Menguatkan Generasi dengan Mukjizat Nilai-nilai Qur’ani

Selalu ada rasa bahagia ketika gerimis senja mulai reda di sudut kampung. Seperti biasanya para santri bersama berjalan beramai-ramai berangkat ke tempat mengaji di TPQ Al Mujahidin yang berada di Dusun Bagek Elok Desa Labuan Pandan Kecamatan Sambelia Lombok Timur, NTB.

Banyak dari mereka yang jalan kaki dari rumahnya yang terpaut lumayan cukup jauh dari tempat mereka mengaji. Bukan karena mereka tidak memiliki kendaraan atau mau diantarkan oleh orang tuanya tetapi karena sudah kebiasaan turun temurun di kampung setelah shalat berjamaah lalu mereka jalan bersama ke tempat mengaji.

Dari pekan Jumat yang lalu ( 8 /11/2024 ) para santri sudah riuh bergemuruh bahwa pekan depan rencananya mereka akan mendapatkan hadiah berupa wakaf mushaf Quran baru untuk khusus program hafalan.

“Alhamdulillah pada malam ini, malam hari Jumat yang berkah ditunggu-tunggu para santri akhirnya dapat menerima wakaf mushaf Quran dari tanmia Foundation,” ucap Ustadz Abdul Maulud pada Tanmia semalam. ( 15/11/2024 )

Ustadz Abdul Maulud memberikan ungkapan rasa syukur Alhamdulillah bahagia atas pemberian wakaf mushaf Alquran yang diberikan pihak Tanmia Foundation, pasalnya di saat ini keadaan kegiatan belajar mengajar di TPQ sedang mendesak membutuhkan mushaf untuk para santri yang sedang menempuh belajar Al-qur’an dan program khusus hafalan. Ada sebanyak 40 mushaf Alquran yang ludes dibagikan kepada seluruh santri yang datang.

Suasana dan kondisi tempat belajar TPQ Al Mujahidin pun cukup sederhana tapi layak ala kadarnya saja. Apalagi pasca bencana gempa bumi Lombok yang dahsyat terjadi tahun 2018 lalu telah merobohkan semua bangunan permanennya yang ada. Kini boleh dikatakan bahwa Ustadz Abdul Maulid dan para pengajar yang lainnya tidak patah arang jiwanya untuk terus meneruskan perjuangan.

Ia tetap bergerak peduli meskipun ia rela mengajar tanpa sepeser gaji yang didapatkan di kampung. Inilah sebagai bentuk keterpanggilan nurani kesadaran untuk membangun generasi penerus agar lebih siap mewarisi setiap jengkal tanah air yang dimiliki ummat. Apalagi menjawab tantangan zaman di era digitalisasi yang tidaklah mudah dan tidaklah sedikit hambatan dan tantanganya.

Sekalipun tembok dan atap runtuh jutaan tetes air hujan, ribuan tetes keringat membasahi tubuh kita tidak akan pernah pernah lelah berhenti untuk belajar mempelajari Al-qur’an. Mari menguatkan kembali generasi masa depan umat ini dengan sebaik-baik mukjizat umat ini, yakni dengan nilai- nilai Alquran yang bersemayam kuat-kuat dalam dada dan ruh sanubari generasi anak-anak umat ini.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Wakaf Qur’an Hidupnya Urat Nadi Dakwah

 

Setelah terjeda hampir setengah tahun didirikannya pembangunan asrama baru, tepat pada momentum hari Santri 22 Oktober 2024 lalu, Rumah Qur’an Al Buruj resmi memiliki lokasi baru di Dusun Kedungprau, Desa Karanglor, Kecamatan Manyaran Wonogiri Jawa Tengah.

Giat distribusi Wakaf Qur’an Tanmia Foundation pun ikut mengantarkan senyum bahagia para santri yang tengah memulai aktivitas rutin menghafal Al-Qur’an di tempat barunya ini. Ada sekitar 40 mushaf Al-qur’an yang dibagikan untuk santri putra dan putri setingkat SMP-SMA yang tengah bermukim belajar di bangunan khas kayu sederhana ala joglo tua yang nampak baru lagi setelah direnovasi.

Jauh setia merantau ke Kabupaten Wonogiri yang merupakan bagian wilayah Karesidenan Surakarta atau lebih dikenal Solo Raya, Ustadz Syafa Lando asal Manggarai Barat NTT tak menyangka bakal setia mengurus harian kesantrian Rumah Qur’an Al Buruj ditengah kesibukannya menempuh bangku kuliah di kampus.

 

“Saya berusaha ingin menemukan nilai hidup bermanfaat dan arti keberkahan dengan ikut mendidik generasi penerus yang lebih baik dengan dasar nilai-nilai Qur’ani yg kokoh nantinya ketika hidup bermasyarakat,” jelas Ustadz Syafa pengasuh kesantrian ditengah-tengah sela menjamu sajian tamu dan menerima paket wakaf Qur’an dari Tanmia Foundation diselasar teras asrama.

Kendati masih sederhana dan lokasinya yg jauh dari perkotaan bukan hal menyulitkan sebenarnya untuk dijangkau. Jalanan sepi sunyi menjadi suasana hening yang mengiringi perjalanan ketika harus melewati khas suasana perkampungan dg dikelilingi semak-semak hutan jati dan perbukitan bebatuan kapur.

Tapi dimana ada kesungguhan, disitu ada jalan keluarnya. Tantangan melahirkan peluang kesempatan sebagaimana identik dengan pepatah manjadda wa jadda. “Penting sekali untuk setiap santri disini juga harus ditekankan patuh dan betah meskipun sederhana ala kadarnya, karena ikhlasnya niat dan tekad kesungguhan sudah ditanamkan sejak awal berangkat dari jauh sebelum masuk,” pungkas Ust Syafa seraya melepas pamitan kami untuk pulang.

 

“Mari kita giatkan kegiatan syi’ar Qur’an dengan wakaf maupun dengan berdirinya lembaga pendidikan Al-Qur’an,” tutup Ustad Syafa selaku pengurus kepada kami ditengah-tengah anak-anak yang sedang duduk-duduk menyimak hafalan. Mereka para santri nampak memegang Qur’an yang mulai lusuh dan sobek karena seringkali dibawa kemanapun mereka pergi sebelum mereka tuntas lega menyetorkan hafalannya.

Gema kegiatan syi’ar wakaf Qur’an Tanmia Foundation yang tengah berjalan menjadi bagian concern dakwah dan pentingnya salah satu support sistem untuk kemajuan berlangsungnya dunia pendidikan Qur’an dan upaya gerakan dakwah pemberantasan buta huruf Al-Qur’an untuk kaum muslimin di tanah air yang harus terus lebih baik.

Momentum syi’ar wakaf Qur’an dan hadirnya rumah Qur’an di tanah air bukan sekedar simbol trend dakwah musiman tapi mengenang kembali setiap napak tilas perjuangan sendi-sendi urat nadi dakwah islam itu bisa hidup kembali berjaya dan Qur’an menjadi pedoman dan ajaran untuk merasakan kembali nyata kehadirannya ditengah-tengah kehidupan kita yang terasa kering seringkalinya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Wakaf Sumur Untuk Rumah Qur`an di Nias, Alirkan Keberkahan di Tanah Harapan

Riuh suara hafalan qur`an terdengar di sudut-sudut pojok ruang belajar, membuat jalanan pasar Teluk Dalam tidak terasa sepi sunyi lagi. Inilah Rumah Qur`an Al Bayyinah, yang didirikan oleh Ustadz Dedi Iswandi dan kawan-kawan pada tahun 2020 tepatnya di Jalan Sudirman, Gg Kuburan Pasar Teluk Dalam, Nias Selatan. Beriringan waktu ke waktu perkembangan pendidikan yang semakin tumbuh berawal dari segelintir anak-anak dhuafa dan yatim yang belajar kini sudah mencapai puluhan anak yang berasal dari pelosok perkampungan di Nias selatan.

“Rasa syukur Alhamdulillah, atas tambahan nikmat adanya pembangunan sumur untuk rumah qur`an Al-Bayyinah dari Tanmia Foundation mendukung berlangsungnya kegiatan pendidikan al-qur`an anak-anak kami”, terang Ust Dedi Iswandi saat dihubungi lewat selularnya. Pasalnya, ditengah momentum waktu Maulid Nabi di Bulan Rabiul Awal 1446 H / September 2024 ini program wakaf sumur Tanmia Foundation di Teluk Dalam, Nias Selatan telah selesai terbangun. Peruntukan sumur tersebut dibangun untuk mushola Al-Bayyinah yang tiap harinya ada sekitar 80 anak-anak santri peserta didik yang kini ikut serta dalam kegiatan belajar mengaji. Mereka dari berbagai jenjang , mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA dengan program unggulan tahfizh qur`an dan hadist yang notabene sebagian besar mereka adalah anak dhuafa, yatim dan muallaf. Masyarakat sekitar pun turut terbantu dengan adanya kegiatan ini dengan mengikuti kegiatan bimbingan kajian dan taklim yang juga kerap diadakan.

Bangunan yang kian terbangun dengan ruang kelas dan asramanya adalah sebuah mimpi dan harapan untuk kemajuan pendidikan generasi Nias yang lebih baik lagi ke depan. Cita-cita dan kesungguhan yang akhirnya terwujud dengan takdir baikNya setelah sekian lama disemai dalam doa. Beranjak dari tahun ke tahun dibalik bilik rumah yang sederhana pendidikan itu bermula. Masih segar di ingatan, sekitar tahun 2018 lalu ketika segenap Tim Tanmia Foundation turun langsung dalam “Kegiatan Safari Dakwah Qur`an Untuk Nias”. Dari ibukota Lahewa di ujung Nias Utara hingga ibukota Teluk Dalam di Nias Selatan memang terpaut jarak yang sangat jauh dengan medan berkelok-kelok dan dominan rimba dikelilingi pesisir, untuk menjangkau keduanya harus membutuhkan waktu hampir 3-4 jam perjalanan. Ibukota kota Gunung Sitoli adalah kota pertama di Pulau Nias pada awalnya sebelum ada pemekaran wilayah, yang sampai saat ini masih menjadi titik pusat perekonomian dan pintu gerbang utama ke Pulau Nias.

Nias bukan sekedar tentang pulau eksotis dengan pesisir-pesisir kepulauanya dan bukan sekedar peninggalan budaya masa lalu yang berabad-abad seperti atraksi lompat batu di Bawomataluo yang menjadi citra warisan kebudayaan kuno yang telah turun-temurun dari adat leluhurnya. Akan tetapi tentang pembangunan masa depan seutuhnya baik fisiknya dan menyiapkan generasi berkualitas yang dapat terus berkembang lebih baik SDMnya dapat terwujud. Terutama lagi untuk pendidikan islam dapat diketahui dari data statistik sampai saat ini islam menjadi agama minoritas di kepulauan Nias. Geografis kepulauan yang terbentang dari ujung Pulau Wunga Nias Utara hingga Pulau Simuk di ujung Nias Selatan terdapat ratusan pulau-pulau kecil lainya yang merupakan pagar-pagar wilayah yg sebagian besar kawasan tepian batas kategori wilayah 3T ( Terjauh, Terluar, Terisolir ).

“Tano Niha” atau lebih dikenal sebutan Nias akan tetap eksotis rupanya seiring kemajuan zaman. Mengalun tinggi gelombang menuju tepian pesisir tiap senja. Ya, itulah pemandangan indahnya kawasan Pantai Sorake di Nias Selatan. Gugusan indah disetiap pesisirnya adalah anugerah yang tak pernah habis untuk disyukuri setiap waktunya. Di depan bentangan peta tanah air yang terpajang di ruang-ruang sekolah, Pulau Nias bukan hal yang asing lagi untuk ditemukan. Berharap di setiap ujungnya nanti fajar menyingsing pun tiba dengan gaungnya menara-menara adzan terdengar lebih dekat tanpa harus menembus sulitnya jarak dan medan tempuh yg sangat berjauhan.

Meskipun kehidupan muslim di Nias adalah bagian dari minoritas, tapi ia tak berarti berjalan sendirian. Tidak ciut berkecil hati gugur harapan. Hadirnya iman yang teguh berharap mampu menumbuhkan tunas-tunas baru keimanan yang dapat saling mengulurkan tangan untuk kesejahteraan sebagai satu bangsa dan setanah air yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama. Nias adalah anugerah pemberian terbaik dari Allah, bukan sekedar lagi tentang sebidang tanah dari bagian bumi pertiwi ini yang enak untuk dipandang mata saja atau masih diterlantarkan. Nias adalah tanah harapan dan medan perjuangan yang harus dikuatkan, dibela, dirawat dengan nilai-nilai kebaikan kemerdekaan asasi di negeri ini. Ia menjadi tanah untuk dikuatkanya pondasi-pondasi kokoh dengan nilai keimanan lintas generasi yang didalamnya menyimpan pundi-pundi keimanan untuk mengalirnya keberkahan. Semoga disanalah terlahir Islam Rahmatallil`alaamiin, yang selalu indah untuk dikunjungi.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Bahtera Pengabdian Terkembang ke Muara Jawa, Berikan Sumbangsih Harapan Terbaik Untuk Dakwah

Kecintaan sesungguhnya pada negeri ini tak semestinya hanya tertumpu pada hamparan alam nan elok, pantai berpasir putih nan bersih dan gunung yang tinggi indah menjulang. Namun sejatinya tercurah bersyukur pula pada setiap hentakan kaki para anak negeri yang mengabdi di batas-batas negeri, menuntun setiap langkah umat ini untuk tegaknya ibadah bersimpuh pada Rabb Tuhanya semata.

Dengan berliku jerih payah garis jalan takdir pun tak kemana, dari sebuah gagasan dan gerakan dakwah dari pelosok kampung ke kampung akhirnya garis perjalanan dakwah mempertemukan tempat dan orang yang tepat untuk khidmat bagi para alumni du`at muda “Da`I untuk negeri. Perhelatan hari-hari berkarya terbaik setelah lulus bangku pesantren adalah menjalani kehidupan realita yang sesungguhnya. Menguji setiap ilmu dan ruang kesabaran yang tak ada batasanya. Ikrar mengabdi itu telah lantang diucap dan pantang pulang sebelum datang ke medan pengabdian. Tepat sudah berjalan bulan ke-2 perjalanan da`i untuk negeri, alumni angkatan ke-V Pesantren Al Itqan Bekasi yang tersebar di pelbagai penjuru pelosok tanah air.

Sebutlah, Ananda Sulaiman asal Mamasa Sulawesi Barat sebagai salah satu alumnus tahun ini yang bertugas di Sekolah Dasar Muhammadiyah Muara Jawa Pesisir, Kutai Kertagenara, Kalimantan Timur. Kedua, Ananda Raihan asal Bukittinggi Sumatera Barat sekarang yang bertugas di Masjid Al-Hidayah, Jatilawang Banyumas.

Dari keduanya masing-masing memang berbeda daerah asal dan berjauhan jarak membentang tempatnya. Waktu yang tidak sedikit untuk masa bertahun-tahun dirantauan demi menuntut ilmu di Pesantren telah dihabiskan. Kendati nantinya tempat pengabdian berjauhan di rantauan orang tak serta merta gelisah menciutkan nyalinya untuk bergegas menuntaskan tugas sebaik-baiknya. Memang selalu ada saja rindu yang terus menunggu pulang untuk berbakti memelas kasih kepada kedua orang tua, tapi sebentar mengikis rasa tega dan melupakan sejenak zona nyaman bagi kawula muda adalah bagian tangga-tangga untuk meraih pintu kesuksesan. Ia melatih tajamnya kecerdasan emosi dan kepekaan sosial serta agar tempaan mental itu matang dipersiapkan sedari usia belia.

Sebagaimana bercermin pada sirah perjalanan Nabi yang mulia. Sejak belia Nabi kita Muhammad Sang Uswatun Hasanah juga telah memberikan panduan suri tauladan tentang sebaik-baiknya peta jalan kehidupan abadi yang teramat mulia diambil hikmah maknanya. Warisan kejayaan yang jejak-jejaknya akan melampaui zaman bagi siapa pun yang menyeru tugas risalah kenabian. Inilah Dienul Islam, sebaik-baiknya jalan yang mengantarkan kebahagiaan dg jalan taqwa mengais bekal-bekal amalan berpulang.

