Datang Ke Jogokaryan, Rindu Lahirnya Masjid Kebangkitan Ummat

1 View

Malam purnama bulan Safar baru saja menampakkan sinarnya yang terang benderang. Fajar shubuh pun baru menyingsing di ufuk timur Masjid Kauman yang tepat bersebelahan dengan alun-alun utara kesultanan Yogyakarta. Jalanan Paris pun sudah mulai padat merayap dengan rombongan becak kayuh yang berlalu-lalang para pedagang yang mengangkut barang dagangan ke pasar-pasar pagi buta. Jalanan rindu pagi-pagi menembus pintu Jokteng Langenastran pun bukanlah untuk melancong Kawasan Taman Sari Keraton.
Semangat berkah pagi menuju Masjid Jogorkaryan akhirnya pun sampai. Hanya berjalan kaki santai sejauh ratusan meter saja dari Pojok Benteng Alun-Alun Kidul Keraton pun bisa dijangkau. Lokasi Masjid yang tepat berada di Kalurahan Mantrijeron, Kapanewon ( Kecamatan ) Mantrijeron ini terbuka 24 jam bagi para jama`ah dan musafir yang tidak pernah sepi hari-harinya. Miniatur fungsi masjid yang kini tengah merubah tatanan masyarakat sebagai sumber kesejahteraan masyarakat benar-benar tengah dirasakan warganya.


Berawal dari sebuah langgar kecil di Kampung Pinggiran Selatan Kota Yogyakarta, Masjid Jogokariyan terus berusaha membangun ummat dan mensejahterakan masyarakat. Masjid sebagai agen perubahan masyarakat berjalan dengan baik seiring dengan proses berkembangnya dakwah berbasis Masjid. Konon Kawasan kampung yang dulu “Abangan” Komunis kini menjadi masyarakat Islami melalui dakwah berbasis Masjid.

Bersamaan dengan munculnya gerakan komunis tahun 1965 di Jogjakarta lahirlah cikal bakal legenda masjid Jogokaryan. Komunis yang sedang diatas angin di tanah air tahun 1965, ibarat usia kandungan “hamil tua” yang sudah mau lahir ingin unjuk kekuatan digdayanya. Kampung Jogokaryan mungkin salah satu titik target Kawasan kampung untuk berkembangnya politik dan gerakan ideologi komunis jaman itu. Setiap gangnya memiliki latar arti perjalanan sejarah kelam yang bisa selalu teringat oleh para saksi yang masih hidup.

Masjid fenomenal yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pegiat dakwah di Jogjakarta menjadi tempat yang ramah untuk setiap tamu yang ingin datang. Sudut demi sudut menjadi inspirasi simbol akan kemakmuran masjid sebagai embrio lahirnya kesejahteraan bagi ummat dan jamaahnya. Suasananya menjadi panggilan semangat untuk terpanggil menguatkan hati dan kaki-kaki ini berlama-lama beribadah di dalamnya. Menjadi tempat yang menyimpan energi penyemangat gerakan dakwah untuk terus jalan berkembang maju. SIapapun akan merasa betah bermunajat di dalam rumahNya yang suci untuk menjawab setiap pinta doa hamba-hambaNya.

Alhamdulillah, ahlan wa sahlan atas kedatangan rombongan dari segenap pengurus Yayasan Tanmia Jakarta di sekretariat utama Masjid Jogokaryan dengan sepenuh hati menyambut gembira ramahnya kedatangan para tamu , Ujar Gita Welli Ariadi salah satu pengurus Masjid yang hari itu piket sekretariat di tempat.

“Program-program Masjid berderet begitu banyak dan inilah miniatur kepemimpinan yang ideal terbilang sudah berjalan sampai saat ini. Struktur bagian-bagian kepengurusan masjid yang terbagi dalam belasan biro-biro bagian yang selama ini berjalan menunjukan kegiatan masjid yang begitu padat selama ini telah berjalan”, jelas Gita Welli Ariadi selaku pengurus harian Masjid Jogokariyan ( 14/08/2023 ).

Sejarah panjang masjid yang terus berjalan sampai saat ini bukanlah instan dibangun dalam bilangan hari. Lahirnya sistem kepengurusan masjid dengan sederet visi yang mencerahkan ummat menjadi bagian yang tak terpisahkan dari Masjid Jogokaryan yang sebenarnya hanya sebuah masjid kampung sederhana saja, namun memiliki program-program terobosan yang kreatif dan memiliki asas manfaat yang akhirnya membangunkan lelap nyenyak tidurnya para takmir masjid pada umumnya untuk berduyun-duyun berlomba-lomba mengikutinya.

“Terimakasih atas perhatian dan jamuan tamu serta telah menerima kedatangan rombongan dengan ramah sepenuh hati”, ucap Ust Bukhari Abdul Mu`id sembari saling beramah-tamah. Selain kantor sekretariat juga ruangan aula yang seringnya sibuk dari waktu ke waktu untuk belajar para tamu yang datang. Mereka adalah para tamu pengurus takmir yang hendak akan belajar tentang manajemen pengelolaan masjid. Suasana masjid pun akhirnya menjadi pemandangan layaknya kerumunan tempat wisata dan Kawasan pendidikan.

Lagi-lagi uniknya juga pemberdayaan program setiap RT ( rukun tetangga ) kampung yang memiliki struktur kepengurusan dalam rangka memonitor setiap jamaah setiap kali kedatangan shalat adalah salah satu bentuk absensi dan kontrol sosial yang jarang ditemukan ditempat lainya. Bagaimana jama`ah satu sama lain saling memperhatikan tentang artinya persaudaraan seiman sesungguhnya. Ia ikut tersadar merasa senasib dan sepenanggungan dalam bingkai ukhuwah keislaman. Bagaimana tidak bila salah satu saudara merasakan sakit maka tetangga kerabat hingga pihak masjid bersegera untuk datang membesuk dengan tangan yang penuh kedermawanan membawa bingkisan santunan. Ini bukan apa dan berapa, tetapi tentang arti hak bertetangga dan peran masjid yang juga penting ada di hati setiap warga dan ummatnya dengan merasakan keberadaanya.

Pandemi yang setahun terakhir berlalu telah menggulung semua kantong-kantong laju ekonomi mata pencaharian masyarakat hingga pada kondisi titik nadir yang memprihatinkan namun justru Menara masjid jogokaryan menjadi mercusuar sosial yang sangat berperan aktif menjadi sumber poros energi yang menyediakan setiap solusi masyarakat dimasa pandemi. Penanganan kasus darurat hingga protocol kesehatan yang sedemikian ketatnya waktu itu telah dilaluinya. Masjid selalu memiliki pintu yang sangat lebar untuk hati para jamaah setianya. Belum lagi hadirnya pasar rakyat setiap akhir pekan menjadi animo warga untuk tetap bangkit masa pandemi itu dengan peran permodalan masjid ikut berperan serta didalamnya. Ditambah lagi pendampingan dan upgrading setiap usaha jamaah agar menjadi partner berkembangnya usaha menjadi peran masjid juga ikut membersamainya.

Inilah yang menjadi lahan dakwah yang tak pernah habis dan samudera yang tak akan pernah kering untuk digali agar kehadiran masjid bukan hanya fisik bangunan semata tetapi menjadi solusi setiap permasalahan umat warga yang bernaung di dalamnya. Membuka masjid bukan soal luas dan megahnya, namun para peran nyata pada ummatnya. Inilah fungsi yang berperan di Jogokaryan.

Rindu pun pasti membekas bila Ramadhan tiba, Kampung jogokaryan menjadi lautan manusia yang ingin datang untuk menikmati rasanya berbuka puasa di jalan utama Masjid dengan ribuan jama`ah dan aneka menu kuliner yang datang berduyun-duyun berbaris di kanan kirinya. Mari bersegera mengambil peran untuk lahirnya Jogokariyan-Jogokariyan baru untuk ikut membangun ummat.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!