Wisuda Santri Pesantren Al-Itqan Tahun 2023, Ingatkan Sejarah Air Mata Perjuangan

Hari penuh sejarah dan makna dalam acara wisuda yang digelar di halaman Pesantren Al-Itqan angkatan ke-IV pada (11/06/2023).

Membuka pengantar acara istimewa wisuda Pesantren Al-Itqan Angkatan ke-IV periode 2019-2023, Ketua Yayasan Tanmia Foundation, Ustadz Bukhari Abdul Muid,Lc dengan penuh syukur bahagia menyampaikan petuah pesan-pesan bermakna sebagaimana nasihat emas yang ditinggalkan para salaf.

Tahun ini sebanyak 18 santri wisudawan dari berbagai daerah asal wilayah, mulai dari Aceh Tamiang NAD, Tanjung Balai Sumatera Utara, Bekasi Jawa Barat, Banyumas dan Pekalongan Jawa Tengah, Lamongan Jawa Timur, Sumenep Jawa Timur, Poso Sulawesi Tengah,
Mataram dan Bima NTB, dan Labuan Bajo NTT.

Mengawali pembukaan sambutan wisuda kali ini, Ustadz Bukhari Abdul Mu’id mewasiatkan beberapa nasihat untuk para wisudawan, pertama untuk terus menuntut ilmu bahwa ilmu bak lautan yang tak bertepi sehingga bagi santri maupun siapapun tidak ada kata berhenti untuk terus belajar. Tetap memiliki azzam kuat untuk melanjutkan perjalanan belajar hingga nantinya ketika selesai ia mampu menjadi sosok da’i yang hebat harapan ummat untuk memberi kepada ummat ini dari ilmu yang bermanfaat.

Jangan merasa cukup dengan apa yang sudah dihafalkan dan didapatkan apalagi baru saja sebait dan sebaris yang baru didapat di Pesantren. Sebagaimana pepatah, kalau tidak memiliki sesuatu bagaimana mampu bisa memberi ? sebagaimana bila kita fakir bagaimana kita bisa mampu memberi sesuatu dari harta kita terbaik untuk ummat ini.

Ke-dua, ilmu yang didapat berusaha untuk dapat mengamalkanya secara istiqomah. Kerena keberkahan ilmu adalah dengan mengamalkannya. Ke-tiga, menjaga nama baik diri sendiri dimana pun dan kapanpun dirinya berada ditempatkan. Sebagaimana perkataan Ulama Imam Hasan Al-Bashri Rahimahullah, barangsiapa menuntut ilmu dan Qur’an ikhlas semata-mata karena Allah maka akan terlihat kekhusyukan pada pribadinya, zuhud sederhana dalam hidupnya, bisa mengontrol emosinya dan berhati tawadhu’ rendah hati sikapnya.

Adapun yang terakhir ke-empat, menjaga nama baik pesantren. Bahwasanya berdiri menjulang kokohnya tiang-tiang bangunan pesantren ini telah dibangun atas jerih payah perjuangan para muhsinin donatur dan juga cucuran keringat air mata para santri serta para asatidzah pengasuhnya. Berapa banyak pengorbanan yang telah dikorbankan dari keringat yang mengucur ketika gotong-royong mengecor tiang beton, belum lagi berapa keluh kesah berapa pasang sandal yang putus ketika jalan bahu-membahu mengangkat material dan menahan demam rasa sakit ketika harus sabar dalam semua prosesnya belajar di pesantren. Hal inilah yang selalu tak bisa dilupakan dalam merintis impian dan tangga perjuangan membangun kemajuan pesantren selama ini.

“Pesantren ini telah dibangun dengan keringat dan air mata perjuangan para donatur juga para santri. Semoga dengan menjaga nama baik pesantren ini adalah batu loncatan kemajuan pesantren ini lebih baik di masa depan”, pungkas harapan Ustadz Bukhari Abdul Muid mengakhiri sambutanya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Mencetak Generasi Dambaan; Naluri Manusia Ingin Mempunyai Keturunan

Manusia memiliki naluri untuk mengembangkan dan melestarikan keturunannya, baik itu dari kalangan orang kaya maupun miskin, para raja maupun rakyat biasa, bahkan para Nabi dan Rasul pun mendambakan seorang anak. Tidak terasa lengkap kebahagiaan di dunia, apabila di kehidupan kita tidak dikaruniai salah satu anugerah Allah SWT yang besar, yaitu seorang anak. Betapa banyak manusia yang mendambakan kehadiran seorang anak di dalam kehidupannya, berbagai macam usaha dan upaya agar seorang anak bisa melanjutkan estafet perjuangan orang tuanya.

Ada seorang raja yang hidup di Mesir, ia memiliki segalanya dan hidup dengan bergelimang harta, yaitu Fir’aun yang kita kenal di kisah Nabi Musa As. Namun, dengan segala kelebihannya itu tidak membuatnya bahagia, karena ia tidak memiliki seorang anak yang akan melanjutkan kekuasaannya kelak. Pada saat ia mengetahui dari seorang penyihir bahwa akan ada seorang anak laki-laki yang akan menghancurkan singgasananya, maka pada saat itu ia mulai membunuh setiap anak laki-laki yang baru lahir. Namun karena kuasa Allah SWT, ketika Asiyah istri dari Fir’aun itu menemukan seorang anak kecil yaitu Nabi Musa As, yang dihanyutkan di sungai Nil. Asiyah melarang suaminya tatkala ingin membunuh anak kecil tersebut, seraya berkata:

((لَا تَقْتُلُوهُ عَسَىٰ أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا)) القصص: 9

“Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat untuk kita atau kita jadikan ia menjadi anak”

Berkat permintaan istrinya lah, sehingga Fir’aun mengikuti kemauan istrinya untuk tidak membunuh anak tersebut. Sedangkan pada saat itu, Fir’aun tidak menyadari bahwa anak kecil yang diselamatkan itu, merupakan seorang laki-laki yang ia takutkan kelak akan menghancurkan singgasananya itu.

Begitu juga seorang raja Mesir juga di zaman Nabi Yusuf As. ia hidup dikelilingi dengan para prajurit yang siap mengabdi, harta yang banyak, dan bangunan yang megah. Namun kebahagiaanya belum terasa lengkap, tatkala di kehidupannya tidak memiliki anak. Sehingga di suatu hari, Raja tersebut menemukan Nabi Yusuf As, yang dijual di pasar setelah para saudaranya membuangnya ke sumur. Ia berkata kepada istrinya:

))أَكْرِمِي مَثْوَاهُ عَسَىٰ أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا ۚ((  يوسف : 21

“Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita jadikan dia sebagai anak”.

Itulah dua contoh sosok seorang raja yang pada hidupnya mendambakan seorang anak. Bukan hanya seorang raja saja, bahkan para Nabi dan Rasul pun yang sudah dijanjikan akan masuk ke dalam surga-Nya, mereka juga mendambakan seorang anak. Seperti Nabi Zakariya As, ia setiap hari berdoa kepada Allah SWT,

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِى مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآء)) ال عمران: ))

“Di sanalah Zakariya berdoa kepada Tuhannya seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa’.”

Ia berdoa tanpa putus asa, hingga di usianya yang sudah tua, Allah SWT kabulkan doanya dengan mengkaruniainya seorang anak yang bernama Yahya As. Menurut salah satu riwayat dikatakan bahwa Nabi Zakariya As diberi anugerah seorang anak di usianya yang ke-77 tahun.

Begitu juga dengan kekasih Allah (Khalilullah); Nabi Ibrahim As, yang berdoa setiap malamnya menantikan seorang anak dari istrinya yaitu Hajar, hingga di usianya yang sudah tua, Allah SWT kabulkan doa Nabi Ibrahim As dengan lahirnya Nabi Ismail As.

Itulah beberapa contoh manusia yang sudah diberikan oleh Allah SWT beberapa kelebihan, kesejahteraan dan kemewahan, akan tetapi mereka tetap mendambakan seorang anak. Maka kemudian bagaimana bagi kita yang dititipkan amanah oleh Allah SWT berupa anak-anak kita agar mereka bisa menjadi generasi-generasi dambaan yang dirindukan ummat. Ada contoh di dalam al-Quran, bagaimana cara kita mencetak generasi dambaan. Yaitu terdapat pada kisah seseorang yang salih, yang berhasil mendidik anaknya, sehingga namanya diabadikan di dalam al-Quran menjadi nama surat, yaitu surat Luqman.

Maka berikut langkah-langkah yang bisa kita contoh dari pendidikan seorang Luqman kepada anaknya, agar bisa mencetak generasi dambaan:

  1. Menanam akidah yang kuat di hati seorang anak (Aqidah)
))وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ(( لقمان : 13

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

Luqman mengajarkan anaknya sejak dini tentang tauhid, mengenalkan keagungan Allah SWT, bahwa Dia merupakan Dzat yang Maha Besar, dan tidak layak untuk dipersekutukan dengan yang lainnya. Maka sangat penting untuk menanam tauhid di dalam hati seorang anak sejak dini, agar ketika ia tumbuh besar, tauhid di dalam hatinya semakin kuat.

  1. Mengajarkan amal-amal ibadah (Syari’ah)
((يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ)) لقمان: 17

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”

Setelah mengajarkan tauhid kepada anak, langkah berikutnya adalah mengajarkan nilai-nilai syariat berupa praktek ibadah. Bermula dengan solat, puasa, haji dan ibadah-ibadah sunnah lainnya. Sehingga ketika akidah sudah terbangun, maka selanjutnya bagaimana mengaplikasikan makna tersebut dalam kehidupan sehari-harinya, melalui ibadah-ibadah yang diajarkan Rasulullah SAW.

  1. Menghiasi anak dengan akhlak mulia (Akhlaq)
((وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ)) لقمان : 18

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

Dalam ayat ini terkandung nasihat untuk memiliki akhlak yang mulia, yakni agar bersikap ramah kepada siapapun, dan tidak berjalan dengan congkak dan angkuh. Karena sifat-sifat tersebut dimurkai oleh Allah SWT. Maka itulah tiga langkah yang diterapkan oleh Luqman dalam pendidikan kepada anaknya, yang mana tiga langkah tersebut dijadikan rumusan oleh para ulama Ahlussunnah Wal-Jamaah, bahwa semua ajaran pada agama Islam, pada akhirnya akan bermuara kepada tiga pokok prinsip dasar, yaitu: Aqidah, Syari’ah, dan Akhlaq.

Nabi Ibrahim As merupakah suri tauladan kita semua, ia dijuluki sebagai bapaknya para Nabi (Abul Anbiya’), bagaimana ia sukses mendidik anaknya, yaitu Ismail As. Ketika Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Ibrahim As di dalam mimpinya tiga hari berturut-turut untuk menyembelih anaknya. Sehingga ia tanyakan kepada Ismail As, terkait mimpinya tersebut. Dengan didikan Nabi Ibrahim As kepada anaknya, maka jawaban yang luar biasa dari Ismail As merupakan buah dari pada pendidikan ayahnya.

 ((فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ)) الصافات : 102

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Sungguh luar biasa, jawaban dari Nabi Ismail As, karena akidahnya yang kuat bahwa hal itu merupakan perintah Allah SWT. Kemudian ia patuh atas perintah tersebut sebagai syariat yang diturunkan Allah SWT, dan berkat didikan ayahnya menghasilkan akhlak yang mulia, patuh dan menerima apa yang disampaikan oleh Nabi Ibrahim As. Mudah-mudahan kita bisa mengikuti jejak-jejak para suri tauladan kita dalam mencetak generasi dambaan. Aamiin. Wallahu a’lam.

Oleh: Mohamad Munib Asmuni

 

Kunci Menggapai Keberkahan Ilmu Menurut Imam Syafi’i -rahimahullah-

 

Manusia merupakan sebaik-baik makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT, salah satu keistimewaan yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah akal. Sehingga akal menjadikan manusia lebih mulia dibandingkan makhluk yang lainnya. Maka hendaknya akal ini digunakan semaksimal mungkin di jalan yang diridhoi-Nya, sebagai salah satu karunia Allah SWT.

Terkhusus bagi ummat Islam, yang mana wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra’..” , yaitu bacalah. Membaca merupakan salah satu perantara untuk mendapatkan ilmu dan kebahagiaan di dunia juga akhirat. Imam Baihaqi mengutip perkataan Imam Syafi’i –rahimahumallah- di dalam kitab Manaqib as-Syafi’i.

