Nikmat Allah yang diberikan kepada manusia tidaklah terhingga, karunia yang tidak ada habis – habisnya itu diberikan Allah begitu saja kepada seluruh makhluqNya, manusia, hewan, tumbuhan, jin juga malaikat Allah semua menikmatinya.
Mensyukuri nikmat bukanlah hal mudah, karena godaan dan kelalaian manusia seringkali menghanyutkan manusia sehingga mereka sulit untuk mencari tepian untuk berpegang meraih kesyukuran lalu memegangnya dengan erat agar tidak tenggelam dibawa kencangnya arus dunia.
Derasnya arus ketamakan manusia sudah menjadi rahasia umum faktor besar yang melalaikan manusia dari kesyukuran, syukur yang berarti ‘Terima kasih’ adalah ucapan sekaligus pengakuan kepada Dzat yang telah melimpahkan nikmat tersebut.
Seringkali para ulama memberikan tamsil (permisalan) tentang nikmat, nikmat itu ibarat “Hewan Liar” maka syukur adalah tali pengikatnya, hewan liar memang sukar ditangkap kalau pun ia tertangkap susah pula kita pegang, begitu pula nikamt Allah, ia liar dan sangat – sangat mungkin pergi meninggalkan tuannya pindah kepada orang lain.
Makanya kita tidak hairan bila Umar bin Abdul Aziz pernah berkata:
قال عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ: قَيِّدُوا النِّعَمَ بِالشُّكْرِ
Ikatlah Nikmat dengan Syukur.
Para ulama dan hukama (ahli Hikmah) telah jauh – jauh hari mengingatkan kita semua bahwa tipu daya syaitan sangat kuat wa bil khusus soal mensyukuri nikmat Allah, karena umumnya manusia lupa bersyukur dan tidak menggunakan nikmat sesuai dengan keinginan Allah ta’ala.
Tanpa terasa kita sudah berada di salah satu Bulan Haram, bulan yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, kita sudah masuk di bulan Dzul Hijjah, sebagaimana sudah kita ketahui bersama bahwa di bulan ini ada ibadah hebat dan mulia, yaitu berqurban, sebuah syariat yang terbilang sangat tua, telah diamalkan dari zaman Nabi Adam Alaihi salam, Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad Shallahu alaihi wasallam.
Allah ta’ala berfirman:
لَن يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِن يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ (37) الحج.
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Hajj:37).
Imam Ibnu Katsir berkata:
Makna ayat ini ialah, Sesungguhnya Allah mensyariatkan Qurban bagi manusia agar manusia menyebut nama Allah saat menyembelihnya, karena Dia lah Allah yang Maha Memberi rizki kepada manusia, Allah tidak memerlukan daging dan darah hewan tersebut, karena Allah Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun dari manusia. (Tafsir Ibnu Katsir).
Dari penjelasan ahli tafsir di atas dapat kita fahami bahwasanya salah satu tujuan Qurban ialah untuk mensyukuri nikmat Allah ta’ala.
Imam Qurthuby dalam tafsirnya menyebutkan bahwasanya Allah lah yang telah menundukkan seluruh hewan- hewan yang ada di bumi untuk fasilitas hidup manusia, sehingga manusia dapat memanfaatkannya, sebagai kendaraan, angkutan bahkan sebagai sumber bahan makanan yang lezat bagi mereka, padahal tidak jarang hewan – hewan itu lebih kuat dan lebih besar fisiknya dibandingkan manusia, namun demikian Allah telah menundukkan kekuatan mereka agar dapat manfaatkan dan dinikmati oleh manusia, Allah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa melakukan itu semua untuk manusia, sehingga atas nikmat ini pula manusia harus bersyukur kepada Allah ta’ala. (Tafsir Qurthubi).
Dalam ibadah Qurban terdapat banyak fadhilah (keutamaan) secara ringkas ada 3:
– Qurban bentuk ketaatan dan ketundukan manusia pada perintah Allah
– Qurban bentuk kesyukuran atas nikmat Allah.
– Qurban adalah kepedulian terhadap masyarakat yang sedang diuji Allah dengan kesulitan rizki, bahan makanan, dll.
Semoga kita diberikan kesempatan oleh Allah ta’ala untuk selalu mensyukuri nikmat Allah ta’ala sehingga nikmat tersebut menjadi langgeng dan awet dalam kehidupan kita dan anak keturunan kita, jangan sampai lalai bersyukur sehingga nikmat menjadi bencana dan musibah, lihat ucapan Imam Hasan Al Basri:
قال الْحَسَنُ: إِنَّ اللَّهَ لَيُمَتِّعُ بِالنِّعْمَةِ مَا شَاءَ، فَإِذَا لَمْ يُشْكَرْ قَلَبَهَا عَلَيْهِمْ عَذَابًا.
Sesungguhnya Allah melimpahkan nikmat kepada siapa saja yang Ia kehendaki, namun bila Manusia itu tidak bersyukur atas nikmat tersebut maka nikmat itu akan berbalik menjadi Azab (siksa dan musibah).
Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua untuk beramal shaleh dan menerima amal tersebut sebagai bekal hidup bahagia di akhirat nanti, Aamiin ya rabbal alamin.