Syi’ar dakwah laju keislaman hari ini tidak sesempit antara mimbar ke mimbar saja. Era digitalisasi dalam revolusi industri 4.0 mengharuskan syiar dakwah kini dilakukan dengan beragam cara dan metode seperti saat ini misalnya, dengan mengandalkan luasnya jaringan internet yang kuat agar dakwah dilakukan via jaringan dunia maya dan media sosial.
Namun faktanya tidak seideal begitu, belum semua daerah terjangkau dengan jaringan internet, sehingga metode lama juga tetap perlu dilakukan dalam pembinaan jamaah di masjid-masjid, wabilkhusus lagi di daerah terpencil.
Kegiatan dakwah yang luar biasa mulianya mengharuskan totalitas keikhlasan dengan diiringi samudera kesabaran pengorbanan karena sejatinya dakwah memang tak memandang tempat dan situasi sosial, di Dusun Sonyo pelosok desa Jatimulyo Girimulyo Kulon Progo ini misalnya, potensi jamaah muallaf dan antusias semangat masyarakat dalam kegiatan pengajian dan amal kebaikan lainnya sangatlah besar, namun hal itu tidak berbanding lurus dengan kuantitas mubalig dan akses pendukung dakwah lainnya di daerah tersebut.
Ketua Kordinator Da’i BaitulMaqdis Kulon Progo, Bapak Haryono, mengungkapkan berdakwah di Sonyo Jatimulyo ini penuh dengan tantangan karena akses jalannya terjal dengan penurunan yang sangat membahayakan nyawa. Selain itu juga mubalig yang siap turun lapangan ke daerah ini masih kurang.
Manyambung Haryono, da’i rutin pembina lain ialah Ust Rosyidi yang sehari-hari mengajar majelis taklim di beberapa pedukuhan Jatimulyo mengungkapkan masih minimnya dukungan operasional dakwah sehingga masih harus benar-benar survive untuk tetap bertahan padahal semangat bermajelis taklim para muallaf yang mayoritas dari agama Buddha itu terus berkembang dari waktu ke waktu.
“Apapun tantangannya, kita harus ikhlas dan karena ridha Allah-lah yang kita inginkan,” pungkasnya usai mengajar TPQ di Masjid Arrahman.
Jatimulyo adalah desa terluas diujung barat Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Kaligesing Purworejo yang didalamnya terdapat Dusun Sonyo dan Dusun Branti Gunung Kelir berada. Kegiatan sosial dan toleransi cukup baik selama ini sekalipun dihuni mayoritas muallaf yang semulanya menganut buddha. Kegiatan rutin akhir pekanan masih berjalan sampai saat ini antara lain kajian Ahad Shubuh, majelis taklim keliling rumah dan TPQ untuk anak-anak dan remaja.
Pembinaan berbasis Al-Qur’an itu semua dimaksudkan agar menguatkan keislaman mereka dalam kehidupan sehari-hari berhubung masih banyak kerabat berlainan agama dalam satu keluarga, kendati demikian antusiasme jamaah pun tetap menghargai baik akan hal tersebut.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Kulon Progo Jogyakarta