itqan —Red). Insya Allah kalau besok mereka kembali ke rumah kampung halaman masing-masing, mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama ini di pesantren,” ujar Ust Burhan salah satu da’i penggerak dari Pedalaman Sulawesi ketika datang mengantarkan para santri didiknya.
Pesantren Al-Itqan dengan berkembangnya waktu terus menyiapkan peserta didiknya agar mampu berdakwah di masyarakat nantinya. “Karena itu juga ada program pengabdian (untuk berdakwah di daerah) selama satu tahun. Melalui program baik ini saya berharap bisa mengirimkan peserta didik dari anak-anak daerah pedalaman untuk bisa ikut belajar dan memaksimalkan ilmu yang nantinya dapat bermanfaat ketika mereka selepas lulus nantinya selama empat tahun,” tutur Ust Ramli da’i yang merintis dakwah di Warsawe.
“Kegiatan santri pengabdian cukup beragam mulai dari mengajar TPA, mengisi kajian di majelis taklim ibu-ibu, dan melakukan silaturahim ke berbagai lapisan masyarakat dan berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan”, tambah Ust Ramli.
Proses pengabdian dan dakwah juga memerlukan kesiapan mental agar terkikis rasa khawatir bila nantinya harus mengemban amanah untuk berdakwah di daerah terpelosok dan berpisah sejenak dengan sanak keluarganya. Akan ada juga saatnya waktu akan berpisah dengan orang tua atau keluarga terdekat dalam menunaikan tugas dakwah yang tak ada batas akhirnya.
Untuk itu tujuan pesantren dengan beragam program tujuanya bisa dikatakan ini dibangun untuk melahirkan para da’i. Sehingga program pengabdian ini memang dibentuk sendiri oleh pesantren agar bisa tetap mengirimkan dai-dai ke berbagai daerah.
Selain itu juga untuk memberikan wadah kepada para alumni santri pengabdian untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari di pesantren. Sehingga diharapkan dengan program pengabdian ini mereka bisa semakin tergerak menjiwai dan menghayati teori dan praktik yang telah mereka dapatkan di masa bangku pesantren. Memang ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan calon da’i sebelum mengemban tugas dakwah ke daerah pedalaman. Tentunya persiapan paling pokok adalah meluruskan niat dengan membersihkan hati diiringi pemahaman dan penguasaan ilmu agama.
Sehingga ketika terjun nanti, para calon dai tidak lagi gagap menghadapi berbagai pertanyaan tentang agama, mulai dari pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang cukup rumit untuk dijawab. Itulah mengapa perlunya kedalaman dan pemahaman ilmu agama ini sangat penting dengan disertai metode yang paling ringan memudahkan.
Metode pun turut serta menjadi faktor kesuksesan karena ia akan mengarakan kepada siapa (berdakwah), dimana, bagaimana cara mengajarkannya, juga bekal fikih dakwah ini juga penting untuk dikuasai seorang da’i sehingga seiring berjalannya waktu bisa membaca situasi dan kondisi serta kultur masyarakat agar lebih mudah diterima. Semoga jariyah kebaikan mengalir kepada siapapun yang ikut dalam setiap proses lahirnya calon kader-kader da’i ilallah. Barakallahufiekum.
Ada beberapa murid di MIN 2 Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur mendapat bantuan seragam dan peralatan shalat dari Tanmia Foundation sejak awal dimulainya tahun ajaran baru sekolah tahun 2022 ini.
Bantuan tersebut langsung diserahkan langsung relawan Tanmia Foundation ke lokasi rumah-rumah para murid MIN 2 Timor Tengah Selatan yang membutuhkan, Ust Zulkifli, dampingi bersama jama’ah Masjid An-Nur OeUe, Rabu ( 20/07/22) di Dusun OeUe Desa Mauleum Amanuban Timur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari kegiatan di lapangan, bantuan seragam dan perlengkapan shalat ini merupakan amanah dari para muhsinin yang menyerahkan langsung lewat Tanmia Foundation yang sudah dari beberapa bulan sebelumnya dihimpun. Mulai dari seragam baru maupun layak pakai dan berbagai alat perlengkapan shalat lainya.
Kebutuhan tiap tahun murid di sebagian besar sekolah di pelosok negeri sangat berbeda-beda akan tetapi seragam sekolah menjadi kebutuhan utama yang kadang sulit di dapat terutama bagi mereka yang masih tergolong dhu’afa, sehingga tanpa harus memakai seragam sekolah yang masih baru-baru yang masih layak pakai pun masih sangat bermanfaat apalagi diberikan seragam secara cuma-cuma gratis dan ditambah alat-alat shalat.
Ustadz Zulkifli bersama salah satu wali murid yang dihubungi mengatakan, sangat bersyukur bantuan yang diberikan sifatnya cuma-cuma berupa seragam sekolah lengkap, sajadah dan kain sarung. Sedangkan untuk perempuan ditambah mukena.
Selain tujuannya untuk meringankan beban orangtua murid yang dhu’afa, bantuan ini juga bisa diharapkan bisa memotivasi para murid dan berbagai pihak agar lebih giat lagi dalam beribadah.
“Kami bersama segenap wali murid akan terus mendoakan para pendukung dakwah dan segenap muhsinin Tanmia Foundation dari berbagai kalangan yang telah mendukung dan mengupayakan agar program ini terlaksana secara kontiniu dan berkesinambungan”, terang Ust Zul. Pihaknya juga berharap agar bantuan ini bisa bermanfaat bagi Santri baru.
Sedangkan M. Anwar Nobisa salah seorang orang tua murid yang mendapat bantuan ini mengaku cukup gembira. Diakuinya, saat anaknya mendaftarkan diri menjadi murid baru, belum ada pakaiannya. Ia masih memakai pakaian seragam Tsanawiyah/SMP padahal ia sudah tingkat Aliyah/ SMA.
”Kita cukup bahagia bergembira, selain diberikan seragam juga anaknya diberikan perlengkapan shalat. Alhamdulillah, sangat bersyukur bantuan seperti ini sangat membantu kondisi kami saat ini”, ujarnya.
Terang malam bulan Dzulqo’dah malam itu sudah bukan purnama lagi tapi terang cahayanya masih terangi suasana anak-anak mengaji di TPQ Al-Falah Mangaran Situbondo. Rintisan TPQ sejak tahun 2000 ini akhirnya menjadi wujud berdirinya bangunan mushola yang berukuran 7×7 meter, Mushola Al-Falah namanya. Tahun 2000 menjadi sejarah tanda terkabulnya permohonan Ust H. Suhairi, lebih dikenal dengan nama pak Haji Suhairi ini, beliau adalah guru kampung yang berada di Desa Mangaran bersama masyarakat setempat membangun mushola tercinta. Jalan berliku bertahun-tahun bukan waktu yang singkat ia harus merintis membuka tempat pengajian untuk anak-anak TPQ yang berada di selasar teras rumahnya lalu perlahan-lahan didirikanlah Mushola agar lebih nyaman dengan peran sumbangsih warga setempat.
Giat wakaf Tanmia Foundation pada bulan Dzulqo’dah 1443 H ini juga telah selesai berpartisipasi dalam program pembuatan sumur bor Mushola Al-Falah yang berada di Dusun Mangaran Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo Jawa Timur pada ( 20/06/2022 ).
“Alhamdulillah, teriring doa bahagia atas nama para pengurus mushola dan jama’ah pada pihak muhsinin dari Tanmia Foundation sehingga mengalir kebaikan dan keberkahan di setiap langkah hari kita dengan ridho-Nya”, doa syahdu Ust Suhairi mengangkat kedua tangannya.
“Do’a riuh bahagia juga dari perasaan anak-anak kami semua yang hadir disini, semoga amal kebaikan ini semua menjadi penerang jalan yang membawa syafa’at bagi keselamatan dunia dan akhirat kelak”. Lanjutkan doa Ust Suhairi.
Dari kilas ungkapan cerita hidupnya, tahun 1955 tahun bersejarah juga bagi Ust Suhairi dengan berkesempatan berguru pada Kyai As’ad Syamsul Arifin, Kyai Kharismatik Pesantren Sukorejo Situbondo. Misinya membangun mushola untuk TPQ berawal dari inspirasi gagasan keikhlasan dan perjuangan sosok Kyai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo) yang selalu memberi wasiat pesan semangat berjuang keras dan menyempatkan mengajar ngaji dimana pun berada. Suhairi, menceritakan bahwa, Kata Kyai As’ad Syamsul Arifin dengan mengajar santri-santri nantinya akan lahir rindu dan ruh yang menyatu satu sama lainnya karena sama-sama cinta karena Allah yang akan menjalin hubungan tali iman yang kekal baik dunia maupun akhirat.
Diakhir acara serah terima wakaf sumur tersebut, segenap pengurus TPQ dan warga setempat berharap, kegiatan menyambung kebaikan ini terus dilakukan. Karena menurut Ust Suhairi, bantuan wakaf ini adalah anugerah rezeki yang diberikan oleh Allah, terdapat hak bagi mereka yang membutuhkan.
“Semoga apa yang dilakukan para muwakif melalui Tanmia Foundation ini bernilai ibadah jariyah di sisi Allah Swt dan bagi anak-anak kami bisa dinikmati dan bermanfaat. Karena saya yakin, semulia-mulianya manusia di mata Allah, adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”. Tutup Ust Suhairi.
Tanmia Foundation berhasil melakukan pengeboran sumur wakaf di TPQ Nurunnisa dan Mushola Al-Amin Dukuh Krajan Pokaan Kecamatan Kapongan Situbondo Jawa Timur (3/08/2022).
Tahun hijriah yang baru saja berjalan dalam hitungan hari sekaligus menambah bahagia karena adanya tambahan fasilitas sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk para santri TPQ dan jama’ah. Hadirnya sumur wakaf ini sudah lama dinantikan oleh pihak pengurus selama ini.
TPQ Nurunnisa, berdiri atas inisiatif Ummi Hasanah dan Abah Hasan sejak tahun 1997, berawal dari keinginan keduanya untuk mengajar ngaji anaknya sendiri dan anak para tetangganya karena dimasa itu TPQ pun belum ada di kampungnya.
Sejak tahun berdirinya hingga saat ini tempat mengaji pun cukup sederhana hanya menggunakan sepetak tanah halaman rumah lalu dibangunnya dengan papan kayu ala kadarnya. Kendati demikian yang cukup menggembirakan ialah tidak sedikit para santri yang sudah lulus sudah selesai masuk ke bangku kuliah dan kembali mengajar santri-santri TPQ kembali.
Untuk berjalannya kegiatan TPQ dimulai hari Senin sampai Ahad setiap hari ba’da maghrib, hanya hari Kamis saja yang biasanya diliburkan. Operasional kegiatanya pun gratis tidak memungut biaya sama sekali dari para peserta santri didiknya mengingat sejak awal berdirinya TPQ diniatkan untuk berjuang mendidik anak-anak agar bisa mengaji sejak dini.
Meskipun sedari awalnya TPQ Nurunnisa masih kecil dan sederhana sekali, tak mengubah bangunan yang ada seperti sekarang. Tidak seperti lain pada umumnya, tentu saja berganti tahun berlalu banyak pula perbaikan dan pembangunan. Sederhana tetaplah sederhana hanya kini mulai ada warna kreasi kegiatan karena generasi dan berubahnya zaman.
“Tiap malam tiba, suasananya TPQ ini akan dipenuhi anak-anak. Mereka akan ikut belajar mengaji dan tadarus dari usai Maghrib hingga Isya bahkan seperti pada hari tahun baru islam, 1 Muharram 1444 H ini kadang bisa hingga larut malam dengan acara perlombaan,” terang Abah Hasan saat dihubungi lewat seluler.
Bangunan arsitektural TPQ sederhana ini tidak lagi ingin dibangun untuk dijadikan mushola karena sudah ada mushola khusus disebelah samping utaranya yang berjarak hitungan meter saja biasa digunakan untuk shalat berjamaah.
Lain halnya juga dengan TPQ Mushola Al-Amin yang dirintis oleh Ust Rejo Rizal, seorang alumni pesantren salafiyah Sukorejo Situbondo di tahun 1981. Usai lulus dari pesantren bersama dengan mendiang ayah dan sanak keluarganya ia dirikan Mushola dan TPQ yang turut juga melanjutkan perjalanan perjuangan pendidikan mengaji anak-anak di kampungnya.
“Alhamdulillah, tak terucap rasa syukur bahagia tempat mushola yang sederhana ini mendapatkan wakaf sumur dari perhatian segenap muhsinin yang menyerahkan melalui Tanmia Foundation. Sungguh terharu begitu pemurahnya Allah Ta’ala memberikan kenikmatannya membantu kemajuan para santri kami,” pungkas Ust Rejo Rijal saat serah terima wakaf sumur pada pihak Tanmia.
Sesuai dengan namanya Mushola Al-Amin, posisi letaknya berada di halaman depan rumahnya. Lokasi tersebut adalah berstatus tanah yang telah diwakafkan. Untuk menjangkau lokasinya bisa ditemukan hanya 1 KM saja arah utara jalur poros utama Situbondo – Banyuwangi, tepatnya di utara alun-alun Kapongan .
Anak-anak kampung dukuh Krajan Pokaan disanalah anak- anak Mushola Al-Amin menghabiskan sore hari untuk mengaji TPQ. Bermain-main seketika guru belum datang dan mengaji hingga menjelang petang. Dari beberapa mushola (mungkin) yang saat ini masih ada yang mempertahankan anak-anak santri untuk mengaji. Mushola kenangan yang meninggalkan kesan dan pesan yang mendalam dalam bagi anak-anak santri untuk memulai mengenal belajar agama.
Dalam bahagia datangnya tahun baru hijriah 1444 H sebait harapan setiap walisantri memiliki doa untuk anak-anak tercintanya kelak mereka menjadi pribadi yang shalih untuk dirinya, berbakti pada orang tuanya dan bermanfaat bagi ummat. Berbahagia hati juga para orang tua yang memiliki anak-anak bercita-cita menjadi da’i yang mewariskan tugas dakwah menyiapkan generasi penerus ummat dimana pun ia berpijak.
Di tahun kelulusan angkatan ke-3 tahun 2022 ini pesantren Al Itqan Jatisampurna Bekasi meluluskan sebanyak 7 santri dari berbagai asal daerah tanah air. Dari ujung timur Flores Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur, Alas Pulau Sumbawa dan Mataram Lombok Nusa Tenggara Barat, dan Aceh Tamiang Nangroe Aceh Darussalam.
Masa dimana setelah lulus pendidikan pesantren setelah itu ada kewajiban santri untuk menjalani masa pengabdian selama 1 tahun. Ikrar wisuda santri pengabdian pun telah diucapkan dihadapan mudir pesantren dan khalayak hadirin sebagai panggilan mulia dan latihan memikul pundak tanggung jawab. Pengabdian juga panggilan keyakinan untuk setia mengabdi tanpa ragu meski harus dikirim ke kampung – kampung pedalaman orang nan jauh bahkan sebagian juga harus pulang mengabdi di kampung halaman sendiri.
Warsawe Manggarai Barat, Lembah Santri Pengabdian Warsawe adalah salah satu diantara tempat tugas dan kampung halaman santri pengabdian yang berada di Manggarai Barat NTT. Warsawe tentu berbeda dengan Warsawa yang menjadi ibukota negara Polandia di Eropa. Warsawe merupakan cikal bakal ibukota kecamatan Mbeliling yang merupakan daerah pemekaran pedalaman Manggarai Barat, Flores NTT. Daerah yang berada di kawasan lembah perbukitan yang berada di tengah hutan Flores dengan segala alami hijau alamnya. Warsawe hari ini tidak seperti dibandingkan 5 tahun lalu untuk menuju Warsawe ketika itu bisa membutuhkan waktu 2 jam dengan kondisi jalanan tanah berbatu. Namun saat ini seiring berjalannya waktu pembangunan untuk ke lokasi membutuhkan waktu 1 jam perjalanan darat dari dermaga Labuan Bajo Komodo.
Masjid Uswatun Karima, Tempat Santri Mengabdi Masjid Uswatun Karima Warsawe menjadi saksi bersejarah dimana hidup suasana belajar dan mengajar dengan tumbuhnya generasi anak-anak dari berbagai pedalaman Flores khususnya Manggarai Barat. Masjid yang dibangun swadaya masyarakat setempat menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk sejumlah belasan santri yang bersekolah dan sekaligus mengikuti program diniyah Masjid Uswatun Karima sejak tahun 2016 lalu. Tahun ini bersama pasang surutnya waktu tahun ini ada 25 murid baru yang mukim di asrama masjid yang datang dari berbagai pedalaman Flores.
Datangnya santri pengabdian Ma’had Al Itqan menjadi energi dan animo semangat baru yang diharapkan membantu tugas mengajar juga menjadi partner yang baik bermanfaat untuk membersamai ummat dan tangguh dalam melewati medan dunia pengabdian, in sya Allah.
Selain Masjid Uswatun Karima juga adanya kiprah SMP Muhammadiyah Warsawe menjadi pionir dalam babat alas menyemai bibit generasi anak-anak pedalaman untuk mengeyam pendidikan di bangku sekolah di tengah sepi sunyinya Warsawe masa itu. Semak-semak hutan yang lebat nan sunyi tak menyurutkan nyala semangat untuk membangun generasi harapan dengan sejuta impian yang boleh dibilang terjal mendaki perjalananya. Namun dengan segala izin-Nya tak ada kata mustahil bila segala ikhtiar dan doa kesungguhan telah ditempuhnya.
Dari Masjid Kembali Mengabdi Di Masjid Lewat gerak para da’i dan syi’ar dakwah Masjid Uswatun Karima dengan segala dinamika programnya di tahun 2018 lalu telah mengantarkan anak-anak dari pedalaman untuk melanjutkan jenjang pendidikan di berbagai pesantren salah satunya di pesantren Al-Itqan. Dari memori yang teringat tertulis sejak 3 Agustus 2018, sebut saja Rizal dan Jihad adalah keduanya putra Manggarai Barat NTT yang berhasil lulus selama di pesantren dan kembali bertugas kembali mengabdi di kampung halaman tepatnya di Warsawe.
Berputarnya waktu 4 tahun terasa sangat singkat melumat semua kenangan dan menjadi salah satu catatan bersejarah bahwa keduanya menggenggam tekad untuk masuk pesantren dengan segala lika-likunya pengorbanan demi menuntut ilmu. Keduanya masuk pesantren ditahun 2018 hingga usai ditahun 2022. Alhamdulillah, dengan segala ikhtiar untuk betah dan sabar dilalui meski baru pertama kali merantau kala itu untuk menuntut ilmu bukanlah hal yang mudah dilewati prosesnya.
Mulai dari dorongan semangat orang tua dan usaha mengikhlaskan niat memperbaiki diri melanjutkan perjalanan menuntut ilmu di pesantren adalah hal yang luar biasa tanpa terbayang akan seperti apa gambaran diujung masa depannya. Akan tetapi juang tekad telah bulat diputuskan bahwa inilah alasan untuk sebuah perubahan generasi penerus masa depan yang harus abaikan halangan yang menghadang. Menatap kembali mengabdi untuk misi dakwah di kampung halaman impian memang terlihat sederhana tapi dibaliknya banyak keutamaan dan manfaat tentang sebuah perubahan yang lebih baik untuk diwariskan nilai-nilai syi’ar islam dengan segala kemuliaan akhlaknya dalam membangun sebuah lingkungan hidup bermasyarakat.
Pesantren Al-Itqan, Pendidikan Kaderisasi Da’i Unit pesantren Al-Itqan sebagai wadah lembaga pendidikan kaderisasi da’i setingkat aliyah dengan masa program pendidikan selama 4 tahun diharapkan mampu melahirkan para alumni calon da’i yang telah mendapatkan bekal kurikulum Tahfidz, kurikulum Ilmu Syar’i dan kurikulum kepesantrenan nantinya dapat mengirimkan alumni kadernya untuk mengabdi menjadi da’i dan pengajar di berbagai daerah.
Dari rangkaian kisah dari berbagai tempat pengabdian semua memiliki latar belakang dan motivasi perhatian tersendiri. Sama halnya dengan Warsawe di pedalaman Nusa Tenggara Timur, saat ini juga di Lawang Awu Kalitengah Perbatasan Banjarnegara – Kebumen juga sebagai daerah tugas santri pengabdian pernah mengatakan bahwa daerahnya tersebut masih cukup banyak yang masih tergolong kering dengan adanya syi’ar dakwah islam kepada masyarakat. Kendalanya, satu diantara yang paling jumlah da’inya masih sangat jarang.
Pendidikan pesantren saat ini masih menjadi pilihan dan tumpuan solusi sebagai salah satu pencetak lahirnya kader-kader da’i ilallah untuk menempa keikhlasan dan kesungguhan dalam memperoleh kemampuan dan keterampilan berdakwah membina masyarakat.
“Berawal dari banyak motivasi para orang tua hingga akhirnya berbagai santri datang dari berbagai daerah menimba ilmu di sini ( Pesantren Al-Itqan —Red). Insya Allah kalau besok mereka kembali ke rumah kampung halaman masing-masing, mereka bisa mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama ini di pesantren,” ujar Ust Burhan salah satu da’i penggerak dari Pedalaman Sulawesi ketika datang mengantarkan para santri didiknya.
Pesantren Al-Itqan dengan berkembangnya waktu terus menyiapkan peserta didiknya agar mampu berdakwah di masyarakat nantinya. “Karena itu juga ada program pengabdian (untuk berdakwah di daerah) selama satu tahun. Melalui program baik ini saya berharap bisa mengirimkan peserta didik dari anak-anak daerah pedalaman untuk bisa ikut belajar dan memaksimalkan ilmu yang nantinya dapat bermanfaat ketika mereka selepas lulus nantinya selama empat tahun,” tutur Ust Ramli da’i yang merintis dakwah di Warsawe.
“Kegiatan santri pengabdian cukup beragam mulai dari mengajar TPA, mengisi kajian di majelis taklim ibu-ibu, dan melakukan silaturahim ke berbagai lapisan masyarakat dan berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan kemasyarakatan”, tambah Ust Ramli.
Proses pengabdian dan dakwah juga memerlukan kesiapan mental agar terkikis rasa khawatir bila nantinya harus mengemban amanah untuk berdakwah di daerah terpelosok dan berpisah sejenak dengan sanak keluarganya. Akan ada juga saatnya waktu akan berpisah dengan orang tua atau keluarga terdekat dalam menunaikan tugas dakwah yang tak ada batas akhirnya.
Untuk itu tujuan pesantren dengan beragam program tujuanya bisa dikatakan ini dibangun untuk melahirkan para da’i. Sehingga program pengabdian ini memang dibentuk sendiri oleh pesantren agar bisa tetap mengirimkan dai-dai ke berbagai daerah.
Selain itu juga untuk memberikan wadah kepada para alumni santri pengabdian untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah mereka pelajari di pesantren. Sehingga diharapkan dengan program pengabdian ini mereka bisa semakin tergerak menjiwai dan menghayati teori dan praktik yang telah mereka dapatkan di masa bangku pesantren. Memang ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan calon da’i sebelum mengemban tugas dakwah ke daerah pedalaman. Tentunya persiapan paling pokok adalah meluruskan niat dengan membersihkan hati diiringi pemahaman dan penguasaan ilmu agama.
Sehingga ketika terjun nanti, para calon dai tidak lagi gagap menghadapi berbagai pertanyaan tentang agama, mulai dari pertanyaan sederhana hingga pertanyaan yang cukup rumit untuk dijawab. Itulah mengapa perlunya kedalaman dan pemahaman ilmu agama ini sangat penting dengan disertai metode yang paling ringan memudahkan.
Metode pun turut serta menjadi faktor kesuksesan karena ia akan mengarakan kepada siapa (berdakwah), dimana, bagaimana cara mengajarkannya, juga bekal fikih dakwah ini juga penting untuk dikuasai seorang da’i sehingga seiring berjalannya waktu bisa membaca situasi dan kondisi serta kultur masyarakat agar lebih mudah diterima. Semoga jariyah kebaikan mengalir kepada siapapun yang ikut dalam setiap proses lahirnya calon kader-kader da’i ilallah. Barakallahufiekum.
Ada beberapa murid di MIN 2 Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur mendapat bantuan seragam dan peralatan shalat dari Tanmia Foundation sejak awal dimulainya tahun ajaran baru sekolah tahun 2022 ini.
Bantuan tersebut langsung diserahkan langsung relawan Tanmia Foundation ke lokasi rumah-rumah para murid MIN 2 Timor Tengah Selatan yang membutuhkan, Ust Zulkifli, dampingi bersama jama’ah Masjid An-Nur OeUe, Rabu ( 20/07/22) di Dusun OeUe Desa Mauleum Amanuban Timur.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari kegiatan di lapangan, bantuan seragam dan perlengkapan shalat ini merupakan amanah dari para muhsinin yang menyerahkan langsung lewat Tanmia Foundation yang sudah dari beberapa bulan sebelumnya dihimpun. Mulai dari seragam baru maupun layak pakai dan berbagai alat perlengkapan shalat lainya.
Kebutuhan tiap tahun murid di sebagian besar sekolah di pelosok negeri sangat berbeda-beda akan tetapi seragam sekolah menjadi kebutuhan utama yang kadang sulit di dapat terutama bagi mereka yang masih tergolong dhu’afa, sehingga tanpa harus memakai seragam sekolah yang masih baru-baru yang masih layak pakai pun masih sangat bermanfaat apalagi diberikan seragam secara cuma-cuma gratis dan ditambah alat-alat shalat.
Ustadz Zulkifli bersama salah satu wali murid yang dihubungi mengatakan, sangat bersyukur bantuan yang diberikan sifatnya cuma-cuma berupa seragam sekolah lengkap, sajadah dan kain sarung. Sedangkan untuk perempuan ditambah mukena.
Selain tujuannya untuk meringankan beban orangtua murid yang dhu’afa, bantuan ini juga bisa diharapkan bisa memotivasi para murid dan berbagai pihak agar lebih giat lagi dalam beribadah.
“Kami bersama segenap wali murid akan terus mendoakan para pendukung dakwah dan segenap muhsinin Tanmia Foundation dari berbagai kalangan yang telah mendukung dan mengupayakan agar program ini terlaksana secara kontiniu dan berkesinambungan”, terang Ust Zul. Pihaknya juga berharap agar bantuan ini bisa bermanfaat bagi Santri baru.
Sedangkan M. Anwar Nobisa salah seorang orang tua murid yang mendapat bantuan ini mengaku cukup gembira. Diakuinya, saat anaknya mendaftarkan diri menjadi murid baru, belum ada pakaiannya. Ia masih memakai pakaian seragam Tsanawiyah/SMP padahal ia sudah tingkat Aliyah/ SMA.
”Kita cukup bahagia bergembira, selain diberikan seragam juga anaknya diberikan perlengkapan shalat. Alhamdulillah, sangat bersyukur bantuan seperti ini sangat membantu kondisi kami saat ini”, ujarnya.
Terang malam bulan Dzulqo’dah malam itu sudah bukan purnama lagi tapi terang cahayanya masih terangi suasana anak-anak mengaji di TPQ Al-Falah Mangaran Situbondo. Rintisan TPQ sejak tahun 2000 ini akhirnya menjadi wujud berdirinya bangunan mushola yang berukuran 7×7 meter, Mushola Al-Falah namanya. Tahun 2000 menjadi sejarah tanda terkabulnya permohonan Ust H. Suhairi, lebih dikenal dengan nama pak Haji Suhairi ini, beliau adalah guru kampung yang berada di Desa Mangaran bersama masyarakat setempat membangun mushola tercinta. Jalan berliku bertahun-tahun bukan waktu yang singkat ia harus merintis membuka tempat pengajian untuk anak-anak TPQ yang berada di selasar teras rumahnya lalu perlahan-lahan didirikanlah Mushola agar lebih nyaman dengan peran sumbangsih warga setempat.
Giat wakaf Tanmia Foundation pada bulan Dzulqo’dah 1443 H ini juga telah selesai berpartisipasi dalam program pembuatan sumur bor Mushola Al-Falah yang berada di Dusun Mangaran Kecamatan Mangaran Kabupaten Situbondo Jawa Timur pada ( 20/06/2022 ).
“Alhamdulillah, teriring doa bahagia atas nama para pengurus mushola dan jama’ah pada pihak muhsinin dari Tanmia Foundation sehingga mengalir kebaikan dan keberkahan di setiap langkah hari kita dengan ridho-Nya”, doa syahdu Ust Suhairi mengangkat kedua tangannya.
“Do’a riuh bahagia juga dari perasaan anak-anak kami semua yang hadir disini, semoga amal kebaikan ini semua menjadi penerang jalan yang membawa syafa’at bagi keselamatan dunia dan akhirat kelak”. Lanjutkan doa Ust Suhairi.
