Silaturrahim Via Online, Bolehkah?

930 Views

Menyambung silaturahim adalah salah satu amalan yang mulia dan kewajiban dalam agama. Banyak ayat Al Qur’an dan hadits yang memerintahkan kita untuk menyambung tali silaturahim serta menerangkan berbagai keutamaannya.

Allah swt memerintahkan untuk menyambung tali silaturahim, dalam firman-Nya:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36).

Bahkan diantara salah satu sifat Ulul Albab yang dipuji oleh Allah swt dalam Al Quran adalah mereka yang rajin menyambung Silaturrahim.
Allah swt berfirman,

(وَٱلَّذِینَ یَصِلُونَ مَاۤ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦۤ أَن یُوصَلَ وَیَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَیَخَافُونَ سُوۤءَ ٱلۡحِسَابِ)

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.”
(Surat Ar-Ra’d 21)

Dan yang dimaksud dengan menghubungkan apa yang diperintahkan Allah agar dihubungkan sebagaimana perkataan Ibnu Katsir dalam kitab tafsir nya,

صِلَةِ الْأَرْحَام، وَالْإِحْسَان إِلَيْهِمْ وَإِلَى الْفُقَرَاءِ وَالْمَحَاوِيجِ

“Menyambung silaturrahim, berbuat baik kepada karib kerabat, orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan”

Demikian juga Rasulullah saw, beliau memerintahkan umatnya untuk menyambung silaturahim, dalam sabda beliau:

ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه،

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. (HR. Bukhari).

Bahkan terdapat ancaman serius bagi orang yang memutus silaturahim, beliau bersabda:

لا يدخلُ الجنةَ قاطعُ رحمٍ

“Tidak masuk surga orang yang memutus silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).

Dan diantara keutamaan menyambung silaturahim adalah diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

Nabi saw bersabda:

من أحب أن يبسط له في رزقه، وينسأ له في أثره فليصل رحمه

“Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi” (HR. Bukhari – Muslim).

Bahkan silaturrahim merupakan salah satu amalan penyebab masuknya seseorang ke dalam surga. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أيها الناس، أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصلوا الأرحام، وصلُّوا بالليل والناس نيام, تدخلوا الجنة بسلام

“Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahim, shalatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah, At Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Silaturahim berasal dari dua kata, yaitu silah yang artinya tali atau hubungan dan rahim yang artinya kasih sayang.

Dari dua kata itu, silaturahim sering diartikan sebagai ‘menyambung tali kasih sayang atau tali persaudaraan.’

Istilah ini sudah sering dipakai untuk saling mengunjungi keluarga, relasi, tetangga, serta teman yang dekat maupun jauh.

Di Indonesia silaturrahim ini sudah lazim dilakukan terutama saat Idul Fitri tiba. Idul Fitri memang saat yang tepat untuk bersilaturahim, Silaturahim seharusnya tidak hanya dilaksanakan saat Idul Fitri, tetapi sedapat mungkin setiap ada kesempatan, Nabi Muhammad sendiri tidak pernah mencontohkannya secara khusus untuk saling mengunjungi saat Idul Fitri. Nabi saw hanya memberikan contoh dengan selalu berangkat dan pulang shalat Id melalui dua jalan yang berbeda agar bisa bertemu banyak orang yang bergantian dapat bersilaturahim.

Zaman dulu orang bersilaturahim biasanya dilakukan dengan bertemu secara langsung, maka seiring perkembangan zaman tidak harus demikian, terutama di musim wabah covid-19 seperti ini yang mengharuskan kita harus stay di rumah sebagai upaya pemutusan rantai penyebaran virus, Orang-orang lebih sering bersilaturahim secara online via berbagai aplikasi media sosial. Cara seperti ini sangat simpel dan murah. Tapi apakah hal semacam ini sudah cukup untuk disebut sebagai silaturrahim sehingga juga menghasilkan pahala yang sama?

Imam Zakariya al-Anshari menjelaskan tata cara silaturahim sebagai berikut:

ـ (وَصِلَةُ الرَّحِمِ) أَيْ الْقَرَابَةِ (مَأْمُورٌ بِهَا) وَهِيَ فِعْلُك مَعَ قَرِيبِك مَا تُعَدُّ بِهِ وَاصِلًا غَيْرَ مُنَافِرٍ وَمُقَاطِعٍ لَهُ (وَتَكُونُ) صِلَتُهُمَا (بِالْمَالِ وَقَضَاءِ الْحَوَائِجِ وَالزِّيَارَةِ وَالْمُكَاتَبَةِ، وَالْمُرَاسَلَةِ بِالسَّلَامِ) وَنَحْوِهَا

“Menyambung silaturrahim atau kekerabatan adalah diperintahkan, yakni tindakan Anda kepada kerabat Anda yang sekiranya dengan itu dianggap menyambung, tidak mengabaikan dan memutus. Caranya ada kalanya dengan memberi harta, menunaikan kebutuhannya, mengunjunginya, saling menyurati, saling berkirim salam dan lain sebagainya,”
(Zakaria al-Anshari, Asna al-Mathâlib, II, 486).

Dengan demikian, dapat dimaklumi bahwa silaturahim tak harus bertemu secara fisik, tetapi bisa juga dengan berkirim salam atau pesan. Dengan ini kita bisa fahami bahwa berkirim pesan melalui media sosial sudah cukup memenuhi syarat untuk disebut sebagai silaturahim.

Namun demikian, silaturrahim via online tidaklah sempurna sebab ada sesuatu yang tak bisa dilakukan ketika tidak berjumpa secara fisik, di antaranya adalah bersalaman. Nabi Muhamad ﷺ bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ، فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا

“Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu saling bersalaman, kecuali keduanya diampuni dosanya sebelum keduanya berpisah,” (HR. Abu Dawud).

Tentu saja ampunan Allah swt ini tidak akan didapat ketika kita mencukupkan diri bersilaturahim via Online. Selain itu, keakraban, kehangatan dan saling percaya akan lebih terjalin ketika bertatap muka secara langsung. Jadi, Usahakan untuk tetap bertemu secara fisik apabila keadaan memungkinkan.

Disusun oleh : Khalid, Lc

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!