Info terbaru
Melepas Khidmat Santri Ke Pelosok Negeri, Merawat Syi`ar Dakwah Yang Tak Boleh Padam
Hari mulai senja sirine keberangkatan kapal dibunyikan tanda semua pintu ABK kapal menutup semua akses pintu agar semua penumpang standby bersiap untuk berangkat. Setiap air mata rindu dan salam perpisahan bercampur aduk dikeluarkan bagi siapa saja yang berpisah senja sore itu. Tak ubahnya seorang Ibu yang akan melepas anak-anak tercintanya yang akan berlabuh merantau jauh. Biarlah air mata menetes deras tapi setiap tetesnya akan menjadi keberkahan do`a yang akan bersemi dikemudian hari untuk membawa kebahagiaan.
Seluas mata memandang area pelabuhan Tanjung Priok di pesisir Pantai Jakarta Utara. Dua pekan telah berlalu santri tugas pengabdian Pesantren Al-Itqan, Kranggan Bekasi diberangkatkan lewat pelabuhan laut Dermaga Terminal Nusantara Pura menuju Ternate, Maluku Utara. Antrian hilir mudik kawasan sibuk pelabuhan Tanjung Priok hari itu bergemuruh berjejalan para calon penumpang kapal PELNI Dorolonda yang sudah bersandar di anjungan untuk menunggu keberangkatan para calon penumpang.
Sebanyak 2 orang alumni angkatan ke-IV Pesantren Al-Itqan berstatus sebagai alumni tugas wiyata bhakti yang akan bertugas selama satu tahun akan ditempatkan di Pesantren dan Masyarakat tepatnya di Halmahera Tengah, Maluku Utara. Menuju tempat pengabdian yang penuh perjuangan akan dilewati melalui jalur laut selama 5 hari perjalanan laut.
Pesantren Al-Itqan dalam perjalananya telah mengirimkan alumni-alumninya ke berbagai daerah pelosok penjuru tanah air sebagai bentuk khidmat melayani ummat dan kewajiban setiap alumninya untuk tugas kewajiban syi`ar dakwah di setiap jengkal tanah air. Dari Ujung Aceh Pulau Sumatera hingga Ujung Timur Halmahera Maluku Utara bahkan Papua nantinya diharapkan menjadi bagian syi`ar yang berperan membantu kinerja para pengampu ummat dan lembaga-lembaga dakwah maupun pendidikan agar terus berkembang maju lebih baik.
“Biasanya melalui kegiatan safari dakwah kita ingin mengetahui sejauh mana realita ummat dan sikon perkembanganya agar kegiatan pendidikan kaderisasi guru dan da`i di dalam pesantren relevan terhadap dinamika perkembangan ummat yang terupdate. Sehingga para alumni-alumni ini bisa membantu mengurai persoalan dan permasalahan ummat akan krisisnya tenaga pengajar dan sumber daya manusia dalam bidang keagamaan di pelosok masyarakat yang kurang diperhatikan,” ujar petuah Ustad Rofiq Hidayat selaku Pimpinan Pesantren saat melepas keberangkatan para santri wiyata bhakti, Selasa ( 5/09/2023 ).
Menurutnya, kegiatan pendidikan di Pesantren bukan semata-mata mentrasfer ilmu syar`i akan tetapi mendidik memberikan tarbiyah akan pentingnya menyiapkan kaderisasi generasi yang mampu memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan untuk mampu berdakwah dan istiqomah dalam kebaikan dan menjangkau daerah-daerah pelosok pinggiran yang masih minim perhatianya.
“Harapanya tidak tinggi-tinggi akan tetapi para alumni diharapkan dapat menghidupkan syi`ar keislaman dan menghidupkan kembali ruh-ruh perjuangan membina anak-anak umat ini untuk kembali kepada indahnya kalam al-qur`an sebagai bentuk pertanggung jawaban akan ilmu yang telah dipelajari di pesantren untuk diamalkan di masyarakat,” tambah Ust Rofiq dalam nasehatnya.
Jadwal kapal yang hanya ada 1 kali sebulan menuju Ternate menjadi pemandangan yang luar biasa setiap calon penumpang dan para pengunjung pelabuhan yang hendak mengantarkan sanak famili keluarganya yang hendak bepergian jauh.
