Usai Shalat ‘Ied di pedalaman Warsawe Mbeliling Tim Tanmia Foundation bergerak untuk mendistribusikan hewan kurban ke dusun-dusun yang berada di bukit-bukit pedalaman Sano Nggoang dan Mbeliling. Kali ini jalur distribusi menuju dusun Rahak dusun Desa Poco Golo Kempo yang merupakan daerah perbukitan terjal di wilayah Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat. Di desa ini sekitar 25 KK warga muslim asli yang termasuk dalam merupakan salah satu rumpun suku Rahak Kempo bermukim.
Di Desa Poco Golo Kempo, muslim menjadi minoritas. Hanya ada berkisar 25 KK kepala keluarga muslim sampai saat ini. Namun kendati demikian, jumlah tersebut tak mengurangi semangat keislaman dalam laju perkembangan zaman. Subhanallah banyak santri hafidz-hafidz Qur’an berprestasi yang berasal dari Rahak Poco Golo Kempo ini muncul.
“Tak sedikit murid putra-putri kami beberapa tahun terakhir berhasil menjadi hafizh di beberapa pesantren, syukur alhamdulillah kendati kondisi keberadaan kami disini cukup jauh untuk dijangkau dan sebagian besar keluarga asli yang merupakan asal Suku Kempo dan Lembor ,” terang Bapak Nurman bersama istrinya, selaku imam masjid.
Hewan kurban yang didistribusikan untuk warga Rahak Sano Nggoang dan dusun Wae Lambor Golo Tantong Mbeliling sebelumnya diangkut dengan kendaraan menuju lereng perbukitan di mana akan dilakukan penyembelihan di Masjid Hidayatullah, Rahak. Masjid ini memang dijadikan pusat kegiatan ibadah warga muslim di Poco Golo Kempo Sano Nggoang.
Nurman selaku imam Masjid Hidayatullah, menerima kedatangan tim Tanmia dan menghubungi para warga lain untuk membantu proses penyembelihan hingga selesai.
“Kami jadikan Masjid Hidayatullah sebagai pusat tempat pemotongan dan distribusi daging hewan kurban di Poco Golo Kempo. Hal ini mengingat satu-satunya masjid yang ada sekalipun ala kadarnya ketersediaan fasilitas” jelas Nurman Imam Masjid dirumahnya.
Hewan kurban yang di distribusikan tim Tanmia di Mbeliling dan Sano Nggoang ini adalah milik warga lokal yang notabene juga beternak dalam menyambung mata pencaharian mereka sehari-hari. Hewan di sini diternak liar di alam bebas oleh tuan-nya sehingga pada mulanya kami harus menempuh perjalanan melintasi lereng bukit untuk menjerat menangkapnya. Walhasil kebiasaan warga yang sudah bertahun-tahun berinteraksi dengan hewan ternak liar cukup membuat kami terperanjat.
Namun demikian inilah adanya kebiasaan masyarakat pedalaman flores. “Dengan Qurban untuk muslim minoritas di pedalaman kita dapat membantu memberdayakan warga peternak lokal karena kebutuhan hewan saat musim kurban lumayan tinggi, tapi hewannya skalanya terbatas” tambah Arman yang juga ikut membantu menangkap hewan qurban kami yang lepas.
Distribusi daging kurban untuk warga muslim dhuafa di dusun-dusun pedalaman setidaknya mampu memberikan kebahagiaan hingga secercah do’a terbaik bagi para Shohibul Qurban yang mendermakan niat mulia untuk berkurban untuk saudara seimanya yang berada pelosok negeri, khususnya Pedalaman Pulau Flores NTT. Kebahagiaan akan hewan kurban adalah kebahagiaan yang tak ternilai yang dirasakan masyarakat pedalaman yang hidup dengan berbagai corak kondisi perekonomian. Kurban Anda bahagiakan mereka. Baarakallahu fiekum.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT