Akhir ramadhan

Sebuah Renungan; Ketika Ramadan Meninggalkan Kita

1 View

Siapapun di antara kita yang merasakan indahnya pertemuan, pasti ia akan merasakan pedihnya perpisahan. Begitulah pepatah yang sangat sesuai dengan kondisi kita pada saat ini. Tidak terasa 30 hari yang lalu telah kita lewati bersama, tamu agung dan istimewa bersiap-siap meninggalkan kita. Ia adalah Ramadhan, tamu yang kita tunggu-tunggu, di dalamnya memiliki banyak keutamaan dan peristiwa besar. Di dalamnya terdapat peristiwa turunnya Al-Qur’an, Lailatul Qadar, dan peristiwa-peristiwa lainnya.

Betapa agungnya bulan Ramadhan ini, sehingga para sahabat dan ulama terdahulu, sangat merasakan kesedihan yang mendalam ketika Ramadhan akan meninggalkan mereka, mengapa demikian?. Karena suatu bentuk penyesalan yang sangat besar adalah, tatkala mereka tidak memaksimalkan amal solehnya di bulan ini. Bahkan dikatakan oleh Imam Ibnul Jauzi –rahimahullah- di dalam kitabnya At-Tabshiroh, ketika ditanyakan kepada orang-orang yang telah diwafatkan: “Berangan-anganlah..!!”, maka mereka menjawab:  “kami berangan-angan ingin dikembalikan ke dunia di satu hari pada bulan Ramadhan”.

Ramadhan akhir

Maka inilah, yang membuat para ulama terdahulu sangat bersedih. Bulan Ramadhan merupakan madrasah bagi kita untuk menempa dan mendidik kita, agar membentuk karakter dan menjadi pribadi yang soleh. Tidak hanyak di bulan Ramadhan saja akan tetapi konsisten di bulan setelah-setelahnya juga. Bukankah Allah Ta’ala berfirman:

وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡ  (الحجر : 99)

“Dan sembahlah Tuhanmu hingga datang kepadamu keyakinan (ajal)”. (QS: Al-Hijr : 99)

Kita dituntut beribadah kepada Allah Ta’ala hingga kematian menjemput kita, bukan hanya sebatas di bulan Ramadhan saja. Begitu juga Allah Ta’ala abadikan penyesalan-penyesalan orang yang sudah meninggal dunia di dalam surat Al-Munafiqun ke-10:

فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ (المنافقون : 10)

lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun : 10)

Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali –rahimahullah- mengisahkan di dalam kitabnya Lathaaiful Ma’arif, bahwa ada seorang ulama terdahulu yang bernama Bisyr Al-Hafiy –rahimahullah- di datangi oleh para sahabatnya dan bertanya: “Ya Imam, bagaimana dengan suatu kaum yang hanya rajin beribadah dan beramal soleh di bulan Ramadhan saja?”, maka ia menjawab:

(( بئس القوم قوم لا يعرفون الله إلا في رمضان ، إن الصالح الذي يتعبد ويجتهد سنة كله ))

“Seburuk-buruknya suatu kaum, adalah mereka yang mengenal Allah Ta’ala hanya di bulan Ramadhan saja, sesungguhnya orang soleh adalah mereka yang beribadah dan bersungguh-sungguh dalam beramal soleh satu tahun penuh.”

Itulah pesan yang ingin disampaikan oleh Bisyr Al-Hafiy -rahimahullah-, ia mengajak kita agar tidak menjadi hamba yang Ramadhani saja, akan tetapi menjadi hamba yang Robbani, yang beribadah hingga datangnya kematian. Semoga kita semua diberikan keistiqomahan oleh Allah Ta’ala dalam ketaatan kepada-Nya. Aamin. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh: Muh. Munib Asmuni, Lc.

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!