Dua tahun berlalu setelah pandemi akses transportasi laut kembali menggeliat tumbuh menjadi incaran setiap orang yang hendak bepergian maupun pulang kampung bagi mereka yang berasal dari daerah-daerah jauh ditengah kepulauan seperti kawasan Indonesia timur.
Toh,selain biaya yang hemat juga akan menambah rasa pengalaman akan luasnya tanah air ibu pertiwi sebagai daerah maritim dunia. Perjalanan ke Ternate dengan Kapal PELNI Dorolonda akan singgah di beberapa pelabuhan besar seperti : Tanjung Priok Surabaya, Makassar, Bau-Bau, Namlea Maluku, Ambon dan terakhir tiba di tujuan Ternate sebagai eks Ibukota Maluku Utara sebelum diganti di Sofifi yang berada di Pulau Halmahera.
Terakhir, bagi para alumni yang bertugas wiyata bhakti dimana pun berada dengan segala situasinya menjadi rangkaian perjuangan kesabaran dan keikhlasan dalam medan amal yang tak bisa diremehkan dan disepelekan. Karena menanamkan jiwa kesabaran dan keikhlasan menjadi kunci dan modal yang tak pernah habis dalam rangkaian suksesnya kegiatan amal jama`i dalam syi`ar dakwah. Permintaan tenaga alumni pesantren untuk menjadi tugas wiyata bhakti mengalami kondisi yang timpang, antara permintaan tenaga alumni yang disana-sini meminta masih membutuhkan namun disaat yang sama masih minimnya anak-anak ummat ini yang belum berminat untuk masuk meniti pendidikan pesantren khususnya kaderisasi guru dan da`i dengan mengharap keridhaan-Nya semata. Wallahu Musta`an.
Datang Ke Jogokaryan, Rindu Lahirnya Masjid Kebangkitan Ummat
Malam purnama bulan Safar baru saja menampakkan sinarnya yang terang benderang. Fajar shubuh pun baru menyingsing di ufuk timur Masjid Kauman yang tepat bersebelahan dengan alun-alun utara kesultanan Yogyakarta. Jalanan Paris pun sudah mulai padat merayap dengan rombongan becak kayuh yang berlalu-lalang para pedagang yang mengangkut barang dagangan ke pasar-pasar pagi buta. Jalanan rindu pagi-pagi menembus pintu Jokteng Langenastran pun bukanlah untuk melancong Kawasan Taman Sari Keraton.
Semangat berkah pagi menuju Masjid Jogorkaryan akhirnya pun sampai. Hanya berjalan kaki santai sejauh ratusan meter saja dari Pojok Benteng Alun-Alun Kidul Keraton pun bisa dijangkau. Lokasi Masjid yang tepat berada di Kalurahan Mantrijeron, Kapanewon ( Kecamatan ) Mantrijeron ini terbuka 24 jam bagi para jama`ah dan musafir yang tidak pernah sepi hari-harinya. Miniatur fungsi masjid yang kini tengah merubah tatanan masyarakat sebagai sumber kesejahteraan masyarakat benar-benar tengah dirasakan warganya.
Berawal dari sebuah langgar kecil di Kampung Pinggiran Selatan Kota Yogyakarta, Masjid Jogokariyan terus berusaha membangun ummat dan mensejahterakan masyarakat. Masjid sebagai agen perubahan masyarakat berjalan dengan baik seiring dengan proses berkembangnya dakwah berbasis Masjid. Konon Kawasan kampung yang dulu “Abangan” Komunis kini menjadi masyarakat Islami melalui dakwah berbasis Masjid.
Bersamaan dengan munculnya gerakan komunis tahun 1965 di Jogjakarta lahirlah cikal bakal legenda masjid Jogokaryan. Komunis yang sedang diatas angin di tanah air tahun 1965, ibarat usia kandungan “hamil tua” yang sudah mau lahir ingin unjuk kekuatan digdayanya. Kampung Jogokaryan mungkin salah satu titik target Kawasan kampung untuk berkembangnya politik dan gerakan ideologi komunis jaman itu. Setiap gangnya memiliki latar arti perjalanan sejarah kelam yang bisa selalu teringat oleh para saksi yang masih hidup.
Masjid fenomenal yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pegiat dakwah di Jogjakarta menjadi tempat yang ramah untuk setiap tamu yang ingin datang. Sudut demi sudut menjadi inspirasi simbol akan kemakmuran masjid sebagai embrio lahirnya kesejahteraan bagi ummat dan jamaahnya. Suasananya menjadi panggilan semangat untuk terpanggil menguatkan hati dan kaki-kaki ini berlama-lama beribadah di dalamnya. Menjadi tempat yang menyimpan energi penyemangat gerakan dakwah untuk terus jalan berkembang maju. SIapapun akan merasa betah bermunajat di dalam rumahNya yang suci untuk menjawab setiap pinta doa hamba-hambaNya.
Alhamdulillah, ahlan wa sahlan atas kedatangan rombongan dari segenap pengurus Yayasan Tanmia Jakarta di sekretariat utama Masjid Jogokaryan dengan sepenuh hati menyambut gembira ramahnya kedatangan para tamu , Ujar Gita Welli Ariadi salah satu pengurus Masjid yang hari itu piket sekretariat di tempat.
“Program-program Masjid berderet begitu banyak dan inilah miniatur kepemimpinan yang ideal terbilang sudah berjalan sampai saat ini. Struktur bagian-bagian kepengurusan masjid yang terbagi dalam belasan biro-biro bagian yang selama ini berjalan menunjukan kegiatan masjid yang begitu padat selama ini telah berjalan”, jelas Gita Welli Ariadi selaku pengurus harian Masjid Jogokariyan ( 14/08/2023 ).
Sejarah panjang masjid yang terus berjalan sampai saat ini bukanlah instan dibangun dalam bilangan hari. Lahirnya sistem kepengurusan masjid dengan sederet visi yang mencerahkan ummat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Masjid Jogokaryan yang sebenarnya hanya sebuah masjid kampung sederhana saja, namun memiliki program-program terobosan yang kreatif dan memiliki asas manfaat yang akhirnya membangunkan lelap nyenyak tidurnya para takmir masjid pada umumnya untuk berduyun-duyun berlomba-lomba mengikutinya.
“Terimakasih atas perhatian dan jamuan tamu serta telah menerima kedatangan rombongan dengan ramah sepenuh hati”, ucap Ust Bukhari Abdul Mu`id sembari saling beramah-tamah. Selain kantor sekretariat juga ruangan aula yang seringnya sibuk dari waktu ke waktu untuk belajar para tamu yang datang. Mereka adalah para tamu pengurus takmir yang hendak akan belajar tentang manajemen pengelolaan masjid. Suasana masjid pun akhirnya menjadi pemandangan layaknya kerumunan tempat wisata dan Kawasan pendidikan.
Lagi-lagi uniknya juga pemberdayaan program setiap RT ( rukun tetangga ) kampung yang memiliki struktur kepengurusan dalam rangka memonitor setiap jamaah setiap kali kedatangan shalat adalah salah satu bentuk absensi dan kontrol sosial yang jarang ditemukan ditempat lainya. Bagaimana jama`ah satu sama lain saling memperhatikan tentang artinya persaudaraan seiman sesungguhnya. Ia ikut tersadar merasa senasib dan sepenanggungan dalam bingkai ukhuwah keislaman. Bagaimana tidak bila salah satu saudara merasakan sakit maka tetangga kerabat hingga pihak masjid bersegera untuk datang membesuk dengan tangan yang penuh kedermawanan membawa bingkisan santunan. Ini bukan apa dan berapa, tetapi tentang arti hak bertetangga dan peran masjid yang juga penting ada di hati setiap warga dan ummatnya dengan merasakan keberadaanya.
Pandemi yang setahun terakhir berlalu telah menggulung semua kantong-kantong laju ekonomi mata pencaharian masyarakat hingga pada kondisi titik nadir yang memprihatinkan namun justru Menara masjid jogokaryan menjadi mercusuar sosial yang sangat berperan aktif menjadi sumber poros energi yang menyediakan setiap solusi masyarakat dimasa pandemi. Penanganan kasus darurat hingga protocol kesehatan yang sedemikian ketatnya waktu itu telah dilaluinya. Masjid selalu memiliki pintu yang sangat lebar untuk hati para jamaah setianya. Belum lagi hadirnya pasar rakyat setiap akhir pekan menjadi animo warga untuk tetap bangkit masa pandemi itu dengan peran permodalan masjid ikut berperan serta didalamnya. Ditambah lagi pendampingan dan upgrading setiap usaha jamaah agar menjadi partner berkembangnya usaha menjadi peran masjid juga ikut membersamainya.
Inilah yang menjadi lahan dakwah yang tak pernah habis dan samudera yang tak akan pernah kering untuk digali agar kehadiran masjid bukan hanya fisik bangunan semata tetapi menjadi solusi setiap permasalahan umat warga yang bernaung di dalamnya. Membuka masjid bukan soal luas dan megahnya, namun para peran nyata pada ummatnya. Inilah fungsi yang berperan di Jogokaryan.
Rindu pun pasti membekas bila Ramadhan tiba, Kampung jogokaryan menjadi lautan manusia yang ingin datang untuk menikmati rasanya berbuka puasa di jalan utama Masjid dengan ribuan jama`ah dan aneka menu kuliner yang datang berduyun-duyun berbaris di kanan kirinya. Mari bersegera mengambil peran untuk lahirnya Jogokariyan-Jogokariyan baru untuk ikut membangun ummat.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Temu Sinergi Jejaring Si Bulan Indonesia, Estafet Mengisi Hari-Hari Kemerdekaan
Riuh semarak hari kemerdekaan belumlah usai, baru saja sepekan berlalu peringatan detik-detik proklamasi dirgahayu kemerdekaan ke-78 digelar dari ujung Sabang sampai Merauke serentak berdiri tegak pusaka merah putih berkibar mengangkasa. Tanda hari suci atas Rahmat Allah akan kemerdekaan yang ke-78 telah berlangsung khidmat untuk disyukuri sebaik-baiknya. Terus melaju untuk Indonesia maju menjadi denyut penyemangat agar tanah air terus maju untuk keadilan dan kemakmuran rakyat didalamnya. Inilah harapan setiap realita demi juang kebebasan sejati agar terbebas dari segala sekat-sekat keterbatasan setelah sekian lama menikmati udara kemerdekaan.
Semangat juang mengisi kemerdekaan pun tak luput di-isi oleh jajaran pengurus Tanmia Foundation yang baru-baru ini temu sinergi dengan jejaring komunitas Si Bulan ( Siaga Ambulance ) Indonesia yang menginisiasi adanya antar jemput pasien dhuafa gratis tanpa pungutan biaya pada ( 15/08/2023). Jejaring komunitas yang berpusat di Kebumen Jawa Tengah ini sudah ada sejak 2015 lalu yang di inisiasi Kang Fikri dkk, sapaan akrabnya. Berawal dari banyaknya kasus penanganan pasien gawat darurat yang harus ditangani secara cepat dan tepat untuk segera dirujuk menjadi cikal bakal tergeraknya jejaring komunitas ini.
Apalagi notabene sebagian besar pasien adalah kalangan dhuafa yang mengalami kesulitan baik dari segi biaya dan aksesnya saat akan dirujuk dari satu tempat ke tempat lain yang cukup jauh ribuan kilometer jaraknya. Ini yang menjadikan jejaring komunitas Si Bulan ( Siaga Ambulance ) Indonesia menjadi pintu wasilah penolong, yang keberadaanya bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.
“Terus terang, kami tidak memiliki tarif khusus ketentuan. Silahkan bagi keluarga pasien yang mampu memberi infak semampunya, yaa silahkan saja tidak memberi pun tidak masalah. Kalau pun ada juga untuk mengisi kas operasional saja,” jelas Kang Fikri Ketua Jejaring Si Bulan Indonesia dalam obrolan santai saat silaturahmi dengan segenap jajaran pengurus Tanmia Foundation.
Ia pun menambahkan hadirnya jejaring Si Bulan ( Siaga Ambulance ) saat ini telah memiliki lebih dari 200 unit ambulance yang tergabung dari ujung Provinsi Banten Pulau Jawa sampai Lombok Timur di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjadi rantai tali-temali bagian solusi untuk melayani antar jemput pasien secara gratis bagi kalangan dhuafa di tanah air. Ini bukan semata-mata untuk mengambil alih fungsi peran birokrasi pemerintah namun lebih kepada membantu penanganan dan memudahkan permasalahan di lapangan yang sering timbul dihadapi oleh masyarakat itu sendiri sehari-harinya.
Sinergi jejaring yang terbangun lintas komunitas ini mengalir secara alami begitu saja karena berdasarkan kesamaan visi misi dan frekuensi kemanfaatan tolong menolong. Sistem pengantaran pasien pun dilakukan estafet dari satu kota ke kota lainya yang bertetanggaan terdekat menuju tujuan. Sedangkan mengenai biaya operasional akan dibebankan pada pihak masing-masing jejaring si Bulan titik daerah setempat sesuai dengan situasi dan kondisinya.
Adapun di sisi yang lain, sekilas profil pendidikan kaderisasi guru dan da’i yang dilakukan oleh Pesantren saat ini juga diutarakan oleh Ustadz Rofiq Hidayat, selaku pimpinan pesantren Al-Itqan yang hadir dalam acara temu silaturahmi tersebut.
Pertemuan hampir satu jam menjadi tak terasa, dibuai dengan semilir angin persawahan dan perkampungan dimana sejenak kesempatan duduk bersua bertukar pikiran dan pandangan dengan santai dihabiskan sejenak waktu itu.
Kedua Lembaga ( Tanmia Foundation dan Si Bulan Indonesia ) memang memiliki concern kompetensi bidang masing-masing tapi tak mustahil akan saling mengisi ruang-ruang sinergi yang akan menggugah lahirnya berbagi ruang kebaikan dan kepedulian.
Langkah nyata dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan yang dilakukan segenap elemen anak bangsa dengan segala potensi dan kontribusinya tidak bisa diabaikan dan diremehkan sekecil apapun nilainya. Karena 2 hal, antara Pendidikan dan kesehatan, dua hal yang tak terpisahkan sebagai sebuah prioritas pembangunan utama suatu bangsa dalam mengisi kemerdekaan.
Jalan panjang merengkuh kemerdekaan sejati berbagai cara dilakukan sesuai peran masing-masing segenap anak bangsa karena tidak mudahnya membangun di-era yang kian rumitnya dan ditimpa beratnya dekadensi moral. Juga pengaruh tranformasi digital yang secepat kilat berubah-ubahnya dari waktu ke waktu. Apalagi geliat dalam kiprah dalam bingkai dakwah dan sosial kemanusiaan akan sangat dipengaruhi dengan kultur daerah kebiasaan tempat masing-masing. Memang membangun lahan daerah tidaklah mudah dan instan. Ia pun membutuhkan seni tersendiri. Ibarat perumpamaan “Lain lubuk lain ikanya, lain padang lain belalang, lain daerah lain pula kebiasaan seni membangunya”.
Belum cukupkah sudah hari merdeka dilewati dengan berkali-kali yel-yel teriakan itu berkumandang, menggema di cakrawala, dipentaskan dalam berbagai ajang pentas heroik dan atraksi lomba?
Dari ujung pelosok negeri hingga belantara kota, harapan makna kemerdekaan itu sepertinya rangkaian kata doa dan harapan yang bersambung-sambung satu rasa satu perasaan akan nasib yang sama akan perjalanan bangsanya yang masih tertatih-tatih. Karena setiap tenaga dan peluh sudah tidak bisa mengeluh lagi diungkapkan.
Lantas, merdeka dari apa yang kita cari ? Kemudian, merdeka untuk apa ? Satu kata dalam kemerdekaan hakiki rangka jalan pengabdian mencari keridhaan-Nya tanpa pamrih dan meninggikan syi`ar kalimat Allah tertinggi. Sungguh seluruh ibadah, hidup dan mati kita untuk Allah Rabbul Izzati semata.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Silaturahmi Di Rumah Qur`an Al-Husna Kutoarjo, Cita-Cita Rumah Perekat Hati Masyarakat
Suasana heroik hari kemerdekaan di perkampungan menyeruak semarak. Tiang-tiang bendera merah putih berdiri tegak berkibar disetiap sudut dusun. Jalanan sunyi desa tampak bersih dan indah dengan slogan-slogan penyemangat hari kemerdekaan. Suasana yang bergulir tiap tahun di seantero tanah air menjadi rindu akan jasa para pahlawan yang tanpa pamrih dalam berjuang dalam setiap tempat dan waktu.
Kedatangan rombongan safari dakwah Tanmia Foundation tibalah saat senja sudah tenggelam di jalanan kota tua Kutoarjo Jawa Tengah pada ( 10/08/2023 ). Malam itu akan digelar pengajian umum rutin dan temu warga dengan mengkaji tema-tema kitab Riyadushalihin yang secara rutin sudah berjalan selama ini. Rumah Qur`an yang sederhana tegak berdiri diatas lahan wakaf masyarakat menjadi bagian agenda silaturahmi pengurus Tanmia Foundation untuk ikutserta menyemarakkan kegiatan bersama dengan warga kendati dalam bingkai acara temu sederhana.
