Oleh: Kholid Mirbah, Lc
Allah swt berfirman,
(۞ وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِیَنفِرُوا۟ كَاۤفَّةࣰۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةࣲ مِّنۡهُمۡ طَاۤىِٕفَةࣱ لِّیَتَفَقَّهُوا۟ فِی ٱلدِّینِ وَلِیُنذِرُوا۟ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوۤا۟ إِلَیۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ یَحۡذَرُونَ)
“Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
[Surat At-Taubah 122]
Ayat diatas berbicara tentang kewajiban kita semua untuk memahami agama islam secara mendalam. Apa urgensinya kita mendalami islam secara mendalam?
1. bahwa pahala menuntut ilmu agama itu setara dengan jihad di jalan Allah.
Didalam ayat 122 surat At Taubah tersebut Allah swt mewajibkan kaum muslimin untuk tafaqquh fiddin, begitu pentingnya belajar agama sampai-sampai kaum muslimin tidak boleh berangkat berjihad semuanya, padahal jihad dijalan Allah adalah amal yang paling utama setelah beriman kepada Allah, akan tetapi begitu pentingnya belajar ilmu agama islam secara mendalam, maka kaum muslimin dibagi tugas, ada yang berjihad di jalan Allah, ada yang mempelajari islam secara mendalam, ini menunjukkan keutamaan mendalami ilmu agama sama dengan berjihad di jalan Allah swt sehingga menuntut ilmu hukumnya wajib sebagaimana halnya dengan berjihad di jalan Allah swt.
2. karena kebaikan manusia adalah terletak pada sejauh mana pemahaman nya terhadap islam secara mendalam,
sebagaimana disampaikan oleh Mu’awiyah ra, beliau berkata, Rasulullah saw bersabda:
مَن يُرِدِ اللهُ به خيرًا يُفَقِّهْه في الدينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, niscaya Allah akan jadikan ia faham dalam agama” (Muttafaqun ‘alaihi).
Lafadz من (man) itu maknanya umum, bisa laki-laki maupun perempuan, mutsanna (dua orang) dan jama’ .
Jadi tanda kebaikan seseorang disisi Allah adalah ketika seseorang baik itu personal maupun kelompok faham dalam urusan agama, bukan hanya mengerti dan tau saja akan tetapi pengetahuan yang dibarengi dengan pemahaman yang mendalam, karena makna yufaqqihhu itu berasal dari akar kata faqqaha yufaqqihu adalah al fahmu ad daqiqu yaitu pemahaman yang mendalam, jadi kalau Allah berkehendak kebaikan dalam diri seseorang itu maka Allah akan fahamkan ia dalam persoalan agamanya dengan pemahaman yang mendalam.
Kenapa kebaikan dikaitkan dengan pemahaman islam secara mendalam? Karena kebenaran kita dalam hidup ini tidak lepas dari pemahaman kita terhadap islam, contoh orang yang shalat nya benar, maka ia harus faham bagaimana shalatnya Rasulullah, makanya bunyi haditsnya adalah,
صلوا كما رأيتموني أصلي
“Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat” (HR al-Bukhari).
