Riuh suara hafalan qur`an terdengar di sudut-sudut pojok ruang belajar, membuat jalanan pasar Teluk Dalam tidak terasa sepi sunyi lagi. Inilah Rumah Qur`an Al Bayyinah, yang didirikan oleh Ustadz Dedi Iswandi dan kawan-kawan pada tahun 2020 tepatnya di Jalan Sudirman, Gg Kuburan Pasar Teluk Dalam, Nias Selatan. Beriringan waktu ke waktu perkembangan pendidikan yang semakin tumbuh berawal dari segelintir anak-anak dhuafa dan yatim yang belajar kini sudah mencapai puluhan anak yang berasal dari pelosok perkampungan di Nias selatan.
“Rasa syukur Alhamdulillah, atas tambahan nikmat adanya pembangunan sumur untuk rumah qur`an Al-Bayyinah dari Tanmia Foundation mendukung berlangsungnya kegiatan pendidikan al-qur`an anak-anak kami”, terang Ust Dedi Iswandi saat dihubungi lewat selularnya. Pasalnya, ditengah momentum waktu Maulid Nabi di Bulan Rabiul Awal 1446 H / September 2024 ini program wakaf sumur Tanmia Foundation di Teluk Dalam, Nias Selatan telah selesai terbangun. Peruntukan sumur tersebut dibangun untuk mushola Al-Bayyinah yang tiap harinya ada sekitar 80 anak-anak santri peserta didik yang kini ikut serta dalam kegiatan belajar mengaji. Mereka dari berbagai jenjang , mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA dengan program unggulan tahfizh qur`an dan hadist yang notabene sebagian besar mereka adalah anak dhuafa, yatim dan muallaf. Masyarakat sekitar pun turut terbantu dengan adanya kegiatan ini dengan mengikuti kegiatan bimbingan kajian dan taklim yang juga kerap diadakan.
Bangunan yang kian terbangun dengan ruang kelas dan asramanya adalah sebuah mimpi dan harapan untuk kemajuan pendidikan generasi Nias yang lebih baik lagi ke depan. Cita-cita dan kesungguhan yang akhirnya terwujud dengan takdir baikNya setelah sekian lama disemai dalam doa. Beranjak dari tahun ke tahun dibalik bilik rumah yang sederhana pendidikan itu bermula. Masih segar di ingatan, sekitar tahun 2018 lalu ketika segenap Tim Tanmia Foundation turun langsung dalam “Kegiatan Safari Dakwah Qur`an Untuk Nias”. Dari ibukota Lahewa di ujung Nias Utara hingga ibukota Teluk Dalam di Nias Selatan memang terpaut jarak yang sangat jauh dengan medan berkelok-kelok dan dominan rimba dikelilingi pesisir, untuk menjangkau keduanya harus membutuhkan waktu hampir 3-4 jam perjalanan. Ibukota kota Gunung Sitoli adalah kota pertama di Pulau Nias pada awalnya sebelum ada pemekaran wilayah, yang sampai saat ini masih menjadi titik pusat perekonomian dan pintu gerbang utama ke Pulau Nias.
Nias bukan sekedar tentang pulau eksotis dengan pesisir-pesisir kepulauanya dan bukan sekedar peninggalan budaya masa lalu yang berabad-abad seperti atraksi lompat batu di Bawomataluo yang menjadi citra warisan kebudayaan kuno yang telah turun-temurun dari adat leluhurnya. Akan tetapi tentang pembangunan masa depan seutuhnya baik fisiknya dan menyiapkan generasi berkualitas yang dapat terus berkembang lebih baik SDMnya dapat terwujud. Terutama lagi untuk pendidikan islam dapat diketahui dari data statistik sampai saat ini islam menjadi agama minoritas di kepulauan Nias. Geografis kepulauan yang terbentang dari ujung Pulau Wunga Nias Utara hingga Pulau Simuk di ujung Nias Selatan terdapat ratusan pulau-pulau kecil lainya yang merupakan pagar-pagar wilayah yg sebagian besar kawasan tepian batas kategori wilayah 3T ( Terjauh, Terluar, Terisolir ).
“Tano Niha” atau lebih dikenal sebutan Nias akan tetap eksotis rupanya seiring kemajuan zaman. Mengalun tinggi gelombang menuju tepian pesisir tiap senja. Ya, itulah pemandangan indahnya kawasan Pantai Sorake di Nias Selatan. Gugusan indah disetiap pesisirnya adalah anugerah yang tak pernah habis untuk disyukuri setiap waktunya. Di depan bentangan peta tanah air yang terpajang di ruang-ruang sekolah, Pulau Nias bukan hal yang asing lagi untuk ditemukan. Berharap di setiap ujungnya nanti fajar menyingsing pun tiba dengan gaungnya menara-menara adzan terdengar lebih dekat tanpa harus menembus sulitnya jarak dan medan tempuh yg sangat berjauhan.
Meskipun kehidupan muslim di Nias adalah bagian dari minoritas, tapi ia tak berarti berjalan sendirian. Tidak ciut berkecil hati gugur harapan. Hadirnya iman yang teguh berharap mampu menumbuhkan tunas-tunas baru keimanan yang dapat saling mengulurkan tangan untuk kesejahteraan sebagai satu bangsa dan setanah air yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama. Nias adalah anugerah pemberian terbaik dari Allah, bukan sekedar lagi tentang sebidang tanah dari bagian bumi pertiwi ini yang enak untuk dipandang mata saja atau masih diterlantarkan. Nias adalah tanah harapan dan medan perjuangan yang harus dikuatkan, dibela, dirawat dengan nilai-nilai kebaikan kemerdekaan asasi di negeri ini. Ia menjadi tanah untuk dikuatkanya pondasi-pondasi kokoh dengan nilai keimanan lintas generasi yang didalamnya menyimpan pundi-pundi keimanan untuk mengalirnya keberkahan. Semoga disanalah terlahir Islam Rahmatallil`alaamiin, yang selalu indah untuk dikunjungi.
Ali Azmi
Relawan Tanmia