Mengawali semarak Ramadhan tahun 1444 H segenap santri kelas akhir pesantren al-Itqan, Kranggan Bekasi mengadakan kegiatan serambi Ramadhan diberbagai Masjid di wilayah Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah pada (23/03/2022. Para santri pun telah tiba di lokasi beberapa hari sebelum Ramadhan tiba untuk mempersiapkan kegiatan yang akan berlangsung selama sebulan penuh.
Program serambi Ramadhan ( Semarak Ramadhan Dengan Berbagi ) ini terselenggara atas kerjasama antara pihak pesantren dengan Balai Dakwah Al-Qomar Banjarnegara Jawa Tengah. Kegiatan santri kelas akhir ini cukup beragam dari menjadi imam tarawih, mengajar TPQ, pesantren kilat , kultum dan pengajian serta khatib jum`at yang akan ditempatkan di berbagai titik-titik lokasi masjid masyarakat dan perkampungan.
Tujuan diadakanya kegiatan ini adalah bagian pendidikan tarbiyah untuk para santri dalam rangka membersamai ummat dengan terjun ke masyarakat langsung untuk membumikan syi`ar nilai-nilai akhlak dan al-qur`an terlebih didalam keutamaan bulan suci Ramadhan sebagai bulan diturunkanya Al-Qur`an. Kegiatan ini juga menjadi sarana mendidik mental dan kepribadian para santri dengan nilai-nilai keshalihan, keimanan, kemandirian, kepemimpinan dan bertanggung jawab serta penghubung komunikasi kepada masyarakat untuk mengenal dunia pesantren.
“Alhamdulillah, kegiatan Serambi Ramadhan adalah kegiatan rutin tahunan Balai Dakwah Al-Qomar Banjarnegara yang pada kali ini bersama para santri kelas kelas akhir Pesantren Al-Itqan. Semoga kegiatan ini berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan,” ucap Ustadz Yudhistira sebagai panitia Serambi menerima kedatangan rombongan santri di lokasi.
Kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 18 santri kelas akhir dimana sebelum diberangkatkan ke lokasi tugas masing-masing para santri telah mengikuti program pelatihan dan pembekalan agar memudahkan kelancaran kegiatan dan kordinasi selama acara berlangsung. Santri yang ditugaskan ditiap masjid berjumlah 1 atau 2 orang dengan secara bergilir akan ditemani pendamping dari pihak panitia.
Ribut-ribut soal pajak. Pajak merupakan penopang terbesar APBN Indonesia. Pembiayaan terbesar negara ini berasal dari pajak. Sehingga negara ini sangat bergantung pada pajak untuk pembangunan dan penggajian pegawainya.
Tapi seiring dengan itu bermunculan para pegawai pajak yang kaya raya, walau hanya bergaji kecil. Lembaga pajak pun dinobatkan sebagai salah satu lembaga paling korup di negara muslim ini. Padahal disinyalir yang ditangkap baru tikus kecil. Para pemimpinnya berlaku bak pahlawan yang sedang mengusir dan membantai tikus.
Para ahli bicara. Semua memberi komentar. Kalimat paling standar pun muncul; kalau di rumah ada tikus, bunuh tikusnya jangan bakar rumahnya. Belum pernah ada yang berani sekadar berwacana: Negeri Tanpa Pajak. Walau sekadar berwacana. Tidak para ahli itu. Tidak para pengamat. Tidak para motivator yang biasa mengajak orang keluar dari kebiasaan. Tidak pemimpin agama.
Yang ada justru berbagai macam jenis pajak terus bermunculan. Pemerintah yang berhasil mengumpulkan pajak paling banyak sebagai income negara dianggap yang paling sukses. Saking liarnya wacana pajak, rakyat kecil yang hanya berjualan di sepanjang trotoar pun diwacanakan harus dipajaki. Nah, di sinilah dahsyatnya iman dan ilmu. Kalau sulit dijumpai orang yang sekadar berwacana tentang negeri tanpa pajak. Pembahasan kita ini bukan saja wacana. Bahkan merupakan iman! Dan telah teruji secara empiris!!!
Pajak, Warisan Romawi dan Persia
Dua negara adidaya itu yang mengajari tentang pajak. Berbagai macam pajak diwajibkan kepada rakyat. Tidak peduli apakah mereka tersiksa atau sekarat. Hidup semakin sulit. Sementara harta terkumpul di istana. Pantas saja, dua imperium besar itu layak dan harus ditutup. Karena kekuasaan yang dibangun di atas kedzaliman. Dan hanya Islam yang mampu menutupnya. Di zaman Khalifah adil Umar bin Khattab, keduanya berhasil tutup buku!
Berikut ini penjelasan Prof. Dr. Akram Dhiya’ dalam ‘Ashr al Khilafah Ar Rasyidah tentang Romawi,
“Adapun keadaan ekonominya, riba dan penimbunan adalah merupakan asas aturannya.Kaisar Heraklius mewajibkan pajak-pajak baru terhadap penduduk wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Romawi, untuk menutup hutang besar pembiayaan perang dengan Persia.”
Selanjutnya, Akram menjelaskan dampak pajak-pajak yang semakin membuat income negara semakin besar tetapi membuat rakyat semakin sengsara,
“Emperium Bizantium mengalami penurunan drastis disebabkan oleh semakin besarnya berbagai pungutan dan pajak. Penurunan pada aktifitas bisnis, diabaikannya sektor pertanian dan semakin berkurangnya bangunan-bangunan.”
Akram menukil tulisan Alfred J. Butler dari bukunya Arab Conquest of Egypt sebagai penguat hal tersebut,
“Cukuplah untuk menjelaskan bagaimana Emperium Romawi mengatur wilayah-wilayahnya dengan melihat tulisan Butler tentang pengaturan Mesir: Romawi di Mesir menetapkan pajak jiwa juga pajak-pajak yang jenisnya banyak sekali.
Dia juga menjelaskan: Tidak diragukan lagi, pajak-pajak Romawi di luar kemampuan masyarakatnya. Dijalankan tanpa mempedulikan asas keadilan.
Dia kembali menjelaskan: Pemerintahan Romawi di Mesir hanya memiliki satu tujuan yaitu mengumpulkan harta sebanyak-sebanyaknya dari rakyat untuk pundi-pundi bagi para penguasa.
Akram juga menukil literatur lain tulisan William J. Durant sebagai penguat: Bahkan masyarakat asli Romawi sendiri merasa keberatan terhadap pajak-pajak tersebut, khususnya para petani yang terpaksa menjual tanah-tanah mereka untuk membayar pajak dan kemudian pergi meninggalkan kotanya.
Keadaan ketika masyarakat tercekik oleh pajak yang digunakan untuk pesta para penguasa, membuat mereka berlari ketika ada alternatif lain. Apalagi yang datang bukan buaya sebagai pengganti singa. Benar-benar generasi cahaya.
Saat Amr bin Ash memimpin penaklukan Mesir, dia menjumpai masyarakat Mesir justru menyambut dengan baik kehadiran muslimin. Apalagi mereka telah mendengar keadilan muslimin begitu terkenal di seluruh dunia.
Amr bin Ash berangkat dari Paletina, masuk ke Mesir melalui Rafah, menuju Arisy terus ke Farma berikutnya Kairo dan Iskandariyah.
DR. Ali Ash Shalaby berkata, “Amr maju (masuk Mesir) ke arah barat, dia tidak menemui pasukan Romawi kecuali setelah sampai di wilayah Farma. Adapun sebelum wilayah itu, masyarakat Mesir menyambutnya ucapan selamat datang dan kegembiraan.”
Sebenarnya ini ancaman bagi negeri manapun. Masyarakat yang sudah muak dengan pajak yang semakin menyulitkan dan para penguasa yang berpesta, mereka akan segera menumpahkan kesetiaannya bagi kekuatan yang membebaskan mereka dari perpajakan. Untuk itulah setelah Amr bin Ash berhasil membuka Mesir, dia resmi mengumumkan ditutupnya pajak. Dan begitulah diberlakukan di seluruh dunia kekhilafahan saat itu.
Penghapusan Pajak di Pemerintahan Nuruddin Az Zenky
Nuruddin Az Zenky adalah seorang penguasa muslim yang hebat. Menegakkan aturan Islam di masyarakat. Menjaga keutuhan negara dari berbagai serangan; baik dari sekte-sekte sesat dan pasukan salib. Dialah yang berhasil menyatukan kembali Syam yang terkoyak karena perpecahan dan akhirnya lemah di hadapan musuh Islam. Negara menjadi tempat yang nyaman untuk beraktifitas ekonomi. Keamanan, kemakmuran, berawal dari keadilan dan jihad Nuruddin Mahmud Az Zenky. DR. Ali Ash Shalaby menulis buku:
عصر الدولة الزنكية ونجاح المشروع الإسلامي بقيادة نور الدين محمود الشهيد في مقاومة التغلغل الباطني والغزو الصليبي
(Pemerintahan Zenky Keberhasilan Gerakan Islam dipimpin Nuruddin Mahmud Asy Syahid menghadapi Kebatinan dan Perang Salib)
Salah satu konsep Nuruddin Az Zenky membangun keadilan, kebesaran dan kemakmuran negara adalah dengan dihilangkan semua bentuk pajak dan pungutan. Seluruh wilayahnya; Syam, Jazirah Arab, Mesir dan lainnya tadinya harus mengeluarkan pajak dengan besaran hingga mencapai 45%. Pengumuman resmi kenegaraan disampaikannya di seluruh wilayah, di masjid-masjid. Inilah yang dibacakan oleh Nuruddin di Mosul tahun 566 H di hadapan masyarakat:
وقد قنعنا من الأموال باليسير من الحلال، فسحقا للسحت، ومحقاً للحرام الحقيق بالمقت، وبعداً لما يبعد من رضا الرب، وقد استخرنا الله وتقربنا إليه بإسقاط كل مكس وضريبة في كل ولاية لنا بعيدة أو قريبة ومحو كل سنة سيئة شنيعة، ونفي كل مظلمة فظيعة وإحياء كل سنة حسنة .. إيثاراً للثواب الآجل على الحطام العاجل
“Kami rela dengan harta yang sedikit tapi halal, celakalah harta haram itu, sungguh celaka. Jauh dari ridho Robb. Kami telah istikhoroh kepada Allah dan mendekatkan diri kepada Nya dengan menghapus segala bentuk pungutan dan pajak di semua wilayah; yang dekat ataupun yang jauh. Menghilangkan semua jalan buruk, meniadakan setiap kedzaliman dan menghidupkan setiap sunnah (jalan) yang baik…lebih memilih balasan di kemudian hari di bandingkan kehancuran yang segera.”
Tak hanya membacakan resmi keputusan baru negara di setiap wilayahnya. Tetapi Nuruddin juga memohon kepada para khatib-khatib di masjid-masjid untuk menyampaikan permohonan maaf negara atas pungutan dan pajak yang selama ini diambil.
Pemerintahan Nuruddin Zenky selanjutnya memberikan ancaman hingga hukuman mati bagi siapapun pejabat yang masih melakukan pungutan atau pajak. Pasti kemudian muncul pertanyaan: dari mana, negara membiayai semua kegiatannya. Islam mempunyai jawaban yang sangat lengkap. Sumber pemasukan negara yang ditetapkan Islam halal dan berkah. Kehalalan dan keberkahan lah yang membuat negara justru menjadi lebih banyak pemasukannya.
Tulisan ini belum membahas detail masalah itu. Dan justru di sinilah pentingnya para ulama hari ini menyuguhkan konsep jelas dan detailnya.
Tetapi mari kita dengarkan hasil global yang diperoleh oleh pemerintahan Nuruddin.
