Wakaf Senter untuk Guru Ngaji dan Jamaah dusun Sonyo, lereng Bukit Manoreh

Maghrib belum tiba, segenap Tim Tanmia Foundation tiba di Kulon Progo (24/6/2020). Dari kejauhan gelap sudah menyelimuti perbukitan lereng Menoreh dan rumah-rumah di Dusun Sonyo Girimulyo Kulon Progo. Pelita lentera minyak tanah yang ada tak dapat menghilangkan pekatnya gulita sekalipun nyala listrik sudah menyala. Listrik jalanan setapak kampung belum mampu menyinari sepenuhnya kegiatan da’i dan aktivitas warga dan anak-anak mengaji saat gelapnya malam tiba. Jarak pemukiman antar warga berjauhan dan masjid setempat juga cukup terjal medanya untuk dijangkau apalagi suasana malam yg gelap tersekat semak-semak pepohonan .

Lampu jalanan menjadi solusi pengganti lentera minyak tanah yang sudah berjalan bertahun-tahun pada masa sebelumnya, tapi seiring dengan harga minyak tanahnya semakin mahal dan sering kali langka ini semakin menyulitkan keadaan. Apalagi kemampuan masyarakat yg mayoritas buruh tidak sepenuhnya mampu lebih-lebih kondisi saat ini. Belum usai disini, lampu penerang jalan setapak kampung pun masih berjauhan jaraknya dan terkadang aliran listriknya dapat menimbulkan masalah baru, yaitu lampu jalanan sering putus dan peralatan  berulangkali rusak.

Berangkat dari keadaan realita yang ada inisiatif untuk membantu dengan hal sederhana melalui wakaf senter penerang jalan.

“Senter penerang jalan sangatlah bermanfaat bagi para da’i dan guru ngaji ketika dibawa ke tempat mengajar di lereng perkampungan Sonyo”, ungkap Haryono dengan senyuman bahagia menerima amanah perlengkapan tersebut.

Tanmia Foundation menyerahkan sejumlah paket senter penerang untuk membantu kegiatan para pengurus masjid, da’i dan warga jamaah majelis taklim untuk menuntut ilmu agar lebih bermanfaat. semoga wakaf tersebut menjadi kebahagiaan amal shalih yang dapat menjadi penerang di yaumil akhir. Aamiin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Yogyakarta

Tanmia Foundation : Salurkan Wakaf Quran Motivasi Pembinaan Muallaf Sepanjang Musim

Wakaf Quran ke Penjuru Negeri dari Tanmia Foundation untuk membantu kegiatan pembinaan para Muallaf di pelosok-pelosok masih berlangsung. Beberapa titik daerah di Kulonprogo dan Lereng Merbabu masih menjadi prioritas.

Sebagian daerah baru saja perlahan memulai babak baru “new normal” setelah dilanda masa pandemi sejak awal April lalu.

“Wakaf quran untuk mendukung kegiatan pembinaan muallaf dan kegiatan anak-anak santri mengaji di TPQ diharapkan mampu menjadi bagian syiar merawat keimanan dalam mempelajari Islam dan menjaga keistiqomahan,” ujar Haryono pada pihak Tanmia Foundation.

Haryono yang hari-harinya berprofesi sebagai guru pengajar dan pembina kegiatan muallaf merupakan sosok pemerhati sosial yang tergerak membantu memikirkan nasib khalayak kaum muslimin disekitarnya.

Sebanyak 250 eksemplar Qur’an dan 300 Iqra didistribusikan langsung ke lokasi oleh segenap tim Tanmia Foundation.

Kegiatan wakaf ini adalah jalinan kerja sama merajut perjalanan dakwah dan pembinaan muallaf khususnya di Kulonprogo yang tengah berjalan beberapa tahun terakhir.

Kegiatan wakaf quran yang terus berjalan sepanjang musim setidaknya menghadirkan ruh semangat baru bagi kaum muslimin. Ada nikmat dan rindu yang lama terpendam karena aktivitas beribadah berjamaah di tempat umum sangat terbatas dan harus melewati prosedur yang berlaku dimasa pandemi.

Kegiatan ibadah di ruang umum memang sedikit terbatas namun merawat keimanan dalam rangka lebih mendekatkan diri terus beribadah kepada-Nya adalah proses yang tak boleh ditawar dan berhenti oleh seorang hamba karena semua berada dalam genggaman kuasa dan pengawasan-Nya.

Upaya kegiatan wakaf quran dari Tanmia Foundation setidaknya memotivasi pembinaan muallaf dan kegiatan anak-anak TPQ untuk tetap berlangsung di pelosok-pelosok daerah. Mengalirkan kembali jariyah ilmu dan pahala seluas-luasnya ke daerah-daerah prioritas dan masih membutuhkan perhatian.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Yogyakarta

 

Dedikasi Perjuangan Guru Anak-anak Muallaf Kampung Kaliuda Pahunga Lodu

Dedikasi Perjuangan Guru Anak-anak Muallaf Kampung Kaliuda Pahunga Lodu

Jauh panggang dari api. Potret kondisi pendidikan yang bisa diperibahasakan untuk membandingkan gambaran sekolah di perkotaan dan pedalaman. Terlebih potret pendidikan anak-anak muallaf di Sumba sebagai kaum minoritas. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi yang mau diharapkan? Sebanyak puluhan anak-anak muslim yang diantaranya banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan serta sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah Tanmia Foundation berhasil mengunjungi salah seorang sosok Guru bagi anak-anak muallaf di MIS Al-Jihad Kaliuda Pahunga Lodu.
Mas’ud namanya, terbilang cukup ikhlas dan sabar. Sudah berjalan delapan tahun mengajar di satu-satunya sekolah Madrasah Islam Swasta ( MIS) Al-Jihad di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, itu dengan upah ala kadarnya.

Mengajar bukan lagi tentang masalah gaji tapi panggilan hati yang membuatnya terus kuat bertahan. Masa depan anak-anak muallaf di pedalaman berada di tangannya. Itu yang jadi pelecut semangat. Menyertai hari-harinya memberi ilmu kepada puluhan murid Madrasah Ibtidaiyah Al-Jihad Kaliuda Pahunga Lodu.

“Mau bagaimana lagi, kalau saya berhenti gara-gara honor gaji, siapa yang nantinya ajar mereka semua. Sementara semangat mereka untuk bersekolah sangat tinggi,” kata Mas’ud, sepekan lalu.

Pengorbanannya tak hanya sampai di situ. Selain diupah ala kadarnya, ia justru harus rela mengeluarkan uang pribadinya untuk menjemput tim Tanmia yang datang untuk membawa pakaian layak pakai untuk dibagikan murid-muridnya.

Mas’ud yang tinggal bersama istrinya memang luarbiasa, bagaimana tidak menjadikan rasa iba terharu bagi Tim Tanmia karena, bertahun-tahun tinggal dibekas masjid lama yang mulai reot bangunannya itu, sementara pihak sekolah belum mampu menyediakannya sampai saat ini.

Sebaliknya, Mas’ud merasa sangat bersyukur karena anak-anak itu masih mau bersekolah, meski kondisinya sehari-harinya seperti itu.⠀
“Saya juga ikhlas menjalani dan tetap bersyukur karena saya yakin tak ada yang mustahil, impian besar masa depan akan terwujud satu hari kemudian, ikhtiar ini tidak akan sia-sia,” urainya lirih sembari tersenyum. Kalimatnya mengandung harap.
Anak-anak muallaf pribumi Kaliuda memang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota tapi selalu menyajikan semangat kebahagiaan tersendiri dalam senyum dan canda tawa riangnya.

Kedatangan Tim Tanmia Foundation untuk membagikan baju layak pakai menjadi hal yang sangat berharga. Padahal disaat sisi yang lain kita tentu menginginkan baju baru yang layak dan bagus buat anak anak kita. Baju yang bersih dan indah. Dan banyaknya pilihan untuk bergonta-ganti karena saking banyaknya. Apalagi sedikit kotor saja terkadang sudah tak terpakai lagi. Bagi kita, kebahagian terhadap anak kita yang memiliki baju bersih dan bahkan sudah terhitung berlebihan.

Namun tidak begitu bagi anak anak muallaf Pedalaman Kaliuda Sumba Timur. Walaupun baju yang terbatas dan juga beberapa terlihat kumal, mereka tetap ingin mengenakan baju identitas muslim selain itu juga untuk menutup aurat mereka bagi anak-anak perempuan.

Meski belum sepenuhnya maksimal, Mas’ud mengapresiasi Tanmia Foundation yang telah turut memberikan perhatianya untuk berbagi ke sekolahnya itu. Dia berharap, dimasa datang akan ada banyak berdatangan dukungan berbagai pihak pada pihak yayasan bisa membantu meningkatkan kualitas termasuk sarana dan prasarana sekolah agar lebih layak, termasuk nasib kesejahteraan para guru yang kini berjumlah 12 orang dan murid sebanyak 65 siswa. Mari kita mudahkan urusan orang lain, semoga Allah mudahkan urusan kita. Aamin

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Menyapa Da’i Para Muallaf di Kaliuda Pahunga Lodu Sumba Timur

Pahunga Lodu adalah kecamatan paling timur di Sumba Timur. Sesuai namanya Pahunga Lodu menurut arti kata masyarakat Sumba adalah tempat dimana matahari terbit. Pahunga Lodu bisa ditempuh dengan perjalanan darat sekitar 4 jam dari Waingapu Ibukota Sumba Timur dengan jarak 140 KM.

Hamparan padang savana dan pohon lontar yang tumbuh di sela bebatuan kapur bisa terlihat sepanjang perjalanan.

Masjid Al-Jihad Kaliuda adalah salah satu tujuan Tanmia Foundation untuk bertemu silaturahim dengan Ustadz Syufatan, tokoh masyarakat dan sekaligus da’i para muallaf di Sumba Timur.

Sudah sejak 1978 Ustadz Syufatan merintis dakwah di pedalaman timur Sumba yang masih jalan setapak dan dipenuhi semak belukar.

“Bumi Marapu” adalah sebutan lain bagi Tana Humba atau ‘Sumba’. ‘Marapu’ merupakan merupakan kepercayaan asli yang bersumber pada unsur pemujaan arwah nenek moyang yang dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi orang Sumba.

Tantangan medan dakwah yang dihadapi ganda selain geografis yang tak bersahabat juga sistem kepercayaan pada leluhur “Marapu” dan adat istiadat kehidupan asli Sumba yang masih mengenal sistem kasta antara kaum hamba dan kaum bangsawan.

