Donggala — Awan tebal menutup langit teluk Palu. Merah senja urung menghiasi Pantai Talise, Sabtu 24 November 2018. Namun, mendung tak menghalangi sejumlah relawan dan pengunjung untuk singgah istirahat untuk menikmati kacang rebus dan minum kopi di kawasan itu.
Salahsatunya kami singgah di Warung Lestari yang menawarkan sensasi menyeruput kopi di atas gasebo terapung tepi pantai, juga memberi gairah bagi warga pesisir Kabonga Kecil tak jauh bersebelahan dengan Kampung Muara Donggala yang hilang tenggelam.
Lestari mungkin memiliki filsafat yang unik untuk sebuah nama tempat makan, daya tarik view warung yang berada diatas laut dan terbuat dari material kayu bangunanya semakin indah menghiasi warkop tetap kokoh.
Subhanallah.. terjangan tsunami memang masuk ke warung hingga peralatan dapur berserakan, namun ajaibnya mushola tidak basah, sajadahnya pun masih tetap rapi, beras di karung pun tetap kering seperti biasanya di dapur menurut Ani pegawai pramusaji. “Beberapa ikat kangkung sempat mengelantung diatas langit-langit seng, itu yang membuat kami heran tersenyum dan tak kuat menahan haru atas kuasa Allah-lah menyelamatkan kami sekeluarga”,ungkap Haryani pemilik warung yang sudah 20 tahun berjualan. Baru kali ini ia mengalami gempa dan tsunami yang hebat yang telah meluluh-lantakkan kawasan pesisir Donggala pada Jum’at 28 September 2018.
Kini warga yang masih selamat masih gotong royong membersihkan puing-puing yang berhamburan ke daratan. Nampak beberapa perahu yang tak lagi utuh menghiasi pesisir.
Duka menyelimuti Donggala belumlah usai, tapi Haryani tak ingin berlama-lama tinggal di tenda pengungsian, hanya bergantung pada bantuan. Kini saatnya bangkit bersyukur dengan apa yang ada dan bisa membantu para tetangganya pulihkan keadaan.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng