Dermaga kayu pulau Simuk yang kini telah ambruk menjadi saksi finish penghujungnya kegiatan tebar Qur’an hingga pelosok negeri di kepulauan Nias.
Bukan hanya sekedar asa untuk berjumpa membangun bersilaturahmi dengan saudara seiman di pelosok perbatasan yang tak saling mengenal sebelumnya. Juga bukan sekedar menyeberangi gelapnya lautan untuk menemukan perkampungan di pulau terpencil ditengah pedalaman samudera yang sunyi terasing dari keramaian. Samudera yang tak bertepi dan belantara rimba yang tak pernah mengering digulung riuh ombak sepanjang musim. Inilah Simuk salah satu titik pulau terluar dan terjauh di kepulauan Nias Sumatera Utara.
Simuk menjadi kawasan terluar di Indonesia karena letak geografisnya berada di tengah lautan samudera Hindia. Dalam peta pun Simuk pun tidak tergores hanya setitik kecil ditengah lautan samudera Hindia. Perjalanan normal ke Simuk bisa ditempuh dari Dermaga Teluk Dalam dengan jarak tempuh 5-6 jam dengan kapal kayu atau bisa lewat dermaga pulau Tello Pulau-Pulau Batu dengan jarak tempuh 4-5 jam perjalanan. Perjalanan ke Simuk sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Apalagi bila bertepatan dengan badai angin selatan seperti sekarang ini perjalanan bisa tertunda terkatung-katung berhari-hari tak ada jadwal waktu yang pasti.
Setelah menunggu hampir sepekan akhirnya Tim Tanmia Foundation bertolak ke Simuk dari dermaga pelabuhan Tello Pulau-Pulau Batu menggunakan kapal muatan kopra milik warga Simuk. Menerjang cuaca badai bagi warga pribumi kepulauan memang sudah terbiasa namun kali ini angin selatan dan tenggara sudah berlangsung hingga enam bulan sehingga sangat berpengaruh bagi penduduk pesisir untuk bepergian.
Simuk dalam arti bahasa penduduk setempat adalah diperumpamakan seperti semut, karena hanya tampak sebagai pulau terpencil ditengah lautan. Hanya ada dua kapal kayu asal milik warga yang menjadi alat transportasi dari dan ke Simuk dari Tello Pulau-Pulau Batu. Jaringan komunikasi pun hanya sebatas untuk telepon saja dan seringnya terkendala karena padamnya aliran listrik yang sampai saat ini belum juga stabil.
Akses jaringan internet pun tidak bisa diakses di pulau ini. Listrik pun hanya menyala di waktu malam saja dengan genset pribadi maupun panel surya di sebagian rumah saja. PLTS yang sudah dibangun hanya berjalan beberapa tahun saja dan hingga tiga tahun terakhir ini rusak tak bisa digunakan warga.
Kendati sejak tahun 2012 simuk resmi mekar menjadi kecamatan sendiri namun tidak kunjung menjadi daerah yang pesat perkembangannya. Simuk memiliki luas sebesar 28 kilometer persegi yang terdiri dari enam desa yakni Gondia, Maufa, Gobo Induk, Gobo Baru, Silina dan Silina Baru.
“Jumlah penduduk dan kepadatanya pun terbilang masih minim, diperkirakan penduduk se-kecamatan hanya 1400-an jiwa. Dengan warga Muslim hanya berada di desa Gobo Baru Lorong Pasar Biduk dengan jumlah sekitar 40 KK saja dengan jumlah sekitar 120-an Jiwa”, jelas Ismail sekretaris desa Gobo Baru yang juga pengurus kenadziran Masjid At-Taqwa satu-satunya masjid di Simuk.
Maksud dan tujuan kegiatan tebar Al Quran hingga pelosok negeri oleh Tanmia Foundation di antaranya adalah wujud kepedulian menjalin ukhuwah dan penguatan dakwah khususnya di wilayah-wilayah muslim minoritas dan pedalaman terasing dengan berbagai tingkat kendala dan tantangan.
