Kalianda – Panti asuhan dan pesantren yatim piatu Nurul Islam Way Muli juga menjadi saksi sisa-sisa keganasan tsunami Selat Sunda, Sabtu (22/12) malam itu. Masih terlihat berserak puing-puing di lingkungan pesantren yang berada di bibir pantai desa Sukaraja Kecamatan Rajabasa. Banyak lokal bangunan pesantren luluh lantak namun bersyukur alhamdulillaah tidak ada korban jiwa saat kejadian karena para santri pesantren sedang masa libur dan hanya ada beberapa pengasuh pesantren saja.
Pagar sepanjang belakang pesantren tumbang dan sebanyak 2 lokal asrama santri ukuran 22 m x 7 m dan dapur umum serta asrama ustadz hancur rusak berat. Hanya tertinggal sisa-sisa puing-puing bangunan dan beberapa benda berharga pun hanyut tak bisa diselamatkan. Kini Kondisi pesantren masih dalam tahap pembersihan dari puing-puing yang berserakan berikut juga sekitar rumah-rumah yang rusak, bangunan madrasah, masjid, dermaga dan fasilitas umum lainya yang menjadi milik tetangga pesantren juga tak luput hancur diterjang tsunami.
Pesantren Yatim Nurul Islam berdiri sejak 1993 dan terus berkembang dengan dukungan swadaya dari para donatur warga setempat sekalipun terkadang pasang surut. Panti asuhan sekaligus pesantren yatim ini termasuk pesantren tua ternama di Lampung Selatan sekalipun pihak pesantren mengakui belum adanya tata kelola sebagaimana layaknya sekolah pesantren modern ala perkotaan yang di-manage sedemikian rupa.
Itu tak lain adalah hasil jerih payah ikhtiar maksimal dan pasrah tawakkkal atas kegigihan dan keikhlasan pengasuh yang dapat mempertahankan santri dan laju pesantren sampai saat ini, terlebih kini dilanda bencana hebat sehingga situasi pesantren semakin sulit. “Ada sekitar 80 santri yang berasal dari sekitar Provinsi Lampung dan Bengkulu yang bertahan untuk menuntut ilmu ditahun ini”, tutur Ustadz Saifudin selaku pengasuh pesantren.
Malam tadi ( 20/01/2019) Tanmia Foundation menyerahkan bantuan langsung ke pesantren dengan sarat muatan logistik setelah sehari sebelumnya distribusi di pulau . Bantuan berupa 40 paket logistik sembako, 50 paket hijab pakaian santriwati,100 paket mushaf qur’an, beberapa perlengkapan asrama santri dan perlengkapan masjid pesantren lainya yang hancur di gulung gelombang tsunami.
Duka dan trauma juga masih dirasakan para santri usai masuk kembali ke pesantren yang belum lama ini beraktifitas normal kembali. Karena asrama yang rusak parah dan nyaris tak bisa dihuni lagi akhirnya sekarang santri masih menggunakan tenda darurat untuk tinggal mereka sementara waktu sampai dibangun kembali namun belum pasti waktu kapanya.
Namun, kondisi kehidupan masyarakat sejumlah desa di pesisir selatan Kabupaten Lampung Selatan itu mulai berangsur pulih, walaupun belum lagi normal seperti semula.
Saat berkeliling ke sejumlah desa terdampak tsunami di pesisir Lampung Selatan itu di Sukaraja, Way Muli dan Kunjir pada Sabtu sejak pagi hingga malam ( 20/1) terlihat warga umumnya telah normal perlahan dengan aktivitas keseharian mereka masing-masing .
Pinggiran pantai di sepanjang pesantren juga sangat indah dengan hamparan pasir dan batu karang, pepohonan kelapa yang bisa kita nikmati. Matahari yang terbit dan tenggelam juga menjadi pemandangan yang menawan bagi santri. Suasana malam pun kini berubah menjadi pemandangan lain yang menyisakan kesedihan ketika mengingatnya lagi. Memang kehidupan pesantren perlu dibela dan diperjuangkan terlebih setelah ditimpa musibah saat ini.
Niat untuk mengunjungi pesantren akhirmya terpenuhi biar pun malam sudah gelap karena niat kebaikan janganlah diurungkan. Semoga Allah ringankan. Aamiin
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lampung