Muslim Toraja Masih Bertahan, Sebagaimana Rumah Khas Tongkonan Yang Diwariskan Turun-Temurun

619 Views

Hampir setiap sudut di wilayah Tana Toraja akan didapatkan bentuk Rumah Tongkonan yang merupakan salah satu jenis bangunan adat yang khas turun-temurun asli etnik Toraja. Usia dan ukuran Tongkonan pun beragam bahkan bisa dijumpai sederet tongkonan yang besar dan sudah berumur ratusan tahun. Ini menandakan bahwa warisan budaya leluhur etnik Tana Toraja sangat lekat dan terus dilestarikan hingga sanak keturunanya hingga saat ini. Sekalipun modernisasi zaman sudah berjalan masuk berpengaruh besar pada pergeseran nilai-nilai lokal setempat.

 

Fungsi utama tongkonan berbagai macam, diantaranya sebagai lumbung penyimpanan bahan pangan dan hasil ladang pertanian dan perkebunan. Juga bisa menjadi salah satunya untuk penyimpanan jasad pemakaman bila tidak ditaruh di tebing-tebing bukit. Disamping saat ini sudah berkurangnya pemakaman di lubang-lubang tebing bukit bebatuan.

Pembuatan tongkonan pun biasanya ada orang khusus yang memiliki keahlian untuk membuatnya. Proses pembuatanya pun bisa memakan waktu bulanan bahkan tahunan tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan seni yang akan dibuat. Dari model atap khas seperti perahu, bambu yang disusun dan ukiran-ukiran ornamen khas Toraja.

Tongkonan juga menjadi simbol tingkat strata sosial yang menjadi ukuran bergengsi bagi etnik Toraja pada dewasa hari ini. Tanduk kerbau salah satunya merupakan elemen dekorasi yang cukup penting pada sebuah Tongkonan di Tana Toraja. Umumnya, tanduk ini diletakkan di bagian depan rumah dan disusun bertumpukkan.

“Fakta unik di Tongkonan Kete’ Kesu perkampungan khas rumah Tongkonan didapatkan rumah yang hiasan tanduk tersebut merupakan salah satu simbol dari strata sosial penduduk asli Toraja. Semakin tinggi strata sosialnya, maka tanduk tersebut akan semakin banyak hiasannya yang dipajang depan rumah tersebut”, ujar Salahudin guide pemandu di lokasi.

Adapun makna rumah Tongkonan di perkampungan muslim kini hanya sebatas tempat penyimpan lumbung pangan dan hasil panen serta menjadi bangunan pengingat warisan keluarga. Bukan menjadi lagi bagian ritual Alok Tadolo atau ritual adat semacamnya. Sekalipun tak tak ayal dipungkiri jika rumah Toraja ini pasti dimiliki secara turun temurun pada anggota keluarga maupun siapapun suku Tana Toraja baik muslim maupun bukan.

“Jumlah muslim yang masih berbilang belasan persen saja bertahan di Tana Toraja akan senantiasa menjadi contoh barometer bagi ummat di wilayah lainya”, jelas Ustadz Palimbong da’i senior asal Mangkendek Tana Toraja.

Kegiatan dakwah Ustadz Palimbong terbilang penuh perjuangan dibalik usianya yang 65 tahun masih menapaki terjalnya bukit untuk mengajar warga perkampungan yang satu sama lain berjauhan. Di Dusun Baladatu Lembang Sanggalangi Kecamatan Rantebua Tana Toraja Utara perbatasan Palopo menjadi bagian khidmat pengabdiannya bersama 20 KK muslim yang mendiami wilayah dusun tersebut.

Lanjut penjelasan Ustadz Palimbong, ini akan terus berkembang pengaruhnya bilamana tingkat kesadaran akan pendidikan islam dan kemajuan dakwah islam terus berjalan. Berharap semoga dengan adanya peningkatan kualitas pemahaman kaum muslimin dengan pembinaan keislaman secara berkelanjutan di setiap jengkal tanah wilayah Tana Toraja akan terus saling menguatkan. Karena memang mereka terkadang bermukim berpindah-pindah dan saling berjauhan terpaut satu sama lain oleh perbukitan pedalaman yang jauh dijangkaunya.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

 

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!