“Saya bahagia bisa meringankan beban orang tua, “ kata Nafsia, lulusan SMP Muhammadiyah Warsawe yang sekarang melanjutkan ke jenjang Pesantren disekitar Jabodetabek dengan beberapa teman-temannya tahun ajaran 2023/2024 ini. “Kami atas nama orang tua walisantri juga mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya atas jasa para asatidz dan pengajar pesantren yang sudi mendidik, mengasuh anak-anak kami dengan segala perhatian dan pengorbanan,”tutur Ayah Ananda Amin walisantri Pesantren Al-Itqan yang tinggal di Dusun Ndewel, Desa Golo Ndoal, Mbeliling Manggarai Barat, NTT. Dalam beberapa tahun terakhir ini, sebagian besar murid SMP Muhammadiyah Warsawe adalah santri yang selama 24 jam bermukim di Asrama TPQ Uswatun Karima, Warsawe yang dominan dari desa-desa pelosok di Kecamatan Mbeliling dan Sano Nggoang di Manggarai Barat, NTT.
Belasan anak-anak santri yang notabene dari daerah-daerah 3T mengikuti program ala pesantren di TPQ Uswatun Karima dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pasca beberapa alumnus program kaderisasi guru dan da`i yang dikirimkan dari daerah tersebut kembali pulang untuk mengabdi di daerah asalnya untuk kurun waktu selama satu tahun lamanya. Tidak semua daerah 3T beruntung. Banyak yang masih tertinggal baik akses pendidikan maupun kesehatan. Begitu pun anak-anak santri TPQ sebenarnya adalah anak-anak yang tidak bisa mengenyam bangku pendidikan. Menilik dari fenomena tersebut hadirnya para alumnus sebagai pengajar yang bekhidmat sebagai santri wiyata bhakti pengabdian merupakan medan laga perjuangan dan arena menyalakan api jiwa-jiwa gelora pengorbanan.
Hari-hari rihlah bersama santri misalnya, adalah jeda kegiatan sederhana yang membuat suasana hati riang gembira kendati suasana hening pedalaman membuat gejolak gelisah yang membosankan bagi anak-anak. Sangatlah sederhana dengan menggunakan kendaraan truk bak terbuka para santri bisa bertamasya meluapkan riang gembira dengan kawan-kawanya. Melepas canda berbagi dengan apa yang bisa dibawa untuk bekal merupakan modal kesederhanaan dan gaya bersahaja yang bisa ditanam untuk melatih kebiasaan gaya hidup. Dengan kata lain, keadaan memaksa harus bisa bertahan dan menyesuaikan agar bisa terus tumbuh dan berkembang. Inilah proses tarbiyah yang sedang berjalan dari waktu ke waktu untuk dapat mematangkan sebuah proses demi hasil yang dinanti-nantikan.
Menyiapkan keberlangsungan pendidikan yang berkelanjutan di titik-titik pelosok tanah air bukanlah hal yang mudah dan instan bisa terwujud tanpa adanya kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak agar terjawab semua permasalahan yang terjadi. Selama ini, kawasan 3T menjadi momok yang termarjinalkan luput dari perhatian khalayak untuk memperjuangkan generasi-generasi penerus yang sarat dengan ilmu dan budi pekerti. Estafet kaderisasi SDM ( sumber daya manusia ) melalui para utusan santri daerah yang belajar ke kota adalah upaya menjawab kendala dan tantangan krisisnya da`i/guru yang bisa berkiprah di pelosok tanah air. Menggenjot semangat baru untuk menuntut ilmu dan menyiapkan para kader tunas-tunas baru tidak serta merta menjadi hal menarik dan disokong banyak pihak, karena memerlukan proses panjang bertahun-tahun. Tapi pada realitasnya, wujud peran nyatanya bisa dirasakan seperti halnya jejak perjalanan anak-anak TPQ Uswatun Karima Warsawe, Manggarai Barat, NTT.
Masih teringat Ustadz Ramli, penggagas berdirinya sekolah SMP Muhammadiyah dan TPQ Uswatun Karima Warsawe yang kini menampung sebanyak 40 anak-anak santri dari pelosok Manggarai Barat, NTT. TPQ yang secara alamiah lahir dari kegundahan hatinya melihat kegelisahan pendidikan anak-anak yang jauh dari kata layak ketika itu. Sejak tahun 2016/2017 jerih keringat payahnya hingga saat ini mulai bersemi, membuka senyum lebar bahagia kendati naik turun tangga ujian ada saja menghampiri pahit getirnya merintis pendidikan dan mengasuh pesantren di pedalaman.
Tahun ini adalah tahun kedua, pengiriman alumni pesantren Al-Itqan dibawah naungan Tanmia Foundation yang ditugaskan di Flores, Nusa Tenggara Timur setelah dua tahun berturut-turut anak-anak setempat mulai beranjak pulang bertugas untuk mengabdi ke kampung asalnya usai lulus belajar. Bekal-bekal ilmu yang telah diraih dibangku pesantren selama 4 tahun akan segera mereka ajarkan kembali kepada para anak-anak santri yang telah sekian lama menunggu kehadiran mereka beberapa saat. Hari-hari yang akan mulai padat dengan belajar dengan materi-materi baru seolah membangunkan tidur panjang impian dan harapan. Riuh semarak kebersamaan anak-anak yang tekun mengeja huruf-huruf ayat-ayat suci kalamullah akan membangkitkan inspirasi untuk melompat lebih maju sebagai bekal masa depan anak-anak membangun kampung daerah asalnya lebih baik.
Menyiapkan kader generasi hari ini untuk sungguh-sungguh belajar bukanlah hal yang sia-sia tanpa makna. Apa yang menjadi sulit bagi pendidikan anak-anak pedalaman menjadi energi kuat untuk solid melawan segala keluh kesah. Apa kurangnya perhatian dengan membiarkan anak-anak tertinggal adalah modal kegelisahan untuk segera bangkit bisa mendapatkan hak yang sama untuk nyaman mendapatkan pendidikan. Mereka adalah buah hati yang digadang- gadang menjadi pewaris generasi emas negeri ini. Mutiara penerang bangsa yang akan melanjutkan syi`ar dakwah untuk menguatkan tauhid dengan kalam ilahi yang paling mulia. Berdo`a sepenuh harap mengeja takdir-takdirNya untuk kejayaan ummat ini sebagai rahmatallil’alamiin rahmat seluruh alam. Wallahu Musta`an.
Ali Azmi
Relawan Tanmia