Agar Masuk Surga Dengan Selamat

Nabi Shallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada manusia kebaikan dan keutamaan – keutamaan agar manusia hidup dalam cinta dan kasih sayang, sebagaimana beliau juga menghiasi perilaku manusia dengan akhlaq mulia.

Pejalanan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam hijrah dari Makkah menuju Madinah dalam rangka melanjutkan perjuangan dakwah islam sangat panjang dan berliku, namun perjuangan beliau hingga sampai kota Madinah tidaklah mudah, karena perjalanan dengan mencari jalur alternative yang tidak biasa dilalui orang agar tidak mudah dilacak musuh, perjuangan panjang hingga sampai Madinah kala itu tidaklah sia – sia, kedatangan beliau sudah terendus oleh sebagian besar masyarakat Madinah, kedatangan beliau tersebut disambut oleh banyak orang termasuk orang- orang yang kala itu belum beriman, mereka antusias dan penasaran dengan kedatangan Nabi terakhir yang sudah lama mereka dengar ada di Makkah dan hari ini hadir di Madinah.

Harap – harap cemas menanti kedatangan Nabi terakhir itu dan kekhawatiran mereka dengan keselamatan beliau memenuhi relung – relung hati, bahkan ada di antara mereka yang memantau dari kejahuan dengan cara memanjat pohon kurma adakah sesosok yang mereka tunggu datang menghampiri mereka, tidak lama kemudian team pemantau yang telah standby di atas pohon – pohon kurma melambaikan tangan dan memberi isyarat suara kepada masyarakat yang telah lama menunggu bahwa orang yang mereka tunggu telah datang.

Seluruh masyarakat yang datang berdiri menyambut kedangan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam syair – syair pujian dan sambutan menghiasi hari indah itu, seluruh masyarakat madinah kala itu penasaran terhadap pribadi Muhammad Shallahu alaihi wasallam, tidak hairan bila yang datang menyambut beliau berasal dari berbagai lapisa masyarakat bahkan agama yang berbeda, kala itu Abdullah bin Salam yang belum masuk islam pun ikutan penasaran, meskipun agamanya kala itu masih yahudi, kesan pertama yang begitu memukau saat – saat pertemuan pertama beliau dengan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam, secara reflek ia langsung berkata: wajah Muhammad bukanlah wajah penipu, karena memang sudah menjadi maklumat bersama bahwasanya apa yang ada dalam hati akan terlukis pada paras wajah manusia itu sendiri, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu memiliki ungkapan istimewa soal ini, beliau berkata:

قال ابن عباس : أَنَّ لِلْحَسَنَةِ ضِيَاءٌ فِيْ الْوَجْهِ ، وَنُوْرًا فِي الْقَلْبِ ، وَسَعَةٌ فيِ الرِّزْقِ ، وَقُوَّةٌ فِيْ الْبَدَنِ ، وَمَحَبَّةٌ فِي قُلُوْبِ الْخَلْقِ

Sesungguhnya kebaikan akan membuat wajah berseri, hati bercahaya, meluaskan rizki, menguatkan badan dan mendatangkan cinta manusia.

Namun yang tidak kalah memukaunya adalah pesan pertama yang beliau sampaikan pada pertemuan bersejarah itu kepada masyarakat Madinah, sebagaimana yang direkam oleh Abdullah bin Salam,

وَعن عبدِاللَّهِ بنِ سَلاَمٍ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وصلوا الأرحام، وَصَلُّوا باللَّيْل وَالنَّاسُ نِيامٌ، تَدخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلامٍ.
رواه أحمد والترمذي والحاكم ووافقه الذهبي.

Dari Abdullah bin Salam ia berkata: bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: wahai manusia tebarkanlah salam, berilah makan kepada orang miskin, jalinlah tali silaturahim, shalat malam lah saat orang – orang tertidur lelap, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat (HR Ahmad, Tirmidzi, Al Hakim, imam tirmidzi berkata, hadits ini hasan shahih dan disetujui oleh Adz Dzahabi).

Hadits yang agung ini membawa pesan – pesan yang sangat baik dan mulia, rasa penasaran dan barangkali ada rasa takut pula yang dirasakan oleh sebahagian pemeluk agama selain islam tentang kehadiran Nabi Muhammad di Madinah, akankah nasib mereka akan sengsara dan masa depan mereka suram, namun seluruh rasa itu menjadi sirna saat mereka mendengar pidato pertama Rasulullah kepada penduduk madinah kala itu, pesan yang disampaikan tidak ada unsur kekerasan, sara, dendam, apalagi makar, namun pesan – pesan itu sangatlah sejuk menentramkan hati dan bahkan menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik hati manusia yang belum beriman atau masih ragu untuk beriman, kecermatan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam memilih nasehat pertama ini sekaligus mengkonfirmasi kehebatan beliau pula dalam berdiplomasi, buahnya adalah tidak ada penolakan terhadap kehadiran beliau di Madinah apalagi pengusiran.

Secara singkat wasiat Rasulullah itu ada 4 hal:
1. Ucapkan salam
2. Memberi makan untuk fakir miskin
3. Silaturahim
4. Shalat malam

Salam yang berarti selamat atau damai adalah poin pertama yang disampaikan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wasallam yang bermakna beliau membawa misi perdamaian dan keselamatan bagi manusia, ini tentu sangat manarik karena selama ini orang – orang arab sibuk berperang dan saling dendam satu sama lain akibat perang, pembunuhan dan balas dendam, tentu orang arab sudah jenuh dengan masalah – masalah dendam dan pertengkaran itu, sedangkan Nabi Shallahu alaihi wasallam datang dengan membawa misi baru yang memang semua orang sedang mencari perdamaian dan keselamatan tersebut, bagaimana tidak berapa banyak orang yang menjadi yatim, menjanda, kehilangan anak, saudara bahkan orang tua akibat perperangan yang tidak kunjung selesai itu.

Point ke dua, Memberi makan kepada fakir miskin adalah misi mulia manusia, ini secara gamblang menunjukkan bahwa Muhammad Shallahu alaihi wasallam orang yang punya kepedulian kepada sesama, tidak memikirkan dirinya sendiri atau kelompoknya, misi sosial seperti akan sangat mudah diterima manusia meskipun dengan latar belakang agama yang berbeda sekalipun, ini adalah kebutuhan bersama dan hajat utama anak manusia, bahkan di dalam Al Quran sendiri mengajak manusia untuk memberi makan kepada orang lain dan dianggap itu sebagai ibadah yang mulia, bahkan ia merupakan amalan atau perbuatan yang paling dicintai okeh Allah taala.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا

Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya.

Di awal – awal surat Al Insan Allah menceritakan tentang orang – orang yang berbuat kebaikan yang sedang duduk santai di dalam surga, mereka sedang asik menikmati minuman – minuman yang lezat lagi harum baunya, di antara amalan mereka di dunia sehingga bisa mengantarkannya ke dalam surga adalah memberi makan kepada orang lain.

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8)

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (QS Al Insan :8).

Point yang ke tiga:
Jalinlah silaturahim, silaturahim satu hal yang sangat penting bagi manusia, menagkrabkan hubungan kekerabatan sesama saudara se-darah, tetangga maupun sesama muslim lainnya, hubungan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih baik, hubungan akan lebih hangat.

Silaturahim bukan hanya sekadar mempererat hubungan dalam keluarga dan masyarakat namun ia juga dapat menambah rizki dan menambah usia,

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan).

Point ke empat
Shalat malam saat orang sedang tertidur lelap, malam hari adalah waktu manusia bermunajat kepada Allah, berkhalwat dengan Allah taala, menyampaikan semua hajat dan kebutuhannya.

Shalat malam sebagai tanda keimanan kepada Allah.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ. تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 15,16)

Shalat malam juga sudah menjadi tradisi orang – orang shaleh terdahulu.

Di dalam hadits Abu Umamah disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ.

“Hendaknya kalian semua melaksanakan shalat malam. Karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah, penghapus kesalahan, dan pencegah dari dosa.” (HR. At-Tirmizi No. 3549; HR. Al-Hakim, 1/308; HR. Al-Baihaqi, 2/502; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmizi, 3/178).

Pesan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam di awal perjumpaan dengan masyarakat Madinah tersebut benar – benar memberikan pesan dan pelajaran yang hebat, agar manusia selamat di akhirat dan masuk surga dengan selamat maka harus ada 4 hal yang harus dikerjakan manusia; menebar Salam, memberi makan orang miskin, silaturahim dan shalat malam, yang pada intinya manusia yang baik yang berhak masuk surga dengan selamat adalah manusia yang ramah dengan saling sapa, akrab dengan silaturahim , peduli kepada orang lain dan taat kepada tuhannya, semoga Allah menjadikan kita orang – orang yang selamat, yang masuk surga dengan selamat, aamiin ya rabbal alamin.

Cara Seorang Muslim Memanfaatkan Waktunya

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

“Waktu yang dimiliki manusia itu adalah umurnya yang sebenarnya, dan dia adalah modal kehidupan yang paling berharga saat sehat dan muqim (aman). Juga modal manusia disaat yang sulit pada kesengsaraan dan kepedihan, dia bergerak sebagaimana gerakan awan, maka barang siapa yang waktunya untuk allah dan karena allah ta’ala maka itulah hidup dan umurnya yang sebenarnya, adapun selainnya maka itu tidak termasuk kehidupannya.”

Sesungguhnya waktu dalam agama islam memiliki tempat yang sangat Agung, tidak terhitung dan tidak terukur. Bahkan emas, perak, uang, dan segalanya tidak bisa membeli waktu untuk kembali walaupun sekejap saja.

Menggunakan waktu pada hal yang bermanfaat adalah sebuah keharusan, karena menggunakan kepada selainnya sudah pasti kerugian.

Seseorang harus bisa memilah dan memilih dari kegiatannya hal yang paling urgent kemudian yang semisalnya. Dan tidak membuang buangnya pada hal yang tidak bermanfaat baik bagi dunianya ataupun akhiratnya.

Bahkan jangan sampai membuang waktu yang sangat berharga tadi kepada hal-hal yang tidak ada dzikirnya kepada allah subhanahu wata’ala apatah lagi bergelimang dalam kemaksiatan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَفَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” [Q.S. Al-Munafiqun : 9]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan bahwasannyaorang yang merugi adalah mereka yang lupa dengan dzikrullah dan orang yang beruntung adalah mereka yang selalu ingat kepada allah.

Hal merupakan akibat dari terlalu tenggelamnya seorang hamba kepada dunia dan segala kelezatannya sehingga melupakan akhirat bahkan lalai terhadap kewajibannya sebagai seorang hamba.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْابِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi waktu ashar, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” [Q.S. Al-Ashr 1-3]

Surat ini merupakan manhaj, metode, cara yang sempurna bagi seorang muslim dalam mengatur waktunya dan hari-harinya. Dalam surat ini terdapat pelajaran yang sangat penting didalamnya, dan didalamnya allah mengecualikan kelompok yang sedikit yaitu yabg keluar dari lingkarangkerugian, mereka adalah rang yang beriman, mengerjakan kebaikan dan saling menasehati dalam kebenaran dan dalam kesabaran.

Dan juga dalam al-qur’an allah subhanahu wata’alamenjelaskan bagaimana seseorang ketika selesai dari suatu pekerjaan:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ. وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَب

“Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” [Q.S. Al Insyirah : 7-8]

Dalam ayat ini Al-Imam At-Thabari rahimahullahmengatakan :

“Para Ahli Ta’wil (Ahli Tafsir) berbeda pendapat dalam tafsir ayat ini, dan yang benar adalah pendapat pertama yaitu, perkataan yang mengatakan : sesungguhnya allah subhanahu wata’ala menjelaskan perintah (untuk) rasulullah shallallahualaihi wasallam agar menjadikan waktu luangnya kepada apa-apa yang menyibukkan kepada hal-hal yang bermanfaat untuk dunianya dan akhiratnya, atau yang mendatangkan kepada kesibukan kepada keduanya, dan kesibukan yang bisa mendekatkan kepada-Nya, dan meminta kepada-Nya hajat-hajatnya, dan tidak ada pengkhususan dari satu kondisi ke kondisi yang lainnya, baik itu semua waktu luangnya baik dari sholat, jihad, atau perkara dunia dia menyibukkan diri, karena keumuman syarat pada ayat itu, tidak ada pengkhususan pada kondisi ke kondisi yang lain”.

Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” [Al-A’la : 17]

Para pembaca yang dirahmati allah tentunya pembahasan tentang pentingnya waktu sangatlah panjang apalagi jika ditambahkan dengan contoh dan yang lainya, atau bahkan bisa bisa menjadi sebuah buku, tidak bisa diringkas menjadi artikel yang pendek kecuali banyak memotong ilmu yang ada.

Akan tetapi kami akan meringkasnya menjadi beberapa poin yang paling penting tentang pengaturan waktu ini :

1. Jangan tunda pekerjaan saat ini hingga hari esok.
2. Ingatlah bahwa waktu yang anda miliki sekarang tidak akan pernah kembali selamanya.
3. Jangan pernah menyia-nyiakan waktu anda kecuali untuk yang bermanfaat bagi dunia anda dan akhirat anda.
4. Lihatlah bagaimana para ulama dan para salafus shalihmemanfaatkan waktu mereka.
5. Waktu anda adalah saat ini bukan kemarin yang telah berlalu atau besok yang belum terjadi.
6. Waktu adalah diantara hal yang tidak bisa dibeli dengan harta semahal apapun.
7. Penyesalan pasti terjadi dibelakang.
8. Buatlah jadwal kegiatan anda dan petakan dari yang paling penting kemudian yang setelahnya.
9. Muhasabah diri apa yang sudah kita lakukan hari ini.
10. Lihatlah tabel jadwal harian anda sudah beberapa persen terealisasi.

Katakan kepada diri anda kita pasti bisa dan kerjakan hal itu sekarang “DO IT NOW”.

Ditulis oleh
Faqih, Mahasiswa Indonesia di Al Azhar University, Cairo, Mesir

Urgensi Waktu Dalam Hidup Manusia

Ada ungkapan dalam bahasa arab

؟ أليس اليوم هو الغد للأمس

“artinya “ bukankah hari ini adalah besok untuk hari kemarin?”.

Kita sering melihat seseorang atau bahkan diri kita sendiri menunda-nunda pekerjaan yang ingin dikerjakan dengan alasan “ nanti ajalah” atau “ besok kan masih bisa”, taukah anda pemikiran seperti ini akan membuat kita terbuai dengan waktu yang ada yang membuat diri kita bertambah malas, dan juga berpotensi menjadi kebiasaan atau habits, orang yang seperti ini biasanya akan selalu dikejar-kejar yang namanya deadline, mengapa harus menuggu besok? Bukankah hari ini juga telah menjadi hari besok? Dan hari besok juga akan menjadi hari ini, jadi mengapa tidak lakukan hari ini saja?.

Rasulullah sholallahu alaihi wasalam bersabda:

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Artinya “ ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu olehnya : kesehatan dan waktu luang”.

Sering kita dengar fenomenal anak-anak zaman sekarang dari tingkat SD bahkan sampai anak kuliahan yang kecanduan game, ada yang tidak tidur berhari-hari demi menaikkan tingkatan level gamenya, bahkan ada yang lebih parahnya ada yang sampai meninggal dunia karena saraf otaknya berhenti berkerja akibat tidak tidur berhari-hari di warnet. Betapa sia-sianya waktu yang dipakainya.

Begitulah waktu terasa sangat cepat berlalu dan waktulah menentukan jalan hidup ini, apa yang anda lakukan di waktu sekarang itulah yang menentukan anda diwaktu yang akan datang, jika anda menghargai waktu maka waktu juga akan menghargai anda.

Pernahkah anda mendengar pepatah inggris mengatakan “ Time is money” waktu adalah uang, sebagai seorang muslim jelas kita tidak boleh memfokuskan diri hanya pada uang saja,tetapi terlepas dari itu, perlu anda ketahui bahwa barang siapa yang menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya berarti ia sedang menyia-nyiakan uang. Sebab, membuang waktu sama seperti membuang kesempatan anda untuk mendapatkan uang, jika hari ini adalah waktu anda untuk berkerja dan dari pekerjaan ini anda biasanya anda menghasilkan uang sebesar Rp.2.000.000 sementara anda justru bersantai-santai membuang waktu dengan percuma, maka sama saja anda sedang sembuang uang dua juta tersebut. Karena itulah pola pikir anda dalam menghargai waktu akan berakibat pada kondisi finansial anda.

Imam Hasan Al Bashri mengatakan :

يَا ابْنَ آدَمَ, إِنَّمَا أَنْتَ أَيَّامٌ, إِذَا ذَهَبَ يَوْمٌ ذَهَبَ بَعْضُكَ

Artinya” wahai manusia sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari hilang, maka hilang pula sebagian dirimu.”

Begitulah kehidupan, setiap bertambahnya umur seseorang berarti berkurang waktu kehidupannya di dunia ini, oleh sebab itu para ulama terdahulu tidak pernah menyia-nyiakan waktunya mereka sedikitpun, Imam nawawi rahimahullah yang namanya sangat fenomenal, buku-buku yang ditulisnya sampai berjilid-jilid padahal beliau wafat di usia muda. Beliau memakai waktu hidupnya dengan sebaik mungkin untuk menuntut ilmu sampai lupa mencari pasangan hidup.

Atau imam Syafi`i yang tidurnya jarang nyenyak karena setiap beliau memejamkan mata sejenak ada fawaid-fawaid yang muncul di benaknya dan ia langsung menulisnya dan itu terus berlanjut hingga subuh.

Imam Al Ghozali pernah berkata di dalam kitabnya Bidayatul Hidayah:

Artinya” waktu-waktumu adalah umurmu, dan umurmu adalah harta yang paling berharga, dengannya engkau bisa menggapai kenikmatan abadi di sisi Allah ta`ala, setiap nafas dari setiap hembusan nafasmu adalah permata yang sangat berharga yang tidak tergantikan apabila telah hilang maka ia tidak akan kembali.

Maka jangan menjadi seperti orang bodoh yang senang dengan bertambah umur dan hartanya setiap hari padahal umurnya semakin berkurang.

Maka mulai sekarang bangunkan kesadaran dalam diri anda bahwa menghargai waktu itu sangatlah penting. Kesandaran ini penting karena ia akan menyelamatkan anda dalam setiap langkah yang akan anda lakukan selanjutnya.ketika anda mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, pada akhirnya anda akan mampu mengendalikan waktu dengan sebaik-baiknya.

Oleh : Al fath, Mahasiwa Indonesia di Al Azhar University, Cairo, Mesir.

Sumber :
• Kitab Qimatuz Zaman `indal Ulama
• kata-kata motivasi

Hargailah Perjuangan Kedua Orang Tua

Kita semua adalah pemimpin, sebagaimana seorang Bapak adalah pemimpin dalam rumah tangga terutama memimpin Istri dan Anak-anaknya, siapa yang tidak bisa memimpin keluarganya maka bersiaplah kepemimpinanmu akan di pertanggung jawabkan Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana Allah berfirman;

يَأَيَّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا قُوْ أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَاراً وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
‘’Wahai orang-orang yang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah Manusia dan Batu’’,.(QS. At-Tahrim:6).

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhuma dan Para Ulama Salaf rahimahullah berkata, ‘’jika engkau mendengar Allah berfirman  dalam al-Qur’an ‘Hai orang-orang yang beriman’, maka perhatikanlah ayat itu dengan telingamu, karna itu merupakan kebaikan yang ia perintahkan kepadamu, atau keburukan yang Dia melarangmu darinya’’. (Tafsir Ibnu Katsir).

Terus gimana caranya supaya kita menjaga diri kita dan keluarga dari api neraka?
Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari berkata: maksud Allah menjaga diri kita dan keluarga dari api neraka yaitu untuk selalu mengajari keluargamu dengan melakukan ketaatan kepada Allah yang dengannya akan menjaga diri mereka dari api neraka.

Di sinilah perjuangan seorang bapak untuk selalu mendidik Anak-anaknya, hormatilah perjuangan Ayahmu karna dia telah membesarkanmu dan mengajarimu kepada kebaikan, tidak ada di dunia ini seorang Ayah akan menuntun Anak-anaknya kepada keburukan, di dalam hati kecil Mereka ingin sekali menjadikan Putra Putrinya menjadi Shalih dan Shalihah, dan janaganlah kita memarahi dan benci kepada kedua orangtua kita disebabkan karna mereka di lahirkan dalam keadaan faqir terhadap ilmu dan harta, yang mana dengan keadaan seperti itu Mereka tidak bisa mendidikmu menjadi pribadi yang pintar, seharusnya dirimulah yang harus selalu berfikir dan semangat dengan di berikannya serba kekurangan kepada kedua Orang tuamu supaya dirimulah yang harus menjadikan dirinya terangkat martabatnya disebabkan dirimu yang selalu giat dalam belajar, banggakanlah ayah dan ibumu denagan kelebihanmu masing-masing, meskipun dirimu tidak mempunyai apa-apa untuk di berikan kepadanya setidaknya taatilah keduanya sebelum mereka akan meninggalkan dirimu selamanya,.

Janagnlah kita berkecil hati disebabkan karna mereka lulusan SD,SMP,SMA. Akan tetapi jadikanlah dirimu sebagai Anak yang akan mengangkat martabatnya, jangan sampai dirimu setelah mendapatkan ilmu yang jauh lebih faham dari orang tuamu malah menjadikan dirimu lebih rendah dari Ayah dan Ibumu.

Dan sadarlah Wahai saudarakau sesungguhnya di dalam darahmu mengalir keringat Ayahmu, meskipun Dia tidak menyusuimu akan tetapi setetes susu ASI dari Ibumu yang kamu minum darinya, semuanya ituh Adalah dari keluh kesah Ayahmu, dan jangan pernah kita sampai menyakiti perasaannya ataupun membuat kedua orangtua kita menangis atas sebab sikapmu yang kurang menghormati dan tidak taat kepadanya,, sesungguhnya Allah telah memrintahkan kepada kita untuk selalu taat kepadanya setelah kita mentaati allah, karna ridhonya Allah berada di dalam ridhonya kedua orang tua,

عن عبد الله بن عمر قال:رِضاَ الرَّبُّ فِيْ رِضَا الوَالِدِ وَسَخَطَ الرَّبُّ فِيْ سَخَطِ الوَالِدِ (رواه الترمذى:1899)
Artinya; Dari ‘Abdullah Ibnu ‘Umar ia berkata: Ridhonya Allah berada di dalam ridhonya kedua orangtua, Dan murkanya Allah berada di dalam murkanya orang tua. (HR. Attirmidzi:1899).

Tetapi di zaman yang semaki mendekati kehancuran dan penuh dengan fitnah, banyak keturuanan dari mereka malah menjadikan Ayah dan Ibunya menjadi seperti budak, dan lebih kejamnya lagi mereka malah membunuh Ayah dan Ibunya disebabkan kebencianya terhadap masa lalunya atau orang tuanya tidak menuruti kemauan Anaknya
Wahai saudaraku kita di lahirkan dari rahim seorang Ibu yang mana di saat kita masih di dalam kandungan dan masih bayi sempatkah kita berkata terima kasih dan bersyukur atas lahirnya diri inih? Tentu kita akan menjawabnya mustahil malah tidak akan bisa berkata sepatah katapun, berjalanpun kita tidak bisa yang cuman bisanya menjadikan beban bagi kedua Orang tua kita,.

ingatlah mereka rela tidak pernah tidur semalan hanya karnamu, disebabkan kasih sayangnya mereka terhadapmu yang tidak pernah hilang selamanya, setelah dirimu sudah beranjak dewasa dan baligh di manakah ucapan syukurmu dan hormatmu kepada kedua Orang tuamu? Sudah lupakah bahwa dirimu di lahirkan dari rahim Ibumu? Sudah lupakah bahwa dirimu di besarkan oleh keringat Ayahmu? Tidak sadarkah bahwa dirimu akan menjadi bapak sama seperti Ayahmu,. Kalau dirimu tidak pernah mentaati Ayahmu dan berbakti kepada keduanya maka tunggulah bahwa Anakmu juga nanti akan sepertimu dia tidak akan menghormati dan mentaati segala perintahmu, Kalau kedua orangtuanya tidak pernah di taati bagaimana akan mentaati sang pencipta.

Begitu juga kita semua adalah calon pemimpin dan penerus generasi setelahnya, maka Sebelum kita membangun rumah tangga dan membuat suasana yang baru maka persiapkanlah semaksimal mungkin, terutama seorang Wanita ingat bahwa dirimu akan menjadi guru pertama dari Anak-anakmu, sebagaimana seorang penyair dalam bait syairnya:

الأم مدرسة اذا أعددتَها*أعددتَ شعباً طيّب الأعراق
Artinya: “Ibu adalah sebuah madrasah (tempat pendidikan) yang jika kamu menyiapkannya berarti kamu menyiapkan (lahirnya) sebuah masyarakat yang baik budi pekertinya”

persiapkanlah ilmu sebanyak banyaknya dari sekarang jangan sampai dirimu tergoda dan tergiur di karnakan melihat Orang-orang sudah menikah di usia muda, belum tentu orang yang menikah bisa merasakan kenyamanan dan kebahagiaan, boleh jadi apa yang telah meraka bangun saat inih sedang di landa kehancuran dan penderitaan, maka dari itu persiapkan semaksimal mungkin untuk selalu fokus dalam memikirkan masa depanmu bukan selalu memikirkan masa lalumu.

Wahai kaum Adam ketika dirimu telah menghalakan seorang Wanita maka hormatilah dia sebagaiman kamu selalu menghormati kedua Orang tuamu janganlah berlaku kasar kepadanya, dan jangan pernah membentaknya ketika Istrimu melakukan kesalahan, sesungguhnya Suami yang baik adalah ketika dia marah maka marahnya karna Allah dan ketika dia menasehati Istrinya maka dia akan menasehatinya dengan kesabaran dan kelembutan bukan dengan bentakan yang bisa melukai Istrinya, dan begitu juga seorang Istri yang baik adalah ketika Suaminya pergi maka dia akan menjada kehormatanya dan hartanya, dan ketika suaminya pulang dia kan menyambutnya dengan penuh kecintaan dan tidak akan pernah berjauhan dengan suaminya. Wallahu ‘alam.

Di nukil dari :
1. Tafsir ibnu katsir
2. Al-adabul Mufrod lil imam al hafidz ismail al bukhari
Di tulis oleh: Ade Kamaludin, Mahasiswa Indonesia, Al Azhar University. Cairo, Mesir

10 Sebab Senantiasa Merasa Miskin Dan Kurang Harta

Ketahuilah bahwa semua rezeki itu dari Allah Ta’ala. Terkadang Allah luaskan rezeki kepada seseorang, terkadang Allah sempitkan. Tugas kita adalah menerima semua putusan Allah dengan sabar, syukur dan qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang Allah karuniakan. Inilah kunci kebahagiaan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قد أفلحَ من أسلمَ ، ورُزِقَ كفافًا ، وقنَّعَه اللهُ بما آتاهُ

“Sungguh beruntung orang yang sudah berislam, lalu Allah beri rezeki yang secukupnya, dan Allah jadikan hatinya qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang dikaruniakan kepadanya” (HR. Muslim no. 1054).

Namun kebanyakan kita terkalahkan oleh hawa nafsu sehingga merasa tidak pernah cukup. Demikianlah umumnya manusia, betapapun banyak yang Allah berikan, terasa tidak pernah cukup. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا، وَلاَ يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ

“Andai bani Adam memiliki dua lembah yang penuh dengan harta, maka dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam kecuali tanah (yaitu kematian)” (HR. Bukhari no.6436 dan Muslim no.1048).

Terkadang, betapapun banyak yang Allah berikan, masih saja seseorang merasa miskin dan kurang. Sehingga hidupnya tidak pernah bahagian karena terkungkung oleh perasaannya yang senantiasa merasa kurang.

Maka, mari kita kenali sebab-sebab seseorang senantiasa merasa miskin dan merasa kurang, semoga kita bisa merenungkan dan mengambil faedah darinya.

Seseorang akan terus merasa miskin dan kurang ketika:

1. Karena tujuan hidup dan ambisi terbesarnya masih mencari dunia, bukan akhirat
Orang yang ambisi terbesarnya adalah dunia, Allah jadikan kefakiran di depan matanya, ia merasa miskin terus. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang ambisi terbesarnya adalah akhirat, Allah akan memudahkan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam ia tidak menyangkanya” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 950).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

محب الدنيا لا ينفك من ثلاث : هم لازم و تعب دائم و حسرة لا تنقضي

“pecinta dunia tidak lepas dari 3 hal: kegalauan yang terus-menerus, keletihan yang terus-menerus, dan kekecewaan yang tiada berakhir” (Ighatsatul Lahafan, 1/37).

2. Karena jahil terhadap ilmu agama
Ilmu membuat pemiliknya jauh dari cinta dunia, dan sadar bahwa akhirat adalah tujuan. Allah Ta’ala mengisahkan tentang Qarun:

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar“” (QS. Al Qashash: 79-80).

Orang yang berilmu akan paham kekayaan hakiki bukanlah kaya harta benda, namun kekayaan hakiki adalah kaya hati. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati” (HR. Muslim no.6446, Muslim no. 1051).

3. Karena mengikuti bisikan setan dengan melakukan maksiat dan berbuat bid’ah
Karena setanlah yang menakut-nakuti dengan kefakiran lalu menyuruh manusia berbuat maksiat, bid’ah dan kesyirikan demi untuk mencari dunia. Allah Ta’ala berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui” (QS. Al Baqarah: 268).

Orang yang terbawa oleh bisikan setan ini akan terus merasa kurang dan kurang, sehingga akhirnya ia menjalani jalan-jalan yang haram untuk mendapatkan harta.

4. Karena banyak bergaul dengan orang kaya, kurang bergaul dengan orang miskin
Orang yang banyak bergaul dengan orang-orang kaya, yang memiliki harta lebih banyak darinya, ia akan menganggap remeh nikmat Allah yang ia dapatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” (HR. Bukhari – Muslim).

Banyak bergaul dengan orang-orang yang miskin dan lemah akan melembutkan hati dan menjauhkan jiwa dari cinta dunia. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

أنَّ رجلا شكا إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ قسوةَ قلبِه فقال له إنْ أردتَ تَليينَ قلبِكَ فأطعمِ المسكينَ وامسحْ رأسَ اليتيمِ

“Ada seorang yang mengeluhkan kerasnya hatinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda kepada orang tersebut: “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, berilah makanan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR. Ahmad, 2/ 263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 854).

5. Kurang mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil
Jika hal-hal kecil tidak disyukuri, maka nikmat-nikmat yang besar tidak akan disyukuri dan terus merasa kurang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن لا يشكرُ القَليلَ لا يَشكرُ الكثيرَ

“Orang yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak akan bersyukur pada nikmat yang banyak” (HR. Ahmad no. 18449, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.3014).

6. Hati yang sakit dan mati
Sehingga tidak memiliki tawakkal, husnuzhan billah, qana’ah, syukur, dan ibadah-ibadah hati lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar:

أَفَتَرى قِلَّةَ المالِ هو الفقرَ ؟ . قلتُ : نعم يا رسولَ اللهِ ! قال : إنما الغنى غنى القلبِ ، و الفقرُ فقرُ القلبِ

“Apakah kalian menyangka kefakiran itu adalah kekurangan harta?”. Abu Dzar menjawab: “iya wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kekayaan hakiki itulah kekayaan hati, dan kefakiran itu adalah kefakiran hati” (HR. Ibnu Hibban no.685, Al Hakim no. 7929, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 827).

Hati yang sehat akan merasakan ketenangan dan manisnya iman, tidak ada perasaan susah karena kurangnya harta. Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4).

7. Kurang ibadah
Karena Allah menjanjikan orang yang banyak beribadah akan diberikan rasa lapang di dada dan akan dicegah dari kefakiran. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يقولُ يا ابنَ آدمَ : تَفَرَّغْ لعبادَتِي أملأْ صدركَ غِنًى وأسُدُّ فقرَكَ ، وإِنْ لَّا تفعلْ ملأتُ يديْكَ شُغْلًا ، ولم أسُدَّ فقْرَكَ

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Wahai manusia! Habiskan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kecukupan dan akan Aku tutup kefaqiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka akan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefaqiranmu’” (HR. At Tirmidzi no. 2466, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Maka perbanyaklah ibadah dan ikhlaslah dalam beribadah, niscaya Allah akan berikan kecukupan.

8. Penghasilan atau pekerjaannya haram
Karena harta yang haram tidak ada keberkahan di dalamnya, semua yang didapatkan akan terasa kurang dan sedikit kebaikannya. Contohnya harta riba, Allah Ta’ala berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah menghancurkan harta riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al Baqarah [2]: 276).

Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا يَدْخُلُ الجنةَ لحمٌ نبت من السُّحْتِ، وكلُّ لحمِ نبت من السُّحتِ ؛ كانتِ النارُ أوْلَى به

“Tidak masuk surga, daging yang tumbuh dari harta haram. Setiap daging yang tumbuh dari harta haram, maka api neraka lebih layak baginya” (HR. Ahmad no.15284, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah[6/214]).

9. Tidak mau bekerja dan malas
Ketika seseorang tidak mau berusaha dan malas mencari rezeki bagaimana mungkin ia lepas dari kefakiran? Maka bagi laki-laki, tidak boleh malas dan enggan bekerja. Umar radhiyallahu ‘anhu:

يا معشر القراء (أي العباد) ارفعوا رؤوسكم، ما أوضح الطريق، فاستبقوا الخيرات، ولا تكونوا كلاً على المسلمين

“Wahai para pembaca Qur’an (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepada kalian (baca: bekerjalah!), sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Para lelaki kaum Muslimin tidak boleh malas bekerja, karena mereka bertanggung-jawab memenuhi nafkah keluarganya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ، وإنْ أَصَابَكَ شيءٌ، فلا تَقُلْ لو أَنِّي فَعَلْتُ كانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَما شَاءَ فَعَلَ، فإنَّ لو

تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah. Namun setiap Mukmin itu baik. Semangatlah pada perkara yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam perkara tersebut), dan jangan malas. JIka engkau tertimpa musibah, maka jangan ucapkan: andaikan saya melalukan ini dan itu. Namun ucapkan: “qadarullah wa maa-syaa-a fa’ala (ini takdir Allah, apa yang Allah inginkan itu pasti terjadi)”. Karena ucapkan “andaikan…” itu akan membuka pintu setan” (HR. Muslim no. 2664).

10. Jarang berdoa
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan banyak doa-doa agar terhindar dari kefakiran. Diantaranya:

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran… ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur… tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau” (HR. Abu Daud no.5092, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)” (HR. Muslim no. 2721, At Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya).

Dan doa-doa lainnya yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah.

Maka pembaca yang budiman, mari kita kenali dan renungkan poin-poin di atas, dan kita tumpas segera sehingga kita terbebas dari perasaan selalu miskin dan selalu kurang.

Sumber – muslim.or.id

Tiga Pokok Sumber Kelezatan Hidup Dunia

Hidup manusia di dunia merupakan kehendak Allah yang Maha Menciptakan alam semesta, segala sesuatunya tunduk pada kekuasaan dan kehendakNya, berjalan sesuai dengan kehendakNya, manusia diperintahkan untuk berikhtiyar memakmurkan dunia dengan anturan yang dibuatNya pula, namun semua aturan tersebuat sudahpun dibuat untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Berbagai macam godaan, ujian serta hiruk pikuk kehidupan pasti akan dihadapi manusia, mulai ia dilahirkan dari rahim ibu yang telah mengandungnya hingga ia tutup sejarah hidupnya dengan kematian, susah dan senang datang silih berganti, sukses dan gagal sudah menjadi cerita harian dalam kehidupan manusia.

Manusia yang diberikan kenikmatan lalu ia mensyukurinya adalah sikap yang paling tepat terlebih bila ia pakai nikmat sebagai alat untuk lebih taat pada Rabbnya, namun bila ujian menimpa, onak dan duri melintang di tengah jalan kehidupan maka tidak ada jalan yang paling Indah untuk mengatasinya kecuali dengan kesabaran, memang hidup manusia mustahil bisa keluar dari dua hal tersebut, sabar dan syukur, sabar kala ujian menyapa dan syukur bila nikmat datang menghampiri.

Namun sering kali keduanya juga ujian, ya nikmat dan musibah sering kali keduanya jadi ujian, hanya saja dengan style yang berbeda, yang satu manis memikat yang satunya pahit menghimpit, yuk lihat firman Allah taala:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35) الأنبياء

Dan kami uji kalian dengan ujian yang buruk dan ujian yang baik, dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan (QS Al Anbiya:35).

Imam Ath thabary berkata:
Maksud ayat ini ialah bahwasanya Allah akan menguji manusia dengan nikmat, akankah manusia bisa mensyukurinya, dan manusia akan diuji dengan keburukan akan ia dapat bersabar karenanya?!.

Kesimpulannya bahwa nikmat dan musibah keduanya adalah ujian, namun ujian kesulitan mudah diindentifikasi, namun ujian nikmat susah untuk dikenali, namun di akhir ayat Allah menyebutkan setelah kalian mendapat ujian yang baik dan yang buruk itu akan dikembalikan kepada Allah untuk diberikan balasan, bila berhasil dalam ujian pasti dapat hadiah bila gagal pasti dapat sangsi.

