Ribuan manusia berhamburan ketika tsunami Palu menyapu pantai Talise yang tengah ramai perayaan festival Pesona Palu Nomoni 3. Acara yang dihadiri banyak warga Palu itu berganti jadi kedukaan mendalam setelah gempa Donggala berkekuatan M 7,7 skala richter yang disusul tsunami Palu.
Gegap gempita bising perayaan festival Palu Nomoni 3 memang sudah menyedot perhatian para warga lokal dan internasional yang jauh-jauh hari sudah diagendakan pemkot Palu. Perhelatan baru saja akan dimulai dijadwalkan pada 28 Sept – 3 Oktober 2018 tapi naasnya mendadak menjadi gemuruh tangisan duka dan lautan mayat yang berserakan di pesisir Talise.
Keindahan pesisir teluk Palu dari Silae-Talise-Tondo- Mamboro- hingga Wani Donggala sekejap lenyap setelah disapu tsunami. Gelombang tsunami diperkirakan hingga puluhan meter menurut hasil tim tsunami BMKG pada ( 16/10).
Sekalipun pusat gempa yang berada di Sirenja Donggala tapi justru membangkitkan gelombang tsunami yang menghantam pesisir kota Palu tanpa ampun. Palu lumpuh seketika, listrik padam dan menjadi kota mati sepekan itu. Tragisnya penjarahan sudah merebak dimana-mana disaat evakuasi mayat-mayat masih berlangsung hal yang sulit untuk dicegah dan berisiko.
Ekonomi pun sempat lumpuh tak sedikit kawasan pergudangan dan pusat perekonomian luluh lantak dan dijarah. Palu menjadi kenangan pilu bagi siapapun yang berada di tanah kaili kala itu.
Sepekan setelah kejadian Relawan tanmia Foundation bersama-sama relawan lainya sempat mencoba menyisir pesisir Talise hingga Wani Donggala walhasil, kuasa Allah benar-benar ditampakan pada hambaNya.
Masjid Apung Arkham Babu Rahman pantai Talise masih berdiri kokoh, namun disaat yang sama jembatan Ponulele icon kota Palu runtuh seketika hanya sisa-sisa kenangan di atas megahnya sepanjang 250 meter dan tinggi lengkung 20 meter. Kini sepanjang Talise menjadi pesisir kenangan cerita dan sejuta doa dan duka. Pesisir Pantai menjadi kembali ke sediakala asli sebelum pembangunan reklamasi pantai.
Anjungan nusantara yang biasanya ramai untuk nongkrong-nongkrong kini hancur berantakan dengan sisa-sisa material yang masih berserakan. Pusat-pusat kuliner pesisir menjadi pemandangan onggokan sampah yang kini belum terurus. Terlalu banyak kisah yang harus kami ingat baik-baik untuk kelak kami ceritakan kembali ke anak cucu. Tentang persahabatan, optimisme, harapan dan nilai-nilai kemanusiaan yang selalu tumbuh karena rasa iman dan islam dihati.
Ini bukan kalimat perpisahan dari kami. Tapi inilah awal kebangkitan kami sebagai seorang muslim dan panggilan hati seorang relawan kemanusiaan untuk datang kembali lagi membersamai saudara-saudari seiman kami. Menyusun kembali rencana dan program untuk membangun kembali asa dan harapan yang sempat runtuh dan lumpuh akibat teguran ujian musibah.
Maafkan kami…meski hanya sedikit yang bisa kami lakukan, tapi yang sedikit ini, titipan amanah dari segenap dermawan yang sungguh luar biasa dan tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Satu hati dan satu kata serta satu tindakan. Bantu mereka dengan Jiwa dan harta kedermawanan kita.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu