Hidup manusia di dunia merupakan kehendak Allah yang Maha Menciptakan alam semesta, segala sesuatunya tunduk pada kekuasaan dan kehendakNya, berjalan sesuai dengan kehendakNya, manusia diperintahkan untuk berikhtiyar memakmurkan dunia dengan anturan yang dibuatNya pula, namun semua aturan tersebuat sudahpun dibuat untuk kebaikan manusia itu sendiri.
Berbagai macam godaan, ujian serta hiruk pikuk kehidupan pasti akan dihadapi manusia, mulai ia dilahirkan dari rahim ibu yang telah mengandungnya hingga ia tutup sejarah hidupnya dengan kematian, susah dan senang datang silih berganti, sukses dan gagal sudah menjadi cerita harian dalam kehidupan manusia.
Manusia yang diberikan kenikmatan lalu ia mensyukurinya adalah sikap yang paling tepat terlebih bila ia pakai nikmat sebagai alat untuk lebih taat pada Rabbnya, namun bila ujian menimpa, onak dan duri melintang di tengah jalan kehidupan maka tidak ada jalan yang paling Indah untuk mengatasinya kecuali dengan kesabaran, memang hidup manusia mustahil bisa keluar dari dua hal tersebut, sabar dan syukur, sabar kala ujian menyapa dan syukur bila nikmat datang menghampiri.
Namun sering kali keduanya juga ujian, ya nikmat dan musibah sering kali keduanya jadi ujian, hanya saja dengan style yang berbeda, yang satu manis memikat yang satunya pahit menghimpit, yuk lihat firman Allah taala:
وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35) الأنبياء
Dan kami uji kalian dengan ujian yang buruk dan ujian yang baik, dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan (QS Al Anbiya:35).
Imam Ath thabary berkata:
Maksud ayat ini ialah bahwasanya Allah akan menguji manusia dengan nikmat, akankah manusia bisa mensyukurinya, dan manusia akan diuji dengan keburukan akan ia dapat bersabar karenanya?!.
Kesimpulannya bahwa nikmat dan musibah keduanya adalah ujian, namun ujian kesulitan mudah diindentifikasi, namun ujian nikmat susah untuk dikenali, namun di akhir ayat Allah menyebutkan setelah kalian mendapat ujian yang baik dan yang buruk itu akan dikembalikan kepada Allah untuk diberikan balasan, bila berhasil dalam ujian pasti dapat hadiah bila gagal pasti dapat sangsi.
Hidup yang dijalani manusia ini sering kali terlihat tidak sesuai dengan arah hembusan angin hasrat manusia, tidak selalu sesuai dengan harapan, sehingga mungkin terlihat menjadi tidak indah atau malah menderita.
Malik bin Dinar pernah berkata:
Tidak ada yang dapat membuat hidup menjadi nikmat kecuali tiga hal:
1/ Bertemu dengan saudara seiman
2/ Shalat tahajjud dengan Al Qur’an
3/ Menyendiri untuk mengingat Allah ta’ala.
Beliau menyebut tiga hal ini sebagai ruh dunia, dan memang ke tiga faktor ini yang membuat manusia menikmati hidup dengan sempurna.
Saudara seiman memberikan nasehat, arahan bahkan peringatan untuk kebaikan hidup akhirat kita, ini sangat penting karena manusia sulit berlepas dari aib, cacat, salah, lalai dll.
Umar bin Khattab berkata:
Tidak ada Karunia Allah yang lebih besar setelah “Islam” bagi manusia melebihi “saudara seiman”, maka bila seorang di antara kalian melihat ada kasih sayang dari saudaranya kepada dirinya maka hendaklah ini menjaga persaudaraan itu.
Tahajjud dengan Al Quran merupakan nikmat yang tidak terhingga, manusia melantunkan firman rabbnya di tengah malam, saat hening dan penuh ketenangan, Allah memberikan cahaya kepada wajah mereka, dan ketentraman dalam jiwa mereka.
Kenikmatan ini yang diizinkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam untuk kita boleh iri dari seseorang yang Memilikinya,
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَاحَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ اَعْطَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ
Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda :”tidak dibenarkan hasad (iri hati), kecuali terhadap dua orang; seseorang yang dikaruniai oleh Allah (kemampuan manghafal/membaca) Al-Qur’an, lalu ia membacanya pada waktu malam dan siang. Dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada waktu malam dan siang”.(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).
Dalam hadits ini disebutkan hanya ada Dua nikmat yang dimiliki manusia yang boleh kita iri hati melihat nikmat itu, iri hati lalu kita berusaha untuk mewujudkannya dalam kehidupan kita, kelihatannya nikmat tahajjud dengan Al Quran sama dengan nikmat membelanjakan harta di jalan Allah, hanya saja yang satu bersifat Virtikal (hablumminallah) dan yang satu lagi bersifat Horizontal (hablum minannas).
Kemudian Zikir adalah hubungan komunikasi antara manusia dengan Allah, komunikasi dengan Dzat yang telah menciptakan manusia, kekasih hati manusia, sehingga hidup sedemikian nikmat mana kala selalu ada komunikasi dengan Dzat yang kita cintai, yang telah memberikan nikmat kepada manusia baik di dunia dan di akhirat nanti in syaa Allah.
Tatkala syarian islam sudah banyak diamalkan orang tetap saja Rasulullah shallahu alaihi wasallam menganjurkan agar jangan sampai mengesampingkqn dzikir, seperti dalam riwayat berikut ini:
Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,
جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فقال: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »
“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).
Semoga Allah memberikan kepada kita Taufiq dan inayah agar kita semua dapat menikmati hidup di dunia dalam bimbingan dan Karina dari Allah, aamiin ya rabbal alamin.