Beribadah kepada Allah merupakan kebahagiaan bagi setiap muslim, saat seseorang beribadah maka ia pada posisi yang dekat dengan Dzat yang telah menciptakan, memberi rizki, merawat dan juga sebagai tempat berkeluh kesah untuk berbagai macam problematikan kehidupan yang dilalui oleh anak manusia, kenikmatan ibadah tentu hanya bisa dirasakan oleh orang – orang yang beriman kepadaNya.
Sudah menjadi fitrah manusia, ia akan bahagia bila beribadah pada tuhannya, terlebih apabila ia sudah tidak lagi menganggap ibadah itu sebuah kewajiban, namun ia sudah menganggap itu sebuah kebutuhan hidupnya yang mendasar baginya sehingga ia pasti menikmati ibadah tersebut, sehingga bila dirinya alpa dari ibadah – ibadah itu pastilah ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya.
Setiap manusia yang beribadah tentu harapan tertingginya adalah ibadah tersebut dapat diterima oleh Allah, lalu ridha Allah pun dapat ia raih, sehingga ia akan mendapatkan ganjaran atas ibadah tersebut, ganjaran di dunia maupun akhirat, hal ini lah yang selalu diharapkan oleh para ulama terdahulu setelah mereka selesai beribadah.
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata:
Hendaklah engkau lebih memperhatikan faktor yang membuat amal diterima dari pada amalan itu sendiri, apakah engkau tidak mendengar firman Allah ta’ala “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang – orang yang bertaqwa”. (QS Al Maidah: 27).
Iya Allah hanya menerima ibadah dari orang- orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang memiliki ketaatan yang tinggi kepada Allah, hati – hati dalam berkata dan berbuat, mencari makanan dan penghasilan yang halal, yang bersih segala unsur yang dilarang dalam syariat.
Abu Dzar Al Ghifary radhiyallahu anhu berkata: Apabila aku yakin satu shalatku diterima oleh Allah itu lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya.
Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata:
Apabila aku tahu amalanku diterima oleh Allah maka itu lebih aku sukai daripada aku mendapatkan emas sepenuh bumi.
Saat Aisya istri Nabi shallahu alaihi wasallam membaca firman Allah taala:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ) [المؤمنون:60]
Dan orang- orang yang melakukan sebuah perbuatan sedang hati mereka ketakutan bahwasanya mereka akan dikembalikan kepada tuhan mereka (QS Al Mukminun: 60).
Aisyah bertanya kepada Nabi, apakah yang dimaksud dengan ayat itu adalah para ahli maksiat? Apabila mereka berbuat maksiat lalu setelah itu muncul rasa takut di dalam hati mereka?
Lalu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak wahai Aisyah, yang dimaksud oleh ayat itu adalah orang – orang yang beramal shaleh lalu setelah beramal shaleh muncul dalam hati mereka rasa takut, akankah amal mereka diterima oleh Allah taala, sehingga mereka selalu berdoa kepada Allah agar amal – amal mereka diterima oleh Allah.
Hal ini pula yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam saat membangun kembali (meninggikan) Ka’bah dengan Nabi Ismail Alaihissalam,
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [البقرة:127].
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah: 127).
Dari ayat ini kelihatan jelas bahwasanya Nabi Ibrahim setelah beramal membangun ka’bah memohon kepada Allah agar amal yang ia lakukan ini diterima oleh Allah ta’ala.
Begitu pula yang dilakukan oleh istri Imran, saat ia mengandung bayinya ia berdoa:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}[آل عمران:35]
(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Ali Imran: 35).
Hanah istri Imran bernadzar bila ia punya anak nanti akan ia jadikan anaknya untuk mengabdi di Baitul Maqdis, untuk mengurus, membersihkan dan merawat baitul maqdis, setelah ia bernadzar baik tersebut ia meminta agar Allah menerima amalnya tersebut.
Seringkali pula kita dengar kisah para Salaf ash-shalih yang berdoa selama 6 bulan agar dipertemukan Allah dengan Ramadhan, lalu setelah bertemu Ramadhan mereka beramal, beribadah secara maksimal, setelah Ramadhan selesai mereka berdoa lagi selama 6 bulan ke depan agar ibadah mereka di dalam bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah ta’ala.
Melihat hal ini maka sangat penting bagi kita setelah beramal shaleh momohon kepada Allah agar Allah menerima amal- amal tersebut, setelah shalat, puasa, haji, umrah, zakat, puasa, sedekah dan lain – lain, semoga Allah menerima seluruh amal shaleh kita semua dan memberikan keberkahan bagi kita dan anak keturunan kita, Aamiin ya rabbal alamin.