Perjumpaan dengan segenap pengurus masjid dan segenap warga jama`ah Masjid serasa menghilangkan rasa penatnya perjalanan setelah terombang-ambing gelombang sepanjang perjalanan dan rasa penasaran itu pun sekejap terobati. Dalam hal ini Tanmia Foundation memang mendistribusikan 100 Al-Qur`an berikut Iqra’ yang bisa dibagikan ke anak-anak TPQ dan juga setiap rumah warga muslim di Pulau Simuk.
Jauh dari seberang mengarungi lautan menjenguk saudara yang masih bertaut seiman di pulau terpencil perbatasan memang sebuah momen kebahagiaan yang tak ternilai sehingga semakin menumbuhkan rasa ukhuwah itu saling menguatkan.
Muslim di Simuk adalah warga minoritas dibanding ummat Katolik dan Protestan yang mendominasi wilayah pulau Simuk.
Tepat 17 November 2019, genap sebulan pendistribusian mushaf Alquran untuk kepulauan Nias. Sebanyak 1000 Al-Qur’an telah didistribusikan untuk beberapa wilayah kepulauan Nias terutama di kepulauan Pulau-Pulau Batu.
Daerah distribusi kepulauan Nias Pulau-Pulau Batu ada 40 titik meliputi Masjid, Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Raudhatul Athfal, TPQ, Majelis Ta’lim yang tersebar di berbagai wilayah Pulau Tello, Pulau Marit, Pulau Tanah Masa, Pulau Bais, Pulau Pini, Pulau Hibala dan Pulau Simuk sebagai daerah tujuan terjauh.
Kepulauan Nias mengagumkan dengan gugusan ratusan pulaunya, sayangnya di daerah-daerah itu masih terpencil dan kondisi wilayah pedalaman itu masih banyak yang terpinggirkan.
Ketua Bimas Islam Kemenag Nias Selatan Ustadz Ferry mengatakan, secara umum ummat Islam di Simuk membutuhkan perhatian lebih selain memang daerah terpencil juga belum adanya da`i yang menetap di sana, kalau pun ada hanya sebentar beberapa saat saja, padahal sangat bermanfaat ketika kehadiran da`i yang bisa menetap di sana jika dipandang dari sisi dakwah untuk bisa membimbing kaum muslimin disana yang haus akan nilai-nilai ilmu islam selama ini.
Perjalanan dakwah Islam di Simuk pernah mengalami masa perkembangan sejak 2007 dengan pengiriman da’i yang khusus bertugas di pedalaman. Namun hanya berselang beberapa tahun kemudian, sejak 2011 terjadi masa surut perkembangan dakwah di Simuk dengan berpindahnya da’i yang semula menetap disana.
Walaupun demikian, lentera dakwah masih mengalir pahala jariyahnya, generasi penerus tumbuh meski hanya segelintir saja bak buah yang mulai ranum terus berkembang inilah bibit yang disemai masa itu dan terus bertumbuh seiring berjalannya masa yang terus meninggalkan bekas kebaikan.
Goresan dakwah telah banyak merubah tampilan potret kehidupan keislaman yang sebelumnya jauh dari nilai-nilai islam sama sekali. Keberkahan dakwah tidak serta merta instan dipanen hasilnya sekejap tapi membutuhkan proses waktu yang panjang bahkan sepanjang usia pun tak bisa menjamin menemui hasilnya, karena keberlangsungan dakwah menuntut keberanian dan kedermawanan.
Pelosok yang jauh tak menjadi ukuran jaminan untuk mustahil ditempuh, alasan tingkat status sosial pun tidak menjadi ukuran nilai kebaikan, mewahnya kota pun bukan jaminan dakwah menyentuh hati baiknya, hanya kuasa kehendak Allah dan kesungguhanlah yang mampu melewati sejengkal demi sejengkal tanah dimana bumi ini dipijak, maka di atasnya ada tanggung jawab dakwah dan islam harus diperjuangkan dipastinya. Jangan pernah menyerah dan tetaplah bersama kafilah dakwah.
Barakallahufiekum.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias