Muallaf Putra Pendeta yang Berhasil Mengantarkan Putrinya Hafal Al-Qur’an

1 View

Terhimpit dalam kondisi hidup dengan ekonomi yang dibilang masih kekurangan inilah sebagian potret kehidupan para muallaf dibeberapa pelosok Nias. Hal ini juga karena hingga saat ini perhatian untuk mereka masih minim. Berbagai pihak belum memiliki program untuk membantu muallaf yang notabene dhu’afa di pedalaman dan satu sama lain berjauhan. Salah satu muallaf itu Ama Yanti ( 56 th ) putra daerah asli asal Amuri Lolowau. Lahir sebagai anak seorang pendeta tentu bukan keinginanya. Bapaknya merupakan salah seorang pemuka pendeta di Amuri yang sudah puluhan tahun.

Ama Yanti adalah anak sulung laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara. Namun seiring dengan perjalanan akhirnya ia memutuskan dirinya untuk merantau ke Simeulue Aceh pada tahun 1991. Dalam perjalanan di tanah rantau akhirnya pintu hidayah pun menyapanya untuk terketuk hati memeluk islam dan akhirnya memutuskan menikahi wanita pujaan hatinya Asramaita wanita asli Simeulue.

Singkatnya tahun 2014, Ama Yanti memutuskan untuk pulang bersama istrinya dan anak-anaknya ke kampung halamannya.
Dengan keislamannya ia paham betul apa konsekuensinya dan perjuangannya ketika bertemu bapaknya nanti sehingga menjadi seorang muslim bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan dan rintangan yang justru terpaksa dia lakoni.

Sikap famili sanak keluarga misalnya. Dia terpaksa harus rela dan sabar dengan sikap keluarga yang sebenarnya menentang keputusannya untuk memeluk agama Islam. Namun apa dikata, sekali layar terkembang pantang untuk mundur selangkah pun. Melihat keadaan demikian akhirnya bapaknya begitu shock dahsyat menjadi-jadi apalagi notabene bapaknya adalah seorang pemuka pendeta.
Dirinya memang sudah digadang-gadang menjadi penerus bapaknya setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya.

Walhasil, apa mau dikata prinsip tetaplah prinsip yang biarpun pahit tetap dihadapi, cinta tetaplah cinta tak bisa pindah ke lain hati inilah hidayah islam yang telah merubah perjalanan dirinya bersama istrinya untuk sekuat apapun tetap bertahan dengan keteguhannya memegang tali iman atas keislamannya. Perlahan ujian demi ujian dan segala cara apapun ia lewati menghadapi sikap keras bapaknya untuk meneruskan keinginan hatinya kembali pada masa lalunya.

Keseriusannya mendalami agama, membuatnya tahun 2015 untuk mengikuti bimbingan belajar pembinaan para muallaf mempelajari berbagai materi ilmu Al-Qur’an berikut tafsir, fiqih dan akidah Islam. Sepulangnya belajar ghirahnya pun tergerak untuk mendidik keluarga dan mengajar para muallaf lainya mencintai Qur’an.

“Saya tau susah bagi mualaf untuk baca Alquran. Tapi dari pengalaman saya, dengan saya baca Alquran dan saya mengerti maksud dari Alquran bisa menambah iman. Hal inilah yang saya mau bagi untuk semua tak terkecuali mualaf,” ujar Ama Yanti ditemui dirumahnya.

Namun berlanjut tutur kisahnya pada tahun 2017 bapaknya yang pendeta akhirnya tutup usia namun dirinya tetap kokoh berpegang teguh pada pendirian imannya.

Perjuangannya tetap kokoh berpijak disituasi pilihan yang serba sulit dan sama sekali tidak menguntungkan secara nilai duniawi adalah konsekuensi yang tidak menyurutkan langkah yang membuat dirinya kecewa.

Justru menelisik lebih dekat Ama Yanti subhanallah luarbiasa. Dari pernikahannya ia dikaruniai 7 orang anak, dan 2 diantaranya sekarang sudah menjadi hafidzah, Yanti hafal 8 Juz dan Linda hafal 30 Juz Al-Qur’an. Subhanallah…Allahu Akbar. Kedua putrinya yang beberapa tahun lalu dimasukan pesantren dengan segala keterbatasan susah payah kemampuan dirinya kala itu kini berbalik menjadikan air mata kebahagiaan hatinya yang tak ternilai harganya.

Situasi dan kondisi yang dialaminya telah menguatkan betapa pentingnya ketegaran dan keteguhan untuk sebuah pilihan prinsip hidup.
Perjuangannya bukan isapan jempol belaka. Kemauan keras teriring do’a telah menghantarkan kedua putrinya hafal Al-Qur’an. Inilah bekal masa depan akhirat sesungguhnya sekaligus adalah mahkota kemuliaan yang Allah berikan kepada hambaNya yang dikehendaki saja. Wallahul musta’an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

 

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!