Menyatu dalam suasana pemulihan bencana ( recovery ) di daerah pedalaman bukan hal mudah bagi sebagian orang, terlebih bagaimana membayangkanya bila itu juga suasana pengungsian di wilayah terisolir. Inilah gambaran Balaesang Tanjung. Akan tetapi Balaesang Tanjung selalu menggelayutkan kebahagiaan bagi para relawan yang masih siap bertahan.
Tetap bertahan adalah pilihan agar bangkit, membangunkan kembali harapan dan menyemai semangat agar menyemarakkan ibadah dan bagaimana syi’ar Islam agar terasa di tengah-tengah umat yang jauh berada di pedalaman.
2 Desember 2018 ini bisa jadi menjadi hari paling haru bagi semua orang di semua penjuru nusantara, hari dimana semua umat islam bersatu padu, membuang ego demi menyatukan hati, menguatkan ukhwah, membela umat yang dinista terus berulang.
Kali ini jutaan manusia menyemut tanpa sekat memenuhi Monas dalam rangka menguatkan tauhid bersama elemen umat tapi hal demikian tidak untuk muslim pedalaman Donggala yang masih perlu banyak perhatian juga sarat dengan keterbatasan.
Akses jalan tanah bebatuan yang terjal bertebing dan sulit dijangkau menemani sepanjang perjalanan sampai lokasi Pomolulu Balaesang Tanjung. Disini untuk menemukan para juru dakwah adalah hal yang sangat langka.
Oleh karena itu, posko bersama relawan kemanusiaan Tambu bersama-sama tim da’i lokal berinisiatif terjun ke umat dalam rangka recovery di masa transisi. Harus ada yang siap dimasa-masa transisi ini berdakwah memenuhi panggilan umat di pelosok-pelosok.
Agar wilayah-wilayah yang masih memprihatinkan, dapat merasakan manisnya ibadah pasca bencana terjadi berangsur pulih.
Alhamdulillaah kegiatan pengajian Ahad untuk warga Dusun Mapaga Labean berjalan dengan lancar, sekitar 150 warga menghadirinya beserta anggota keluarga dan anak-anaknya.
Acara ini berhasil terselenggara atas gagasan tim relawan bersama pihak Dusun Delapan Mapaga Labean sejak beberapa hari sebelumnya.
“Kami atas nama warga dusun Mapaga sangat berterimakasih atas dilaksanakanya acara pengajian dan bantuan distribusi logistik untuk warga yang masih mengungsi di gunung”, tutur Bagus perangkat dusun setempat.
Sekitar 200 paket berhasil dibagikan untuk warga dusun Mapaga Labean yang terdampak bencana. “Mapaga adalah daerah pesisir yang pernah terjadi tsunami pada tahun 1968 yang menewaskan ratusan korban.
Hari-hari penat lelah berlalu dengan melihat ganti kebahagiaan terpancar dari raut muka para jamaah yang datang memenuhi mushola Al Ikhlas Kampung Nelayan Mapaga Labean.
Bersama berbagi untuk korban bencana adalah bagian ikhtiar dan tugas para relawan dalam menyalurkan amanah dari para donatur. Lelah pun pasti terasa tapi janganlah menyerah karena kesabaranlah semua menjadi indah pada akhirnya. Momen doa bersama menyudahi acara sore ini sembari menanti senja syahdu di Mapaga Labean. Barakallahufiekum.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng