Televisi mulai dihiasi dengan tayangan iklan sirup, sarung, dan aneka iklan khas Ramadhan lainnya, merupakan pertanda bahwa suasana Ramadhan sedang dirasakan kaum muslimin seluruh dunia. Maka sangat bersyukur bagi mereka yang kembali dipertemukan dengan bulan yang penuh dengan ampunan dan keberkahan ini.
Di dalam kitab Lathaaif al-Ma’arif, Ibnu Rajab Al-Hambali –rahimahullahu- mengutip perkataan Mu’alla bin al-Fadhl, seorang ulama terdahulu, ia mengatakan:
كانو يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ويدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم.
“Mereka berdoa kepada Allah ta’ala selama enam bulan agar disampaikan dengan bulan Ramadhan, dan mereka berdoa selama enam bulan Ramadhan berikutnya agar amalan mereka di bulan Ramadhan diterima oleh Allah ﷻ.”
Bulan ini juga merupakan bulan keberkahan, yang mana setiap amalan di dalamnya akan dilipatgandakan pahalanya. Bahkan, salah satu ibadah wajib di bulan ini yaitu puasa, Allah ta’ala menjanjikan dengan pahala yang tak terbatas atau tanpa hisab. Allah ﷻ berfirman di penghujung ayat yang ke-10 pada surat Az-Zumar:
((إنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب))
“Sesungguhnya kesabaran akan diganjar dengan pahala tanpa hisab (tak terhingga).”
Ulama membagi sabar menjadi tiga tingkatan, diantaranya; 1.) Sabar atas ketaatan kepada Allah SWT, 2.) Sabar atas ujian dari Allah SWT, dan 3.) Sabar atas maksiat kepada Allah SWT. Apabila kita telisik lebih dalam, bahwa di dalam puasa terdapat esensi tiga unsur sabar ini, dengan rincian sebagai berikut:
- Sabar atas ketaatan kepada Allah SWT. Kaum muslimin dituntut untuk bersabar atas segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah SWT, salah satu perintah-Nya yang harus ditaati adalah berpuasa di bulan Ramadhan ini.
- Sabar atas ujian dari Allah SWT. Salah satu hikmah disyariatkannya puasa adalah, agar orang-orang kaya bisa merasakan kelaparan seperti halnya yang dirasakan oleh saudara-saudara kaum muslimin yang kurang mampu. Maka, di dalam puasa ada unsur kesabaran juga, yaitu berupa ujian dari Allah SWT, kita dituntut untuk meninggalkan semua larangan-larangan yang dapat membatalkan puasa. Seperti kita menahan lapar, haus, amarah dan nafsu syahwat.
- Sabar atas maksiat kepada Allah SWT. Ketika berpuasa dituntut juga agar tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan, maka kita bersabar atas godaan-godaan tersebut.
Jadi, tidak diragukan lagi bahwa puasa memiliki keutamaan yang luar biasa, yaitu pahala yang tak terbatas, bahkan Allah SWT sendiri yang langsung mengganjarnya. Berdasarkan hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh –radhiyallahu ‘anhu- ia bersabda:
((كل عمل ابن أدم له؛ الحسنة بعشر أمثالها إلى سبع مائة ضعف. قال الله عز وجل: إلا الصيام؛ فإنه لى وأنا أجزي به)) رواه متفق عليه
“Semua amalan anak Adam kembali untuknya, setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat hingga 700 kali lipat.” Allah ﷻ berfirman (di dalam hadits qudsi): “Kecuali puasa, karena puasa untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya langsung.” (Muttafaqun ‘alaih).
Semoga di bulan Ramadhan ini, kita semua diberikan keistiqomahan dalam menjalankan rangkaian ibadah puasa dan ibadah lainnya. Aamiin. Wallahu a’lam bisshowab.
Oleh: Moh. Munib Asmuni, Lc