Rangkaian kegiatan pengabdian wiyatabhakti untuk para alumni pesantren tidaklah menunggu serba sempurna tunggu esok, karena estafet dakwah terbaik bagi para kader-kader da`i muda adalah hari ini apa yang bisa dilakukan. Sekarang adalah saatnya memulai berlatih menggerakkan semangat kontribusi nyata setelah menempuh bangku teori-teori pelajaran di kelas.

Idealisme teori yang serba ideal seringnya terpental kalah dengan denyut realita lapangan yang lebih membutuhkan istiqomah dan keuletan bersungguh-sungguh untuk loyal mengabdikan dirinya dalam ruang-ruang gerak dakwah. Mereka yang telah ditempa dengan pelbagai fase tahapan dalam masa-masa belajarnya bukankah untuk menyiapkan nafas panjang dakwah yang berkelanjutan ? Idealismenya bukan sekedar hangat-hangat tai ayam atau malahan sekedar hiasan semu tanpa makna.

Nilai keikhlasannya dituntut sepenuh hati penjiwaan tanpa pamrih sesuatu kecuali selain khidmat lillah berjuang untuk melayani ummat demi izzul islam walmuslimin. Estafet dakwah hari ini tak lepas dari risalah ilmu berupa wahyu paripurna yang telah yang telah turun temurun diwariskan oleh para Nabi pada setiap ummatnya disetiap zaman. Da`i-da`i muda yang bertugas pengabdian wiyatabhakti hari ini juga harus terus berbenah lebih baik, tak mudah merasa puas jumawa dengan pujian ataupun tumbang dg onak duri ujian.

Perang pengaruh globalisasi dan arus digitalisasi yang liar tanpa saringan lagi hari ini, menjadi titik seteru agar sentuhan dakwah lebih serius lagi merasuk ke akar-akar rumput semua lapisan masyarakat seiring akses kemudahan jangkauan dunia maya dengan syarat tanpa meninggalkan ala-ala klasik mimbar tradisional yang sejatinya masih menjunjung adab yang tinggi nilainya. Keduanya memang memiliki sisi kelebihan dan kelemahan yang satu sama lain saling melengkapi agar rangkulan mimbar dakwah semakin dekat mempengaruhi perubahan laju roda kebaikan-kebaikan masyarakat dan ummat dalam berbagai hal. Disinilah pendidikan pesantren kaderisasi menjadi salah satu concern untuk menyiapkan kader-kader da`i mandiri yang siap diterjunkan sesuai realita ummat dan masyarakat. Disinilah, peran dan harapan para alumni tugas wiyatabhakti berkiprah, menggerakan kesempatan ruang-ruang berkarya untuk mengelola lahan dakwah lebih kreatif dan maju lagi.

Hari-hari semasa di bangku pesantren dipersiapkan, dididik bukan dikelas-kelas serba nyaman dan mewah dengan sepenuh fasilitas wah agar nantinya mengisi kemerdekaan bangsa dan menata tatanan dakwah sudah terbiasa dengan makna-makna perjuangan. Model pendidikan pesantren yang telah berdiri sejak berabad-abad dan turun temurun secara klasik hingga modern saat ini, adalah asset peradaban sebagai miniatur lahan kaderisasi perjuangan peradaban islam yang masih ideal saat ini. Memang bukan segalanya ada bisa dipenuhi, tapi setidaknya bisa memberi apa yang dibutuhkan dengan kondisi oleh ummat pesakitan saat ini dengan menyiapkan cetak biru generasi penerus berkualitas masa depan ummat.

Belantara medan dakwah di tiap penjuru tanah air berharap terus tumbuh bersemi. Menghijau subur dengan limpahan keberkahanya ilmu. Yang belum ada dakwah, rintislah !, Yang sudah ada, rawatlah jangan diganggu, yang lemah segera dukung lalu kuatkanlah. Langkah-langkah strategis dakwah akan saling sinergi menguat satu sama lain sehingga tali ukhuwah islamiyah antar kalangan dan golongan semakin kuat. Denganya memperkecil ruang perbedaan yang remeh temeh sering diperdebatkan menghabiskan energi dan waktu. Padahal kekuatan ummat akan sangat berpengaruh untuk kemajuan apapun, terlebih nantinya akan menguatkan sendi-sendi kekuatan ekonomi dan kesejahteraan, sehingga kualitas pribadi masyarakat dan ummat akan bersaing dengan umat khalayak lainya. Keindahan ajaranya akan menepis arus islamphobia yang disematkan tanpa dasar dan kekuatanya akan menjadi wibawa yang disegani, bukan malah menjadi bulan-bulanan menjadi mainan mangsa musuh-musuh anti islam.

Harapan itu selalu ada untuk menepis kecewa patah hilang harapan. Tugas pengabdian wiyatabhakti dari para da`i untuk negeri itu akan merajut pribadi-pribadi masing-masing yang berkelas. Seperti emas yang harus didulang dipanaskan dg suhu tinggi berulang-ulang agar berkilauan. Ia sebagaimana pelaut yang handal yang dibesarkan dari riak gelombang samudera bukan dari percikan buih di tepian yang tenang. Bahteranya melaju tidak terombang-ambing di atas samudera biru yang tak terlihat tepinya. Dalam hati sanubarinya terpatri kuat-kuat tali iman agar niat ikrarnya selalu suci “iman sebelum alqur`an, beserta ilmu sebelum beramal“ menemani terompah istiqomah dalam meniti jalan hidayah. Pengabdian ini besar harapan memberikan sumbangsih terbaik untuk dakwah.

Melintasi zaman yang penuh keserbatidakpastian bukankah jalan pengabdian generasi pewaris iman menjadi jaminan penenang ?
Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami,maka Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan Sungguh, Allah beserta orang-orang baik. ( Al-Ankabut : 69 ).

Ali Azmi
Relawan tanmia

Wakaf Sumur Pesantren Darussalam : Untuk Lahirnya Para Kader Da`iyyah Ummat

September 2024 menjadi saat istimewa dalam sejarah berdirinya Pesantren Putri Darussalam. Peresmian dan serah terima wakaf sumur bor Tanmia Foundation untuk Pesantren Putri Darussalam telah dilaksanakan di Rowokele, Kebumen pada ( 7/9/2024 ). Pesantren tinggi setingkat kuliah diploma ini yang baru saja setahun berdiri sejak 2023 ini, dirintis oleh Ustadz Zuhud bersama istrinya alumnus STID , Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir Jakarta.

Sembari rehat sejenak beberapa saat, dalam sudut perpustakaan kantor yang masih sederhana, selembar kertas dalam catatan yang terlipat, buku keluarga bervisi surga sudah tampak lusuh karena seringkali dibuka-buka untuk dibaca nampaknya. Ada goresan tulisan tangan pada resensinya, “Pemimpin berarti suri tauladan dalam segala perbuatanya bagi seorang mukmin, keluarga adalah pertemuan yang disatukan oleh janji untuk saling mencintai dalam bingkai imani, agar ikatan itu berbuah rahmat kasih sayangnya menuju surga yang diidam-idamkan. Bisalah secuil terlintas melihat orientasi bagaimana visi misi pendidikan dan muatan kurikulum pesantren ini berdiri. Masa pendidikan 2 tahun ini nantinya akan dilanjutkan ke jenjang kuliah di kampus STID Muhammad Natsir hingga masa wisuda Sarjana.

Sebagai panggilan nurani seorang kader dewan dakwah ia tergerak pulang untuk membangun kampung untuk lebih baik. Walhasil, impianya untuk membangun harapan ia berusaha mendirikan lembaga pendidikan unggulan berkualitas. Biayanya pun cuma-Cuma alias gratis. Sekarang ada 15 santri yang tengah menempuh belajar yang datang dari berbagai kota. Niat sucinya telah menggerakan optimisme semangat perjuangan yang tak mengenal kata lelah dan berhenti menyerah. Berangkat dari pengalaman dan pengabdian khidmat dakwahnya yang dimulai dari berbagai ujung wilayah pelosok tanah air hingga Timor Leste negeri tetangga telah membulatkan tekad kesungguhanya untuk melahirkan tradisi pendidikan berkualitas dan terasa peranya ditengah-tengah masyarakat.

Pesantren yang beralamat di dusun Panjatan, Desa Sukomulyo Kecamatan Rowokele ini menempati lokasi tanah wakaf tepat di kawasan Masjid Darussalam. Teriknya siang-siang matahari musim kemarau menemani proses pengeboran sumur yang belum kunjung usai selama 2 hari. “Pada titik kedalaman 44 meter, Alhamdulillah sumber mata air pun akhirnya memancarkan dengan jernih dan derasnya”, jelas Ust Zuhud yang masih berkubang basah terciprat semburan air. “Hari ini juga menjadi tonggak sejarah kalaulah air pesantren sudah tidak numpang sumur lagi milik warga tetangga”, tambahnya dengan rasa syukur leganya.

Sekolah atau pendidikan yang ia dirikan tidak sekedar formalitas yang menghabiskan bergulirnya waktu dari satu jenjang ke jenjang lainya yang lebih tinggi. Sejatinya ia mengemban tugas mulia yaitu menjadikan siapapun yang belajar didalamnya bisa menjadi manusia yang berkualitas. Baik itu kualitas olah pikir, olah rasa , maupun olah jiwa serta paling penting mendasar adalah buah cikal bakal iman yang kokoh untuk membentuk akhlak yang mulia berkarakter nantinya, terlebih menyiapkan seorang muslimah dan lahirnya para kader da’iyyah yang akan menjadi lahirnya para generasi pilihan.

Sayangnya untuk mencapai ke titik itu, sebuah lembaga harus jatuh bangun prosesnya dan tumbuhnya untuk sederet cita-cita prestasi baik santri maupun alumninya. Maka sembari berharap dengan hadirnya wakaf sumur bor, tentu menjadi tambahan fasilitas sarana air yang akan membantu kelancaran berlangsungnya kegiatan belajar mengajar untuk mendukung lembaga pendidikan yang masih akan terus berkembang. Menyiapkan dan membangun generasi emas bangsa ini bukanlah waktu yang instan. Semoga menjadi wasilah jariyah yang akan terus mengalir bagi semua pihak seiring pesantren ini tumbuh menjadi maju menjadi idaman ummat untuk menitipkan para putri-putri terbaiknya nantinya.

Bila singgah ke pesantren ini memang tidak akan terlewat dengan memori kota kecil Gombong sebagai pintu akses yang paling mudah dijangkau. Gombong juga dimana di dalamnya ada sisa-sisa bangunan era kolonial, Benteng Van Der Wijck yang hanya terpaut jarak 4 KM saja dari Pesantren. Benteng Van Der Wicjk yang dibangun kolonial Belanda tahun 1818 silam adalah tembok raksasa yang didalamnya terdapat ruang sel-sel tahanan dan ruang-ruang kamp markas tentara kolonial. Benteng ini adalah simbol kekuatan tirani penjajahan dan simbol fisik yang harus ditaklukan oleh perlawanan para pejuang dan rakyat tanah air masa itu.

Sebagaimana juga warisan perjuangan era kolonial masa itu, baik dari segala rasa, pikiran dan tindakan bolehlah jika gelisah itu berkecamuk, semoga semua niatan suci setiap lahirnya pendidikan islam maka teruslah hidup abadi sepanjang hayat masa perjuangan untuk membentuk pijakan-pijakan fondasi kesadaran generasi bahwa ruh perjuangan tak boleh tamat riwayat. Sebagaimana buku yang tak boleh pernah tamat dibaca, maka pendidikan kader generasi harus terus diwariskan melampaui zaman.Wallahu Musta`an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Pengabdian, Mengulang Kejayaan Dakwah Di Tepian Musi Palembang

Sungai Musi merupakan merupakan jalur utama denyut nadi perdagangan dan transportasi utama serta simbol kejayaan masa lalu Kesultanan Palembang di bumi Sriwijaya “ Laskar Wong Kito “ sebutan untuk daerah Palembang Sumatera Selatan. Bangunan Kesultanan Benteng Kuto Besak seakan menyapa “Pulang ke kotamu ada setangkup haru dalam rindu” sepenggal saksi abadi pusat Kesultanan Palembang di abad 18. Keberadaanya ibarat torehan sejarah yang tak akan lekang dimakan zaman. Dimana didalamnya banyak tersimpan sejarah perjuangan dan mengisahkan kerinduan terhadap indahnya kenangan di sepanjang tepian Sungai Musi. Kokohnya jembatan ampera kini telah menyambungkan segala cerita dan kebaikan hingga bisa kita nikmati hari ini bila melawat ke Palembang.

Sungai Musi dengan ribuan cabang-cabangnya merupakan sarana vital perhubungan yang paling utama sejak masa Kesultanan itu, ia mengikat bagian-bagian wilayah Kesultanan menjadi satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, saling erat kuat berkaitan, sambung menyambung yang teratur dan terarah. Geografisnya yang strategis dan sangat berpeluang untuk memajukan jalur niaga perdagangan yang sangat menguntungkan telah memikat setiap para pedagang yang datang dan berkeinginan menetap disana.

Dimasa kini tak hanya tepian Sungai Musi dengan latar jembatan Ampera saja, Palembang terus bergerak menggeliat dengan perkembangan dakwah. Bumi dialek melayu yang menjadi ciri khasnya merupakan sebagai daerah mayoritas muslim di seluruh wilayahnya yang hampir tersebar di 17 kota dan kabupatenya. Belum lagi bonus demografi menjadi bonus umat islam sejalan dengan pemeo “banyak anak banyak rejeki” yang akrab pada sebagaian masyarakat tanah air. Artinya ungkapan yang mengingatkan kembali arti penting nilai anak menjadi asset investasi sumber daya manusia, sebagai generasi hebat di masa depan. Bonus yang bisa diibaratkan pedang bermata dua; jadi berkah bila siap mengelolanya, atau musibah bila tak bisa mengimbanginya.

Syahdan Alhamdulillah, sudah dimulai sejak Ramadhan 1445 H lalu, para calon santri pengabdian wiyatabhakti dari Pesantren Al-Itqan Bekasi sudah mulai diterjunka untuk mengawali khidmat pengabdian dengan kegiatan Santri Ramadhan selama sebulan lamanya. Walhasil, usai prosesi wisuda bulan Juni 2024 putaran kayuh dayung dakwah pun bergerak berlanjut. Sebanyak 4 alumni tugas pengabdian wiyatabhakti “ Da`I Untuk Negeri” angkatan V ditempatkan masing-masing di SDIT Bunga Bangsa Prabumulih Timur, Kota Prabumulih dan Rumah Qur`an Luqmanulhakim yang tersebar dibeberapa titik di Kota Palembang.

“Alhamdulillah, kabar baik para alumni yang bertugas wiyatabhakti sudah mulai beraktivitas membantu kegiatan belajar mengajar di halaqah-halaqah ruang kelas kami”, terang Ust Kisman selaku Kepala Sekolah SDIT Bunga Bangsa Prabumulih beberapa saat lalu lewat selularnya.

Masa pengabdian wiyatabhakti ini memang singkat dan sederhana, bisalah menjadi bagian kecil prestasi yang patut diapresiasi, karena ditengah era disrupsi kondisi perkembangan zaman yang tidak baik-baik saja. Gempuran kemerosotan moral bangsa terjadi diberbagai aspek dipertontonkan sudah bukan hal aib lagi sehingga pengabdian “dai untuk negeri” ini menjadi arti penting untuk mengisi ruang-ruang positif ummat yang kosong untuk terus bebenah berkiprah menjadi lebih baik.

Lebih jauh “pengabdian” ini adalah batu pijakan untuk melangkah yang tidak kalah penting lagi untuk menyambung rentang panjang perjuangan dakwah di Sumatera Selatan tidak akan lepas dari peranan dakwah Kesultanan Palembang, di tampuk puncak kekuasaan Sultan Mahmud Badaruddin II di era perjuangan melawan penjajahan Belanda dan Inggris. Sebagai pewaris kerajaan layaknya putra mahkota, Sultan Mahmud masa itu memang di-didik dan ditempa untuk menjadi pewaris Kesultanan Palembang. Pendidikan agamanya sangat religius diperoleh dari ulama besar waktu itu sehingga dakwah struktural lewat kekuasaan Kesultanan Palembang mampu mempertahankan wilayahnya dari serangan bertubi-tubi dari bengisnya invasi kolonial penjajahan Inggris dan Belanda masa itu.

Dikutip dari berbagai sumber tentang jejak “Ulama Sumsel Riwayat Hidup dan Perjuanganya” Sultan Mahmud Badaruddin II juga memiliki kemauan besar untuk belajar dan memiliki tingkat kecerdasan yang memadai. Alhasil, dia menguasai ragam bahasa, seperti bahasa Arab, Portugis dan hafal Mushaf Al-Qur`an 30 Juz. Bertepatan pada hari Senin tanggal 21 Dzulhijjah 1218 H bersamaan dengan 3 April 1804. Gelar resmi Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin II Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam menjadi gelar tahta tertinggi Kesultanan setelah mendiang ayahnya wafat. Meskipun masa kejayaan pada akhirnya mengalami kekalahan perang dengan Belanda dan diasingkan ke Ternate, Maluku Utara dan meninggal disana tepat, pada hari Jum’at tanggal 26 November 1852.

Membangun impian dan asa harapan perjuangan tidaklah sehiruk pikuk layaknya pesta meriah. Begitu pun acara hura-hura lazimnya sebuah ulang tahun perayaan. Itulah bagian arti pengabdian, merintis pendidikan di pelosok tanah air, mewujudkan cita-cita demi kecerdasan generasi bangsa bersama gemilangnya para generasi muda penerus yang setia mengorbankan segenap tenaga dan sumbangsih pikiranya. Mengisi ruang-ruang kemerdekaan untuk melampaui masa muda yang penuh tanggung jawab untuk melahirkan moral dan akhlak yang mulia.

Para santri “Pengabdian Da`I Untuk Negeri” di masa wiyatabhakti memang bukanlah dituntut ideal serba penuh sempurna, tapi kepedulian membangun bangsa sedikit demi sedikit disemai, ditanam agar tumbuh bersemi menjadi solusi yang tergerak “jiwa nurani keikhlasan”nya dan menyala kembali menjadi bara yang tak pernah padam. Inilah kader-kader yang nantinya terlatih untuk tangguh membangun setiap panggilan kebaikan membersamai ummat dan masyarakat tanah air seutuhnya. Iman yang mereka siapkan akan kembali menata setiap hati dan jiwa yang telah terkoyak rusak agar dapat istiqomah kembali beribadah sebaik-baiknya kepada Rabb-Nya, Sang pemilik semesta. Momentum kemerdekaan yang masih hangat belum berlalu, semoga bukan akhir puncak masa perjuangan. Tidak ada kata terlambat untuk bertanya jujur dalam-dalam pada sanubari diri kita, dimana peran sumbangsih kita dalam mengisi hari-hari kemerdekaan, apakah nyala semangat itu masih ada, atau sudah meredup menghilang ? Wallahu Musta`an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Dai Untuk Negeri di Halmahera, Pengabdian Menjaga Sejengkal Iman

Fajar pagi belum lagi mengeringkan embun musim kemarau tahun ini, tapi kabar banjir dua pekan terakhir merendam ruang-ruang kelas di Pesantren Salman AlFarisi , Wairoro, Halmahera Tengah Maluku Utara menjadi kabar cukup sedih untuk didengar. ( 10/8/2024). Banjir yang disinyalir dari luapan sungai di sekitar pesantren telah menjeda kenyamanan aktivitas para santri yang baru saja selesai mengikuti Matsama ( Masa Taaruf Siswa Madrasah ) tahun ini.

Para Santri pun sempat di evakuasi ke tempat yang lebih aman mengingat kawasan pesantren terendam dalam waktu beberapa hari dan sangat membahayakan keselamatan para santri. “Dari awal berdiri tahun 2006, boleh dibilang ini Banjir yang cukup besar yang terjadi melanda kawasan Pesantren Salfa seluas 6 Ha,” jelas Ustadz Haji Ridwan, selaku pembina Pesantren.

Kata pepatah Maluku “ Lawamena Haulala “ yang berarti “maju terus walau bersimbah darah, dengan semangat berapi-api” kegiatan belajar mengajar terus dilakukan pasca Banjir lalu. Bersama warga pesantren lainya, peran pengabdian alumni Pesantren Al-Itqan yang bertugas wiyatabhakti di tempat ini turut bersama-sama bergotong royong menata kembali kegiatan rutin pesantren berjalan.

Sudut-sudut Masjid dan ruang-ruang kelas sudah terdengar riuh suasana suara anak-anak yang sudah bersiap mengikuti kembali belajar dan halaqah hafalan quran. Inilah wajah Pesantren Salman Al Farisi yang menjadi salah satu beranda terdepan para pengabdian dai untuk negeri tahun ini. Tak pernah surut dari laga ujian sudah 2 tahun berturut-turut mengubah senyum-senyum harapan anak-anak pelosok Halmahera yang datang mengembara menuntut ilmu jauh-jauh terpisah lautan.

Berperan serta membantu proses pendidikan lebih baik bukanlah tugas yang ringan. Apalagi sarat dengan tantangan dan kendala di lapangan yang tak biasanya tak seindah bayangan yang difikirkan. Tapi rasa optimis dan kesungguhan menjadi bekal yang menggerakan keikhlasan untuk terus bergerak tanpa pandang lagi rasa lelah yang mengiri sepanjang proses kegiatan pengabdian dalam dunia pendidikan pesantren.

Tak mau ketinggalan lebih jauh dg Halmahera Tengah nampaknya, Ustadz Baharudin pengelola Pesantren An-Najah Halmahera Barat memilih untuk mendatangkan tenaga pengajar juga dari para wiyatabhakti dai untuk negeri dari Pesantren Al-Itqan untuk membantu kegiatan pesantren yang mulai baru saja dirintis sejak tahun 2021 ini. Beberapa lembaga pendidikan, mulai berjalan dari Raudhatul Athfal, Ibtidaiyah dan Tsanawiyah.

Pesantren An-Najah yang berjarak 30 KM dari Jailolo pusat kota Halmahera Barat tergolong memiliki akses yang masih minim, seperti jaringan sinyal yang masih timbul tenggelam. Selain itu proses rintisan masih membutuhkan proses waktu yang panjang untuk membangunnya lebih baik dari masa ke masa.

Meskipun masih baru saja terjun para pengabdian dai untuk negeri dari pesantren Al-Itqan ini diharapkan dapat berkomitmen untuk memberikan peran terbaik. Menjaga sejengkal iman di wilayah-wilayah perbatasan negeri agar dapat tumbuh bersemi tunas-tunas generasi yang akan indah pada masanya.

Tak berlebihan berharap memohon pinta doa terbaik, agar kiprah mereka bak pagar halaman rumah yang harus kokoh dan tangguh agar tidak keropos dan terancam hilang. Sekali lagi, tantangan untuk para anak muda yang terus gelisah untuk terus meniti jejak-jejak kebaikan menjaga pohon-pohon keimanan agar tidak kembali hilang. Itu sebabnya, tak serta merta jumawa, mereka layak diperhitungkan karena tak lama lagi jalan-jalan bernama harapan dan kejayaan ummat bolehlah jadi segera datang membawa berbinar-binar kebahagiaan. Semua ini berharap untuk ridho-Mu yaa Rabb. Aamiin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Membuka Lembaran Ujian Dakwah di Bumi Sikerei, Siberut Kepulauan Mentawai

Lawatan untuk silaturahmi pembina muallaf Suku Mentawai Ust Anwar Chaniago disambut baik oleh Ust Bukhari Abdul Mu`id, selaku pimpinan, ketua yayasan Tanmia Foundation yang berpusat di Jatisampurna Bekasi Jawa Barat pada( 24/7/2024 ). Kedatanganya bukan lain adalah bagian dari niat merajut ikatan dakwah dan menguraikan berbagai permasalahan dinamika dakwah di pedalaman Mentawai, khususnya Siberut Selatan. Banyak hal yang bisa diuraikan, bagaimana perjalanan lika-liku perkembangan dakwah di Bumi Sikerei Kepulauan Mentawai, khususnya Siberut sebagai pulau terbesar di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Ust Anwar, lebih akrab disapanya, merupakan Pembina muallaf di pedalaman Siberut Selatan tepatnya di Dusun Ugai, Desa Madobag, Kecamatan Siberut Selatan Kepulauan Mentawai. Boleh terbilang kondisi dakwah di Kepulauan Mentawai bisa dikategorikan fase krisis SDM dan tergolong darurat. Kondisi pedalaman yang minim infrastruktur dan akses menjadi tantangan tersendiri. Dusun Ugai, Siberut Selatan Kepulauan Mentawai bagi Ust Anwar adalah kampung halaman, disinilah asal kelahiran dimana masa kecil bersama keluarga besar kerabatnya tumbuh berkembang hidup bersama. Bersama belasan KK dan puluhan jiwa yang berstatus muallaf kini hidup bersama.

Masjid Dar El-Iman yang diresmikan akhir tahun 2021 menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan pembinaan para muallaf, kendati sejak berdirinya baru mulai terlihat syi`ar kegiatanya pada tahun 2022. Nyaris masjid itu pun hening tak berpenghuni karena memang tak ada pembina yang membersamainya.

Belum lama terhitung sejak tahun 2022 sepulang Ust Anwar kembali dari bangku kuliah di STID Al-Hikmah Mampang Jakarta Selatan, riuh kebersamaan memakmurkan masjid itu pun makin menggeliat semarak. Kegiatan-kegiatan menuntut ilmu dan pembinaan jama`ah mulai berjalan dan benih-benih kebaikan mulai bersemi tumbuh perlahan. Sudah 2 tahun terakhir syi`ar Ramadhan dan hari raya qurban telah menyirami belasan KK muallaf untuk tetap istiqomah diusia mereka yang tak lagi muda. Bahkan tak jarang beberapa kepala Suku Mentawai ini rela dibimbing untuk belajar keislaman semisal, belajar bersuci , wudhu dan belajar gerakan shalat setelah mereka memutuskan masuk islam dengan panggilan hatinya. Walhasil, mengucap rasa syukur, Alhamdulillah

Wilayah pedalaman Siberut selatan ini masih serba minim terbatas, seperti halnya, jalan antar kampung hanya sebagian yang sudah tembus jalan darat bisa dilalui dengan kendaraan, selebihnya harus jalan kaki setapak atau menggunakan jalur sungai dengan sampan pompong kecil. Akses jalan antar lokasi pemukiman perkampungan bisa menghabiskan waktu berjam-jam jika dihubungkan. Listrik sebagai penerangan hanya ada pada jam-jam tertentu dari jam 6 sore sampai jam 11 malam saja itu normalnya , tapi bila diesel listrik itu tidak tersedia bahan bakarnya maka bisa berhari-hari padam.

Pembukaan jalan sudah mulai awal tahun 2024 ini dan sudah cukup mending lebih baik dari pada tahun-tahun sebelumnya yang sangat miris memprihatinkan kondisinya harus berjam-jam menyusuri sungai , rawa karena jalanan belum bisa digunakan. Selain itu, jaringan komunikasi juga sangat terbatas sekali , hanya ada jaringan internet di pusat kota kecamatan saja dengan jarak tempuh sekitar 1 jam perjalanan, sekitar 20 KM. Untuk sekedar berkomunikasi sering kali harus bertukar janji waktu karena bagi orang disini harus pergi memilih tempat dimana ada tempat-tempat khusus yang bisa menerima jaringan sinyal untuk komunikasi.

Belajar dari kegigihan dan keterbatasan di pedalaman Mentawai , setiap keinginan untuk maju dengan sungguh-sungguh untuk terus belajar menuntut ilmu bolehlah sudah dilewati bagi Ust Anwar, seiring waktu dan rasa optimis yang akan mengantarkan pada setiap asa dan cita-cita mulia dimasa depan. Akan tetapi akan menjadi masalah ketika regenerasi para anak-anak Mentawai tidak disiapkan sedari sekarang dari berbagai aspeknya, terutamanya adalah prioritas pembinaan keagamaan dan pendidikan. Tidak ada istilah terlambat untuk memulai sebuah kebaikan, melainkan mengikis rasa lemah, gengsi, minder bahkan pagar kemalasan harus segera dirobohkan demi mengusung cita-cita mulia yang harus rela diraih dengan segala perjuangan dan pengorbanan tanpa mengenal lelah dan kata menyerah.

“ Kami berharap Ust Anwar menetap membina kami ( Muallaf Mentawai ) disini, biar sudah berpuluh-puluh da`I silih berganti datang menemani kami, tapi akhirnya mereka pulang lagi meninggalkan kami”, ujar cerita Ust Anwar dalam sela obrolan santai itu.

Bahkan lanjut kisahnya, “Kami ( Para Muallaf Suku Mentawai ) akan tetap menjadi muslim sekiranya Ust masih tinggal di kampung, namun sekiranya pergi meninggalkan kami maka bisa jadi keyakinan kami akan kembali ke sedia kala ( ke agama nenek moyang kami animisme )”, pungkas Ust Anwar berbagi pengalaman kisahnya.

Menatap syi`ar dakwah di pedalaman Mentawai untuk masa depan yang lebih baik bukanlah hal yang mustahil kendati jumlah muslim di daerah ini minoritas, tidak lebih dari 10 persen saja khususnya di Siberut Selatan. Dari sebuah tantangan dan keluh kesah dakwah pedalaman menggugah kegelisahan untuk nurani itu peduli bergerak membuka harapan-harapan baru. Impian dan harapan doa itu menyelinap diantara deretan kata seketika obrolan itu mengalir dengan renyahnya. Semoga jalan-jalan dakwah akan membuka setiap lembaran jalanan Mentawai semakin mudah, indah dan berkah. Wallahu Musta`an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Mengambil Keberhasilan Dakwah Walisongo, Dakwah Bukan Hanya Sekedar Ceramah

Prosesi kegiatan Wisuda Pesantren Al-Itqon Angkatan V periode 2020- 2024 adalah momentum bahagia puncak bahagia bagi semua orang tua walisantri dan para ustadz/ guru. Bagi walisantri adalah terkait hubungan biologis dan bagi para asatidz /guru adalah terkait hubungan ideologis, yang kedua-duanya memiliki ikatan hati yang kuat tertaut.

Menyempurnakan acara wisuda khutbah wada` semakin lebih khidmad bermakna dengan ringkas petuah yang disampaikan oleh KH. Farid Ahmad Oqbah, Lc. MA yang malam itu hadir di tengah-tengah hadirin.

Sebaik-baiknya kata adalah yang singkat tapi mengena bekas-bekasnya. Dakwah bukan hanya ceramah, sebagaimana mengambil hikmah dari jejak para walisongo yang hanya dengan sedikit jumlahnya tersebar di tanah air telah memberikan perubahan dan hasil maslahat serta manfaat untuk masyarakat ketika itu. Empowering, menjadi kata kunci untuk pemberdayaan yang menggerakan tatanan masyarakat untuk lebih baik sebagai suksesi program dakwah dan pengabdian rakyat akan peran dakwah masa itu.

Jalinan ukhuwah silaturahim menjadi cikal bakal tali yang menyambung perasaan untuk saling menguatkan satu sama lain atas dasar keimanan, dimana ketika itu parit-parit irigasi yang dibangun seketika itu telah memberikan dampak manfaat yang mampu mengalirkan manfaat pada masyarakat luas untuk saling menghidupi, mengambil manfaat yang menciptakan nilai ekonomi dan kesejahteraan. Suatu hal yang ketika masa itu hal yang langka dan sulit ditemukan.