Kiprah dakwah Ustadz Syufatan telah menjadi bagian penting banyaknya para orang asli Sumba menjadi muallaf yang akhirnya masuk islam hingga saat ini. Garis keturunan istri beliau adalah orang bangsawan Kalawai Sumba Timur asli yang memiliki peranan cukup penting. Seiring berjalannya waktu Kaliuda menjadi bagian titik umat islam terbesar di kecamatan Pahunga Lodu Sumba Timur.

Mayoritas Sumba baik dari Sumba Barat Daya hingga Sumba Timur terbilang kuat akan situs etnik leluhur dan kaya adat budayanya.

Secara administrasi statistik penduduk asli asli Sumba mayoritas Kristen Protestan dan Katolik tapi sebagian besar masih menganut kepercayaan Marapu yang sudah turun temurun.

Marapu adalah sistem keyakinan yang berdasarkan keyakinan pada pemujaan arwah-arwah nenek moyang leluhur. Marapu artinya ” yang dipertuan atau dipermuliakan”. Melihat lebih dekat tentang orang asli Sumba yang masih menganut Marapu salah satunya bisa mengunjungi situs kampung adat yang sarat akan budaya dan magisnya ini.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Sumba, NTT

Jilbab Tanda Cinta Buat Saudariku Yang Muallaf

Bantuan memang tak selamanya berupa materi atau berbentuk uang tunai tapi sekedar bersilaturahim dan mendengarkan keluh kesah sesama saudara seiman adalah kunci dalam menguatkan ukhuwah keislaman.

Apalagi jauh dan tak saling mengenal sebelumnya. Ada yang unik dalam pendistribusian bantuan pakaian syar’i di Sumba Tengah. Kali ini bersama-sama dalam acara di majelis taklim muallaf muslimah majelis taklim Syifa’ul Qulub dan majelis taklim binaan Miftahul Khoir.

Alhamdulillah, kali ini menggelar acara yang berbeda seperti biasanya yakni berbagi “Jilbab Tanda Cinta Untuk Saudariku Muslimah Muallaf”, tutur Nur Asiah S.pd selaku ketua majelis taklim Syifa’ul Qulub di Mananga Atas Mamboro.

Ada sekitar puluhan anggota dari berbagai majelis taklim ikut hadir dalam acara majelis ilmu dan kepedulian yang dilakukan oleh Tanmia Foundation dengan berbagi macam pakaian muslimah dan hijab.

“Alhamdulillah kami keluarga besar majelis taklim Al Jihad sangat berterima kasih atas undangan dari Tanmia Foundation yg telah memberi kami sumbangan pakian layak pakai dan peduli terhadap keislaman muallaf muslimah yang berada di daratan Sumba”, ungkap Fatimah Spd. ketua majelis Taklim Al Jihad dari Wendewa Utara Mamboro.

Maksud lain dari acara kajian dan silaturahim itu tidak lain adalah memberikan dukungan moral bagi para mualaf muslimah dan menguatkan keislaman di kehidupan sehari-hari mereka agar lebih siap dengan berhijab. Kilas balik cerita sebelum keislaman mereka luar biasa dari berbagai latar belakang, banyak yang memutuskan untuk mengucap dua kalimat syahadat dan menjadi muslimah, mereka dulunya suka mengenakan rok mini, baju lengan pendek dan lainnya. Setelah masuk Islam mereka harus bisa menutup auratnya tapi terkendala kondisi ini itu dan sebagainya.

“Karena setelah menjadi muallaf muslimah harus wajib menutup auratnya. Selain itu sebagai identitas bahwa hijab adalah wajib bagi seorang muslimah yang tetap berperilaku baik apalagi hidup di tempat minoritas “, ungkap Haryani Mbepa dari kampung Muallaf Watuasa.

“Sebelum usai ditutup para anggota majelis taklim berharap agar masa datang ada perhatian lainya dari semua pihak untuk membantu mukena dan hijab syar’i sekaligus sebagai syiar Islam antar muallaf muslimah lainya dengan cara saling silaturahim gethok tular”, pungkas Ibu khadijah Said salah satu pengurus majelis taklim yang hadir dalam acara tersebut.

Banyak hal yang belum diketahui permasalahan sebagai seorang muallaf muslimah yang hidup di minoritas tapi tekad tetaplah tekad dan karena hidayah Allah lah semua yang berkehendak sehingga menguatkan niat mereka bernaung dibawah Islam dan kalimat tauhid.

Sekali pun sudah menjadi muallaf yang beragama muslim, tapi juga tidak serta merta meninggalkan saling bersilaturahmi dengan saudara sesama Merapu atau non muslim Kristen maupun Katolik. Peduli muallaf dan membumikan syi’ar islam di tanah Sumba adalah bagian penting dari kerja dakwah Islam yang harus diperjuangkan dengan niat ikhlas semata-mata demi meninggikan kalimat Allah dan meraih ridho Allah Ta’ala. Barakalallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Sumba, NTT

Tanmia Distribusi pakaian layak pakai di Pulau Salura, Pulau Terluar Perbatasan dengan Australia

Geografi Indonesia yang tersebar luas dengan lebih dari 18.000 pulau menjadikan negeri ini sangat kaya melimpah. Namun bukan berarti telah merata kesejahteraanya, sisi lain masih banyak akses pulau terpencil yang sulit untuk dijangkau bahkan jaringan internet pun tidak bisa mencapai pulau-pulau tersebut.

Sehingga ketertinggalan dalam berbagai hal menjadikan fenomena yang miris memprihatinkan sampai saat ini. Naasnya sampai sekarang banyaknya penghuni pulau yang rela bertahan dengan sendirinya mencari penghidupan tanpa ada perhatian yang layak dari pemerintah bahkan terbilang masih sebelah mata diperhatikan nasibnya. Bahkan masih jauh dari kata sejahtera para penghuni pulau-pulau terpencil tersebut.

Misi distribusi bantuan Pulau Sumba Tanmia Foundation akhirnya tiba saatnya menuju Pulau Salura. Salura adalah pulau di ujung selatan Pulau Sumba yang menjadi wilayah perbatasan pulau terluar Indonesia dengan Australia. Luas Pulau Salura ini kurang lebih sekitar 620 hektar masuk dalam wilayah kecamatan Karera Kabupaten Sumba Timur yang hanya berjarak 800 Mil saja dari Australia yang terletak jauh di sisi Selatan Pulau Sumba. Kota besar yang terdekat adalah Waingapu dengan jarak 110 KM.

Dari Kota Waingapu menuju Salura perjalanan darat sekitar enam sampai delapan jam untuk bisa sampai ke pelabuhan kampung di Desa Katundu dengan menggunakan bus oto pedesaan ( truk yang biasa mengangkut orang, ternak dan barang ke wilayah pedesaan).

Perjalanan panjang dan melelahkan itu pun dilengkapi dengan jalur terjal yang cukup sulit. Sampai sepertiga perjalanan di bukit Tanarara seterusnya dan setengahnya perjalanan adalah jalan bebatuan yang ekstrem. Namun penatnya perjalanan selalu saja alam menghibur dengan perjalanan menyusuri daratan padang savana Sumba yang sedang hijau-hijaunya saat musim hujan.

Hujan sering kali mengejar datang tapi nampaknya menjauh kembali dihempas angin sehingga kendaraan kami tetap nyaman berjalan sekalipun jok kayu yang keras berjam-jam kami duduki melewati jalan bebatuan yang rusak. Boleh dibilang jalur ke Salura sendiri terdiri dari 30% jalan mulus, 30% setengah mulus dan 30% hancur lebur. Sisa 10% dari perjalanan adalah penyeberangan menuju Samudera Hindia saat menyeberang nanti.

Perjalanan darat pun akhirnya usai di kampung Katundu lalu akan berlanjut dengan kapal kayu menuju Pulau Salura esoknya. Bulan Januari – April adalah musim angin dan gelombang tinggi sehingga jalur laut yang akan menuju seringnya mengombang -ambingkan kapal sehingga kapal penumpang jarang sekali lewat berlabuh kecuali hari-hari pasar tradisional yang buka setiap hari Selasa saja. Jalur ke Salura bisa ditempuh dengan kapal kayu selama satu jam saja lalu akhirnya sampai di bibir pantai Pulau Salura.

Distribusi bantuan pakaian layak pakai Tanmia Foundation berangkat dari Waingapu akhirnya diterima oleh Bapak Sahlan selaku sekretaris desa Salura yang sudah menunggu di Kampung Katundu. Memang sudah sempat berkomunikasi sebelumnya jelang pemberangkatan pengiriman bantuan. “Ada 11 Coli bantuan yang bisa dimuat dalam truk yang selanjutnya akan didistribusikan ke penduduk pulau Salura”, jelas Basyar selaku crew Tanmia yang mengawal hingga lokasi. Tak hanya itu, turut menyambut juga beberapa penduduk yang sedang menunggu kapal menuju Salura. Dari keterangan informasi yang di dapat mayoritas penduduk Pulau Salura sendiri adalah beragama Islam, ada 2 buah masjid dan sekolah dasar serta SMP yang berdiri disana.

“Bantuan akan didistribusikan ke warga dibeberapa dusun di Pulau Salura, hingga saat ini yang tercatat di Pulau Salura ditinggali 618 jiwa yang tersebar dalam 139 keluarga”, menurut keterangan Sahlan, Sekertaris Desa Salura yang menyambut kedatangan Tim Tanmia.

Sahlan yang juga sekali waktu berkunjung ke kota untuk urusan dinas juga memberi keterangan bahwa Pulau Salura hanyalah satu dari tiga pulau yang tercatat sebagai daerah yang berpenduduk. Pulau Kotak (alias Pulau Kambing) dan Pulau Mengkudu adalah dua pulau lainnya yang masih lumayan berdekatan namun tidak berpenduduk.

Sehingga sampai saat ini baru Pulau Salura yang didiami manusia. Pulau Kotak atau lebih ditinggali oleh hewan ternak kambing sedangkan Pulau Mengkudu masih belum berpenghuni. Mengenai kegiatan mata pencaharian penduduk pulau Salura adalah nelayan yang sudah belasan tahun dan hingga saat ini masih tertatih untuk mendapatkan perhatian dan penghidupan yang lebih baik layak penduduk yang berada di pesisir perbatasan lainya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sumba, NTT

Distribusi Bantuan Untuk Muallaf di Ngadu Mbolu dan Watuasa Mamboro Sumba Tengah

Sumba Tengah —Sekitar 40 KK Muallaf di Ngadu Mbolu dan Watuasa Mamboro Sumba Tengah menerima bantuan pakaian layak pakai dari donatur Tanmia Foundation, Rabu (28/2/2019). Pakaian tersebut terdiri dari gamis, hijab, dan pakaian dari usia anak-anak hingga dewasa.
“Sebelum didistribusikan, pakaian dipilih yang masih layak, dipilah berdasarkan jenis kelamin dan usia. Pakaian memang sudah bersih disortir , dipacking, dan siap didistribusikan. Kita pastikan pakaian benar-benar layak, bermanfaat, dan aman digunakan,” terang Saiful salah satu crew Tanmia Foundation di Lapangan.

Pakaian layak pakai ini diharapkan dapat membantu para muallaf yang memang masih perlu diperhatikan. Tidak sedikit dari mereka yang keseharianya dengan pakaian seadanya karena situasi dan kondisi yang jauh dari sejahtera. Namun sekalipun demikian, berprinsip menjadi seorang islam tetap menjadi pegangan kuat sebagai bekal yang selalu dipegang erat-erat.

“Alhamdulillah hanya kepada Allah kami berdoa, semoga Allah memberi keberkahan melimpah untuk muhsinin yang memberi bantuan”, ucap
Abdul Kadir Ana Wona salah seorang warga setempat yang sehari-harinya sebagai imam Masjid Al Bahar di Ngadu Mbolu, Umbu Ratu Nggai Barat Mamboro.

Mata pencaharian kehidupan muallaf beraneka ragam, mulai dari cocok tanam, buruh berladang, menggembala ternak dan membuat garam di pesisir sudah menjadi sahabat keseharian yang sudah belasan tahun untuk menyambung hidup bahkan ketika musim kering melanda bahan makanan pun rela mereka simpan di pepohonan agar bisa digunakan ketika musim paceklik.

Kampung Muallaf Watuasa Mamboro adalah wilayah Kabupaten Sumba Tengah yang direspon oleh Tanmia Foundation untuk daerah binaan dan pendistribusian bantuan. Selain distribusi bantuan pakaian layak pakai, tim Tanmia juga melakukan sosialisasi tentang keberadaan kegiatan pesantren Al Itqan yang masih dalam naungan Tanmia Foundation yang bergerak di bidang pendidikan berbasis pesantren untuk menampung para putra-putra terbaik daerah agar mendapatkan pembinaan keilmuan yang lebih baik.

Bercengkerama dengan warga muallaf yang berada di pedalaman jauh dari kata layaknya hidup ideal di perkotaan metropolitan sangat mengetuk pintu relung hati bagi siapapun yang masih punya rasa peduli dan dermawan. Terketuk hatinya untuk membantu mereka tidak hanya dengan pakaian yang layak, bahkan impian sebagai seorang muslim yang luar biasa ialah bagaimana ia bisa mengangkat kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan terpenuhinya hak-hak dasar baik sandang, pangan dan papan tempat tinggal yang layak. Sehingga saat ini masih sangat membutuhkan bantuan-bantuan yang terus mengalir untuk menguatkan keislaman mereka agar tidak kembali ke keyakinan “Merapu” keyakinan pada leluhur nenek moyang yang identik dengan animisme dan dinamisme.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Sumba, NTT

Ekspedisi Bantuan Untuk Muallaf Telah Sampai di Daratan Sumba

Pengangkutan Ekspedisi bantuan Tanmia Foundation akhirnya sampai di Tanah Marapu Waikabubak Sumba Barat pada 27/2/2018. Pengiriman bantuan kemanusiaan berupa pakaian layak pakai ini sebanyak 45 koli ini diangkut dari gudang Tanmia yang berada di Jakarta dan akan didistribusikan ke titik kantong-kantong muallaf di daratan Sumba baik di Sumba Barat, Sumba Tengah, Sumba Timur dan Pulau Salura yang merupakan titik terluar yang berbatasan dengan Laut Australia.

Armada truk yang sudah penuh perjuangan telah mengarungi lautan Selat Bali, Selat Lombok, Selat Sumbawa dan bersilang di selat Flores untuk menuju laut Sawu Sumba. Bukan hal mudah untuk menuju lokasi disamping cuaca musim penghujan yang sudah tiba dan gelombang laut yang berubah tak menentu.

“Syukur Alhamdulillah, semua karena kehendak Allah menggerakan rasa peduli dan berbagi terus mengalir untuk kami dari saudara iman kami yang jauh untuk para muallaf di Sumba dan tak saling mengenal sebelumnya”, jelas Saiful salah seorang da’i para muallaf yang menerima ekspedisi di Waikabubak.

Sumba adalah destinasi pulau yang sangat kuat dengan kasta dan tradisi marapu ( kepercayaan leluhur nenek moyang ) yang sudah turun temurun dari ratusan tahun dan lintas generasi.

Namun seiring dengan berjalannya waktu dan perkembanganya di daratan Sumba tak sedikit lahir kesadaran keislaman para muallaf yang tersebar di berbagai daerah daratan Sumba. Dalam hal ini, Tanmia Foundation turut menyambung menguatkan jalinan ukhuwah dan berbagi kebaikan untuk keberkahan para kaum muslimin di penjuru negeri dengan kemampuan yang ada. Nafas kebaikan tak begitu saja berhenti lantaran tidak saling mengenal sebelumnya tapi sambung menyambung kepedulian terus digalang sekali pun di belahan bumi yang jauh.

Semua sama berjuang berlelah-lelah tapi keikhlasanlah yang menentukan hasil akhir.Karena Imanlah kunci semua penggerak lokomotif kebaikan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Sumba, NTT

Desa Pejem menunggu bantuan Dai

Kamis 7 february Tanmia foundation mendapat kesempatan untuk bersilaturahim ke Dusun Pejem, Desa Gunung Pelawan, kecamatan Belinyu, Bangka belitung, perjalan cukup jauh dari Kota Pangkal Pinang, kira – kira 100 KM dari bandara Depati Amir berdiri, meski perjalanan terhambat sedikit dengan delay hampir satu jam lamanya, namun alhamdulillah perjalan lancar.

Tiba di kota Pangkal pinang langsung disambut oleh Ustadz Ali Muttaqin pendiri sekolah Islam Al Mansyur, lebih 10 tahun sudah beliau berkiprah di Bangka alhamdulillah sudah banyak kegiatan dakwah yang beliau jalankan, dari mendirikan SDIT Al Mansur, mendistribusikan dai, pesantren tahfizh masih dalam perencanaan, in syaa Allah akan berdiri di atas lahan 4000 M2, di dekat kota Pangkal Pinang.

Perjalanan ke Dusun Pejem kami diantar oleh beberapa orang ustadz dan Lazis Muhammadiyah yang diwakili oleh bapak Umar dani, beliau menemani perjalanan kami hingga ke lokasi, wilayah dusun Pejem memang lokasi terujung pulau bangka, masyarakat di wilayah ini masih ada sekitar 30 persen yang belum memiliki agama, masyarakat adat di dusun ini ada 2 suku, Lom dan Lah. Dari makna harfiyah dalam arti bahasa bangka kata “Lah” berarti sudah, dan “Lom” berarti Belum, maksudnya suku Lom adalah belum beriman (islam), dan Lah sudah beriman (islam).

Dahulunya masyarakat suku ini enggan untuk membaur dengan masyarakat yang sudah modern, seringnya mereka menutup diri layaknya suku Badui dalam di Jawa barat, namun sekarang mereka sudah membaur dengan masyarakat, mereka juga tidak memiliki pakaian adat, sehingga kita tidak lagi menemukanciri khas atau rumah adat mereka yang terbuat dari kayu dan atap dari daun nipah, meskipun masih terlihat satu dua rumah adat mereka di tengah dusun itu.

Gerakan dakwah di tempat ini terbilang sangat minim, karena posisinya yang cukup jauh dari pusat kota, namun alhamdulillah jalan hingga ke lokasi sangat bagus aspal halus sehingga tidak perlu hawatir soal hambatan di jalan menuju lokasi.

Di masjid dusun ini ada seorang Dai muda ustadz Ramdhani asal palembang yang sengaja diutus oleh kampus beliau di Palembang untuk berdakwah di dusun ini, alhamdulillah banyak kegiatan yang beliau tangani, dari mengajar santri TPQ, kajian bapak – bapak, kajian ibu – ibu, hingga pembinaan Muallaf dari suku Lom, perjuangan beliau di tempat ini terbilang besar, lokasinya yang sangat jauh dari kota sehingga sinyal handphone pun jadi barang amat langka di tempat ini, kehadiran beliau di tempat ini dirasakan oleh masyarakat sangat besar manfaat dan faedahnya.

Kami tiba di dusun Pejem jam 2 siang, kami temui ustadz ramdhani di rumah pak RT dusun tersebut, tempat beliau tinggal, alhamdulillah kami disambut dengan baik, rambutan khas dusun ini dan teh menjadi jamuan kami di tempat itu.

Dalam obrolan santai siang itu banyak masukan dan saran dari sang ustadz untuk Tanmia untuk program kegiatan dakwah dan sosial di masa yang akan datang, pada akhir pertemuan itu kami distribusikan Al Quran wakaf untuk masyarakat sekitar, mudah – mudahan menjadi amal jariyah buat kita semua. Aaminn ya rabbal alamin.

Perjuangan Anak-anak Sekolah di Pedalaman Ujung Kulon Menempuh Sekolah Idaman

Sejenak menelisik perjuangan yang ditempuh oleh anak-anak sekolah di perkampungan Rancecet Ranca Pinang Ujung Kulon serasa menggugah nurani untuk mengetuk rasa peduli.

Tak sedikit anak-anak di sana banyak yang terpaksa putus sekolah karena pelbagai alasan, dari soal akses hingga biaya. Banyak dari mereka memutuskan bekerja membantu berkebun orang tua di ladang ataupun di sawah. Padahal, usia mereka selayaknya masih di bangku sekolah. Mendapatkan pendidikan yang layak sangat lah berat, karena akses untuk menuju sekolah sangat sulit di lalui oleh kendaraan, hanya dengan cara berjalan kaki mereka menuju ke sekolah dengan melalui jalanan yang berlumpur.

Semua itu ternyata tidak menghalangi mereka untuk mendapatkan ilmu, berangkat subuh pulang sore dengan membawa perbekalan nasi yang terselip di tas ranselnya sudah tidak menjadi persoalan bagi mereka yang penting masih bisa merasakan menuntut ilmu di sekolah dan mendapatkan bekal ilmu pengetahuan untuk asa cita harapan masa depan mereka layaknya anak-anak yang tinggal di perkotaan. Kondisi serba ala kadarnya sederhana tak mengurangi kegigihan dalam menuntut ilmu, dengan raut wajah yang ceria gembira selalu menghiasi suasana ketika sampai disekolah bertemu dengan guru teman-temannya.

Relawan Tanmia Foundation mencoba berbagi cerita bercengkerama dengan dua orang siswa Madrasah Ibtidaiyah Al Huda, bernama Eji Maulana dan Suher yang sekarang duduk di bangku kelas 6 dan kelas 5, setiap hari harus berangkat sekolah jam 6 pagi-pagi buta selepas subuh supaya sampai sekolah tepat waktu dengan jadwal masuk, mereka bercerita keluh kesahnya selama menempuh perjalanan menuju sekolah.

“Kebiasaan sejak awal masuk sekolah setiap datangnya musim hujan tiba, sepatu di tenteng ditangan dan baju seragam sekolah di masukan ke dalam tas karena jalanan menuju sekolah penuh lumpur dan tidak ada tempat berteduh”, ungkap Eji yang akrab disapa kawan sebangkunya di sekolah.

kebiasaan mereka sudah menjadi kebiasaan setiap hari karena ada kekhawatiran sepatu dan baju seragam kotor selama menempuh perjalanan yang berlumpur, ketika mereka sudah sampai ke sekolah barulah mereka memakai baju seragam dan sepatu, begitu pula sepulangnya sekolah.

Baru sepekan ini relawan Tanmia Foundation berkunjung ke wilayah ini tak lain ialah menyapa dengan kepedulian dalam hal pendidikan. Ada kalanya relawan seperti kami datang meski tidak hanya untuk mengajar, tapi mencoba berbagi empati dengan kemampuan yang ada dan mengabarkan akan informasi keberadaan adanya sekolah yang masih eksis ditengah keterbatasan pedalaman”, tutur Azmi relawan Tanmia dilokasi.

Walhasil, ternyata mereka sedang membutuhkan donasi untuk membantu perlengkapan sekolah murid-murid peserta didiknya dan membangun ruang belajar yang layak. Para orang tua dan guru yang selalu memberi motivasi kepada anak anaknya terus didengungkan agar mereka tidak patah semangat, namun dikalangan para orang tua terkadang ada kekhawatiran terhadap anak anaknya dikala musim penghujan datang, basah kuyup sudah menjadi langganan mereka walau memakai payung, ada juga orang tua yang sengaja menunggu anaknya di di perjalanan karena ada kekhawatiran terhadap anak anaknya, namun semua itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menyekolahkan anak anaknya.

Setelah dibangunkan ruang belajar dengan tiga ruang kelas dengan ukuran satu ruang yang berukuran panjang 3 meter dan lebar 4 meter persegi alhamdulilah bisa sedikit membantu meringankan anak anak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-huda yang berlokasi di kp Erjeruk desa Rancapinang kec Cimanggu kab Pandeglang Banten. Walaupun keadaan sekolah masih jauh dari kata layak, akan tetapi sedikit mengurangi kekhawatiran para orang tua.

Kebutuhan gedung sekolah, meja dan kursi sebanyak 40 unit menjadi kebutuhan yang sangat mendasar untuk tercapainya proses belajar mengajar yang nyaman.

“Banyak yang memilih putus sekolah karena memang kondisi sekolahnya begini ala kadarnya. Nah yang tersisa saja kami jaga biar tetap lanjut bersekolah. Saat ini kami sudah mulai membangun kelas baru 3 x 4 m yang sedikit layak buat mereka,” kata seorang pengajar, Ustadz Fatoni.

Kegiatan Tanmia Foundation dalam hal ini turut berbagi dan mengabarkan kondisi yang ada di lapangan. Berbagi empati membangun kepedulian untuk mengetuk uluran tangan para dermawan untuk turut membantu meringankan pendidikan bagi anak-anak didik di pedalaman layaknya mereka yang berada di perkotaan.

Relawan memang sesekali datang tanpa sepeser pun pamrih, meski harus berkendara atau berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk bertemu anak-anak tapi ironisnya belum membuka wacana pihak lain sekelas pemerintah untuk hadir memberikan perhatian. Inilah saatnya kita berperan dengan do’a dan tindakan nyata. Berbagi kebaikan itu membahagiakan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Ujung Kolon

Sumur Untuk Rumah Tahfidz Amanah di Tambu Donggala Membantu Pasokan Ketersediaan Air

(Jum’at 11/01/2019) Tanmia Foundation bersama warga dan pengurus Pesantren Rumah Tahfizh Amanah berhasil merehabilitasi fasilitas air yang sempat tersendat beberapa waktu lalu pasca bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala. Rumah cikal bakal pesantren ini berasal dari rumah milik warga yang diwakafkan di Tambu Balaesang Kabupaten Donggala yang memang sudah tidak dihuni lagi setelah bencana.

Dalam waktu dekat ini Pesantren Rumah Tahfizh Amanah siap dipakai kegiatan belajar mengajar dan segera menampung para santri calon penghafal Qur’an yang berada dikawasan terdampak langsung bencana di Kecamatan Balaesang dan Balaesang Tanjung.

“Air menjadi kebutuhan pokok dan mendesak bagi warga dan santri disini, sehingga perlu adanya sumur bor, sebelumnya sudah pernah dibuatkan sumur gali namun macet tertimbun setelah gempa. Sehingga kebutuhan air untuk sementara ini kami ambil dari tempat warga setempat atau menunggu pasokan air tangki yang dengan cara membeli atau dari relawan” kata Naim, selaku pengurus pesantren. Usaha memperbaiki sarana air dengan membuat sumur bor berikut tower penampung air diharapkan dapat membantu memecahkan masalah ketersediaan air.

“Rasa syukur kita haturkan kepada Allah beribu kali dan semoga amal jariyah senantiasa berkah mengalir disetiap tetesnya pada para muhsinin yang telah berkontribusi dalam proyek amal sholeh ini”,ungkap Ustad Ridwan selaku tokoh da’i setempat menyambut serah terima wakaf sumur dari Tanmia Foundation di lokasi pada Jum’at yang penuh barakah ini.

Mari menjadi bagian yang mengalirkan kebaikan untuk hidup yang lebih baik dan penuh berkah kebahagiaan yang hakiki.
Aamiin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Tanmia Distribusi Bantuan Kemanusiaan Ke Posko-Posko Pengungsian Sumur Pandeglang

Estafet perjalanan tibalah di Sumur Pandeglang Banten. Usai distribusi bantuan ke Way Muli dan Pulau Sebuku – Pulau Sebesi Lampung Selatan tim Tanmia Foundation langsung terjun ke lokasi warga di pengungsian kampung Legon Sumber Jaya Sumur Pandeglang yang menjadi korban amukan tsunami pada 22/12/2018.

Akses ke Kecamatan Sumur dari jalur pesisir Tanjung Lesung yang sempat terputus sudah bisa dilewati setelah jembatan sementara dipasang sudah sepekan ini. Kecamatan Sumur Pandeglang merupakan salah satu wilayah yang mengalami kerusakan paling parah.

Jalan ke lokasi lewat pesisir masih belum sepenuhnya lancar ada beberapa ruas yang harus bergantian karena sempit, kondisi jalan yang juga berlubang dan becek kubangan berlumpur menambah sederet kesulitan ke lokasi. Bahkan Januari ini sudah memasuki cuaca musim hujan yang cukup lebat sehingga menjadi kewasapadaan tersendiri bagi para relawan dan warga saat ini.

Distribusi Tanmia Foundation menuju Kampung Legon RT 16 yang berada di Desa Sumber Kecamatan Sumur. Sebanyak 90 KK terdampak dengan 30 KK kehilangan tempat tinggal menjadi sasaran distribusi paket logistik bantuan kemanusiaan Tanmia Foundation. Logistik bahan pokok, sarana kebersihan dan perlengkapan rumah tangga disiapkan untuk dibagikan melalui perangkat dusun setempat yang berkordinasi dg relawan Tanmia. Dusun Legon adalah salah satu dari sekian kampung yang terkena tsunami cukup parah di Kecamatan Sumur.

Lokasi pengungsian di wilayah ini masih menggunakan terpal seadanya selain itu juga terkendala kurangnya tenda untuk pengungsi yang sudah berkeluarga berjumlah banyak.

“Ada sekitar 30 KK rumah warga kami yang hanyut diterjang tsunami, sekarang tersebar tinggalnya, baik di tenda, di rumah kerabat dan berpindah ke luar daerah karena trauma” jelas Mang Edong warga Legon saat ditemui relawan dirumah anaknya. Mang Edong termasuk kehilangan rumahnya yang hanyut beserta isinya setelah digulung tsunami malam itu, kini ia menumpang sementara dirumah anaknya yang berada di tetangga kampung dusun sebelahnya.

Sebulan berjalan pasca bencana persediaan logistik termasuk over supply ke titik-titik tersebut, itu tak lain peran dan kerjasama berbagai pihak relawan dg pemerintah dapat berjalan baik dg masayarakat setempat.

Kendati demikian, selalu ada saja titik-titik lokasi yang minim diperhatikan dan terkadang akurasi yang kurang tepat sasaran prioritasnya.

Permasalahan dilokasi bencana memang kompleks, selain kebutuhan dasar yang terbatas juga dampak sosial yang ditimbulkan. Tak sedikit menjumpai anak-anak dibawah umur menjadi peminta-minta sepanjang jalanan menuju Kecamatan sumur padahal seharusnya ada tindakan arahan antisipasi sosial dampak sebelumnya.

Kini terlihat warga nelayan sekitar pesisir masih membersihkan puing-puing rumah dan memperbaiki kapal-kapalnya untuk bersiap berlayar melaut kembali. Pasca tsunami memang masih sepinya tingkat konsumsi ikan, ini sangat beralasan karena warga masih cemas dengan masih banyaknya puluhan orang yang dinyatakan hilang sampai saat ini belum ditemukan oleh BNPB diperkirakan bisa saja dilahap ikan-ikan dikedalaman laut.

Dari data yang dilansir BNPB hingga pertengahan Januari sebanyak 437 orang meninggal dunia dan puluhan lainya belum diketemukan setelah kejadian ini. Sementara kerugian ekonomi juga masih dalam pendataan dan diperkirakan hingga angka trilyunan rupiah.

Pantauan dari para relawan bahwasanya beberapa hari terakhir ini logistik ( Sembako ) terus berdatangan untuk dikirim ke posko-posko dapur umum yang berada di lokasi pengungsian.

Di samping itu, tenda darurat pengungsian, dapur umum, rumah sakit lapangan, serta tim medis juga terus dimaksimalkan untuk membantu para korban terdampak karena belum tersedianya hunian sementara.

Jumlah ini sangat mungkin bertambah seiring dengan proses evakuasi dan pendataan yang masih terus dilakukan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lampung

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!