Saat temu acara monitoring dan evaluasi “Da`i Untuk Negeri” tugas pengabdian wiyatabhakti Pesantren Al-Itqan di Pesantren Masyarakat Muadz bin Jabal, Karanganyar Jawa Tengah ( 30/11 ), segenap alumni angkatan V periode 2020-2024 yang bertugas di Jawa Tengah dan DIY menyambut antusias hadir dengan melepas rindu saat saling bertegur sapa. Dalam bahagianya seolah telah lepas segala penat keluh kesah sejenak dengan refreshing meskipun dibingkai dengan acara sederhana. Acara monev dihadiri berbagai daerah pengabdian dari Banyumas , Banjarnegara, Wonosobo, Magelang, Yogyakarta, Boyolali Karanganyar. Acara ini diselenggarakan dalam rangka mengevaluasi tugas dan meyatukan visi misi dalam perjalanan mengemban amanah tugas dakwah yang sudah berjalan selama caturwulan sejak awal bulan Juli dimulainya.
Mengusung tema acara menjadi professional dalam mengemban tugas dan produktif dalam berkarya untuk kemajuan ummat menjadi energy baru , mengecharge bagian ruh penggerak semangat untuk saling bersatu padu mengokohkan barisan, saling bahu-membahu untuk berperan serta menguatkan kondisi ummat demi terwujudnya cita-cita mulia izzul islam wal muslimin.
Ustadz Muhammad Fajri, yang didapuk sebagai pembimbing acara kegiatan ini, sangat mengapresiasi langkah pilihan yang brilian dalam rangka menguatkan kembali ruh dan kinerja para da`i tugas wiyatabhakti pengabdian agar senantiasa menjadi pelopor-pelopor kebaikan ditempat masing-masing bertugas.
Satu demi satu kisah pemaparan tentang jalanya tugas pengabdian wiyatabhakti diuraikan masing-masing agar dapat diukur seberapa besar nilai pencapaiannya. Tantangan yang paling sulit adalah kemauan. Antara kemauanya tipis atau karena tidak ada kemauan sama sekali. Padahal, sebuah pepatah arab pernah mengatakan Idza Sadaqa al-`azmu wadaha al-sabil ( jika jelas tujuanmu, terbukalah jalanya ) agar dapat memberikan rasa optisimis karena disaat yang sama tidak sedikit tantangan-tantangan dan rintangan kerap kali menghantui para da`i-da`i muda ini bila ditelusuri lebih dalam.
Misalnya, Ananda Abdurrahman Al-Atsari yang mengungkapkan bahwa, aktivitas di tempat pengabdianya di lereng Gunung Lawu. Kegiatan yang lumayan cukup padat, selain mengajar TPQ, majelis taklim masyarakat juga warga mengharapkan dirinya juga ikut serta dalam membantu mengajar di sekolah untuk kelas al-Qur`an. “Alhamdulillah, kegiatan yang selama ini berjalan seperti membantu mengajar kelas Tahfidz Hafalan Qur`an di Sekolah Negeri yang dimulai dari hari Senin sampai dengan Jum`at telah berpengaruh pada perkembangan murid-murid yang sebelumnya tidak ada programnya sama sekali”, terang Oman sapaan akrabnya saat pemaparan kegiatan monev berlangsung.
Hal yang sama juga diungkapkan ananda Rehan dan Izzudin Al-qossam yang bertugas di Jatilawang Banyumas dan Dieng Wonosobo Jawa Tengah, yang kurang lebih memiliki rutinitas yang tak jauh berbeda dengan sebagian besar waktunya dihabiskan di ruang kelas dan khalayak masyarakat. Dari, 9 peserta monitoring dan evaluasi da`i tugas wiyatabhakti pengabdian memang semua bertugas di lingkungan masyarakat dan pendidikan sebagai ajang mengasah mental dan ilmu yang harus ditempa sepanjang waktu.
Kiprah alumni dalam tugas wiyatabhakti pengabdian juga turut memberikan sumbangsih yang positif dalam kehidupan masyarakat nyata dalam ruang lingkupnya terkecil. Misi kaderisasi kebaikan untuk estafet perjuangan tugas dakwah bertahap seyogyanya memang harus sudah mulai digulirkan untuk menumbuhkan jiwa keikhlasan dan kesederhanan agar menjadi jatidiri yang senantiasa melekat dan dihayati sepenuh jiwa dengan kesabaran tanpa pamrih.