Poin-poin nasehat yang diuraikan dalam khutbah wada` untuk para santri terangkum singkat sebagai berikut :

1. Bekal Knowledge, Pengetahuan

Jangan pernah berhenti belajar, merasa cukup untuk membatasi ilmu yang sudah di dapatkan ketika di pesantren. Baik atas ilmu agama yang di dapatkan maupun ilmu dunia yang terus berkembang saat ini, di era kecerdasan AI ( artificial Intteligent ) dan perkembangan robot masa depan. Karena Sebaik-baik ilmu pengetahuan yang di dapatkan ialah belajar terus menerus dari kehidupan “Long Life Education“. Terus perbaharui ilmu yang tak akan ada batasan waktu usianya Sepanjang hayat masih dikandung badan.

 

Bekal Experience, pengalaman

Memiliki bekal pengalaman adalah sebuah modal yang jarang ditemukan, dari setiap daerah-daerah dengan berbagai kondisi geografisnya yang berbeda. Mulai dari penjuru tanah air yang beraneka ragam kondisinya, suku dan adat – istiadatnya, iklim cuaca, mata pencaharian, pasar / praktek jual belinya, bahan makanan, kondisi geografis antara pesisir, lautan-lautan, kepulauan bahkan pucuk-pucuk pegunungan yang terjal belum terjangkau aksesnya. Bekal pengalaman seiring waktu akan terasah dengan kiprah jump terbang yang dimiliki nantinya.

2. Performance, Peran Penampilan

Peranan sebagai bagian kiprah melayani ummat setidaknya jiwa pengabdian para santri bolehlah dikatakan seorang da`i diposisikan seperti ungkapan Imam Syafi`i bahwa da`I itu sebagai dokter jiwa, yang memberikan pencerahan sentuhan ruhiyah yang dominan, sebagaimana unsur kesehatan seorang manusia yang terbangun 80 % terdiri dari unsur kejiwaan dan sisanya terbangun dari unsur kesehatan fisik. Perpaduan kesehatan antara lahir dan batin menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk mewujudkan tatanan masyarakat madani demi terciptanya kemajuan dan keberkahan penduduk suatu negeri. Menciptakan nilai-nilai keadilan sosial bagi semua pihak demi terciptanya Baldatun Thayyibatun Wa Rabbbun Ghofur. Dengan aktifnya membangun dan membela tatanan tanah air.

3. Attitude, Akhlaq mulia

Peranan akhlaq yang akan menjadi ukuran wajah keteladanan. Terciptanya keteladanan akan terbangun dengan beberapa unsur, pertama, dengan mengawali niatan Ikhlas sebagai ruh keislaman. Mengikhlaskan hati untuk membangun diri yang positif yang sesuai antara lisan dan perbuatan, untuk terus memberikan kebaikan – kebaikan yang bermanfaat untuk semua lapisan masyarakat. Ikhlas menjadikan tujuan semata-mata untuk berbuat atas dasar lillahi ta`ala, untuk izzul islam walmuslimin. Sehingga kehadiranya memberikan peranan solusi bukan menjadi beban-beban yang memberatkan masyarakat.

Kedua, jujur dalam bermuamalah sebagai awal membangun kepercayaan kepada semua pihak dalam lingkungan masyarakat. Kata-kata dan janjinya menjadi bagian penting yang dipegang dalam kehidupan sehari-harinya.

Ketiga, jiwa penuh Kasih sayang dalam merangkul semua unsur tatanan masyarakat, tokoh masyarakat, pemerintahan, alim ulama dan semuanya demi harmonisnya hubungan antar sosial masyarakat.

Ke-empat , Itqon dalam beramal, berusaha sungguh-sungguh professional dan perfeksionis untuk secara totalitas dalam membangun kesempurnaan beramal agar memberikan dampak kemanfaatan yang lebih luas.

Malam yang penuh haru dan syahdu dengan lantunan gemuruh do`a dan harapan mengiringi sesi istimewa wisuda khutbah wada` yang ditutup dengan dokumentasi bersama seluruh peserta wisudawan. Hanya kenikmatan dan kebahagiaan yang akan dirasakan bagi siapapun mereka yang menderma baktikan jiwa-raganya dalam jalan-jalan Allah untuk keridhoan-Nya semata. Aamiin.

Ali Azmi

Relawan Tanmia

Wisuda Santri, Pintu Pengabdian Yang dinantikan

Pesantren Al-Itqon program unggulan kaderisasi da`I dan guru menggelar kegiatan wisuda santri angkatan V periode 2020-2024 bertempat di sasana kampung danau Jatisampurna , Bekasi Jawa Barat ( 22/06/2024 ).

Dalam acara tersebut, Ust Bukhari Abdul Mu`id selaku ketua yayasan Tanmia menyampaikan rasa syukur penuh keberkahan akan dukungan semua pihak dimana di tanah kampung Jatisampurna penghujung kota bekasi ini bisa melahirkan kader-kader alumni yang siap mengabdi diterjunkan ke penjuru tanah air untuk berkontribusi dan mengabdi melayani ummat dan masyarakat.

 

“Saat ini wisuda di ikuti oleh sebanyak 39 wisudawan yang berasal dari berbagai daerah dari ujung Aceh hingga Sulawesi Barat. Sebuah keberkahan yang lahir atas nikmat dan rahmat Allah serta jerih payah para pengasuh pesantren selama ini mencurahkan segala sumbangsih energi terbaiknya, baik fikiran, tenaga maupun materi yang tak bisa ternilai besarnya,” terang papar Ust Bukhari dg bahagia jelasnya dalam sesi pembukaan acara yang bertajuk khutbah wada`wisuda santri.

“Pelepasan acara wisuda santri angkatan V periode 2020-2024 ini merupakan jumlah terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya ungkap,” Ustadz Rofid Hidayat, selaku pimpinan pengasuh pesantren Al-Itqon. Dalam sambutan pelepasan kali ini untaian-untaian bait kalimat wasiat dan nasihat terangkai indah membersamai para wisudawan yang duduk berjejer khidmat menyimaknya.

 

“Jangan kalian rusak hubungan bangunan nama baik pesantren / almamater yang telah berdiri indah, dirintis dengan jerih payah oleh alumni-alumni sebelumnya dengan hal-hal negatif yang buruk tak beradab,”terang wasiat Ust Rofiq sebelum beranjak turun dari mimbar khutbah wada`.

Masa lalu tak akan pernah terulang kembali, tutup semua kesalahan dengan perbaikan yang lebih baik. Goreslah coretan kebaikan yang akan mewarnai hari-hari pengabdian dengan lautan kebaikan. Berikan sumbangsih terbaik untuk ummat ini dengan segala kemampuan dan bekal yang kalian miliki dari apa yang telah diajarkan, diberikan oleh guru-guru / ustadz-ustadz kalian ketika di Pesantren, tambah Ust Rofiq dalam bait kata-kata sambutan harapan-harapanya.

Nantinya para wisudawan akan menerima tugas wiyatabhakti selama kurun waktu 1 tahun yang akan ditempatkan untuk pengabdian diberbagai wilayah tanah air, seperti Aceh, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Utara, Kalimatan Timur, Sulawesi , NTB, NTT dan Maluku Utara. Hal ini sebagaimana bagian proses pendidikan untuk praktek dakwah pengabdian langsung di lapangan.

Prosesi acara wisuda berlangsung khidmat yang dihadiri oleh segenap pengurus yayasan, dewan guru, walisantri dan para tamu tokoh lingkungan masyarakat setempat. Untuk mencapai titik puncak sekarang ini tidak terlepas dari jalan keikhlasan dan kegigihan, kebersamaan, kekompakan semua pihak yang mensukseskan program pesantren dari awal hingga akhirnya. Selamat bahagia dan siap menunaikan tugas, Barakallufiekum.

Ali Azmi

Relawan Tanmia

Garapan Ladang Membentang , Santri Mandiri Mengolah Lahan Jagung

Lahan seluas satu hektar kini menjadi bagian perhatian dan harapan para pengasuh Pesantren Salman Al-Farisi untuk mengembangkan program kemandirian dan ajang skill kreativitas para santri. Memaksimalkan Lahan Pesantren untuk concern kegiatan pertanian tengah dilaksanakan oleh Pesantren Salman Al Farisi, Wairoro Halmahera Tengah belakangan tahun terakhir ini. Hamparan geografis alam Halmahera Tengah yang begitu lengkap, dari hamparan daratan agraris dan lautan yang begitu luas membentang sulit rasanya dibuang sayang bila tak dimanfaatkan optimal.

Rasanya juga tidak pernah kehilangan akal dan ide gagasan untuk menghadapi susahnya kesulitan dunia pesantren dan santri ditengah gempuran globalisasi dan digitalisasi serba modern. Gawai yang menjadi symbol era digital saat ini menjadi pedang bermata dua yang mampu menebas segala potensi juga melejitkan setiap potensi. Biarpun jauh di ujung timur terjeda lautan samudera para dewan guru dan para khidmat ustadz muda untuk kompak menginisiasi mengolah lahan pesantren sarana beternak dan bercocok tanam jagung sejak awal tahun ini.

Insya Allah, besok kita panen jagung, syukur yang banyak dengan mengucapkan Alhamdulillah. Begitu kiranya kabar yang diterima dari salah satu pengasuh pesantren Salman Al-Farisi kepada pihak Tanmia Foundation lewat pesan selular. Tanpa terasa tiga bulan sudah terlewat begitu saja, hari panen jagung sudah di depan mata, bibit yang disemai beberapa saat lalu tumbuh menjadi bulir-bulir biji yang akan menguatkan sumber energi dan hasilnya membawa berkah untuk semua santri dan semua warga pesantren. Selain jagung, aneka jenis sayuran seperti cabe juga menjadi tanaman yang dibudidayakan di lahan pesantren ini. Perjalanan yang akan melewati transit beberapa dermaga pelabuhan laut menjadi suasana khas kepulauan Maluku Utara, antara Ternate , Tidore , Bacan dan Halmahera menjadi pulau-pulau tulang punggung penggerak denyut nadi perekenomian sudah berabad-abad jauh sebelum masa kolonialisme. Untuk ke Pesantren ini cukup menghabiskan waktu sejauh 3 jam perjalanan dari Sofifi Ibukota Provinsi Maluku Utara.

Pesantren Salman Al Farisi, Wairoro, Halmahera Tengah menjadi bagian lembaga pendidikan yang menjadi sinergi dan kolaborasi kiprah lahan pengabdian ananda Rifki dan Ruli, keduanya alumni angkatan ke-IV Pesantren Al-Itqon masa kelulusan tahun 2023 tahun lalu. Sosok KH. Ridwan M. Elyas, adalah salah satu sosok ulama kharismatik yang menjadi perintis dan pembina Pesantren yang berpusat di Wairoro, Halmahera Tengah, Maluku Utara.

Menurutnya, pesantren kini menjadi salah satu pilihan kiblat role model pembelajaran ilmu syar`i untuk memperdalam qur`an dan hadist sebagai kurikulum klasik yang sudah turun temurun sejak ulama generasi pendahulunya. Namun, pesantren sering kali berhadapan dengan problematika nyata lapangan tentang pengembangan kecakapan sosial dan ketrampilan.

Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya diskusi dan adu narasi gagasan kemajuan dimana kiai dan santri menyiapkan rencana masa depan gemilang untuk ummat, bak drama panggung dan pemeran utama dalam sebuah karya bioskop. Sekecil apapun peran menjadi sebuah kunci kesuksesan dalam rangka mengisi lubang-lubang kelemahan ummat untuk berkiprah santri dan melahirkan para kader da`I pejuang nantinya yang dinantikan ummat untuk membimbing di dalam masyarakat.

“Tidak semua santri di masa yang akan datang akan menjadi pendakwah di tengah kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, kami tergerak untuk mengadakan sebuah bentuk penyaluran ilmu pengetahuan yang kami peroleh dari pengalaman, skill, dan akademik kampus kepada santri dalam upaya pemberdayaan dan pembentukan keterampilan di bidang pertanian khususnya pertanian dan peternakan,” Jelas KH Ridwan, dalam doa harapanya.

Sebagaimana lahan-lahan pesantren yang sudah tiga bulan lalu ditanam jagung menjadi bagian yang yang tidak kalah penting dan menjadi trending dengan adanya kemajuan era digitalisasi. Keduanya harus saling mengisi, menguatkan barisan formasi kolaborasi yang saling mendukung agar “Output dari kegiatan ini bisa membuka pikiran dan jalan peluang santri menjadi pionir – pionir petani modern di lingkungan pesantren dan kehidupan bermasyarakat serta nantinya bisa menjadi seorang wirausaha dan motivator bidang pertanian modern sebagai penggerak generasi yang peduli kebaikan ummat”, pungkas KH Ridwan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Sukacita Bingkisan Lebaran, Pembuka Pintu Keberkahan

Dalam bilangan belasan hari saja ekspedisi paket wakaf pakaian yang diberangkatkan oleh Tanmia Foundation tiba di Warsawe , Manggarai Barat NTT ( 22/04/2024). Pekan Ied Lebaran Idul Fitri 1445 H sudah sepekan lalu terlewat, kabar bahagia menyelinap datang di depan pintu pesantren Uswatun Karima sembari si kurir pengiriman dengan sigap mengantarkan.

Pecah senyum bahagia terpancar dari belasan anak yang berlarian menyambut kedatanganya. Dengan keikhlasan hati para muhisinin tergerak mendermakan wakaf pakaian baru sebagai tanda cinta dan menyokong perhatianya pada anak-anak kaum muslimin yang seiman yang sedang berjuang menempuh belajar di pelosok pedalaman. Puluhan paket bingkisan yang berisi perlengkapan shalat, sarung, mukena dan hijab yang tiba segera menghapus rasa penantian yang sekian lama dipendam ditunggu-tunggu.

TPQ ala pesantren Uswatun Karima Warsawe, Manggarai Barat menjadi salah satu sasaran tujuan pendistribusian dengan total menampung sekitar 40-an santri dhuafa dan muallaf bermukim tinggal di asrama.
“Terimakasih kepada seluruh muhsinin dermawan atas bantuan perhatian berupa waqaf pakaian kepada santri-santri kami”, ujar pimpinan pengasuh TPQ Uswatun Karima, Ustadz Muh. Ramli.

“Para santri ini adalah anak-anak yang sungguh-sungguh berjuang menempuh pendidikan agama dengan tekad bulat meninggalkan rumah tinggal perkampunganya demi belajar menuntut ilmu untuk bekal masa depannya lebih baik”, jelas Ustadz Ramli kepada Tanmia Foundation.

Lokasinya terletak di pelosok dan jauh dari jalan raya. Untuk sampai di lokasi dibutuhkan perjuangan panjang dan kesungguhan karena medan yang berkelok-kelok di lembah balik perbukitan. Baru beberapa tahun terakhir ini jalanan dan akses listrik mulai membaik sebagai bagian ungkapan syukur akan hadirnya nasib lebih baik setelah sekian lama tertidur sunyi terisolir.

Warsawe sebagai daerah masa depan ibukota kecamatan Mbeliling bukanlah wajah masa lalu lagi, banyak berkah tertumpah di tanah yang tersimpan berbagai sejarah dan kenangan perjuangan mempertahankan iman sekuat-kuatnya tali genggaman.


Sampai saat ini budaya gotong royong, bahu membahu mengambil gentong air bersih, mengumpulkan segenggam beras dan sekerat ikan kering maupun seonggok kayu bakar dari rumah masing-masing warga masih menjadi suasana hari-hari para santri dan orang tua mereka dalam mendukung dan mempertahankan pendidikan anak-anak di TPQ Uswatun Karima Warsawe tetap berjalan dengan apapun kondisinya.

Dari sebuah jeritan perjuangan dan kesungguhan di balik lembah perbukitan telah membangkitkan optimisme melawan kemustahilan. Lain rencana lain realita, tapi inilah skenario Ilahi yang terus berjalan mengakhiri sebuah suasana jalanan sunyi. Berharap musim semi terus tumbuh bermekaran bunga wangi para anak-anak generasi darisini berlabuh. Bismillah, Wallahu Musta`an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!