Dari kilas ungkapan cerita hidupnya, tahun 1955 tahun bersejarah juga bagi Ust Suhairi dengan berkesempatan berguru pada Kyai As’ad Syamsul Arifin, Kyai Kharismatik Pesantren Sukorejo Situbondo. Misinya membangun mushola untuk TPQ berawal dari inspirasi gagasan keikhlasan dan perjuangan sosok Kyai As’ad Syamsul Arifin (Situbondo) yang selalu memberi wasiat pesan semangat berjuang keras dan menyempatkan mengajar ngaji dimana pun berada. Suhairi, menceritakan bahwa, Kata Kyai As’ad Syamsul Arifin dengan mengajar santri-santri nantinya akan lahir rindu dan ruh yang menyatu satu sama lainnya karena sama-sama cinta karena Allah yang akan menjalin hubungan tali iman yang kekal baik dunia maupun akhirat.
Diakhir acara serah terima wakaf sumur tersebut, segenap pengurus TPQ dan warga setempat berharap, kegiatan menyambung kebaikan ini terus dilakukan. Karena menurut Ust Suhairi, bantuan wakaf ini adalah anugerah rezeki yang diberikan oleh Allah, terdapat hak bagi mereka yang membutuhkan.
“Semoga apa yang dilakukan para muwakif melalui Tanmia Foundation ini bernilai ibadah jariyah di sisi Allah Swt dan bagi anak-anak kami bisa dinikmati dan bermanfaat. Karena saya yakin, semulia-mulianya manusia di mata Allah, adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain”. Tutup Ust Suhairi.
Pembangunan sumur serbaguna TPQ Al-Amin di Dusun Asinan Kalibagor Kabupaten Banyumas Jawa Tengah sudah memasuki tahap finishing dan siap untuk dimanfaatkan untuk kegiatan anak-anak mengaji dan kepentingan warga setempat pada ( 6/06/2022 ).
Pembangunan sumur wakaf ini adalah kiat program Tanmia Foundation sebagai bentuk sumbangsih dukungan partisipasi dengan berbagai pihak dalam rangka memajukan dunia pendidikan TPQ juga dalam rangka meningkatkan dakwah syi’ar Al-Qur’an di segenap penjuru tanah air.
“TPQ Al-Amin berdiri sudah ada sejak 2012 yang memfasilitasi kegiatan mengaji anak-anak sebagai generasi penerus dengan segala dinamika pasang surutnya masih bisa bertahan hingga saat ini”, ujar Ustadz Ibrahim saat menerima proses serah terima sumur wakaf dari Tanmia Foundation.
Misinya untuk membantu mewujudkan anak-anak dan warga setempat dapat belajar Al-Qur’an khususnya menjadi dorongan semangat untuk terus maju melangkah karena kelak akan bergantinya mereka sebagai generasi penerus.
Pembangunan sumur wakaf serbaguna TPQ Al-Amin nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan kegiatan anak-anak TPQ juga untuk kebutuhan air warga setempat karena sering matinya aliran air dari saluran PDAM bisa berhari-hari. Sumber mata air PDAM yang berasal dari aliran sungai Serayu tidak serta merta langsung lancar untuk memenuhi kebutuhan air warga mengingat banyak faktor lainnya seperti cadangan sumber debit air, kualitas kejernihan air maupun faktor alam lainya seperti banjir dan luapan lumpur yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
Segenap warga menyampaikan bahwa dirinya merasa terharu dan berterima kasih karena dengan dibangunnya sumur wakaf ini sangat berguna untuk kebutuhan warga khususnya juga kegiatan yang sangat baik yang nantinya akan bermanfaat bagi pendidikan TPQ khususnya.
“Perihal membangun sarana air atau sarana pendidikan adalah jariyah yang sudah ada keutamaanya dalam ajaran islam dan bagaimana janji balasan kebaikanya sudah Allah tetapkan”, terang Ust Ibrahim yang memberikan tanggapan sambutan pada warga setempat.
Ia menambahkan, dengan adanya TPQ di masyarakat adalah tempat-tempat kebaikan untuk mendidik anak-anak kita dengan membangun benteng akhlaqul karimah dan menjadikan mereka generasi yang qurani di masa depan.
“Sebelumnya saya berterima kasih kepada Tanmia Foundation dan segenap muwakif yang sudah memperhatikan lembaga pendidikan TPQ dan aspirasi warga kami yang juga berusaha membantu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mudah-mudahan anak-anak kami, generasi kami bisa menjadi generasi yang islami yang kuat dan tangguh.” Ujar Ustadz Ibrahim dalam penutupnya.
Dua titik sumur bor program wakaf Tanmia Foundation di Kabupaten Cilacap akhirnya dapat segera dimanfaatkan warga dan jama’ah pengajian yang membutuhkan. Kedua sumur tersebut akhirnya dapat selesai di penghujung bulan syawal 1443 H pada (28/05/2022).
Dua titik lokasi tersebut, pertama Mushola Miftahul Jannah yang berada di Dusun Gading Induk dan kedua Mushola Al-Ikhlas yang berada di Dusun Gading Wetan, lokasi keduanya merupakan daerah dusun pemekaran Desa Bajing Kecamatan Kroya Cilacap Jawa Tengah.
Purnomo, selaku pengurus mushola dan majelis pengajian Al-Ikhlas mengaku sejak berdirinya mushola pada tahun 2014 kebutuhan air mushola masih mengandalkan sumur tua milik warga yang berdekatan dengan lokasi tanah wakaf mushola. Memang sejak awal berdiri ada rencana keinginan membuat bak penampungan air namun belum terealisasikan karena terhalang biaya bila harus swadaya masyarakat dengan keterbatasan jama’ahnya.
“Alhamdulillah dengan dibangunnya sumur bor dari Tanmia Foundation ini para warga dapat memanfaatkan untuk berbagai kepentingan ibadah jama’ah dan warga disini, ada sekitar 35 KK yang tinggal di sekitar mushola dan tergabung dalam majelis taklim jama’ah mushola secara rutin,” terang Purnomo.
Kegiatan pembangunan sumur bor ini pun disambut antusias jama’ah beserta warga. Salah satunya jamaah warga bajing, Puji, merasa dirinya bersyukur bahwa musholanya mendapatkan bantuan ini. “Selama ini sangat jarang perhatian ke mushola, saya sangat bersyukur senang sekali mendapatkan kabar bahagia ini. Terima kasih kepada para muhsinin donatur yang telah menyalurkan rezekinya,” pungkasnya.
Ia juga menjelaskan rutinitas kegiatan mushola selain untuk kegiatan ibadah shalat berjamaah adalah kegiatan majelis taklim dan belajar TPQ anak-anak yang diadakan para remaja di Mushola setiap hari usai shalat maghrib.
Dalam pantauan yang diterima, usai serah terima kegiatan wakaf sumur di lokasi, giat nilai kegiatan wakaf sumur Tanmia Foundation telah banyak membantu warga terutama dalam pembangunan sarana umum dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat melalui sumur bor.
Sekilas wilayah Kroya sebagian besar wilayahnya merupakan daerah persawahan hijau dan lahan pertanian yang hanya terpaut belasan kilometer saja dari muara pantai selatan Jawa. Namun demikian di sebagian titik wilayahnya adalah merupakan kawasan yang rawan terjadinya banjir yang kerap merendam pemukiman warga.
Untuk pengeboran di wilayah Kroya termasuk dalam kategori kedalaman sumur bor dangkal karena kedalaman berkisar dari 15-20 meter sudah mendapatkan sumber mata air yang jernih dan bersih. Semoga sumur yang sudah mengalir menjadi bermanfaat untuk ummat dalam menggapai keberkahan.
Wajib bagi setiap muslim untuk mengenali suatu keburukan agar dia terhindar dari keburukan tersebut, sehingga seorang penyair arab berkata,
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه …ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melaksanakannya, akan tetapi untuk berhati-hati darinya. Dan siapa yang tidak mampu membedakan kejelekan dari kebenaran dia akan terjerumus padanya (kejelekan tersebut).
Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan bahwa Allah ta’ala dan Rasulnya memerintahkan orang-orang beriman untuk bersifat zuhud, yaitu dengan cara memprioritaskan kepentingan Akhirat diatas kepentingan Dunia, firman Allah Ta’ala tentang orang mukmin di kalangan keluarga Fir’aun yang mengatakan,
“Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. Ghafir: 38-39)More…
Senasib dengan Indonesia negeri Al Jazair di daratan Afrika Utara itu juga merasakan pahitnya penjajahan bangsa eropa atas mereka yang lebih dari 100 tahun lamanya, dalam hal ini Perancis yang punya ambisi menjajah mereka dari 1830-1962 tepat 132 tahun, menjarah, merampas harta, kehormatan dan nyawa, kala itu Al Jazair masih di bawah Kesultanan Turki Utsmani, saat itu kesultanan Turki Utsmani dalam keadaan yang sangat lemah, sebenarnya eropa sudah niat ingin menjajah Al Jazair sejak zaman Napoleon Bonaparte.
Upaya untuk menundukkan orang – orang islam di Al Jazair tidak ada henti – hentinya, namun usaha mereka selalu gagal karena perjuangan rakyat dan para ulama untuk mengusir para penjajah selalu dilakukan yang pada akhirnya More…
Islam secara bertahap menghapus tradisi jahiliyah yang telah berurat berakar dalam pada khusus suku Quraisy dan Jazirah Arab pada umumnya, yangdimotori oleh Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam dan dilanjutkan oleh keluarga dan sahabatnya. Sebagaimana yang diketahui, umur Rasulullah shallahu alaihi wasallam terlalu dini meninggalkan Islam, yaitu hanya dua puluh tiga tahun mendakwakan ajaran Islam, di Mekkah sepuluh tahun dan tiga belas tahun di Madinah. Sehingga pasca meninggal beliau tradisi jahiliyah masih belum hilang sepenuhnya dalam diri umat. Maka dari itu, sahabat dan keluarganya mengambil alih dalam artian melanjutkan dan mengembangkannya.