Kecemburuan Dalam Masalah Agama (Ghiroh Fiddin)

1 View

Oleh : Kholid Mirbah, Lc

Al-Imam Ibnu Qayim Al Jauziyyah di dalam kitab nya al Jawabul al kafi liman Sa’ala ‘ani Ad-dawa As-Syafi mengatakan sesungguhnya diantara prinsip dalam beragama adalah memiliki sifat cemburu maka orang yg tak punya cemburu dalam agama maka sama halnya dia tidak punya agama, kecemburuan terhadap agama dapat menghidupkan hati dan hidupnya hati bisa menghidupkan fisik manusia, namun sebaliknya matinya hati menyebabkan fisik manusia juga mati, sehingga ia tidak bisa melawan keburukan sekalipun.
Jadi inti dari agama ini adalah cemburu (ghirah) terhadap agama, sehingga ketika agamanya dinistakan ia pasti tidak ridha, Namun sebaliknya ketika agama ia dinistakan ia biarkan saja tanpa ada rasa kepedulian sedikitpun, maka saja orang seperti ini sama saja tidak punya agama.

Kalau kita mendengar agama islam ini di hina oleh orang kafir itu bukan hal yang baru, bahkan di zaman dulu sudah ada, Orang orang kafir zaman Nabi menghina dengan mengatakan bahwa Al Quran adalah sebuah kebohongan, Sebagaimana Allah katakan dalam surat Al Furqan

وَقَالَ ٱلَّذِینَ كَفَرُوۤا۟ إِنۡ هَـٰذَاۤ إِلَّاۤ إِفۡكٌ ٱفۡتَرَىٰهُ وَأَعَانَهُۥ عَلَیۡهِ قَوۡمٌ ءَاخَرُونَۖ فَقَدۡ جَاۤءُو ظُلۡمࣰا وَزُورࣰا

Dan orang-orang kafir berkata: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain”; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. (Al Furqon:4).

Lalu dengan tegas Allah membantah tuduhan orang Kafir tersebut, bahwa Al Quran adalah kebenaran yang datang dari Allah swt
Dalam surat Al Haqqah Allah swt berfirman

‎إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ﴿٤٠﴾؅

40. Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,

‎وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ ۚ قَلِيلًا مَا تُؤْمِنُونَ ﴿٤١﴾؅

41. dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.

‎وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾؅

42. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya.

َ(تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ)

43. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam.

Namun yang aneh adalah ketika ada seorang mengaku beriman menjadi pembela si kafir yang menghina agama ini. Orang seperti ini tidak memiliki kecemburuan dalam agama.
Sebagaimana ucapan ibnu Mubarak

ﺃَﺑُﻨَـﻲَّ ﺇﻥَّ ﻣِـﻦَ ﺍﻟﺮِّﺟَـﺎﻝِ ﺑَﻬِﻴﻤَـﺔً
ﻓﻲ ﺻُـﻮﺭَﺓِ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞِ ﺍﻟﺴَّﻤﻴﻊِ ﺍﻟﻤُﺒْﺼِﺮِ
ﻓَﻄِـﻦٌ ﺑِﻜُـﻞِّ ﻣُﺼِﻴﺒَـﺔٍ ﻓﻲ ﻣَـﺎﻟِـﻪِ
ﻭﺇِﺫَﺍ ﻳُﺼَـﺎﺏُ ﺑِﺪِﻳﻨِـﻪِ ﻟَﻢْ ﻳَﺸْﻌُـﺮِ ‎

“Wahai anakku, di antara manusia itu ada yang bersifat bagaikan binatang.
Dalam bentuk seorang yang mampu mendengar dan memperhatikan.
Ia akan merasa berat, jika terjadi musibah yang menimpa pada harta bendanya.
Namun jika musibah itu menimpa agamanya, ia tiada merasa apapun”.

Prinsip kecemburuan agama ada 3 macam

. الغيرة في الدين مبدء من مبادئ الإيمان

1. Kecemburuan agama merupakan prinsip dasar keimanan seseorang.

روى البخاري في صحيحه عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ((إن لله يغار وإن المؤمن يغار، وغيرة الله أن يأتي العبد ما حَرَّم الله عليه

Dari hadis Abu hurairah radhiyallahu anhu Rasul shallahualaihiwasallam bersabda ” seorang mukmin itu pencemburu. Dan Allah adalah zat yang maha pencemburu, dan kecemburuan Allah tatkala hambanya melakukan apa yang diharamkan oleh Allah kepadanya.

Allah cemburu Jikalau ada Seorang Mukmin Ketika beribadah fikiran ya terganggu dengan urusan kerjanya, Allah cemburu kalau ada kaum muslimin lebih sibuk dengan urusan dunia nya dari pada akhiratnya. Sehingga kalau kita memiliki kecemburuan dalam agama atau akhirat kita maka iman kita benar. Begitu pula sebaliknya. Iman itu kadang bertambah dan berkurang begitupula ghirah terhadap agama itu bisa naik dan turun. Orang yang bila agamanya diinjak injak lalu ia marah berusaha memeranginya maka berarti ghirahnya terhadap agama tinggi, namun sebaliknya ketika orang itu banyak bermaksiat kepada Allah itu dapat menghilangkan kecemburuan terhadap agama. Sehingga ini adalah salah satu strategi Kaum musyrik untuk menghilangkan cemburu terhadap agama adalah membuat mereka sibuk dan lalai dari perintah Allah yang mengakibatkan mereka bermaksiyat kepada allah. Kita menyaksikan orang tua zaman dahulu bila punya anak gadis maka ketika sudah baligh, ia perintahkan kepadanya pakai hijab, karena rambut adalah bagian dari aurat yang wajib ditutup. Sehingga wanita zaman orang tua kita dulu kalau hijabnya tersingkap terkena terpaan angin dan terlihat auratnya oleh orang lain , ia pun langsung lari sekencang kencang nya sembunyi kerumah, takut kalau dilihat lebih banyak orang, sehingga dosanya bertambah banyak karenanya. ini menunjukkan semangat ghirah yg tinggi dalam menjaga agamanya, Sungguh fenomena yang sangat jauh dengan zaman sekarang.

Begitpula fenomena penghinaan terhadap agama kita hari-hari ini semakin berani dan terang-terangan, bahkan tidak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa tetapi sampai ke ranah para petinggi Negara, sebut saja Presiden Prancis Emmanuel Macron yang baru baru ini secara terang-terangan telah melecehkan Islam dan menghina Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam dengan menyetujui publikasi kartun yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam. Sehingga membuat banyak orang marah dan terjadi seruan boikot produk Prancis di banyak negara, terutama dengan penduduk Muslim sebagai mayoritasnya. Maka, kemarahan umat Islam adalah bentuk ghirah dan cinta mereka kepada Baginda Nabi yang mulia. Sayangnya sebagian penguasa Muslim tidak bisa bertindak tegas menanggapi hal ini. Beliau menggambarkan hal ini berbeda dengan yang pernah dilakukan oleh Khalifah Abdul Hamid II. Khalifah pada masa dinasti Utsmaniyah ini, pernah mengancam Prancis agar menghentikan untuk menggelar teater yang menghina Rasulullah. Dan Prancis gentar lalu menghentikan pada saat itu juga.

Begitulah seharusnya sikap seorang mukmin, menunjukkan ghirah tinggi membela agamanya dari ulah penistaan orang-orang yang membenci Islam sebagai konsekuensi keimanan kepada Allah ta’ala. Ulama besar Buya Hamka Rahimahullah juga mempertanyakan orang yang tidak muncul ghirahnya ketika agamanya dilecehkan. Beliau menyamakan orang-orang yang demikian seperti orang yang sudah mati. “Jika kamu diam saat agamamu dihina, gantilah bajumu dengan kain kafan”.

Pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ada seorang pria yang amat marah karena istrinya terus menerus menghina Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam Kemudian sang suami membunuhnya. Ketika Nabi mengetahui hal ini, beliau bersabda; “Saksikanlah bahwa darah perempuan yang tertumpah itu sia-sia (tidak ada tuntutan)!” (HR Abu Dawud).

Demikianlah, Islam mengajarkan kepada kaum mukmin, agar membuktikan kecintaannya kepada Allah ta’ala dan RasulNya, melebihi kecintaan kepada siapapun dan apapun. Kecintaan itu harus ditunjukkan dengan ghirah untuk mencintai seluruh syariat yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengamalkannya, membela dan memperjuangkan agar terterapkan secara kaffah dalam kehidupan umat. Dengan begitu, umat Islam akan tampil menjadi umat terbaik dan Islam mampu diwujudkan sebagai rahmatan lil’alamin

الغيرة في الدين فهي من خصائص هذه الأمة

2. Kecemburuan terhadap agama merupakan karakter yang dimiliki umat ini.

Diantara sosok yang menjadi tauladan kepada kita yang disebutkan namanya dalam Al Quran, adalah Nabi Ibrahim alaihissalam dan Nabi Muhammad shallahualaihiwasallam.

Nabi ibrahim rela bermusuhan dengan ayahnya karena prinsip kecemburuan dalam agama yang beliau pegang. Ia tidak rela kemusyrikan melanda ayah dan umatnya. Kisah tersebut Allah Abadikan dalam surat As Saffat (85-98) Bahkan beliau rela menempuh resiko yang besar yaitu dibakar hidup hidup oleh kaumnya, sehingga Allahpun juga cemburu terhadap ujian yang ditempuh nabi ibrahim sehingga menjadikan api yg digunakan untuk membakarnya menjadi dingin. Begitupula Rasul kita seorang pencemburu, ketika peristiwa fath makkah beliau cemburu ketika melihat berhala di sekeliling Ka’bah lalu beliau hancurkan seluruh berhala ditempat tersebut sebanyak 360 buah sambil membaca ayat؅

(وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا)

Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. [Surat Al-Isra’ 81]

Begitu pula kita kenal seorang Sahabat bernama Hanzalah radhiyallahu anhu, seorang pengantin baru begitu setelah malam pertama dengan istrinya, Pada paginya ia mendengar seruan jihad melawan kaum kafir untuk membela agama Allah, maka seketika langsung beliau tinggalkan istrinya sehingga belum sempat untuk mandi junub tatkala ia syahid di medan perang Rasul shallahualaihiwasallam melihat diri jasad Hanzalah Basah kuyup, padahal tidak turun hujan saat perang tersebut, dan ternyata setelah diamati para malaikat datang untuk mengurus dan menandakan jenazah ya, Sehingga beliau Mendapatkan Julukan غسيل الملائكة “Yang di mandikan para malaikat

Kita ingat Kisah Seorang Muslimah di zaman Nabi shallallahu alaihi wa sallam, suatu hari ada wanita muslimah datang ke Pasar Bani Qainuqa’ untuk suatu kebutuhan yang ia perlukan. Ia menghampiri salah satu pedangang Yahudi, kemudian melakukan transaksi jual beli dengannya. Namun orang Yahudi berhasrat membuka cadar yang dikenakan sang muslimah karena ingin melihat wajahnya. Muslimah itu berusaha mencegah gangguan yang dilakukan Yahudi ini. Tanpa sepengetahuan wanita itu, datang lagi lelaki Yahudi di sisi lainnya, lalu ia tarik ujung cadarnya dan tampaklah wajah perempuan muslimah tersebut. Wanita ini pun berteriak, lalu datanglah seorang laki-laki muslim dengan ghirah tinggi membelanya. Terjadilah perkelahian antara muslim dan Yahudi dan terbunuhlah Yahudi yang mengganggu muslimah tadi. Melihat hal itu, orang-orang Yahudi tidak tinggal diam. Mereka mengeroyok laki-laki tadi hingga ia pun terbunuh.
Sehingga mendengar hal tersebut membuat nabi shallahualaihiwasallam marah sehingga beliau mengutus pasukan besar untuk mengepung Perkampungan Bani Qainuqa dan mengusir Seluruh penduduknya.

