Bersama warga Dusun Sayam Sonyo Jatimulyo Kulonprogo menyusuri perbukitan untuk memeriksa celah-celah mata air, baik dari aliran lubang-lubang bebatuan kapur yang merupakan identik sumber air utama di wilayah ini yang biasa digunakan warga. Biasanya setelah mendapatkan sumber mata air yang baik dan debitnya juga cukup selanjutnya akan dialirkan ke bak induk pemukiman warga.
Lokasi Dusun Sayam Sonyo berada di Desa Jatimulyo Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo adalah wilayah yang langsung perbatasan dengan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah yang bisa diakses dengan membelah perbukitan Menoreh dari arah Godean Sleman Yogyakarta maupun Kota Wates Ibukota Kulonprogo.
Tim Tanmia Foundation belum lama sepekan ini menyusuri sumber mata air yang sudah beberapa tahun terakhir ini ditemukan warga, yakni di lokasi Seliling dan Setro dengan berbagai kondisi fisik air. Jaraknya cukup lumayan sekitar 1,5 – 2 Km dari sumber mata air ke lokasi penampungan dengan melewati naik turunnya perbukitan bebatuan dan perkebunan warga. Namun demikian keberadaan mata air Setro dan mata air Seliling sudah tentu menjadi urat nadi penyambung kehidupan sehari-hari warga. Sehingga keberadaan sumber mata air bersih sangat vital apalagi kondisi alam Jatimulyo pada umumnya airnya tinggi kadar kapurnya. Sehingga tidak sedikit saluran-saluran pipa dari mata air terkadang putus atau tersumbat dengan kerak kapur yang menempel didinding-dindingnya. Keberadaan mata air yang sekarang menyuplai air bersih untuk warga juga dimanfaatkan untuk kepentingan kegiatan di Masjid At-Taubah yang berlokasi ditengah-tengah perbukitan. Akses jalan hari ini hanya bisa dilalui dengan setapak jalan kaki dan kendaraan bermotor saja itu pun harus bergantian ketika berpapasan.
Sukamto selaku warga setempat dan pengurus Masjid At-Taubah mengatakan, pihaknya telah mencoba mengalirkan sumber air tersebut dari berbagai jalur dengan berbagai kondisional baik selama menghadapi musim kering maupun musim penghujan. Apalagi diwilayahnya hanya bisa mengandalkan mata air yang berasal dari celah-celah aliran air bebatuan sehingga sulit sekali mendapatkan air bila harus menggalinya dengan melakukan pengeboran. “Sudah bertahun-tahun disini hanya mengalirkan air dari mata air yang berasal dari celah-celah aliran air bebatuan”, jelas Mas Kamto yg akrab dipanggilnya baru-baru ini.
Dengan berbagai latar kondisi demikian
apa boleh buat air tersebut harus tetap mengalir meskipun dengan debit yang kecil dan mengandung kapur karena itu adanya. Hanya bersyukur masih ada air yang bisa digunakan selama ini.
“Alirannya ada, meski kecil tapi kalau musim penghujan seperti sekarang debitnya besar. Namun karena mengandung kapur maka untuk konsumsi kami tetap memprosesnya dengan cara merebus dan mengendapkannya semalaman sebelum benar-benar siap akan digunakan”, jelas Pairin salah satu warga Dusun setempat.
Kendati sebelum dan sesudahnya air yang digunakan selama ini belum diperiksa kadar zat terlarutnya, tapi dengan cara sederhana inilah warga Sayam Sonyo Jatimulyo ini kini dapat bertahan ditengah kerasnya kehidupan perbukitan. Alakullihal seiring berjalannya waktu syi’ar keislaman inilah yang menjadi faktor penting yang akhirnya membawa kemajuan dan membuka tabir betapa sulitnya kehidupan perbukitan perlahan-lahan tersingkap.
Relawan Tanmia
Ali Azmi