Allah mengutus para Nabi dan Rasul dengan membawa pesan yang sama buat ummat yang mereka bina, pesan yang mereka bawa mengandung kitab suci, Ajaran, syariat, ilmu dan juga hikmah yang selalu menjadi bekal utama bagi mereka dalam berdakwah.
Setiap Nabi dan Rasul memiliki masalah dan cobaan yang sering kali berbeda dengan Nabi lainnya, sebagai contoh Nabi Syu’aib Alaihi salam menghadapi kaum yang senang berlaku curang dalam bisnis dan niaga, Nabi Musa Alaihi salam menghadapi kaum yang pada zaman tersebut sangat pesat perkembangan ilmu sihirnya, Nabi Luth Alaihi salam menghadapi manusia yang memiliki penyimpangan dalam syahwat, mereka suka dengan sesama jenis (homosex), Nabi Yusuf Alaihi salam menghadapi urusan pemerintahan dan perbendaharaan negara, Nabi Muhammad menghadapi kaum yang saat itu sedang pesat perkembangan ilmu sastranya dan lain – lain.
Bila demikian kenyataannya maka fokus dakwah mereka sudah tentu juga berbeda, hanya saja setiap kaum yang diutus kepada mereka para Nabi dan Rasul selalu punya masalah dalam hal tauhid (mengesakan Allah), sehingga dari zaman Nabi Adam Alaihi salam hingga zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam serentak para Nabi dan Rasul membawa satu pesan tauhid, yaitu sembahlah Allah dan tinggalkan segala sembahan selain Allah, seperti yang difirmankan Allah dalam Al Quran:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ.
Dan kami telah mengutus pada setiap ummat seorang Rasul mereka berkata sembahlah Allah dan jahui sesembahan selain Allah (QS Annahal: 36).
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan tidaklah kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad) pastilah kami wahyukan kepada mereka bahwasanya tidak ada tuhan selain Aku (Allah) maka sembahlah Aku (QS Al Anbiya’: 25).
Dalam riwayat Muslim disebutkan,
« أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الأُولَى وَالآخِرَةِ ». قَالُوا كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلاَّتٍ وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِىٌّ »
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana bisa seperti itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu. Dan tidak ada di antara kita (antara Nabi Muhammad dan Nabi Isa) seorang nabi (HR Muslim).
Jadi Meskipun syariat dan tehnis ibadah ummat para Nabi dan Rasul itu berbeda – beda namun dzat yang mereka sembah hanyalah Allah saja, ini adalah yang diwahyukan Allah kepada seluruh para Nabi dan Rasul dari zaman Nabi Adam Alaihi salam hingga zaman Nabi Muhammad shallahu alaihi wasallam sesuai dengan dalil – dalil di atas.
Jadi jikalau ada ummat Nabi utusan Allah yang menyembah selain Allah berarti itu adalah penyimpangan dari ajaran para Nabi yang sebenarnya, seperti yang terjadi pada ummat Nabi Isa Alaihi salam, ada di antara ummat beliau yang mempertuhankan beliau dan ibunda beliau, Allah maha Tahu akan tetapi Allah ingin mengajak Nabi Isa pada hari kiamat untuk berdialog seperti dalam firman Allah ta’ala:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?”. Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib (QS Al Maidah:116).
Dalam ayat ini disebutkan dengan jelas dan tegas bahwa Nabi Isa Alaihi salam membantah kalau pernah mengajak manusia untuk menyembah beliau dan ibunda beliau, peristiwa ini terjadi pada hari kiamat di Padang Mahsyar, seluruh ummat Nabi Isa berkumpul menjadi saksi, begitu juga seluruh Nabi dan Rasul yang pernah diutus Allah ke dunia ini.
Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya Al Quran Al Azhim bahwasanya ayat ini adalah ancaman dari Allah buat mereka yang mempertuhankan Nabi Isa Alaihi salam, sekaligus sebagai informasi kebatilah dan kesalah aqidah yang mereka yakini.
Memang Aqidah atau keyakinan yang meyakini Nabi Isa sebagai tuhan adalah keyakinan yang salah, pelakunya telah keluar dari islam, sebagaimana firman Allah:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ ۖ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۖ إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun (QS Al Maidah:72).
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS Al Maidah:73).
Bahkan Allah ta’ala sangat murka dengan orang – orang yang mengatakan Nabi Isa sebagai anak Allah, Allah Maha Sempurna dan Maha Kuasa sehingga ia tidak butuh kepada siapapun dan tidak juga butuh apapun, menuduh Allah punya anak sama dengan menuduh Allah tidak Kuasa dan tidak Sempurna karena Allah masih butuh kepada anak keturunan seperti makhluk lainnya, maha suci Allah dari tudahan itu.
Kemurkaan Allah yang sangat dahsyat karena menuduh Allah punya anak diabadikan Allah dalam surat Maryam:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ، لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ، تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ، أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا ، وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا ، إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَٰنِ عَبْدًا
Dan mereka berkata: ‘Yang Mahapemurah mengambil (mempunyai) anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat munkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, bumi terbelah, dan gunung-gunung hancur, karena mereka menuduh Allah Yang Mahapemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Yang Mahapemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Yang Mahapemurah selaku seorang hamba.(QS Maryam: 88-93).
Maka pada saat Allah murka dengan manusia karena manusia itu menganggap Allah punya anak keturunan maka sudah sepantasnya kita sebagai seorang Muslim untuk tidak ikut – ikutan dalam merayakan kegiatan agama yang menuhankan Nabi Isa, mengenakan atribut agama mereka, mengucapkan selamat dan lain – lain, tentu kita tidak mau ikut – ikutan dalam perkara yang mendatangkan kemurkaan Allah ta’ala, semoga Allah menjaga aqidah kaum muslimin dan memberikan keteguhan iman kepada kita, aamiin ya rabbal alamin.