Persediaan Logistik di daerah Aceh Tamiang masih terisolir bahkan sampai pada titik kritis, pasalnya sejak banjir dahsyat yang melanda Aceh sejak ( Kamis, 27 November 2025 ) sampai hari ini Senin, 1 Desember 2025 bagian jalur ke Aceh Tamiang terputus total. Belum bisa ada akses kendaraan apapun bisa masuk dan dijangkau baik dengan kendaraan darat maupun perahu. Air masih tinggi dan jaringan listrik dan internet masih padam. Hanya satu-satunya pantauan udara helicopter milik aparat gabungan Basarnas dan TNI yang baru menjangkau di titik-titik tertentu saja.
Sampai informasi ini diunggah, berdasarkan informasi jejaring alumni keluarga santri Ma`had Al-Itqan yang berada di lokasi mereka akhirnya memberanikan diri dg sampan perahu kecil warga yang bisa keluar menuju akses yang memungkinkan bisa menjaring sinyal untuk mengabarkan keadaan darurat gentingnya.
Berhari-hari sampai hari ke-5 terputus gelap tanpa listik dan jaringan tanpa pasokan makanan memang sangat memprihatinkan. Tapi tekad melawan situasi sulit akhirnya menunjukan tanda-tanda hasil keberuntungan dengan bisa mendapatkan jaringan agar bisa mengabarkan kondisi yang terjadi, hingga informasi ini bisa diunggah.
Dari informasi Furqon, yang merupakan warga setempat” saya sampai hari ini belum dapat menghubungi keluarga”, tuturnya via selular dengan penuh harap. Begitu juga Fajar yang tak jauh dari kampung Telaga Meuku sampai hari ke-7 belum dapat kabar nasib keluarganya. Ada puluhan keluarga santri asal Aceh Tamiang yang masih menunggu harap-harap cemas tentang keluarganya bagaimana kabarnya.
Tepatnya di Gampong , Telaga Meuku 1 Kecamatan Banda Mulia, Lokasi rumah di depan Masjid Baitul Izzah, warga yang dilaporkan mengungsi dalam 1 rumah lantai 2 berjumlah 50 orang sampai hari ini Senin 1 Desember 2025 masih terisolir tanpa ada bantuan apapun yang masuk.
Kuala Simpang dan Langsa yang menjadi akses masuk ke daerah ini pun masih terendam tinggi air sehingga benar-benar melumpuhkan akses dan bisa dibilang warga perlahan-lahan bisa terjangkit kelaparan hingga kematian. Tanpa hiraukan apapun yang bisa mereka lakukan untuk bertahan hidup mereka tempuh.
“Saat ini kami butuh bantuan karena logistik sangat minim,” kata salah seorang warga penyintas jama`ah masjid Telaga Meuku 1 saat dikonfirmasi, Jumat (1/12)
Dari Ikatan Alumni Pesantren asal Aceh Tamiang masih menggerakan dukungan untuk mamasok bantuan kepada keluarganya yang terdampak dan sampai saat informasi ini disampaikan masih belum ada tanda-tanda bisa menghubungi pihak keluarga masing-masing. Berharap pihak yang berwenang dapat segera menjangkau dan membuka akses yang sudah berhari-hari terbilang nyaris mati ditenggelamkan perlahan ditelan lautan banjir.
Pihak pemerintah dan relawan SAR pun menjelaskan akses transportasi darat menuju Aceh Tamiang masih kesulitan seperti dari jalur utama Medan –KualaSimpang – Tamiang masih terputus dibeberapa titik. Begitu juga ke kabupaten lain Lhokseumawe,Bireuen, Aceh Utara, Aceh Tengah, dan Aceh Timur terputus total. Jalan nasional yang menjadi satu-satunya urat nadi penghubung mengalami longsor dan sejumlah jembatan turut ambruk tak bisa dilewati apapun.
“Keadaan logistik ini menipis yang memicu kelaparan dan tindakan kejahatan karena saking sulitnya terisolasi dan tidak bisa dijangkau dengan informasi maupun kendaran yang ada, inilah sulitnya situasi yang sulit dibayangkan dalam keadaan terisolasi,” ungkap Datok Tanjung Keramat bersama warga jama`ah Masjid Baitul Izzah yang mengungsi di ruko-ruko lantai atas warga dengan kondisi berdesakan karena juga Masjid terendam tak bisa digunakan.