Situs Kampung Adat Tarung dan Prai Ijing di Sumba Barat

1 View

Puluhan rumah adat yang berderet masih asli terbilang magis, karena kepercayaan mereka menganggap roh leluhur mereka masih ada di sekitar mereka dan menjaga serta mengawasi mereka. Banyak juga dijumpai kubur batu ( megalitikum) yang sudah ratusan tahun berada di depan rumah-rumah di situs kampung adat desa ini. Secara turun temurun mereka menyakini bahwa kubur batu itu adalah leluhur nenek moyang mereka dan setiap yang mati akan di kuburkan satu lubang atau berdekatan berdasarkan keturunan leluhurnya.

Magis dan mengerikan bukan ? Sekali waktu perjalanan kami mendapati upacara adat kematian di kampung ternyata sangatlah sakral dan sarat akan ritual kurban penyembelihan hewan ternak seperti sapi, kerbau, kuda dan tak luput juga babi yang semuanya ditikam sambil diiringi dengan suara genderang musik-musik khas adat Sumba.

Bahkan ternak yang dihabiskan dalam acara kematian mencapai puluhan tergantung dengan adat dan garis keturunanya. Rumah adat Sumba terdiri atas tiga bagian, bagian tingkat pertama untuk hewan peliharaan, bagian tingkat kedua untuk penghuni rumah dan bagian ketiga, atap yang menjulang tinggi untuk menyimpan bahan makanan sekaligus tempat bersemayamnya Marapu yang dipercayai mereka.

Tanah Humba ( Tanah Asli ) masyarakat Sumba pada mulanya dibagi dalam empat golongan yaitu : imam (ratu,) bangsawan (Maramba), orang merdeka (Kabihu), dan hamba (Ata) namun dalam perkembangan golongan imam (ratu) disatukan dengan golongan bangsawan, sehingga hanya ada tiga golongan.
Masing-masing golongan dalam masyarakat Sumba memiliki gelar-gelar tertentu dan gelar tersebutlah yang menunjukan status sosialnya, serta masing-masing golongan memiliki tugas-tugas tersendiri, yakni:

1.   Para bangsawan memakai gelar Umbu atau Tamu Umbu (laki-laki) dan Rambu atau Tamu Rambu (perempuan), mereka mempunyai tugas dan kewajiban untuk melindungi dan memberi kesejahteraan terhadap warga kampungnya.

2.   Orang merdeka memakai gelarKabihu Bokulu (orang merdeka besar) dan Kabihu Kudu (orang merdeka kecil), mereka merupakan rekan kerja para bangsawan, penasihat bangsawan dan juga pemimpin perang.

3.   Hamba memiliki tugas melayani para bangsawan dan juga orang merdeka. Mereka biasa digelar dengan Ata Bokulu (hamba besar) dan Ata Kudu (hamba kecil).

Sumba memang unik dan magis dengan warisan budaya leluhurnya. Islam datang segala keramahan dan konsep rahmatalil’alamin sehingga dengan perlahan berjalan menelusuri lika-liku dakwah di Sumba yang begitu luas jelaslah sentuhan dakwah belum banyak menjangkau disetiap jengkal tanah Marapu ini.

Dakwah membedah pulau Sumba penuh tantangan dan rintangan serta perjuangan lintas generasi. Apalagi di setiap sudut kota dan kampungnya tersimpan persembahan dan pujian para abdi yang sudah ada turun temurun. Namun inilah tugas estafet dakwah Islam yang sebenarnya bahwa kelak cahaya dakwah akan bersinar terang benderang di tanah humba. Biidznillah Allahu Musta’an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Sumba, NTT

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!