Begitu pula orang yang ingin mendapatkan predikat haji yang mabrur yang mana balasannya adalah surga dari Allah maka hajinya harus mengikuti Rasulullah saw, maka bunyi haditsnya adalah,
خذوا عني مناسككم
“Ambillah dariku tatacara haji kalian dalam berhaji.” (H.R. Muslim, Ahmad, Baihaqi, An-Nasai. Abu Dawud dari jabir)
Begitupula pula rumah tangga akan menjadi baik-baik di dunia maupun akhirat ketika ia didalam membangun rumah tangga berlandaskan pemahaman islam secara benar. Maka didalam kehidupan berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kita harus berlandaskan pemahaman islam yang benar, maka kita diperintahkan untuk masuk islam secara menyeluruh, makanya bunyi ayatnya,
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱدۡخُلُوا۟ فِی ٱلسِّلۡمِ كَاۤفَّةࣰ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَ ٰتِ ٱلشَّیۡطَـٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوࣱّ مُّبِینࣱ)
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
[Surat Al-Baqarah 208]
3. Kita ini pasti akan menjadi pemimpin, seorang ayah akan menjadi pemimpin bagi keluarganya, seorang ibu akan menjadi pemimpin bagi anak-anak nya, maka sewajarnya harus faham fiqih imamah, seorang suami harus faham fiqih kepemimpinan, terutama anak-anak kita yang akan berumah tangga nanti, maka khawatir rumah tangga nya tidak benar bila tidak di landasi oleh ilmu, maka ketika ia berumah tangga, bukannya meneladani rumah tangga Nabi dan para Sahabatnya, justru mengikuti gaya rumah tangga artis dan bintang film yang terkadang hilang akan sarat keteladanan.
Begitupula ketika seseorang hendak menjadi pemimpin entah itu presiden atau menteri, maka harus faham islam terlebih dahulu, sehingga ketika ia memimpin dipastikan cara memimpinnya benar, dalilnya adalah ungkapan dari Umar bin Khattab ra, kata beliau;
تفقهوا قبل أن تسودوا
“Belajarlah islam secara mendalam sebelum kamu menjadi pemimpin”(Riwayat Bukhari)
Kenapa demikian? Karena pemimpin itu tanggung jawabnya lebih besar, nah kalau dia tidak memiliki pemahaman islam yang mendalam dalam kepemimpinan, bagaimana nanti ia akan mempertanggungjawabkan tugasnya di hadapan Allah swt nanti. Makanya penting sekali untuk faham islam terlebih dahulu sebelum menjadi seorang pemimpin.
Diantara fenomena yang baik di dalam negara kita ini, adalah banyaknya lembaga-lembaga pendidikan al Qur’an, anak-anak SD sudah banyak yang hafal al Qur’an, hanya saja kedua orang tua nya justru malas-malasan ketika diajak untuk belajar al Qur’an padahal pendidikan yang baik itu adalah keteladanan sebelum mendidik, mengajak dan memberikan nasihat.
Nabi ketika mengajak umat manusia untuk menjadi pribadi yang amanah maka ia terlebih dahulu menjadi seorang Al Amiin, makanya ketika beliau berdakwah meskipun dimusuhi tapi banyak yang masuk islam gara-gara keteladanan yang beliau berikan. Kalau seandainya para pemimpin, dari tingkat cabang sampai pusat terdepan dalam ibadah nya, terdepan dalam menutup auratnya, terdepan dalam mencintai Allah dan Rasul-Nya, terdepan dalam menjauhi perkara yang haram, lalu kebaikan tersebut diikuti oleh rakyatnya maka yang akan turun di dalam kehidupan kita adalah keberkahan dari Allah swt, tetapi kalau itu tidak terjadi yang turun adalah azab Allah, sebagaimana firman Allah swt,
(وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ)
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.”
[Surat Al-A’raf 96]
4. Orang yang faham islam secara mendalam lalu diamalkan adalah orang yang terbaik, sebagaimana dialog nabi dengan sahabatnya, ketika beliau ditanya tentang manusia terbaik, beliau bersabda;
خياركم في الجاهلية خياركم في الإسلام إذا فقهوا.
“Sebaik-baik kalian dimasa jahiliyyah adalah manusia yang terbaik didalam Islam jika ia memiliki pemahaman islam secara mendalam.(Dishahihkan Oleh Syaikh Al Albani)”
Maka inilah yang mendasari kenapa kita harus memahami islam secara mendalam.
Nah, diantara slogan yang sedang didengung-dengungkan hari ini oleh negara kita dan negara-negara lain adalah slogan kedamaian. Dalam agama islam damai itu bukan hanya sekedar slogan atau pencitraan semata tetapi harus menjadi sebuah kenyataan yang diterapkan ditengah kehidupan manusia. Kata damai itu termasuk istilah agama, dalam Al-Qur’an kita akan jumpai kata-kata yang memiliki makna damai, diantaranya adalah kata as-silmi, as-salam, al ithmi’nan, al-amnu, maka hakikatnya Al-Qur’an adalah sumber kedamaian bukan kitab suci teroris yang dikumandangkan oleh musuh-musuh islam hari ini.
Bagaimana diri kita, rumah tangga, masyarakat, bangsa dan negara kita senantiasa merasakan kedamaian, bagaimana petunjuk al Qur’an menghadirkan kedamaian ditengah kehidupan manusia?
1. Kedamaian itu terwujud ketika ada iman.
Jangan bermimpi diri kita, keluarga kita merasakan kedamaian kalau tidak beriman, walaupun ada iman tapi ternodai dengan syirik, pasti dia tidak merasa damai dan aman, sebagaimana firman Allah,
(ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَلَمۡ یَلۡبِسُوۤا۟ إِیمَـٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم مُّهۡتَدُونَ)
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
[Surat Al-An’am 82]
Dari ibnu Mas’ud ra, (ia berkata) :
لما نزلت هذه الآية قالوا :
Ketika turun ayat ini maka (para shahabat) berkata:
فأينا لم يظلم نفسه ؟
Maka siapakah dari kami yang tidak menzhalimi dirinya?
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
Maka bersabda Rasulullah saw,
ليس بذلكم ، ألم تسمعوا إلى قول لقمان : إن الشرك لظلم عظيم
Tidaklah seperti itu (pemahaman ayat tersebut), bukankah engkau mendengar perkataan luqman: ‘Sesungguhnya syirik itu benar-benar kezhaliman yang besar”
Jadi masyarakat dinegara manapun, mereka akan merasakan kedamaian dan keamanan apabila mereka memiliki iman.
Jadi iman itulah yang memberikan rasa aman, karena kalau tidak ada iman orang itu tidak akan aman walaupun kaya, berkedudukan tinggi dan memiliki segalanya. Karena kunci kedamaian hanyalah iman.
2. Orang yang merasakan kedamaian adalah orang yang memasuki ajaran islam secara utuh atau secara kaffah
Allah swt berfirman,
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱدۡخُلُوا۟ فِی ٱلسِّلۡمِ كَاۤفَّةࣰ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَ ٰتِ ٱلشَّیۡطَـٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوࣱّ مُّبِینࣱ)
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.
[Surat Al-Baqarah 208]
Ada orang yang mengaku beragama islam tapi takut dengan sebagian terhadap ajaran islam itu sendiri, seperti syariat poligami yang ditakuti oleh sebagian wanita kita, itu disebabkan ketika orang poligami penerapannya tidak utuh, ia semangat untuk nambah istri, tetapi dalam melaksanakan kewajiban nya sebagai suami tidak semangat, terkadang karena kesibukan ia dengan istri-istri nya akhirnya jatah ibadah sunnah nya menjadi berkurang, semangat jihadnya menjadi kendor,
Sesungguhnya ajaran islam akan terlihat damai dan sejuk ketika diamalkan secara keseluruhan namun ketika diamalkan sepotong potong akan menjadi seram, contohnya poligami ditakuti oleh ibu-ibu, jihad ditakuti bapak-bapak, pembagian warisan secara islam yang terkadang tidak disukai ahli waris dari kalangan wanita.
Sehingga agar ajaran ajaran tersebut tidak ditakuti oleh sebagian kaum muslimin, maka hendaknya mereka diberikan pemahaman tersebut secara utuh.
Nah, hakikatnya sebelum kita mempelajari islam, segala sesuatu diciptakan Allah dalam keadaan indah, karena Allah maha indah sehingga ciptaan juga indah, bahkan Allah mencintai keindahan, dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
إن الله جميلٌ يحب الجمال..
“Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan”,…(HR. Muslim)
Perumpamaannya seperti ini, ketika ada wanita yang cantik, hafal quran, kaya, sempurna anggota tubuhnya maka banyak laki-laki rebutan untuk mendapatkannya namun ketika seandainya terjadi kejahatan terhadap diri wanita tersebut, ia dibunuh kemudian anggota tubuhnya dipotong-potong, maka orang-orang yang dulunya memperebutkannya akan lari darinya. Seperti itulah islam, kalau islam itu utuh, seluruh ajarannya pelajari dan dipraktekan secara sempurna, maka akan terlihat indah, namun kalau dipotong-potong, dipilah-pilah, hanya diinginkan bagian yang enak saja dan sesuai selera manusia maka islam akan terlihat cacat.
Maka islam bukan hanya masalah poligami dan nikah saja yang dikaji, tapi jihad, kewajiban mencari nafkah, juga wajib dikaji dalam majelis-majelis ilmu, kenapa demikian? Karena ajaran islam itu bersifat realistis (nyata), karena ketika syariat jihad diturunkan oleh Allah kepada Nabi saw di Madinah, maka seluruh umat islam yang laki-laki wajib menyambut seruan tersebut, sehingga banyak laki-laki yang meninggal dalam setiap medan jihad, sehingga jumlah laki-laki dan wanita tidak sebanding maka banyak jumlah wanita, sehingga ketika jumlah laki-laki dan wanita itu tidak sebanding, maka ada tiga kemungkinan yang terjadi,
a. ada perempuan yang tidak nikah sepanjang masa karena tidak kebagian suami, nah wanita dalam keadaan ini itu bertentangan dengan fitrah, karena Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan, maka kalau ini terjadi maka ia telah menabrak firtahnya.
b. Manusia secara kodrat nya membutuhkan pelampiasan nafsu biologis kepada lawan jenisnya, ketika tidak punya istri yang sah sementara dia manusia biasa, maka berpotensi terjadi pelacuran perzinahan.
c. Melampiaskan kebutuhan biologisnya melalui jalan yang sah, terhormat dan berpahala dengan suaminya yang sah, walaupun lewat jalur poligami. Dan inilah satu-satunya alternatif jalur yang dihalalkan oleh Allah swt.
Maka pasti ada hikmah dibalik setiap syariat Allah swt, meski sebagian manusia tidak suka dengannya.
Maka kalau kita ingin damai, maka kita harus masuk islam secara kaffah.
3. Banyak berzikir kepada Allah.
Tidak ada perintah Allah yang dituntut untuk dikerjakan secara berulang-ulang selain zikir, Allah swt berfirman,
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ ٱذۡكُرُوا۟ ٱللَّهَ ذِكۡرࣰا كَثِیرࣰا)
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,
[Surat Al-Ahzab 41]
Dan orang yang banyak berzikir dipastikan hatinya selalu tenang dan tentram, sebagaimana firman Allah swt,
(ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ وَتَطۡمَىِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَىِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan (berzikir) mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.[Surat Ar-Ra’d 28]
Dalam ayat tersebut lagi-lagi orang beriman hati selalu tenang dan damai sedangkan hati orang-orang kafir munafik akan selalu dihantui rasa ragu dan khawatir. Zikir kepada Allah dapat berupa membaca tasbih, tahlil, istighfar bahkan membaca al-Quran juga termasuk zikir, karena nama lain al Qur’an adalah Az-Zikr. Sebagaimana firman Al-Qur’an,
(إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ)
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.
[Surat Al-Hijr 9]
Maka hendaknya rumah-rumah kita jadikan sebagai tempat berzikir, tempat tempat yang kita singgahi dibacakan zikir, agar hati kita senantiasa diberi kedamaian dan ketenangan oleh Allah.
4. Menegakkan keadilan dan menjauhi kedzaliman.
Karena setiap tindak kedzaliman yang terjadi disuatu negeri pasti tidak akan merasa aman penduduknya bahkan terancam. Makanya kenapa Fir‘aun hidupnya merasa tidak aman padahal dia kaya raya dan memiliki kekuasaan? Karena ia senantiasa berbuat zalim kepada Bani Israil, sehingga khawatir Bani Israil menuntut balas atas perbuatannya tersebut, sehingga setiap gerak hidupnya ia merasa tidak tentram. Allah swt berbicara tentang kedzaliman Fir‘aun di dalam Al-Qur’an,
(وَإِذۡ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِ ٱذۡكُرُوا۟ نِعۡمَةَ ٱللَّهِ عَلَیۡكُمۡ إِذۡ أَنجَىٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ یَسُومُونَكُمۡ سُوۤءَ ٱلۡعَذَابِ وَیُذَبِّحُونَ أَبۡنَاۤءَكُمۡ وَیَسۡتَحۡیُونَ نِسَاۤءَكُمۡۚ وَفِی ذَ ٰلِكُم بَلَاۤءࣱ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِیمࣱ)
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir‘aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.
[Surat Ibrahim 6]
Sebaliknya keadilan itu membawa kepada ketenangan, maka kita bisa membaca sejarah Khalifah yang kedua yaitu Umar bin Khattab ra yang terkenal dengan keadilan nya, sehingga dengan keadilannya itulah beliau selalu merasa damai tenang, tidak diliputi rasa takut akan ancaman dari rakyatnya. Semasa kekuasaanya, wilayah Islam sudah meliputi seluruh wilalah Jazirah Arabiyah, sebagian Asia kecil, Afrika Utara, bahkan sampai ke Eropa.
Dikisahkan bahwa dalam salah peperangan pasukan Islam berhasil menaklukkan Persia dan menangkap Hurmuzan. Dia kemudian dibawa ke kota Madinah untuk dihadapkan kepada Umar bin Khattab.
Menjelang tiba di Kota Madinah, mereka memakaikan Hurmuzan baju kebesarannya yang terbuat dari sutra yang telah dipenuhi dengan perhiasan emas, permata, dan mutiara. Setelah itu barulah mereka masuk ke kota Madinah bersama Hurmuzan dengan pakaian lengkapnya dan langsung mencari rumah Amirul Mukminin.
Sepanjang perjalanan, sang tawanan membayangkan alangkah megah dan hebatnya istana Umar mengingat daerah kekuasaannya yang begitu luas meliputi dua pertiga dunia. Fikirannya sang Kisra merasa rendah diri ketika hendak menemui sang Khalifah.
Kebetulan, saat sampai di Madinah, Umar tidak ada di rumah. Kemudian beliau dicari hingga ditemukan di salah satu masjid Madinah. Saat itu posisinya sedang tidur bersandar tongkatnya. Melihat fenomena demikian, Hurmuzan kaget, seakan tidak percaya “Ini -demi Allah- adalah raja yang baik. Anda telah berbuat adil, sehingga bisa tidur (dengan nyenyak). Demi Allah, sesungguhnya aku telah melayani empat Raja Kisra (Persia) yang memiliki mahkotah, tidak ada satu pun di antara mereka yang aku rasakan kehebatan –Izzah nya- melebihi orang yang sedang tidur beralas tongkat ini.”
Umar baru bisa tidur nyenyak ketika keadilan ditegakkan dan didistribusikan secara merata kepada rakyatnya. Sebuah tipikal pemimpin yang lebih mementingkan kehidupan rakyat daripada diri dan kerabat; lebih memilih hidup melarat demi terciptanya keadilan untuk rakyat.
(Nizham al-Hukumiyah al-Nabawiyyah karya Muhammad Abdul Hayyi Al-Kattani (II/250)
Mudah-mudahan kita senantiasa diberikan kedamaian dan ketentraman dalam kehidupan kita berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mudah-mudahan pula bangsa yang kita cintai ini selalu diberikan keamanan oleh Allah swt.