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

 “Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.” (Manaqib Asy Syafi’i, 2/139)

Banyak sekali ulama terdahulu memberikan nasihat maupun kiat-kiat agar mendapatkan keberkahan ilmu. Seperti yang dikatakan Imam Syafi’i dalam Diwan-nya ada enam syarat agar seseorang mendapatkan keberkahan ilmu,

أَخي لَن تَنالَ العِلمَ إِلّا بِسِتَّةٍ         سَأُنبيكَ عَن تَفصيلِها بِبَيانِ
ذَكاءٌ وَحِرصٌ وَاِجتِهادٌ وَبُلغَةٌ       وَصُحبَةُ أُستاذٍ وَطولُ زَمانِ

“Wahai saudaraku, kalian tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam syarat,

Akan saya beritahu rinciannya dengan jelas,

Kecerdasan,  ambisi, bersungguh-sungguh, modal,

bimbingan guru, dan waktu yang lama.”

Selaras dengan nasihat ulama-ulama yang lain, mereka memberikan motivasi dalam menuntut ilmu dengan esensi yang sama seperti nasihat imam Syafi’i di atas. Ketika sudah diketahui faktor-faktor agar mendapatkan berkahnya ilmu yang bermanfaat, maka harus diketahui pula faktor-faktor penghalang ilmu masuk ke dalam hati seseorang.

Suatu ketika imam Syafi’i mengeluhkan hafalannya yang sulit sekali masuk kepada gurunya, yaitu imam Waki’. Kisah ini disebutkan juga melalui sya’irnya di dalam Diwan­-nya yang berbunyi:

شَكَوتُ إِلى وَكيعٍ سوءَ حِفظي
فَأَرشَدَني إِلى تَركِ المَعاصي
وَأَخبَرَني بِأَنَّ العِلمَ نورٌ
وَنورُ اللَهِ لا يُهدى لِعاصي

“Saya mengeluhkan kepada (guruku) yaitu imam Waki’ tentang buruknya hafalanku,

Maka ia menasihatiku untuk meninggalkan maksiat,

Ia memberitahuku bahwa ilmu itu cahaya,

Dan cahaya Allah SWT tidak akan diberikan kepada pelaku maksiat.”

Maka maksiat inilah, merupakan penghalang terbesar bagi para penuntut ilmu. Sebagai penuntut ilmu, sepatutnya untuk menjauhi segala macam maksiat. Apabila sudah terlanjur melakukan maksiat, hendaknya untuk memperbanyak taubat kepada Allah SWT. Suatu hal yang mustahil apabila manusia tidak melakukan maksiat selama hidupnya, dan ketika kita menyerah dalam menghadapi maksiat, tidak melawannya dengan ketaatan, maka hal itupun termasuk kemaksiatan. Ulama terdahulu menawarkan dua solusi agar tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan bagi para penuntut ilmu, yaitu; 1.) menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, dan 2.) bergaul dengan orang-orang yang solih.

Tatkala, dosa kita sudah menggunung tinggi dan seluas samudera, maka ingatlah bahwa Rahmat Allah SWT Maha Luas. Satu hal yang perlu kita lakukan adalah memperbanyak istighfar kepada Allah SWT, dan waktu terbaik untuk istighfar adalah ketika di waktu sahur. Sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat ayat ke 17-18,

كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Mereka (orang yang bertaqwa) sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan (istighfar) di waktu pagi sebelum fajar.”

Menjadi suatu aib yang besar bagi penuntut ilmu yang meninggalkan solat tahajjud, hal ini karena pada waktu-waktu tahajud ini merupakan waktu terbaik untuk ber-istighfar, agar dosa-dosa kita diampuni Allah SWT dan ilmu yang kita pelajari dengan mudah masuk ke dalam hati. Wallahu a’lam.

Oleh: Mohamad Munib Asmuni

Wakaf buku

Wakaf Referensi Buku Da`i Untuk Kaderisasi Peduli Generasi

 

Wakaf bukuPermasalahan keterbatasan koleksi referensi buku untuk para da`i di pelosok tanah air masih menjadi kendala dilema klasik. Kendati dunia digital dan informasi hari ini memudahkan untuk pencarian sumber referensi namun tidak serta merta bisa menggantikan peran utama fungsi dari keutamaan referensi buku yang sebanding.
Sejak beberapa tahun terakhir, Tanmia Foundation melalui program wakaf buku referensi da`i telah mengirimkan beberapa paket literasi da`i ke berbagai daerah di tanah air, dengan melewati berbagai proses dan rentang waktu yang panjang. Penutup diujung Syawal 1444 H ini paket wakaf buku referensi da`i dan al-qur`an tiba di berbagai daerah diantaranya, Pesawaran Lampung dan Toraja Sulawesi Selatan.

Wakaf ini menyasar para da`i untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran yang sebagian besar mengelola pendidikan di daerah masing-masing seperti Taman Pendidikan Qur`an (TPQ) atau semisalnya. Salah satu tujuan di daerah Lampung tepatnya di Rumah Belajar Bimbingan Al-Qur`an (Rumbelqu) Negeri Sakti, Kabupaten Pesawaran yang sudah berdiri sejak 2019.

“Buku referensi da`i sangat penting dibutuhkan para da`i untuk membantu kegiatan majelis ta`lim di masyarakat dan kegiatan dinniyah anak-anak TPQ yang kami selenggarakan. Berdirinya rumah belajar bimbingan al-quran (Rumbelqu) ini juga dalam rangka membiasakan budaya gemar membaca dan semangat menuntut ilmu sehari-hari”, kata Ustadz Saif Hidayatullah saat menerima buku wakaf dari Tanmia Foundation (17/05/2023).

Wakaf buku

 

“Peran kebiasaan keluarga sangat penting untuk melatih kebiasaan anak-anaknya gemar membaca,” tambah Saif pengasuh Rumbelqu. Saif juga mengatakan, peran penting buku dan da`i /pengajar sangat menunjang keberadaan Rumbelqu ( Rumah Bimbingan Belajar Al-Qur`an) dalam menyelenggarakan beberapa kegiatan diantaranya : belajar baca tulis al-qur`an, tahsin, tahfidz, bimbingan bahasa arab dan inggris dan dinniyah dasar keislaman yang semuanya dalam rangka memfasililitasi masyarakat agar terbentuk generasi qur`ani dan lingkungan kehidupan masyarakat yang berakhlaq.