Bahkan tidak hanya itu Binatang yang tak berakal pun saja punya ghirah yang tinggi terhadap agama Allah ta’ala disebutkan dalam Kitab Ad Durar al Kaminah Karya ibnu Hajar al Asqalani, diceritakan “Suatu hari diadakan pesta besar-besaran untuk merayakan seorang pemuka Mongol yang murtad masuk kristen. Dalam acara itu ada seorang pendeta Kristen bercerita dan dalam ceramah ya ia menjelek-jelekan Nabi Muhammad, tiba-tiba seekor anjing pemburu meloncat, menyerang dan menggigit pendeta.
Beberapa orang berusaha melepaskan gigitan itu, dan anjing tersebut kembali tenang, setelah berhasil sebagian hadirin berkata: “Ini terjadi karena kamu menghina Nabi Muhammad”
Pendeta menjawab: “Tidak, ini karena anjing tadi marah dan salah paham ketika aku mengangkat tangan dikira akan memukulnya”
Pendeta itupun melanjutkan khutbahnya dan kembali menghina Nabi Muhammad. Pada saat yang bersamaan anjing itu berhasil memutus tali yang mengikatnya, secepat kilat dia melompat dan menggigit leher sang pendeta hingga meninggal.
Sekitar 40 ribu orang mongol yang hadir di acara itu ramai-ramai masuk Islam….
Subhanallah…seekor anjing saja cemburu ketika Nabi dijelekkan, tidak bisa diam dan berusaha sekuat tenaga untuk membela beliau, Apalagi kita sudah barang tentu harus punya kecemburuan yang lebih terhadap Nabi kita, karena diantara kewajiban seorang muslim terhadap Nabinya membela kehormatannya. Maka ia akan marah, ia akan bela sampai titik darah penghabisan jikalau ada seseorang yang berani menistakan Nabinya.

الغيرة في الدين تدل على حياة القلوب وصلاحها

3. Kecemburuan terhadap agama itu dalil hidupnya hati dan baiknya hati.

Dalam satu hadits pernah disebutkan,

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺳﻌﻴﺪ ﺍﻟﺨﺪﺭﻱ – ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ – ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﻘﻮﻝ : ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻠﺴﺎﻧﻪ ، ﻓﺈﻥ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﻓﺒﻘﻠﺒﻪ ، ﻭﺫﻟﻚ ﺃﺿﻌﻒ ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ

Dari Abu Said Al Khudry berkata bahwa Rasul shallahualaihiwasallam telah bersabda, barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangannya kalo tidak mampu ia rubah dg lisannya dan kalau tidak mampu lagi maka hendaknya dg hatinya, dan ini adalah selemah lemahnya iman.

Jadi ketika seorang muslim melihat kemungkaran dan ia tidak kuasa apapun untuk merubahnya, maka minimal dengan tidak ridha adanya kemungkaran dalam hatinya dan ini menunjukkan ia masih punya ghirah dalam hatinya, sehingga hal tersebut merupakan pertanda akan hatinya masih terdapat cahaya kebenaran. Karena umat ini akan menjadi umat yang terbaik manakala ketika memiliki ghirah terhadap agama, berusaha mencegah kemungkaran yang terjadi disekitarnya Sebagaimana Allah swt berfirman :

(كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah, Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik (Ali Imran 110).

Namun sebaliknya umat terburuk adalah ketika tidak punya ghirah ketika agamanya dirusak dan dinistakan, sehingga Umat seperti Ini patut mendapat laknat dari Allah Sebagaimana laknat yang di alami Bani Israel, Allah mengabadikan kelakuan mereka dalam Surat Al Maidah, 78-79.

(لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ ۚ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُون

Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.

Al Hafidz Ibnu Katsir didalam kitab tafsirnya menjelaskan Allah ta’ala melaknat orang orang kafir dari kalangan Bani Israel karena mereka senantiasa bermaksiat
terhadap Allah dan Nab-nabi mereka yaitu Daud dan Isa alaihimassalam sehingga mereka mendapatkan Laknat diseluruh kitab samawi, dalam Zabur taurat injil dan Al Quran Nah apa sebab mereka mendapat Laknat?

Dalam Ayat selanjutnya beliau jelaskan bahwa tatkala mereka bermaksiat kepada Allah maka para ulama mereka berkata bertakwalah kalian kepada Allah, lalu ucapan mereka tidak didengar oleh kaumnya, Akhirnya ulama mereka capek dan berhenti mendakwahi mereka, lalu para ulama pun mulai datang ke majelis orang orang bermaksiat tadi tapi tidak melarangnya hanya sekedar menyaksikannya bahkan sebagian dari ulama tersebut malah ikut gabung dalam maksiat tersebut, Sehingga hal ini membuat Allah murka dan menurunkan siksa kepada mereka.
Allah murka terhadap mereka karena mereka tak punya kecemburuan terhadap agama mereka dengan membiarkan kaumnya dengan sesuka hati melanggar larangan Allah swt.
Semoga kita diberi istiqamah dalam memelihara ghirah fiddin ini. Amin

*Disarikan ceramah dari Al Ustadz Muhammad Aniq, Lc, MA
dengan perubahan*

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!