Di Blitar Kota Bersejarah Bung Karno, Peran Da’i dan Pesantren Mengisi Sejarah Dakwah

507 Views

“Tujuan saya pulang kampung setelah kuliah hanya ingin mencerahkan dan melihat anak-anak penerus dapat mengenyam dunia pendidikan agama lebih baik dengan memiliki akhlak mulia, sekalipun di daerah pelosok.” Begitu ucapan yang keluar dari seorang sosok guru sekaligus da’i bernama Ustadz Amin asal Blitar saat kunjungan safari dakwah jajaran pengurus Tanmia Foundation di Blitar, tepatnya di Kanigoro (2/3/2023).

Selesai menyelesaikan jenjang pendidikan syari’ah di LIPIA pada 2003, Ustadz Amin panggilan akrab disapanya mengabdikan diri untuk menjadi guru di Pesantren Nurussalam, tepatnya di Lodoyo Sutojayan Kabupaten Blitar.
Selain mengajar di pesantren ia pun aktif kegiatan dakwah di masyarakat dengan rutin mengajar masyarakat terutama di beberapa daerah binaan di wilayah Blitar bagian selatan.

Lebih lanjut, Ustadz Amin menuturkan perkembangan dan perubahan masyarakat setelah masuknya dakwah di titik-titik daerah pelosok Blitar bagian Selatan juga telah mengubah tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan terlebih pada nilai-nilai keimanan dan keislaman. Begitu juga kesenjangan kesejahteraan ekonomi pun berubah dimana daerah yang dulunya tandus dan kering kini berubah menjadi lahan produksi tanaman perkebunan seperti tebu misalnya, itu juga telah mengubah nasib penghidupan masyarakat menjadi lebih baik.

Dari pertemuan singkatnya tentang kelamnya proses perjalanan dakwah di wilayah bagian selatan Blitar tak luput juga dari sisa-sisa sejarah kelam gerakan PKI tahun 1965 yang pernah terjadi di kawasan daerah itu. Basis masyarakat awam yang dijadikan titik pengumpulan simpatisan dan dukungan gerakan laten komunisme anti NKRI oleh oknum sisa-sisa PKI yang melarikan diri ke daerah tersebut. Daerah Blitar Selatan menjadi daerah tujuan persembunyian dan membangun basis massa tentu telah melewati berbagai pertimbangan pihak mereka.

Kondisi geografis Blitar bagian Selatan yang berupa perbukitan dan tandus dirasa sesuai untuk digunakan sebagai tempat aman untuk persembunyian. Keadaan masyarakat yang jauh tertinggal secara ekonomi waktu itu dirasa membuat masyarakat tidak terlalu menganggap hidup dengan tatanan beragama menjadi sebuah keyakinan yang sakral secara ritual menjadi suatu prioritas utama yang dipegang kuat dalam kehidupan sehari-hari. Istilah ini boleh dibilang identik dengan dominan lingkungan kaum
abangan.

Kiprah santri dan da’i pesantren yang berlangsung bertahun-tahun membina masyarakat di kawasan Blitar bagian selatan berangsur-angsur memberikan pencerahan tentang kesadaran beragama dan tentunya juga membersihkan dari sisa-sisa paham komunisme. Kendati perkembangan zaman telah berubah lebih baik dari masa-masa sebelumnya akan tetapi tantangan akan tetap terus ada sebagaimana kepercayaan masyarakat yang telah dulu ada mereka anut sebelum-sebelumnya seperti tradisi, ritual, adat, dan budaya warisan nenek moyang. Memang sulit untuk menghilangkan pengaruh dari keyakinan-keyakinan sebelumnya secara total dalam kehidupan sehari-hari karena sudah mengakar turun-temurun, akan tetapi dalam praktiknya, proses dakwah para da’i dan santri pesantren yang terus berkembang telah memberikan warna hidup babak baru untuk mengenalkan islam secara positif tahap demi tahap prosesnya.

Kiprah da’i dan pesantren di Blitar yang secara kultural memiliki kedekatan dengan titah para Kyai Pesantren sejak jaman dahulu merupakan unsur penting dalam dinamika historis perkembangan dakwah terutama di daerah Blitar sebagai kota bersejarah dengan merekam berbagai peristiwa penting baik sosial budaya, ekonomi maupun politik. Begitu juga dengan sejarah mendiang Sang Proklamator Presiden RI pertama Ir Soekarno juga memiliki catatan sejarah yang diabadikan dalam museum hingga makam terakhir peristirahatannya.

Perkembangan kiprah da’i dan pesantren di Blitar memiliki peran utama, terutama dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan berbasis keislaman kepada para santri maupun juga menjalankan peran-peran dakwah di dalam kehidupan sosial masyarakat di sekitarnya. Memang awal perjalanan dakwah yang terjal bagi para da’i dan guru agama Islam di
madrasah, langgar ataupun masjid dari satu kampung ke kampung lainya belum lagi target ancaman misi misionaris dari pihak luar seiring
berjalannya waktu.

Kisah perjalanan dakwah masa kemerdekaan hingga sekarang ini tentu saja tak pernah lupa dengan tragedi tahun
1965 yang menorehkan luka mendalam diharapkan tidak terulang kembali lagi. Cukup menjadi rekaman sejarah yang bisa diambil hikmahnya oleh seluruh elemen bangsa. Sentimen pertentangan ideologi anti NKRI dan anti islam bisa dilewati dengan benteng perjuangan dakwah kiprah da’i dan pesantren
sebagai proses memasukkan keutamaan nilai-nilai islami dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu keberkahan dan tolak ukur keberhasilan ialah tolak dengan didirikannya pesantren Nurus Salam Lodoyo Sutojayan juga Pesantren cabang Lirboyo di Bakung bersama masyarakat setempat. Masuknya nilai-nilai keislaman atau Islamisasi secara kultural melalui pondok pesantren diharapkan dapat menguatkan akidah masyarakat sehingga mampu memfilter ideologi-ideologi yang bertentangan dengan ajaran Islam dan juga bertentangan dengan sisa-sisa laten komunisme masa itu. Inilah salah satu peran penting pesantren dalam sejarah perjalanan bangsa ini adalah keterlibatannya dalam perjuangan melawan penjajah.

Lebih lanjut, Ustadz Amin menuturkan kegiatan pendidikan dan dakwah yang mengedepankan kualitas ilmu dan adab juga telah mengubah keadaan suasana kesadaran masyarakat perkampungan di wilayah Bagian Blitar Selatan. “Peran da’i dan guru kampung biar sederhana ini sangat penting dalam menjaga umat,” pungkas Ustadz Amin sembari menerima wakaf mushaf Al-Qur’an dari Tanmia Foundation.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!