Oleh : Kholid Mirbah Lc
Allah ta’ala berfirman,
(بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.”
[Surat Al-Isra’ 1]
Diantara peristiwa yang sangat penting yang diabadikan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Quran dan As-Sunnah adalah peristiwa Isra Mi’raj. Ini adalah sebuah peristiwa yang penting karena ia merupakan bagian dari kisah Al Qur’an dan diantara keistimewaan kisah Al Qur’an adalah memiliki nilai pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan. Isra dan Mi’raj adalah Universitas Kehidupan dimana, ia mendidik umat islam untuk menjadi Khaira Ummah (ummat terbaik), maka, diantara pelajaran dan ‘Ibrah yang dapat dipetik dari peristiwa Isra dan Mi’raj adalah:
1. الابتلاء الإيماني
(Ujian Keimanan),
Iman bukan hanya sekedar kalimat yang diucapkan, bukan sekadar pengakuan dan bukan sekedar KTP, begitu banyak didunia ini bahkan dizaman Nabi, manusia yang mengaku beriman tetapi ucapannya nya itu ditolak oleh Allah karena hanya sebatas pengakuan saja. Firman Allah ta’ala,
(وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن یَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤۡمِنِینَ)
Dan di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.
[Surat Al-Baqarah 8]
Ia memberikan pelajaran yang sangat penting ketika orang-orang kafir Quraisy mendengar berita Isra’ dan Mi’raj ini mereka mentertawakan, mengejek Nabi dan ajarannya, tetapi datanglah Abu Bakar As-Shiddiq ketika ditanya tentang peristiwa tersebut beliau berkomentar, Jangankan hanya sekedar perjalanan Isra dan Mi’raj yang hanya satu malam, kalaupun seandainya Nabi memberikan kabar yang lebih aneh dari pada itu saya beriman dan yakin karena Nabi tidak pernah bohong. Inilah logika seorang mukmin, ketika berita itu datangnya dari Al-Quran dan Assunnah meskipun tidak masuk akal, tidak ada perkataan ia selain kami dengar dan taat. Inilah ciri mukmin sejati yang diabadikan Allah dalam Al Quran. Firman Allah ta’ala,
(إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ إِذَا دُعُوۤا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِیَحۡكُمَ بَیۡنَهُمۡ أَن یَقُولُوا۟ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ)
Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul memutuskan (perkara) di antara mereka, mereka berkata, “Kami mendengar, dan kami taat.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
[Surat An-Nur 51]
Sehingga seorang mukmin sejati akan menjadikan akalnya, pendapatnya, kecenderungannya dan segala potensi dalam dirinya harus tunduk dibawah wahyu, dia tidak akan berani mendahulukan akal dan pendapatnya karena dia menyadari bahwa Akal dan pendapatnya bisa benar dan bisa salah sementara wahyu Allah pastilah benar. Sehingga Nabi dalam hadits bersabda,
عَنْ أَبِيْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بِنِ عمْرِو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : “لاَيُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَواهُ تَبَعَاً لِمَا جِئْتُ بِهِ”
Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: ”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa. (HR Baihaqi).
2. العبودية لله مقام شريف
(Menghambakan diri kepada Allah adalah kedudukan yang terhormat.)
Umat manusia yang terhormat adalah mereka yang hanya Menghambakan diri kepada Allah ta’ala, hanya tunduk dan menjadi budak nya Allah, bukan menjadi hamba yang lain.
Oleh karenanya para ulama tafsir menyebut alasan kenapa Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam awal surat Al Isra disebut dengan redaksi ‘abdihi, karena Idhafah atau menyandarkan kata hamba kepada kata dhamir (ganti) kepada Allah adalah tasyrifan lahu (sebagai pengagungan kepada beliau ), Allah ta’ala berfirman,
(سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِیۤ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَیۡلࣰا مِّنَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ إِلَى ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡأَقۡصَا ٱلَّذِی بَـٰرَكۡنَا حَوۡلَهُۥ لِنُرِیَهُۥ مِنۡ ءَایَـٰتِنَاۤۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِیعُ ٱلۡبَصِیرُ)
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
[Surat Al-Isra’ 1]
Oleh karena itu kehormatan suatu bangsa akan tercapai apabila mereka hanya menjadi hamba Allah semata, hanya meminta pertolongan kepada-Nya semata, dalam Al Qur’an ketika Allah menyebutkan diantara kriteria pemimpin yang benar, diberkahi dan diridhai Allah, selain karakteristiknya adalah gemar menunaikan shalat dan mendirikan zakat, karakter berikutnya adalah ia selalu totalitas menghambakan diri hanya kepada Allah, firman Allah,
(وَجَعَلۡنَـٰهُمۡ أَىِٕمَّةࣰ یَهۡدُونَ بِأَمۡرِنَا وَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡهِمۡ فِعۡلَ ٱلۡخَیۡرَ ٰتِ وَإِقَامَ ٱلصَّلَوٰةِ وَإِیتَاۤءَ ٱلزَّكَوٰةِۖ وَكَانُوا۟ لَنَا عَـٰبِدِینَ)
Dan Kami menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan Kami wahyukan kepada mereka agar berbuat kebaikan, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan hanya kepada Kami mereka menyembah.
[Surat Al-Anbiya’ 73]
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menjadi budak nya Allah, sehingga ia akan meraih kemerdekaan sepenuhnya dalam hidup, dan begitulah yang dilakukan Ali dalam mendidik anak anaknya, beliau berpesan kepada mereka,
يا بني لَا تَكُنْ عَبْدَ غَيْرِكَ وقَدْ جَعَلَكَ اللَّه حُرّاً
Wahai anakku, Janganlah sekali kali kamu menjadi budaknya orang lain, padahal Allah telah menciptakan mu dalam keadaan merdeka.
Kita harus merdeka dan tidak boleh memperbudak orang lain, meskipun beda agama, beliau adalah Umar bin Khattab, memvonis seorang gubernur Mesir yang bernama Amr bin ‘Ash dan anaknya dengan sebuah hukuman, ketika anaknya memukul seorang Qibti (Pengikut agama Nashrani) hanya karena kalah lomba balapan, makanya ia dan Ayahnya dihukum oleh Khalifah Umar dengan mengatakan,
يا عمرو! متى استعبدتم الناس وقد ولدتهم أمهاتهم أحرارا
Wahai Amr! Sejak kapan kamu berani memperbudak manusia sementara mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam keadaan merdeka!!!!
Isra dan Mi’raj memberikan pelajaran yang sangat penting bahwa umat islam harus merdeka, mereka harus diberikan kebebasan untuk melaksanakan ibadah dan menuntut ilmu agama tanpa ada ancaman dari pihak manapun.
3. أهمية الرحلة من المسجد إلى المسجد
(Urgensi perjalanan dari satu masjid ke masjid lain.)
Umat Islam akan barsatu, berjaya dan bermartabat itu apabila mereka mengawali hidup mereka dari masjid, karena masjid itu jauh dari kepentingan-kepentingan golongan, politik dan ekonomi, karena masjid adalah rumah Allah, maka kekuatan ummat akan menjadi sebuah kenyataan ketika mereka menyelesaikan segala problematika kehidupan dari masjid, meskipun golongan, politik, ekonomi juga penting sebagai sarana kehidupan.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إذا رأيتُم الرجل يعتاد المساجدَ فاشهدوا له بالإيمان
“Jika engkau melihat seseorang rajin/membiasakan ke masjid, maka saksikanlah bahwa ia adalah orang yang beriman.”(HR. Ahmad)
4. أهمية الإهتمام بالمسجد الأقصى
(Urgensi memperhatikan Masjidil Aqsa)
Pembaca yang budiman ! Ingat, Kita nanti akan ditanya oleh Allah, mana bukti kita berjuang dan berkontribusi untuk kemerdekaan masjidil Aqsa. Setiap manusia pasti nanti akan ditanya tentangnya oleh Allah, tidak hanya kepada orang Palestina dan orang Arab saja akan tetapi seluruh kaum muslimin di dunia ini akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, dan sekaligus Allah memberikan penghargaan bagi mereka yang berjuang untuk kemerdekaan Masjidil Aqsa dari cengkraman Yahudi, Sabda Nabi:
لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود, فيقتلهم المسلمون حتى يختبئ اليهودي من وراء الحجر والشجر, فيقول الحجر أو الشجر: يا مسلم, يا عبد الله, هذا يهودي خلفي, فتعال فاقتله .. إلا الغرقد, فإنه من شجر اليهود “
Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon Gharqad (yang tidak demikian), kerana termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami ‘As-shaghir no. 7427)
Semoga peristiwa Isra Mi’raj membuka hati dan menggugah jiwa kita agar bangkit menjadi hamba Allah, tidak rela menjadi hamba manusia, semoga kita termasuk salah satu pejuang yang berkontribusi untuk membebaskan Masjidil Aqsa sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab dan Salahuddin Al-Ayyubi radhiyallaahu anhuma.