Bahaya Tajassus

4,730 Views

Ia merupakan istilah yang disebutkan oleh Allah di dalam Al Quran, suatu kegiatan yang dilarang oleh Al Quran demi mengatur dan menata kehidupan soal masyarakat dan tumah tangga agar mereka bisa hidup tenang, bahagia dan tidak disibukkan oleh hal – hal yang tidak bermanfaat bagi mereka, bahkan sering kali membahayakan mereka secara individu mau masyarakat.

Tajassus di zaman moderen ini sudah sangat bervariasi, istilahnya juga sudah mengalami perubahan, sarananya dan kemudahannya sudah sangat luar biasa.

Kata Tajassus hanya disebutkan satu kali saja di dalam Al Quran yaitu dalam surat Al Hujarat, makna Tajassus ialah saling memata – matai dan mencari cari kesalahan orang lain, dengan tujuan untuk mencari aib dan keburukan orang, perihal larangan Tajassus disebutkan oleh Allah dalam surat Al Hujarat, ayat :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ (12)

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al Hujarat: 12).

Menafsirkan ayat ini Imam Ibnu Jarir Ath Thabari berkata:
Janganlah kalian mencari – cari aib dan kesalahan orang di antara kalian, dan jangan pula mencari – cari rahasia orang lain, dengan tujuan mencari aib dan kesalahan, cukuplah yang kalian ketahui saja dan tidak perlu mencarinya lebih mendalam.

Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata:
Ayat ini melarang seseorang untuk mencari cari aib dan kesalahan orang lain.

Melakukan Tajassus kepada kaum muslimin dilarang dan haram hukumnya, bahkan Ibnu Hajar Al Haitsami mnganggap Tajassus bagian dari dosa besar, sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Hujarat di atas.

Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِي بَرْزَةَ الأَسْلَمِيِّ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ “‏ يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الإِيمَانُ قَلْبَهُ لاَ تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلاَ تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ ‏”‏ ‏.‏

“Wahai orang yang beriman dengan lisannya. Sementara keimanan belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kamu semua mengguncing orang-orang Islam dan jangan mencari-cari aurat (keasalahnya). Karena barangsiapa yang mencari-cari kesalahan mereka, maka Allah akan perlihatkan kesalahannya. Dan barangsiapa yang Allah perlihatkan kesalahannya, akan dipermalukan (sampai) di rumahnya.” HR. Abu Dawud, no. 4880 dishohehkan oleh Al-Albany.

وعن ابن عباس -رضي الله عنهما- أن رسول الله قال :”مَنْ اسْتَمَعَ إلى حديث قَوْمٍ وَهُمْ له كَارِهُونَ أو يَفِرُّونَ منه صُبَّ في أُذُنِهِ الْآنُكُ يوم الْقِيَامَةِ “.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda:
Barangsiapa yang mencuri – curi dengar (nguping) terhadap obrolan orang lain sedangkan mereka tidak sukadengan perbuatan (nguping) itu, maka pada hari kiamat nanti akan ficurahkan timah panas pada telinganya ( karena suka mendengar aib orang). (HR Al Bukhari).

Syaikh Shaleh Al Utsaimin berkata:
Orang yang suka mengintai/ nguping omongan orang sementara orang yang diintai tersebut tidak suka maka pada hari kiamat nanti akan dituangkan timah panas di telanganya karena ia sukan mencari, mengintai dan mendengar aib orang lain. (Syarah Riyadh Shalihin, 6/251-252).

Di atara dampak buruk dari Tajassus ialah
Ia merupakan tanda lemahnya iman, rusaknya akhlaq dan menghabiskan waktu pada sesuatu yang tidak bermanfaat, Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata:
Beruntung orang yang menyibukkan diri dengan aibnya sendiri dan tidak sibuk dengan aib dan kesalahan orang lain, celakalah orang yang lupa dengan aibnya sendiri dan sibuk dengan aib orang lain, menyibukkan diri dengan aib diri sendiri adalah tanda manusia suskes di akhirat, menyibukkan diri dengan aib orang adalah tanda ia akan celaka di akhirat.