Kaderisasi dan regenerasi alami sederhana ala pesantren dengan tugas dakwah harus dituntaskan dengan sebaik-baiknya. Hadirnya keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat untuk menyerukan nilai-nilai kebaikan dan menanamkan iman beserta keteladanan agar dimana pun bumi ia berpijak dan langit yang senantiasa menaunginya ia layak ditunggu peran dan kehadirannya tanpa tapi. Hadirnya sebagai agen perubahan dan solusi untuk sebuah kontribusi.
Tantangan yang luar biasa untuk peran diusia seumuran mereka untuk mengambil peran –peran besar yang bukan sambilan saja dalam upaya membangun manusia-manusia pilihan dengan ruh ilmu keimanan dan pengalaman. Para alumni yang notabene santri skligus da`i muda bukanlah hasil instan yang baru saja ditanam kemarin sore. Ia adalah bibit yang telah disemai menembus bebatuan-bebatuan keras yang terus ditempa dan dipersiapkan secara konsisten dalam jangka waktu yang cukup panjang. Bukan sekedar instan dadakan atau karbitan sekali saja.
Ia adalah bagian harapan layaknya buah pohon yang manis yang tidak serta merta dipetik dihari yang sama kita menanam bibit kecilnya. Ia mungkin bisa dipetik setelah waktu sekian lama telah benar-benar masak. Bagaimanapun kondisinya bibit-bibit generasi dalam perjalananya ini bagian tanggung jawab ummat kita semua untuk turut membersamai mengawalnya hingga pada saatnya musim bersemi indahnya peradaban itu lahir seiring cita-cita kemajuan ummat yang mulia.
Harapanya setiap keshalihan individu yang padu bersama tujuan dakwah mengemban misi perbaikan sosial masyarakat akan sangat menentukan setiap prosesnya. Era disrupsi atau revolusi industri 4.0 menjadi tantangan zaman pada masa seusia mereka. Membangun manusia seutuhnya dengan iman sebelum al-quran beserta mutiara adab sebelum ilmu sebagai perbekalan yang tak pernah usang menjadi prioritas dalam proses kaderisasi dan regenerasi kebaikan yang penuh harapan keshalihan nantinya.
Kaderisasi dan regenerasi alami sederhana ala pesantren dengan tugas dakwah harus dituntaskan dengan sebaik-baiknya. Hadirnya keberadaan mereka di tengah-tengah masyarakat untuk menyerukan nilai-nilai kebaikan dan menanamkan iman beserta keteladanan agar dimana pun bumi ia berpijak dan langit yang senantiasa menaunginya ia layak ditunggu peran dan kehadirannya tanpa tapi. Hadirnya sebagai agen perubahan dan solusi untuk sebuah kontribusi.
Tantangan yang luar biasa untuk peran diusia seumuran mereka untuk mengambil peran –peran besar yang bukan sambilan saja dalam upaya membangun manusia-manusia pilihan dengan ruh ilmu keimanan dan pengalaman. Para alumni yang notabene santri skligus da`i muda bukanlah hasil instan yang baru saja ditanam kemarin sore. Ia adalah bibit yang telah disemai menembus bebatuan-bebatuan keras yang terus ditempa dan dipersiapkan secara konsisten dalam jangka waktu yang cukup panjang. Bukan sekedar instan dadakan atau karbitan sekali saja.
Ia adalah bagian harapan layaknya buah pohon yang manis yang tidak serta merta dipetik dihari yang sama kita menanam bibit kecilnya. Ia mungkin bisa dipetik setelah waktu sekian lama telah benar-benar masak. Bagaimanapun kondisinya bibit-bibit generasi dalam perjalananya ini bagian tanggung jawab ummat kita semua untuk turut membersamai mengawalnya hingga pada saatnya musim bersemi indahnya peradaban itu lahir seiring cita-cita kemajuan ummat yang mulia.
Harapanya setiap keshalihan individu yang padu bersama tujuan dakwah mengemban misi perbaikan sosial masyarakat akan sangat menentukan setiap prosesnya. Era disrupsi atau revolusi industri 4.0 menjadi tantangan zaman pada masa seusia mereka. Membangun manusia seutuhnya dengan iman sebelum al-quran beserta mutiara adab sebelum ilmu sebagai perbekalan yang tak pernah usang menjadi prioritas dalam proses kaderisasi dan regenerasi kebaikan yang penuh harapan keshalihan nantinya. Yasirlana Yaa Rabb, Semoga Allah Mudahkan. Aamiin
Ali Azmi
Relawan Tanmia