Satu lagi bangunan khas timor yang pasti ditemui di setiap sudut pemukiman Suku Timor ialah Lopo. Rumah ini mirip rumah bulat namun tidak memiliki dinding. Rumah ini didirikan di depan halaman rumah induk atau rumah kotak atau disamping kanan kirinya, yang pasti terletak di depan.
Lopo merupakan buah hasil kebudayaan tangan masyarakat Timor yang sudah sudah turun -temurun sejak masa silam. Lopo juga memiliki fungsi utama sebagai ruangan khusus pertemuan, pernikahan atau penyambutan tamu. Seringnya juga dimaknai sebagai salah satu sarana tempat yang dimanfaatkan untuk berkumpulnya masyarakat karena hampir semua proses pengambilan keputusan atau mengadakan musyawarah tentang berbagai aspek permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua hasil musyawarah disepakati sampai kata mufakat dan diputuskan dalam bangunan Lopo ini.
Lopo selain juga menjadi tempat bagi warga membahas setiap persoalan yang dihadapi juga sebagai berkumpulnya warga ketika gotong-royong di desa, biasanya segala persiapan dibahas bersama di Lopo.
Biasanya dalam sebuah dusun ada beberapa kepala keluarga memiliki Lopo, atau masih dalam satu Suku keluarga terdapat satu Lopo. Di beberapa daerah Timor yang lainya, masing-masing rumah malah memiliki Lopo sendiri-sendiri.
Bentuk arsitektur Lopo terbilang sederhana, ia merupakan rumah beratap bulat tak berdinding dengan 4 tiang utama yang berfungsi sebagai sarana tempat pertemuan. Beberapa warga, atau pemuda biasanya memanfaatkan lopo untuk bercengkrama santai sambil menikmati semilir udara sejuk. Lopo juga terkadang digunakan para kaum perempuan Suku Timor untuk menenun kain ketika ada acara khusus. Kain tenun songket ikat yang biasanya akan diberikan pada tamu yang datang dan dihadiahkan pada setiap acara penyambutan tamu.
Seiring perkembangan zaman pada prakteknya Lopo adalah bangunan serbaguna yang biasa digunakan siapa saja. berbeda dengan Ume Kbubu ( rumah bulat ) dan rumah kotak sebagai rumah privat setiap keluarga, adapun Lopo menjadi ruang publik untuk umumnya. Kehidupan masyarakat Timor dengan segala kebudayaan kearifan lokalnya membuat mereka tetap ada hingga saat ini.
“Lopo sudah menjadi bagian warisan nenek moyang kami. Gunanya sebagai tempat berkumpul musyawarah dan juga menyimpan hasil panen”, ujar Arifin Nobisa Ketua Suku Timor di Dusun OeUe Mauleum Kecamatan Amanuban Timur.
Jejak perjalanan di Timor masih membekas dengan mengunjungi Lopo di Kecamatan OeEkam dan Lopo milik Arifin Nobisa ketua Suku Timor dusun OeUe Mauleum Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sebagai orang Timor, Ume Kbubu, Lopo, sirih pinang dan kain tenun khas Timor sudah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bersahabat dengan alam menjadi bagian yang terus dipertahankan sebagai upaya
mempertahankan budaya kearifan lokal dari gempuran lingkungan modern yang kadang tak bersahabat.
Walhasil, Cahaya Islam yang telah masuk dalam sanubari hidayah masyarakat suku Timor OeUe juga menjadi bagian yang terus mengokohkan pilar keimanan mereka sekalipun berada dipelosok jauh pedalaman.
Ali Azmi
Relawan Tanmia