قال ابن القيم : “طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب الناس، وويل لمن نسي عيبه وتفرغ لعيوب الناس، فالأول علامة السعادة، والثاني علامة الشقاوة”.

Tajassus dapat merusak hubungan kemasyarakatan dan menghancurkan ikatan persaudaraan di antar mereka, membuat dada menjadi sesak dan melahirkan kemungkarang – kemungkaran yang pada akhirnya akan merusak kehidupan (Thariq Al Hijratain, hal :271).

Seperti sabda Nabi shallahu alaihi wasallam :

عن معاوية قال:سمعت رسول الله يقول “إنك إن اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ المسلمين أفْسَدْتَهُم، أو كِدْتَ أن تُفْسِدَهُم”.

Dari Mu’awiyah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya engkau apabila mencari – cari aib dan kesalahan orang pasti kamu akan merusak mereka (masyarakat) atau minimal kami hampir saja merusak mereka (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban, Thabrani, Baihaqi dan Abu Ya’la).

Di antara dampak buruk Tajassus disebutkan oleh Syekh Shaleh Al Utsaimin sebagai berikut :

Tajassus itu menyiksa, menyiksa orang yang diintai, perbuatan ini akan menimbulkan kebencian, permusuhan, dan membebani diri dengan sesuatu yang tidak perlu, maka kamu akan menemukan orang yang suka mengintai kesalahan orang sekali kamu lihat dia di sini, besok akan pindah ke sana ke sini, Naudzubillah mindzalik, melirik kesana kemari, sebenarnya ia telah melelahkan dirinya sendiri dalam menyakiti orang lain.

عن أبي هريرة أن رسول الله قال: إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَاِنَّ الظَّنَّ اَكْذَبُ الْحَدِيث ، وَلاَتَحَسَّسُوا وَلآتَجَسَّسُوْا وَلآتَحَاسَدُوا وَلآتَدَابَرُوا وَلآتَبَاغَضُوا وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا (رواه البخارى).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Jauhilah sifat berprasangka karena sifat berprasangka itu adalah sedusta-dusta pembicaraan. Dan janganlah kamu mencari kesalahan, memata-matai, janganlah kamu berdengki-dengkian, janganlah kamu belakang-membelakangi dan janganlah kamu benci-bencian. Dan hendaklah kamu semua wahai hamba-hamba Allah bersaudara.” (HR. Al Bukhari).

يقول الإمام ابن حبان : “الواجب على العاقل مباينة العوام في الأخلاق والأفعال، بلزوم ترك التجسس عَن عيوب الناس، لأن من بحث عن مكنون غيره بُحث عن مكنون نفسه، وربما طمَّ مكنونه على ما بحث من مكنون غيره، وكيف يستحسن مسلم ثَلب مسلم بالشيء الذي هو فيه “.

Imam Ibnu Hibban berkata:
Sudah seharusnya orang yang berakal itu menyelisihi orang awam, dari sisi akhlaq dan perbuatan, tidak mengintai mencari – cari kesalahan orang lain, karena barangsiapa yang membongkar kesalahan orang lain maka suatu hari nanti kesahan dia akan dibongkar orang, atau bisa jadi kebobrokan dia terbuka pula saat membuka kebobrokan orang lain, bagaimana mungkin Seorang muslim mencari aib orang lain sedangkan ia juga memiliki aib yang sama dengan mereka (Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala’, Oleh Ibnu Hibban, hal: 128).

الإمام ابن حبان: ” الواجب على العاقل لزوم السلامة بترك التجسس عن عيوب الناس مع الاشتغال بإصلاح عيوب نفسه، فإن من اشتغل بعيوبه عن عيوب غيره أراح بدنه ولم يتعب قلبه، فكلما اطلع على عيب لنفسه هان عليه ما يرى مثله من أخيه، وأن من اشتغل بعيوب الناس عن عيوب نفسه عمى قلبه وتعب بدنه وتعذر عليه ترك عيوب نفسه، وإن من أعجز الناس من عاب الناس بما فيهم وأعجز منه من عابهم بما فيه…”.

Imam Ibnu Hibban berkata lagi:
Wajib bagi orang yang berakal (waras) mencari jalan selamat dengan tidak mencari – cari kesalahan orang lain dan menyibukkan diri dengan memperbaiki aibnya sendiri, karena barangsiapa yang menyibukkan diri dengan aibnya sendiri maka ia telah memberikan ketenangan untuk dirinya sendiri serta tidak melelahkan hatinya sendiri, kalau ia sibuk urus aibnya sendiri maka ia akan merasa ringan (biasa) kalau dia melihat aib yang sama ada pada orang lain, namun siapa saja yang menyibukkan diri dengan aib orang lain maka mata hatinya akan buta, lelah badannya, dan sangat sulit baginya berlepas dari aib yang ia miliki, manusia yang paling lemah ialah manusia yang merendahkan orang lain dengan satu aib sedangkan ia sendiri tidak mampu berlepas dari aib tersebut. Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala’, Oleh Ibnu Hibban, hal: 125).

قال أبو حاتم : التجسس من شعب النفاق كما أن حسن الظن من شعب الإيمان.

Imam Abu Hatim berkata:
Tajassus adalah bagian dari cabang kemunafikan sedangkan husnu zhan (baik sangka) adalah bagian dari cabang iman. (Raudhatul Uqala wa Nuzhatul Fudhala’, Oleh Ibnu Hibban, hal: 126).

Di antara bentuk Tajassus yang sering terjadi adalah seorang suami atau istri salang memata mati satu sama lain, dengan alasan cemburu, dll.

Syekh Husam Affanah berkata dalam fatwanya:

Diharamkan bagi suami atau istri untuk saling melakukan Tajassus, karena Tajassus dan Su’u Zhan (buruk sangka) adalah penyebab kehancuran rumah tangga, merusak hubungan suami istri, efeknya akan hilang rasa percaya, ketenangan dan ketentraman seperti yang di sebutkan Allah ta’ala dalam surat rum ayat 21.

﴿وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ﴾.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.

فعن جَابِرٍ رضي الله عنهما قال : (نهى رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ يَطْرُقَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ لَيْلًا يَتَخَوَّنُهُمْ أو يَلْتَمِسُ عَثَرَاتِهِمْ) رواه البخاري (5243) ومسلم (715) .

Dari Jabir radhiyallahu anhu berkata:
Rasulullah shallahu alaihi wasallam melarang seseorang untuk sengaja pulang malam hari ke rumahnya dengan tujuan mengungkap penghianatan istrinya atau mencari – cari kesalahannya. (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Imam Syaukani berkata: Kalimat pada hadits (يتخونهم) mencari atau berharap menemukan penghianatan dan kesalahan dari istrinya.

Di antara bentuk Tajassus ialah memata – matai Handphone teman – teman, mengintai sosmednya, website yang dikunjungi dan sebagainya untuk mencari kesalahan dan kesilapan saudaranya.

Islam mengatur hubungan sesama manusia dengan baik dan memberikan arahan agar manusia tersebut tidak jatuh dalam kesulitan, pertengkaran dan kehancuran, berbaik sangka, bersikap baik adalah ciri pribadi muslim yang baik akhlaqnya baik pula imannya, mudah – mudahan Allah menjauhkan kita dari sifat Tajassus, suu zhan dan berbagai sifat buruk lainnya.

  1. Artikelnya sangat memotivasi diri sy pribadi utk lebih berhati hati dlm bersikap. Jazaakallahu khairon ustadz

One comment

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!