Di tempat yang lain, kondisi serupa di TPQ Nur Hidayah yang berada Tana Toraja tepatnya di Dusun Gandang Batu Silanan juga mengalami keterbatasan buku referensi dan koleksi buku bacaan . Hal ini berdampak pada pasang surutnya kegiatan TPQ yang saat ini masih terus berjalan. TPQ Nur Hidayah yang berjarak 1 jam perjalanan dari Makale, pusat ibukota Tana Toraja ini berada di dusun perbukitan yang saling berjauhan satu sama lain antar pemukiman warga.

Sebagian besar TPQ yang ada juga berjalan secara turun-temurun, hanya mengandalkan kaderisasi berbasis masyarakat sekitar. Begitu juga animo perhatian masyarakat akan belajar di TPQ makin menurun sehingga menyebabkan kaderisasi ini makin terseok. Mirisnya juga, anak-anak sekarang hidup di zaman yang berbeda dengan dihadapkan pada lebih banyak godaan. Saat ini, kehadiran gawai, internet, game, dan produk-produk teknologi digital menghadang di depan mata 24 jam sehingga semakin menggiurkan. Nur Hidayah juga menilai semangat orang tua untuk memberikan pendidikan agama yang lebih baik pada anak-anaknya masih sangat minim. Artinya, ada banyak motif yang menyebabkan kaderisasi anak-anak terlambat bahkan tergerus.

Wakaf buku

Selain memberikan paket wakaf buku referensi da`i Tanmia Foundation juga menyerahkan wakaf qur`an yang diterima langsung oleh Nur Hidayah, pengelola TPQ setempat pada (16/05/2023). “Alhamdulillah, wakaf buku dan al-qur`an ini sebagai bagian amal shalih dan dapat diartikan sebagai ilmu jariyah yang bermanfaat karena akan berguna untuk sarana belajar dan insyaallah pahalanya terus mengalir selama buku tersebut bermanfaat,” tandas Nur Hidayah.

Hari-hari sebagai petani kopi Nur Hidayah tak segan-segan untuk meluangkan sebagian waktunya untuk mengajar ngaji bagi anak-anak dusun disekitarnya. Kegiatan rutinitas mengajar TPQ yang sudah berjalan bertahun-tahun ini adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari nafas perjuanganya mengajar anak-anak.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Sekolah Al Huffazh

Wakaf Qur’an Untuk Sekolah Al Huffazh, Jadikan Anak-anak Shalih Itu Prioritas

Sekolah Al Huffazh

Memperluas kebaikan dengan mengalirkan jariyah lewat wakaf qur’an adalah kemuliaan yang tak berulang lagi datang bila kesempatan itu terlewat.

Jelang penghujung Syawal ini Tanmia Foundation menyalurkan wakaf qur’an untuk para peserta didik di SDIT Al-Huffazh Kota Payakumbuh, Sumatera Barat diawal mulai masuk sekolah usai lebaran hari raya pada ( 09/05/2023).

Ustadz Hasby, salah satu staff pengajar sekolah yang menerima simbolis pembagian wakaf qur’an menjelaskan bahwa semua proses pendidikan terhadap anak-anak peserta didik berdasarkan nilai-nilai Qur’an. Visi dan misi yang dimaksudkan untuk menanamkan akhlak yang mulia pada setiap jiwa anak-anak.

Kegiatan belajar mengajar selama ini cukup komprehensif yang memadukan kurikulum antara pendidikan berbasis keislaman dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan pendidikan sains umum yang relevan.
Wakaf al-quran
“Alhamdulillah, kepedulian dan dukungan perhatian terhadap pendidikan Qur’an terus tumbuh berkembang berdatangan untuk anak-anak peserta didik kami salah satunya dengan wakaf Qur’an yang diberikan dari para muhsinin Tanmia Foundation untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah Al-Huffazh tempat kami. Semoga menjadi ladang jariyah yang tak pernah putus sampai jannah ,” ucap syukur Ustadz Hasby.

Ia mengatakan, nilai-nilai agama harus menjadi dasar pondasi untuk anak-anak sejak dini. Dimanapun dan kapanpun harus bisa diamalkan semampunya nilai keagamaan yang telah didapatkan baik dari sekolah maupun lingkungan keluarganya yang terdekat.

Anak-anak yang dididik dan dilatih mengaji serta beragam kegiatan lainnya dalam rangka melahirkan anak yang sholeh, cerdas dan terampil. Ini bagian dari menyiapkan mental pendidikan anak-anak bangsa ditengah krisis degradasi akhlak yang kian memburuk di tanah air yang sering terdengar berseliweran di beranda media informasi.

Sekolah Al Huffazh 2

Ia menambahkan, jika dasar agama anak-anak sejak dini kuat, maka mereka juga diharapkan akan lebih kuat menghadapi beragam masalah nantinya.Ia penuh doa berharap, setiap nilai-nilai Qur’an yang diajarkan di sekolah menjadi pijakan utama sebagai pendidikan karakter. Dengan pendidikan qur’an dan iman yang diberikan para guru, anak-anak akan menjadi anak yang lebih santun beradab, menghargai orang lain, serta menghormati yang lebih dewasa.

Sekolah Al Huffazh

“Saya berharap, menjadikan anak-anak yang shalih adalah program prioritas. Jika tidak, maka percuma anak-anak diberikan berbagai fasilitas dan dukungan kemajuan teknologi tinggi-tinggi tapi pada akhirnya tidak berbakti kepada kedua orangtua baik semasa hidup hingga meninggal tutup usia tidak mampu didoakan. Jadi, nilai-nilai Al-Qur’an adalah unsur prioritas pilihan utama yang didahulukan untuk ditanamkan pada anak yang kita cintai,” pungkasnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Wakaf quran

Syawal Berkah, Berbagi Wakaf Quran Untuk Anak-Anak Sekolah Nunusan

Atmosfir suasana Ramadhan baru saja beranjak pergi sesaat. Sepekan Syawal yang terlewat seyogyanya menjadi bekal energi semangat kebaikan agar istiqomahnya hati semakin menyuburkan rindangnya pohon keimanan dalam taman-taman ketakwaan. Lembaran- lembaran baru amal kebaikan juga semakin kokoh tersusun usai datangnya malam-malam Ramadhan yang penuh kemuliaan. Acara berbagi bingkisan lebaran dan wakaf quran Tanmia Foundation sejenak memecah jeda keheningan suasana anak-anak sekolah di Kelas Filial SDN 004 Rantau Langsat, Dusun Nunusan pedalaman Suku Talang Mamak, Indragiri Hulu Riau pada ( 29/04/2023 ).

Suasana bahagia anak-anak pun pecah tertumpah di suasana Syawal usai liburan lebaran. Sepotong baju baru dan bingkisan quran menjadi hadiah yang berkesan. Memang nilainya tidak seberapa tapi sedikit niat kebaikan telah mampu mempertemukan raut-raut wajah bahagia anak-anak Nunusan yang biasanya diselimuti sunyi di pinggiran Sungai Batang Gansal.

Kondisi sekolah yang sederhana ala kadarnya adalah tempat istimewa untuk anak-anak tetap semangat belajar. Meskipun keberadaan sekolah terbilang terisolir di Kawasan rimba Taman Nasional Bukit Tiga Puluh tapi tak menghalangi siapapun yang datang untuk sudi terpanggil nuraninya bersedia mengajar ke sekolah. Kendati guru yang ada datang pun silih berganti-ganti dari tahun ke tahun, karena hanya sedikit saja guru yang bisa betah untuk tinggal dalam waktu yang cukup lama.

Wakaf quran

Keluh kesah bersama ujian dan tantangan kesulitan bercampur aduk menghadang setiap para guru pengajar yang datang tanpa jeda. Itulah realita dan ujian pengabdian mengajar di pedalaman bak peribahasa “Tetaplah tegar meski yang lain berguguran. Tetaplah tersenyum meskipun perjuangan ini terasa pahit dan berliku.” Medan tempuh yang sulit dan letak dusun yang terpencil menjadi alasan utama banyaknya guru undur diri untuk absen tidak datang. Mereka yang bertahan adalah pilihan satu-satunya jalan keikhlasan dan kesabaranlah yang membuat tekad dan yakin itu kuat sehingga teranglah cahaya asa harapan.

“Jika tiap hari berjalanya proses belajar dan mengaji menyenangkan, anak-anak akan cinta untuk belajar, dan harapan ke depan anak-anak menjadi rajin dan semangat belajar,” jelas Asep salah satu guru pembantu ngaji anak-anak di Nunusan.

Untuk menuju dusun Nunusan, jalur yang mudah bisa dilewati yakni hanya jalur sungai. Perjalanan pun bisa ditempuh dengan sampan mesin. Jika air sedang tinggi, perjalanan bisa ditempuh dalam waktu 1-1,5 jam. Akan tetapi saat surut musim kemarau, ketika debit air sedang berkurang, maka dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam untuk sampai ke dusun tersebut. Sedangkan jika harus terpaksa jalan kaki harus melewati jalanan tengah hutan selama 4-5 jam.

Hanya ada belasan anak-anak saja yang masih mengenyam bangku belajar di sekolah kelas Filial ( Jarak Jauh ) ini yang terbagi dua, yakni kelas atas dan kelas bawah. Mereka adalah yang belajar dari kelas 1 sampai kelas 5 saja disini, setelah itu ditahun terakhir kelas 6 mereka harus pindah bergabung ke SD Induk untuk mengikuti ujian terakhir hingga lulus. Semoga jarak yang terpaut tak menyurutkan mereka untuk berhenti terus belajar dan bersama ujian kesabaran terbukalah jalan kemudahan seiring dengan ruh quran yang terus ditanamkan. Wallahu Musta’an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Akhir ramadhan

Sebuah Renungan; Ketika Ramadan Meninggalkan Kita

Siapapun di antara kita yang merasakan indahnya pertemuan, pasti ia akan merasakan pedihnya perpisahan. Begitulah pepatah yang sangat sesuai dengan kondisi kita pada saat ini. Tidak terasa 30 hari yang lalu telah kita lewati bersama, tamu agung dan istimewa bersiap-siap meninggalkan kita. Ia adalah Ramadhan, tamu yang kita tunggu-tunggu, di dalamnya memiliki banyak keutamaan dan peristiwa besar. Di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Al-Qur’an, Lailatul Qadar, dan peristiwa-peristiwa lainnya.

Betapa agungnya bulan Ramadhan ini, sehingga para sahabat dan ulama terdahulu, sangat merasakan kesedihan yang mendalam ketika Ramadhan akan meninggalkan mereka, mengapa demikian?. Karena suatu bentuk penyesalan yang sangat besar adalah, tatkala mereka tidak memaksimalkan amal solehnya di bulan ini. Bahkan dikatakan oleh Imam Ibnul Jauzi –rahimahullah- di dalam kitabnya At-Tabshiroh, ketika ditanyakan kepada orang-orang yang telah diwafatkan: “Berangan-anganlah..!!”, maka mereka menjawab:  “kami berangan-angan ingin dikembalikan ke dunia di satu hari pada bulan Ramadhan”.

Ramadhan akhir

Maka inilah, yang membuat para ulama terdahulu sangat bersedih. Bulan Ramadhan merupakan madrasah bagi kita untuk menempa dan mendidik kita, agar membentuk karakter dan menjadi pribadi yang soleh. Tidak hanyak di bulan Ramadhan saja akan tetapi konsisten di bulan setelah-setelahnya juga. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:

وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡ  (الحجر : 99)

“Dan sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinan (ajal)”. (QS: Al-Hijr : 99)

Kita dituntut beribadah kepada Allah Ta’ala hingga kematian menjemput kita, bukan hanya sebatas di bulan Ramadhan saja. Begitu juga Allah Ta’ala abadikan penyesalan-penyesalan orang yang sudah meninggal dunia di dalam surat Al-Munafiqun ke-10:

فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (المنافقون : 10)

lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun : 10)

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali –rahimahullah- mengisahkan di dalam kitabnya Lathaaiful Ma’arif, bahwa ada seorang ulama terdahulu yang bernama Bisyr Al-Hafiy –rahimahullah- di datangi oleh para sahabatnya dan bertanya: “Ya Imam, bagaimana dengan suatu kaum yang hanya rajin beribadah dan beramal soleh di bulan Ramadhan saja?”, maka ia menjawab:

(( بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان ، إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد سنة كله ))

“Seburuk-buruknya suatu kaum, adalah mereka yang mengenal Allah Ta’ala hanya di bulan Ramadhan saja, sesungguhnya orang soleh adalah mereka yang beribadah dan bersungguh-sungguh dalam beramal soleh satu tahun penuh.”

Itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Bisyr Al-Hafiy -rahimahullah-, ia mengajak kita agar tidak menjadi hamba yang Ramadhani saja, akan tetapi menjadi hamba yang Robbani, yang beribadah hingga datangnya kematian. Semoga kita semua diberikan keistiqomahan oleh Allah Ta’ala dalam ketaatan kepada-Nya. Aamin. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh: Muh. Munib Asmuni, Lc.

Peristiwa-peristiwa Besar Yang Terjadi di Bulan Ramadhan

Dari perisiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Ramadhan dan dicatat oleh sejarah sebagai peristiwa yang istimewah, dimana dampak dan pengaruhnya menjadi bukti nyata bagi kaum muslimin akan kebenaran Ajaran yang dibawa oleh Nabi kita Muhammad ﷺ, juga bukti bahwasanya Agama ini tidak akan perna luput dari penjagaan dan pertolongan Allah SWT, diantaranya :

1. Peristiwa Turunnya Al-Qur’an

Nuzulul
peristiwa ini adalah peristiwa yang paling agung, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhanmmad ﷺ berupa Al Quran melalui Malaikat Jibril di Gua Hira Makkah, Merupakan pedoman hidup bagi kaum muslimin, juga Mukjizat terbesar Baginda kita Muhammad ﷺ. Peristiwa tersebut terjadi 13 tahun sebelum hijrah atau 610 Masehi, dan bertepatan pada bulan Ramadhan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah: 185)

2. Perang Badar

badar
Perang badar terjadi pada 17 Ramadhan Tahun ke 2 Hijriah. Perang ini adalah perang pertama Rasulullah sejak beliau diutus menjadi Nabi, dimana pada peristiwa tersebut jumlah kaum muslimin sekitar 310 hingga 313 pasukan. Juga mereka tidak memiliki sejumlah tunggangan kecuali 2 ekor Kuda dan 70 ekor Unta. Sedangkan jumlah kaum musyrikin saat itu berjumlah sekitar 1000 pasukan, akan tetapi kemenangan tetap berpihak kepada kaum muslimin dengan pertolongan Allah SWT.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ الله بِبَدْرٍ وَّاَنْتُمْ اَذِلَّةٌ ۚ فَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“Dan sungguh, Allah telah menolong kamu dalam perang Badar, padahal kamu dalam keadaan lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, agar kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran : 123)

3. Fathu Makkah

Fathu
Pembebasan Kota Makkah terjadi pada 10 Ramadhan Tahun ke 8 Hijriah. Peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat nyata yang dengannya Allah memuliakan tentara kaum muslimin, dan mengembalikan Hak mereka (terhadap tanah Makkah). Dengan peristiwa ini Allah mematahkan Negara kaum kafir, dan menghapus Syi’ar-Syi’ar kesyirikan, dan corak kedzaliman. Juga dengan peristiwa besar ini Allah kembali menerbitkan cahaya Tauhid dimuka bumi ini. Maka sungguh Fathu Makkah adalah peristiwa yang sangat besar, dimana hati-hati manusia terbuka untuk Agama Islam, dan mereka pun berbondong-bondong masuk kedalam Agama Allah.

4. Pembebasan Kota Andalusia

Pembebasan kota andalusia
Andalusia berhasil dibebaskan pada Ramadhan 91 H oleh pasukaan kaum Muslim yang dipimpin oleh Tariq bin Ziyad. Penaklukan Andalusia merupakan salah satu kemenangan besar Muslim. Bahkan, penyerbuan di kota-kota yang berbatasan dengan Selatan Spanyol itu, menjadi kemenangan yang bertahan selama 800 tahun lamanya.

5. Perang Ain Jalut


Perang Ain jalut, adalah perang yang terjadi pada hari Jum’at, 25 Ramadhan 658 Hijriah. Di bawah komando penguasa Mesir Saifuddin Quthuz, yang bertolak untuk melawan Bala tentara Mongol yang sangat kejam di pertempuran Ain Jalut. Peristiwa ini dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin dengan kemenangan yang sangat telak, dan memberikan dampak yang sangat baik, yaitu; terlepasnya otoritas Bangsa Mongol dari Bumi Syam, dan keluarnya mereka dari tanah tersebut.

Inilah beberapa peristiwa besar dalam sejarah yang terjadi pada Bulan Ramadhan, Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari Sejarah mereka, bahwasanya Ramadhan selalu datang dengan keberkahan dan pertolongan dari Allah SWT untuk hamba-Nya yang bertaqwa, dan bersemangat juga bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada-Nya.
Wallahu A’lam bis Shawab’.

Oleh Zulfajri Lc

Ramadhan Semaikan Pilar-pilar Dakwah Di Pedalaman Suku Talang Mamak

Lebatnya hamparan rimba di sepanjang aliran sungai Batang Gansal yang membelah kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh menyambut rombongan safari kafilah dakwah Ramadhan Senyumkan Talang Mamak, tepatnya di Dusun Air Bomban dan Sadan, Kecamatan Batang Gansal Kabupaten Indragiri Hulu, Riau (3/4/2023).

Hening dan sunyi bersama gemericik aliran sungai mengiring perjalanan ke pedalaman pemukiman penduduk Suku Talang Mamak. Curah hujan tropis yang sering turun membuat bagian kanan-kirinya membentang kawasan rimba pegunungan dengan pepohonan liar tinggi menjulang.

Menuju pemukiman warga Suku Talang Mamak bolehlah dikatakan tidaklah mudah dan sarat perjuangan. Hanya ada 2 pilihan, akses transportasi sungai dengan menggunakan perahu kayu (board )selama 3-4 jam atau kedua menyusuri jalanan kaki setapak selama 7 jam perjalanan.

Belum ada jalanan kendaraan yang menyambungkan secara khusus ke perkampungan ini jika benar-benar ingin ke pusat keramaian seperti pasar dan kota kecamatan, sehingga pilihan jalur sungai menjadi sebuah pilihan yg memudahkan daripada berjalan kaki menyusuri rimba seharian berjam-jam lamanya.

Bersama mengisi keutamaan hari-hari Ramadhan Tanmia Foundation menyerahkan bantuan wakaf Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) untuk menerangi masjid dan rumah da’i di Dusun Air Bomban Suku Talang Mamak (5/04/2023).

Bertahan hidup turun-temurun generasi tanpa listrik adalah hal yang biasa. Apalagi saat malam tiba, mereka hanya mengandalkan sebatang lilin atau pelita lampu minyak seadanya.

Sejauh apa pun perkampungan Suku Talang Mamak, seberat apapun kehidupan mereka, mereka tak berbeda dengan kita yang tinggal di perkotaan atau pulau lainnya. Mereka tetap diatas tanah air Indonesia. Bertahan hidup tanpa penerangan dan jaringan tak membuat mereka lantas menyerah begitu saja untuk merengkuh cita-cita dan impian. Mereka dengan penuh keyakinan untuk bangkit dengan asa menyemai benih pendidikan, inilah awal mula berdirinya sanggar belajar Sadan, sekolah pertama satu-satunya anak-anak Talang Mamak yang berdiri sejak tahun 2007.

Anak-anak dan masyarakat yang bahu-membahu berjuang mendirikan masjid dan sekolah demi mendapatkan pendidikan dan berharap setiap waktu agar anak-anak mereka bisa duduk belajar untuk mereguk ilmu sebagaimana di tempat lainya yang mengeyam bangku belajar ke sekolah tiap harinya. Tak banyak memang jumlah guru yang bertahan maupun da’i yang bisa membersamai, tetapi lewat nyala semangat perjuangan sampai saat ini tetaplah ada saja berdatangan silih berganti kendati untuk sementara waktu saja. Semua itu tidak lain atas panggilan keimanan dan ghirah membangun tali persaudaraan.

“Alhamdulillah atas karunia nikmat-Nya, kehadiran para guru dan da’i untuk berbagi ilmu sangat membantu perkembangan perkampungan kami dalam membangun impian cita-cita harapan anak-anak kami selama ini “, ucap Abah Yahya salah satu tetua Suku Talang Mamak akrab dipanggilnya.

Berharap optimis syi’ar dakwah di pedalaman tanah air dapat melaju bak sinar mentari pagi yang menyinari lapisan tanah bumi seutuhnya. Perlahan bertumbuh seiring dengan pesatnya kemajuan globalisasi dan digitalisasi.

Ramadhan kali ini telah menggerakkan kebaikan setiap pribadi untuk meraih keutamaan nilai-nilai ibadah istimewa bersama naungan berkah Ramadhan yang tiada habisnya. Saatnya sekarang ini untuk mengisi hari-hari amaliyyah Ramadhan sebagai sebaik-baiknya bulan tanpa ada lagi kata menunda maupun terlambat. Inilah saatnya menyemai benih menanamkan pondasi iman dalam menguatkan pilar-pilar syi’ar dakwah di pedalaman. Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Bulan Ramadhan; Momentum Bersama Al-Qur’an

baca al quran

Salah satu nikmat besar yang patut disyukuri adalah nikmat dipertemukannya seorang hamba dengan bulan Ramadhan. Karena bulan ini merupakan bulan yang sangat istimewa, mengapa demikian?, karena di dalamnya diturunkan Al-Qur’an. Segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan Al-Qur’an maka sesuatu tersebut akan menjadi istimewa dan agung. Seperti contoh Malaikat Jibril As, yang diberi amanah oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW, maka ia menjadi sayyidul malaikah yaitu tuannya para malaikat. Kemudian, Nabi Muhammad SAW diturunkan kepadanya Al-Qur’an, maka ia menjadi sayyidul mursalin yaitu tuannya para nabi dan rasul. Begitu juga dengan ummatnya, yang senantiasa membersamai dengan Al-Qur’an, maka ia mendapatkan gelar dari Rasul SAW yaitu sebaik-baiknya manusia, berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ (رواه البخارى : 4639)

“Sebaik-baik manusia di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, no. 4639)

Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat pas untuk kaum muslimin memperbanyak membaca Al-Qur’an, karena banyak sekali para ulama terdahulu yang sudah memberikan contohnya, seperti Imam Syafi’i rahimahullah yang mengkhatamkan sebanyak 60 kali di bulan Ramadhan. Kemudian, Imam Qotadah rahimahullah yang mengkhatamkan setiap tujuh hari di luar Ramadhan, ketika tiba bulan Ramadhan ia mengkhatamkan setiap tiga hari sekali, dan ketik masuk di 10 hari terakhir bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan Al-Qur’an setiap hari. Maka, hendaknya kita mengikuti jejak mereka dan mentauladani tradisi ulama kita terdahulu.

Sungguh merugi bagi siapapun yang menyia-nyiakan momentum ini dengan menyibukkan hal-hal yang tidak bermanfaat, misalkan pergi jalan-jalan sekedar hanya untuk ngabuburit menunggu bedug azan maghrib. Menjadi suatu hal yang baik, apabila ngabuburit tersebut diisi dengan tilawah, berdzikir, atau mendengarkan kajian dan lain sebagainya.

Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata di dalam kitabnya “Al-Fawaaid”:

إضاعة الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة ، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها .
[ الفوائد ]

“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian; karena menyia-nyiakan waktu memutusmu dari Allah dan kampung akhirat, sedangkan kematian memutusmu dari dunia dan penghuninya.”

[Al Fawâid]

Maka dari itu, di momentum yang istimewa ini, marilah kita memperbanyak tilawah Al-Qur’an itu, dan meminimalisir kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat, agar tidak termasuk orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Aamiin. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh: Moh. Munib Asmuni, Lc

Menjaga Amal Soleh di Bulan Ramadhan

Betapa besarnya rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, dan betapa indahnya islam ini. Segala sesuatunya apabila kita niatkan ikhlas karena Allah SWT, maka akan bernilai pahala. Terlalu mulia, apabila suatu amalan soleh kita hanya diniatkan untuk dunia semata. Tentu, janji Allah SWT itu nyata, Dia adalah Dzat yang Maha Segalanya. Apabila seorang hamba meminta dan berdoa kepada-Nya hanya untuk menghendaki dunia semata, maka Allah SWT akan kabulkan saat itu juga, akan tetapi jangan harap ketika di akhirat ia akan mendapatkan kebaikan juga. Allah SWT berfirman di dalam Surat Hud ayat ke-15 dan 16:

 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)

 

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud : 15-16)

Maka pentingnya kita berniat dalam beramal soleh, ikhlas karena ingin mengetuk rahmat dan ridho Allah SWT semata. Begitu juga di bulan Ramadhan ini, merupakan momen yang tepat untuk memperbanyak amal soleh. Kebanyakan di antara kita ketika melakukan amal soleh, tanpa disadari bukan karena Allah SWT, akan tetapi karena ingin dilihat oleh saudara-saudara kita.

Rasulullah SAW mengisahkan kepada para sahabatnya, bahwa di hari kiamat kelak ada seorang laki-laki yang membawa pahala setinggi gunung Tihamah, akan tetapi Allah SWT hempaskan semua pahala itu bagaikan debu yang berhamburan. Maka, para sahabat bertanya-tanya, “siapa laki-laki itu Ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW menjawab:

قَالَ أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا (رواه ابن ماجه : 4235)

“Sesungguhnya mereka adalah saudara-saudara kalian dan dari golongan kalian, mereka shalat malam sebagaimana kalian mengerjakannya, tetapi mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendirian, mereka kembali kepada apa yang di haramkan Allah, dan maka mereka terus mengerjakannya.”

Dari hadits ini, dapat disimpulkan bahwa ada sekelompok orang munafik, yang mana mereka beribadah hanya ingin dilihat oleh manusia saja, akan tetapi ketika dalam keadaan sendiri mereka bermaksiat, mereka lupa dan tidak peduli bahwa ada Dzat yang Maha Melihat, yaitu Allah SWT.

Allah berfirman dalam surat An-Nisa ayat ke 108:

 

  يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا (108)

“mereka dapat bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak dapat bersembunyi dari Allah, karena Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang tidak diridai-Nya. Dan Allah Ma-ha Meliputi terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa : 108)

Maka dari itu, marilah kita perbanyak amal soleh kita di bulan Ramadhan ini, tidak hanya cukup di bulan ini saja, akan tetapi kita senantiasa menjaga amal soleh kita, meskipun bulan Ramadhan akan meninggalkan kita.

Semoga kita semua bukan termasuk hamba-Nya yang beramal soleh di bulan Ramadhan saja, akan tetapi termasuk ke dalam golongan hamba-Nya yang senantiasa istiqomah menjaga amal solehnya ikhlas karena Allah SWT di bulan-bulan berikutnya hingga akhir hayatnya. Aamin. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh: Moh. Munib Asmuni, Lc

Ramadhan Bulan Kesabaran

Televisi mulai dihiasi dengan tayangan iklan sirup, sarung, dan aneka iklan khas Ramadhan lainnya, merupakan pertanda bahwa suasana Ramadhan sedang dirasakan kaum muslimin seluruh dunia. Maka sangat bersyukur bagi mereka yang kembali dipertemukan dengan bulan yang penuh dengan ampunan dan keberkahan ini.

Di dalam kitab Lathaaif al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hambali –rahimahullahu- mengutip perkataan Mu’alla bin al-Fadhl, seorang ulama terdahulu, ia mengatakan:

كانو يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم.

“Mereka berdoa kepada Allah ta’ala selama enam bulan agar disampaikan dengan bulan Ramadhan, dan mereka berdoa selama enam bulan Ramadhan berikutnya agar amalan mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah ﷻ.”

Bulan ini juga merupakan bulan keberkahan, yang mana setiap amalan di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya. Bahkan, salah satu ibadah wajib di bulan ini yaitu puasa, Allah ta’ala menjanjikan dengan pahala yang tak terbatas atau tanpa hisab. Allah ﷻ berfirman di penghujung ayat yang ke-10 pada surat Az-Zumar:

((إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب))

“Sesungguhnya kesabaran akan diganjar dengan pahala tanpa hisab (tak terhingga).”

Ulama membagi sabar menjadi tiga tingkatan, diantaranya; 1.) Sabar atas ketaatan kepada Allah SWT, 2.) Sabar atas ujian dari Allah SWT, dan 3.) Sabar atas maksiat kepada Allah SWT. Apabila kita telisik lebih dalam, bahwa di dalam puasa terdapat esensi tiga unsur sabar ini, dengan rincian sebagai berikut:

  1. Sabar atas ketaatan kepada Allah SWT. Kaum muslimin dituntut untuk bersabar atas segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT, salah satu perintah-Nya yang harus ditaati adalah berpuasa di bulan Ramadhan ini.
  2. Sabar atas ujian dari Allah SWT. Salah satu hikmah disyariatkannya puasa adalah, agar orang-orang kaya bisa merasakan kelaparan seperti halnya yang dirasakan oleh saudara-saudara kaum muslimin yang kurang mampu. Maka, di dalam puasa ada unsur kesabaran juga, yaitu berupa ujian dari Allah SWT, kita dituntut untuk meninggalkan semua larangan-larangan yang dapat membatalkan puasa. Seperti kita menahan lapar, haus, amarah dan nafsu syahwat.
  3. Sabar atas maksiat kepada Allah SWT. Ketika berpuasa dituntut juga agar tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan, maka kita bersabar atas godaan-godaan tersebut.

Jadi, tidak diragukan lagi bahwa puasa memiliki keutamaan yang luar biasa, yaitu pahala yang tak terbatas, bahkan Allah SWT sendiri yang langsung mengganjarnya. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh –radhiyallahu ‘anhu- ia bersabda:

((كل عمل ابن أدم له؛ الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصيام؛ فإنه لى وأنا أجزي به)) رواه متفق عليه

“Semua amalan anak Adam kembali untuknya, setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat.” Allah ﷻ berfirman (di dalam hadits qudsi): “Kecuali puasa, karena puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya langsung.”  (Muttafaqun ‘alaih).

Semoga di bulan Ramadhan ini, kita semua diberikan keistiqomahan dalam menjalankan rangkaian ibadah puasa dan ibadah lainnya. Aamiin. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh: Moh. Munib Asmuni, Lc

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!