“Muhammad Bukhari” Muallaf Asli Suku Lisan Timor Leste, Rela Hijrah Menjadi Da’i Demi Tunaikan Kebaikan

768 Views

Usianya tidak lagi muda. Walaupun kini sudah menginjak 60-an tahun, ia masih tetap mengabdi sebagai pendidik dan aktivis dakwah di pesantren Putra Hidayatullah Batakte Kabupaten Kupang. Untuk silaturahim ke kediamannya bisa dijangkau dengan perjalanan sejauh 15 KM dari pusat kota Kupang. Dan itulah yang akrab dipanggil Ustadz Muhammad atau lengkapnya Muhammad Bukhari. Muallaf eks Tim-Tim yang kini menjadi pengasuh para santri-santri di daratan Timor.

Menyimak kisah perjalanan kisah muallafnya sudah sejak tahun 1994, dimana terjadi sebelum proses pernikahannya di Laklubar Manatutu Timor Leste. Felix Martin adalah nama asli pemberian kedua orang tuanya ( masih Katolik ) yakni Malileki dan Kolosaka yang keduanya adalah kepala Suku Lisan di Timor Leste tepatnya di Batara Laklubar Manatutu. Tepat keberadaanya di wilayah kawasan pesisir selatan yang menghabiskan setengah hari perjalanan dari ibukota Dili.

Banyak kecaman, ancaman dan perseteruan yang menghadangnya diawal keislamanya sampai seketika itu ia harus hijrah meninggalkan kampung halamannya padahal keislamannya bukan sebuah paksaan namun terbesit dari hati nurani sanubarinya lah yang akhirnya menunjukkan perjalananya menemukan kenikmatan hidayah.

Hal yang istimewa adalah ghirah kesungguhanya untuk mendalami islam dan siap dengan segala resiko yang menimpanya, suatu ketika ia pernah diperlakukan ancaman fisik oleh sanak keluarga dekatnya apalagi ia adalah anak sulung dari tetua kepala Suku Lisan yang disegani saat itu. Namun persaksian keislamannya justru makin meneguhkan keputusanya memeluk Islam.

“Awal keinginanya memeluk Islam ketika melihat keislaman calon ibu mertua dan disuatu ketika saya bermimpi yang luar biasa mengucapkan kalimat takbir “Allahu Akbar” berkali-kali dalam mimpi itu” jelas Muhammad di serambi Masjid pesantren putra Hidayatullah Batakte.

Sejak dimasa mudanya Felix Martin ( Muhammad Bukhari ) adalah sosok pekerja keras, bagaimana tidak sejak awal keislamanya maka sejak itu pula semua harta benda hak miliknya, ladang dan ternak dan apa yang ia telah usahakan diboikot dan bukan miliknya lagi itu semata-mata karena berpangkuan dirinya memeluk Islam. Tapi resiko ini pun telah siap ia hadapi bahwa inilah ujian diawal keislamanya.

Jauh sebelumnya Referendum kemerdekaan Republik Timor Leste tahun 1999, ia sudah memutuskan meninggalkan kampung halamannya dan merantau ke ibukota Dili dimana waktu itu ia bisa belajar islam sebelum akhirnya ia melintasi perbatasan dan akhirnya memutuskan untuk menetap di Kupang. Keputusan keislamannya pun tak berhenti pada dirinya saja, adik kandungnya pun yakni Thereshina ( Liatul Jannah ) tertarik memeluk Islam dan memutuskan untuk siap berhijrah ikut bersamanya.

Sampai saat ini, beliau tetap semangat siang dan malam, mengabdi dalam pesantren dan buah jasanya dengan tanpa pamrih sebagai pengasuh untuk ratusan santri di pesantren Putra Hidayatullah Batakte Kabupaten Kupang.

Sudah 25 tahun berlalu ia tinggalkan kampung halamannya di Batara Laklubar Manatutu namun sesekali kerinduanya untuk menjenguk kedua orangtuanya masih terpendamlah sudah dengan tak putus-putusnya do’a berharap suatu ketika diakhir usia kedua orangtuanya masuk islam.

Tahun 2017 lalu adalah tahun penuh kenangan dimana seketika perjalanan membesuk kedua orangtuanya dan seketika itu tetua kampung halamannya memintanya dirinya untuk pulang kendati awal keislamanya dan alasan kepergiannya ia dihadapkan berbagai ujian dan ancaman hingga beberapa puluh tahun silam ia memutuskan untuk tinggalkan kampung halamannya.

Muhammad atau Bukhari akrab dipanggilya, ialah seorang muallaf ( sudah berjalan puluhan tahun ) dan pengasuh pesantren. Memang bukan hal yang menjanjikan secara materi duniawi tapi suka dan duka ia jalani dengan segala kerelaan dirinya untuk korbankan kemampuannya. Dari buah jerih payahnya sekarang ia mampu menghantarkan masa depan putra-putrinya di pesantren hingga ke jenjang perguruan tinggi. Kemudian, ia berharap dimasa tuanya ingin dihabiskan untuk bisa beramal sebanyak-banyaknya untuk islam dan terus berada di jalan dakwah mengajak pada kebenaran pungkasnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!