DR. Ali Ash Shalaby menjelaskan, “Hasil yang lazim setelah itu, masyarakat menjadi lebih giat untuk bekerja. Para pebisnis mau mengeluarkan harta-harta mereka untuk terus berbisnis. Pungutan yang sesuai dengan syariat justru berlipat-lipat lebih banyak dibandingkan pungutan haram.”
Kemudian dia menukil kalimat Ibnu Khaldun: “Perlakuan tidak baik terhadap harta masyarakat, akan melenyapkan harapan mereka dalam mengembangkan harta mereka. Karena mereka sadar, ujungnya uang mereka akan hilang dari tangan. ika ini terjadi, maka mereka akan cenderung menahan diri untuk berkarya. Tergantung seberapa besar kedzaliman terhadap mereka, sebesar itulah mereka menahan diri dari pengembangan harta. Maka rugilah pasar-pasar, gedung-gedung dan rusaklah keadaan…..kedzaliman terhadap harta masyarakat, kehormatan, darah dan rahasia mereka menyebabkan keguncangan dan kerusakan sekaligus. Negara pun runtuh dengan cepat.”
Hasil baik dari penghapusan pajak yang sering tidak diduga di zaman egois seperti ini adalah peran orang-orang kaya terhadap masyarakat miskin. Terbentuklah masyarakat yang saling menanggung dan menjamin seperti yang terjadi di pemerintahan Nuruddin Zenky. Hal ini mereka lakukan karena meneladani pemimpin negara sekaligus mengharap balasan dari Allah. Sehingga bermunculanlah swadaya untuk membangun sekolah-sekolah, masjid-masjid, rumah-rumah yatim dan sebagainya.
So, solusi itu memang hanya ada di Islam.
Negeri tanpa pajak bukanlah wacana. Negeri tanpa pajak adalah solusi pembangunan yang benar-benar membangun. *)
“Tujuan saya pulang kampung setelah kuliah hanya ingin mencerahkan dan melihat anak-anak penerus dapat mengenyam dunia pendidikan agama lebih baik dengan memiliki akhlak mulia, sekalipun di daerah pelosok.” Begitu ucapan yang keluar dari seorang sosok guru sekaligus da’i bernama Ustadz Amin asal Blitar saat kunjungan safari dakwah jajaran pengurus Tanmia Foundation di Blitar, tepatnya di Kanigoro (2/3/2023).
Selesai menyelesaikan jenjang pendidikan syari’ah di LIPIA pada 2003, Ustadz Amin panggilan akrab disapanya mengabdikan diri untuk menjadi guru di Pesantren Nurussalam, tepatnya di Lodoyo Sutojayan Kabupaten Blitar.
Selain mengajar di pesantren ia pun aktif kegiatan dakwah di masyarakat dengan rutin mengajar masyarakat terutama di beberapa daerah binaan di wilayah Blitar bagian selatan.
Lebih lanjut, Ustadz Amin menuturkan perkembangan dan perubahan masyarakat setelah masuknya dakwah di titik-titik daerah pelosok Blitar bagian Selatan juga telah mengubah tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan terlebih pada nilai-nilai keimanan dan keislaman. Begitu juga kesenjangan kesejahteraan ekonomi pun berubah dimana daerah yang dulunya tandus dan kering kini berubah menjadi lahan produksi tanaman perkebunan seperti tebu misalnya, itu juga telah mengubah nasib penghidupan masyarakat menjadi lebih baik.
Dari pertemuan singkatnya tentang kelamnya proses perjalanan dakwah di wilayah bagian selatan Blitar tak luput juga dari sisa-sisa sejarah kelam gerakan PKI tahun 1965 yang pernah terjadi di kawasan daerah itu. Basis masyarakat awam yang dijadikan titik pengumpulan simpatisan dan dukungan gerakan laten komunisme anti NKRI oleh oknum sisa-sisa PKI yang melarikan diri ke daerah tersebut. Daerah Blitar Selatan menjadi daerah tujuan persembunyian dan membangun basis massa tentu telah melewati berbagai pertimbangan pihak mereka.
Kondisi geografis Blitar bagian Selatan yang berupa perbukitan dan tandus dirasa sesuai untuk digunakan sebagai tempat aman untuk persembunyian. Keadaan masyarakat yang jauh tertinggal secara ekonomi waktu itu dirasa membuat masyarakat tidak terlalu menganggap hidup dengan tatanan beragama menjadi sebuah keyakinan yang sakral secara ritual menjadi suatu prioritas utama yang dipegang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini boleh dibilang identik dengan dominan lingkungan kaum
abangan.
Kiprah santri dan da’i pesantren yang berlangsung bertahun-tahun membina masyarakat di kawasan Blitar bagian selatan berangsur-angsur memberikan pencerahan tentang kesadaran beragama dan tentunya juga membersihkan dari sisa-sisa paham komunisme. Kendati perkembangan zaman telah berubah lebih baik dari masa-masa sebelumnya akan tetapi tantangan akan tetap terus ada sebagaimana kepercayaan masyarakat yang telah dulu ada mereka anut sebelum-sebelumnya seperti tradisi, ritual, adat, dan budaya warisan nenek moyang. Memang sulit untuk menghilangkan pengaruh dari keyakinan-keyakinan sebelumnya secara total dalam kehidupan sehari-hari karena sudah mengakar turun-temurun, akan tetapi dalam praktiknya, proses dakwah para da’i dan santri pesantren yang terus berkembang telah memberikan warna hidup babak baru untuk mengenalkan islam secara positif tahap demi tahap prosesnya.
Kiprah da’i dan pesantren di Blitar yang secara kultural memiliki kedekatan dengan titah para Kyai Pesantren sejak jaman dahulu merupakan unsur penting dalam dinamika historis perkembangan dakwah terutama di daerah Blitar sebagai kota bersejarah dengan merekam berbagai peristiwa penting baik sosial budaya, ekonomi maupun politik. Begitu juga dengan sejarah mendiang Sang Proklamator Presiden RI pertama Ir Soekarno juga memiliki catatan sejarah yang diabadikan dalam museum hingga makam terakhir peristirahatannya.
Perkembangan kiprah da’i dan pesantren di Blitar memiliki peran utama, terutama dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan berbasis keislaman kepada para santri maupun juga menjalankan peran-peran dakwah di dalam kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Memang awal perjalanan dakwah yang terjal bagi para da’i dan guru agama Islam di
madrasah, langgar ataupun masjid dari satu kampung ke kampung lainya belum lagi target ancaman misi misionaris dari pihak luar seiring
berjalannya waktu.
Kisah perjalanan dakwah masa kemerdekaan hingga sekarang ini tentu saja tak pernah lupa dengan tragedi tahun
1965 yang menorehkan luka mendalam diharapkan tidak terulang kembali lagi. Cukup menjadi rekaman sejarah yang bisa diambil hikmahnya oleh seluruh elemen bangsa. Sentimen pertentangan ideologi anti NKRI dan anti islam bisa dilewati dengan benteng perjuangan dakwah kiprah da’i dan pesantren
sebagai proses memasukkan keutamaan nilai-nilai islami dalam kehidupan masyarakat.
Salah satu keberkahan dan tolak ukur keberhasilan ialah tolak dengan didirikannya pesantren Nurus Salam Lodoyo Sutojayan juga Pesantren cabang Lirboyo di Bakung bersama masyarakat setempat. Masuknya nilai-nilai keislaman atau Islamisasi secara kultural melalui pondok pesantren diharapkan dapat menguatkan akidah masyarakat sehingga mampu memfilter ideologi-ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam dan juga bertentangan dengan sisa-sisa laten komunisme masa itu. Inilah salah satu peran penting pesantren dalam sejarah perjalanan bangsa ini adalah keterlibatannya dalam perjuangan melawan penjajah.
Lebih lanjut, Ustadz Amin menuturkan kegiatan pendidikan dan dakwah yang mengedepankan kualitas ilmu dan adab juga telah mengubah keadaan suasana kesadaran masyarakat perkampungan di wilayah Bagian Blitar Selatan. “Peran da’i dan guru kampung biar sederhana ini sangat penting dalam menjaga umat,” pungkas Ustadz Amin sembari menerima wakaf mushaf Al-Qur’an dari Tanmia Foundation.
Segenap jajaran pengurus Tanmia Foundation bersama Pengasuh Pesantren Al-Itqan Bekasi Ust Rofiq Hidayat, Lc mengadakan safari dakwah ke wilayah jalur lintas selatan Jawa Timur, salah satunya ke Pesantren Ar-Royyan Gunung Cilik Kebon Agung, Pacitan ( 1/03/2023 ).
Kedatangan rombongan disambut oleh pengasuh pesantren Ar-Royyan Ust Herry Trisdiyanto, Lc dengan segenap pengurus pesantren setempat. Dalam beberapa poin kesempatan silaturahim tersebut yaitu bertujuan menjalin sinergi kerjasama tentang perkembangan pendidikan pesantren dan dinamika problematika dakwah di lapangan. Dunia dakwah dan pendidikan pesantren adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan karena secara mendalam salah satu program unggulan yang bisa diwujudkan ialah bentuk khidmat untuk ummat dengan pengabdian kepada masyarakat. Inilah pentingnya pesantren dan lembaga dakwah menjalin sinergitas dengan berbagai kalangan.
“Menjalin Silaturahmi ke pelosok daerah bertemu para alim ulama dan da’i lapangan adalah bentuk menguatkan ukhuwah dan ruang mempererat sinergitas dalam membangun jalan dakwah bersama pesantren sebagai basis pendidikan non formal dan secara nyata bisa menjadi solusi dalam banyak hal salah satu diantaranya melalui santri pengabdian yang ditugaskan di masyarakat”, jelas Ustadz Rofiq dalam prolog muqaddimah ta’aruf pembicaraan nya.
Sementara Ust Herry Trisdiyanto, selaku pengasuh Pesantren Ar-Royyan mengungkapkan salah satu sisi menarik tentang program dakwah di wilayahnya dimana kiprah pesantren yang tengah berjalan ialah dakwah berbasis pada pembinaan masyarakat melalui program Ta’limul Quro’ ( mengajar ngaji ke desa-desa ). Berbagai jenjang usia yang antusias mengikuti selama kurun 3 tahun terakhir ialah mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia yang sudah tersebar di berbagai titik pedesaan di wilayah Pacitan. Tenaga pengajar yang siap diterjunkan ialah para santri yang sedang mengikuti program pendidikan dengan jadwal yang sudah disesuaikan waktunya.
Kilas kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pesantren Ar-Royyan adalah program pendidikan selama 2 tahun dengan jenjang pesantren tinggi yang fokus pada menghafal Al-Qur’an dan dan konsentrasi pada ilmu syar’i khususnya Fiqih Madzab Syafi’i.
Strategi pendekatan dakwah islam pada masyarakat yang bertumpu pada ilmu dan adab sangat penting untuk menjadi ciri khas pesantren dan berikut para santrinya. Dengan keikhlasan dan perjuangan para ulama sebagai pewaris dakwah para nabi memiliki visi dan misi yang sama yaitu dakwah islamiyah untuk satu kata tujuan yang sama yakni keridhoan Allah semata bukan untuk kepentingan golongan maupun kekuasaan apapun.
Agenda penutupan waktu safari dakwah Tanmia Foundation di Pacitan juga tak luput untuk singgah di Pesantren Tremas, Arjosari.
“Tremas itu adalah salah satu pondok pesantren tertua di Indonesia yang sudah berdiri sejak 1820. Kawasan desa kecil bernama Tremas Arjosari kini menjadi kawasan lingkungan pesantren yang bersejarah melegenda. Begitu juga Pesantren Tremas juga tak luput dari banyak karya literatur kitab peninggalan Syaikh Mahfudz at-Tarmasi ulama kharismatik asal Tremas ini yang berkiprah di Timur Tengah dengan segudang ilmunya yang sampai saat ini pun karya-karyanya masih digunakan disana.