Penyerahan simbolis wakaf qur`an Tanmia Foundation ke pengurus Rumah Qur`an Al-Husna menghangatkan suasana malam itu sebelum acara pengajian warga dimulai. “Jazakumullahkhairan atas perhatian dan pembagian wakaf qur`an dari Tanmia Foundation untuk para jama`ah majelis taklim rumah qur`an Al-Husna semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan kepada segenap muhsinin semuanya”, tutur Ust Saif pengurus majelis taklim sembari menerima wakaf Qur`an.
Sebelum pamit, rombongan Tanmia Foundation dijamu makan malam oleh pihak pengurus rumah Qur`an. “Semoga berkenan di hati dan berkah bisa merasakan makan bersama ala kadarnya dari kami. Menikmati suasana desa yang teduh dan penuh kehangatan bersama warga dalam malam pengajian,” kata salah satu warga sembari melepas rombongan melanjutkan perjalanan selanjutnya.
Rumah Qur`an Al-Husna Desa Pacor menjadi tujuan untuk bertemu para tokoh dan warga dusun yang telah menanti kedatangan untuk bersilaturahmi bertegur sapa. Seperti layaknya kegiatan kampung yang akrab dengan kekeluargaan dan kebersamaan. Berdirinya rumah qur`an Al-Husna sejak tahun 2018 menjadi wasilah tempat untuk merekatkan persaudaraan warga dan masyarakat untuk berkumpul dan belajar. Tempat yang diharapkan nyaman untuk memecahkan masalah dan bercengkerama keluh kesah akan dilema dakwah masyarakat untuk mencari solusi jalan keluar setiap masalah. Tempat untuk saling asah, asih, asuh belajar mendalami kegiatan pengajian majelis taklim dan berbagi tentang manfaat dan peran sosial dalam bermasyarakat.
Rumah Qur`an Al-Husna menjadi salah satu bagian penting membangun kegiatan berbasis masyarakat dengan pilar-pilar program utama memberantas buta huruf al-qur`an di Kutoarjo Jawa Tengah selama ini. Dari rumah ke rumah, antar dusun dan komunitas warga yang tidak pilih kasih untuk saling belajar tanpa membedakan status sosial satu sama lainya. Kedekatan yang erat akhirnya tumbuh kuat untuk saling membangun kepercayaan dan membangun kemajuan masyarakat yang lebih baik inilah harapan sederhana yang sedang dinanti-nantikan.
Padahal Kutoarjo sendiri pada asal mulanya merupakan salah satu pusat kota sendiri sejak kerajaan Mataram Islam yang sekarang secara administratif menjadi bagian utama kecamatan penting di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Keberadaanya Kutoarjo jauh sudah ada awal berdiri dahulu sebelum Kabupaten Purworejo itu sendiri.
Malam yang sunyi akhirnya membelah jalanan Kutoarjo untuk menjadi bagian rangkaian kegiatan perjalanan Safari Dakwah Tanmia Foundation kali ini. Tempat dimana miniatur kota tua ala kolonial yang sudah familiar sejak kerajaan Mataram Islam berdiri tahun 1800-an. Daerah hiruk pikuk yang menjadi pusat perniagaan di jalur lintas utama kereta api selatan Jawa dengan dengung lonceng kereta dan peron-peron jalur rel lintasan. Dering suara lonceng kereta api sudah membahana sejak Belanda membangun jalur lintas kereta tahun 1800-an. Dan tak dapat dipungkiri bahwa jalur pembangunan lalu lintas kereta adalah bagian dari kepentingan era kolonial masa itu untuk memudahkan pengangkutan komoditas hasil tanam paksa, sehingga sisa-sisa miniatur peninggalan kota tua pun tampak dari setiap sudut bangunan yang masih berdiri saat ini.
Layaknya pentingnya keberadaan Kutoarjo sebagai poros keramaaian di wilayah jalur lintas selatan pulau Jawa maka Rumah Qur`an Al-Husna merupakan rumah impian cita-cita kebersamaan masyarakat yang nantinya akan menjadi rumah berkembangnya pendidikan umat dan syi`ar dakwah yang akan berkelanjutan di Kutoarjo Jawa Tengah. Wallahu musta`an.
Ali Azmi
Relawan Tanmia