Hidup yang dijalani manusia ini sering kali terlihat tidak sesuai dengan arah hembusan angin hasrat manusia, tidak selalu sesuai dengan harapan, sehingga mungkin terlihat menjadi tidak indah atau malah menderita.

Malik bin Dinar pernah berkata:
Tidak ada yang dapat membuat hidup menjadi nikmat kecuali tiga hal:
1/ Bertemu dengan saudara seiman
2/ Shalat tahajjud dengan Al Qur’an
3/ Menyendiri untuk mengingat Allah ta’ala.
Beliau menyebut tiga hal ini sebagai ruh dunia, dan memang ke tiga faktor ini yang membuat manusia menikmati hidup dengan sempurna.

Saudara seiman memberikan nasehat, arahan bahkan peringatan untuk kebaikan hidup akhirat kita, ini sangat penting karena manusia sulit berlepas dari aib, cacat, salah, lalai dll.

Umar bin Khattab berkata:
Tidak ada Karunia Allah yang lebih besar setelah “Islam” bagi manusia melebihi “saudara seiman”, maka bila seorang di antara kalian melihat ada kasih sayang dari saudaranya kepada dirinya maka hendaklah ini menjaga persaudaraan itu.

Tahajjud dengan Al Quran merupakan nikmat yang tidak terhingga, manusia melantunkan firman rabbnya di tengah malam, saat hening dan penuh ketenangan, Allah memberikan cahaya kepada wajah mereka, dan ketentraman dalam jiwa mereka.

Kenikmatan ini yang diizinkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam untuk kita boleh iri dari seseorang yang Memilikinya,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَاحَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ اَعْطَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda :”tidak dibenarkan hasad (iri hati), kecuali terhadap dua orang; seseorang yang dikaruniai oleh Allah (kemampuan manghafal/membaca) Al-Qur’an, lalu ia membacanya pada waktu malam dan siang. Dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada waktu malam dan siang”.(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Dalam hadits ini disebutkan hanya ada Dua nikmat yang dimiliki manusia yang boleh kita iri hati melihat nikmat itu, iri hati lalu kita berusaha untuk mewujudkannya dalam kehidupan kita, kelihatannya nikmat tahajjud dengan Al Quran sama dengan nikmat membelanjakan harta di jalan Allah, hanya saja yang satu bersifat Virtikal (hablumminallah) dan yang satu lagi bersifat Horizontal (hablum minannas).

Kemudian Zikir adalah hubungan komunikasi antara manusia dengan Allah, komunikasi dengan Dzat yang telah menciptakan manusia, kekasih hati manusia, sehingga hidup sedemikian nikmat mana kala selalu ada komunikasi dengan Dzat yang kita cintai, yang telah memberikan nikmat kepada manusia baik di dunia dan di akhirat nanti in syaa Allah.

Tatkala syarian islam sudah banyak diamalkan orang tetap saja Rasulullah shallahu alaihi wasallam menganjurkan agar jangan sampai mengesampingkqn dzikir, seperti dalam riwayat berikut ini:

Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فقال: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »

“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Semoga Allah memberikan kepada kita Taufiq dan inayah agar kita semua dapat menikmati hidup di dunia dalam bimbingan dan Karina dari Allah, aamiin ya rabbal alamin.

Kebebasan Dalam Kacamata Islam

Kebebasan secara umum merupakan hak dari masing-masing individual, yang mana hal tersebut tidak bisa dibantahkan dan diusik oleh pihak manapun, lawan kata dari “kebebasan” disini adalah “perbudakan”. Umar bin Khatthab r.a. pernah berkata;

((مَتَى اسْتَعْبَدْتُمُ النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْرَارًا))

“Akankah kalian hendak memperbudak manusia, sedangkan ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas (bukan budak).”

Dalam hal ini, bukan berarti kita hidup sebebas-bebasnya tanpa aturan yang mengiringi dan menuntun kita menuju jalan yang tentunya akan menyelamatkan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Karena sejatinya, ketika kita melepaskan diri dari aturan-aturan agama Islam dengan dalih kebebasan, sama saja kita menjebloskan diri kita dalam penjara hawa nafsu dan perangkap setan, yang akan mengantarkan kita menuju kesengsaraan yang sesungguhnya kelak.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam balutan mutiara hikmahnya;

((الْمَحْبُوْسُ مَنْ حَبِسَ قَلْبَهُ عَنْ رَّبِّهِ تَعَالَى وَالْمَأْسُوْرُ مَنْ أَسِرَهُ هَوَاهُ))

“Orang yang dipenjara adalah orang yang terpenjara (terhalangi) hatinya dari Rabbnya (Allah) ta’ala, dan orang yang tertawan (terbelenggu) adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya.”

Kita juga adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendirian dan membutuhkan orang yang berada di sekitar kita, mereka pun membutuhkan aturan-aturan dalam memaknai kebebasan itu sendiri, demi terciptanya kehidupan yang lebih manusiawi dan membedakan antara manusia dan hewan.

Sedangkan dalam hal ini, Islam sudah menetapkan sebuah prinsip umum yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan berlaku kaidah ((لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَار)) yaitu tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Maka dengan ini, Islam mengajarkan kita agar tidak mengganggu hak-hak orang lain dengan dalih kebebasan.

Begitu juga kebebasan dalam beragama, hal ini termasuk makna kebebasan yang bersifat umum, karena setiap manusia memiliki hak untuk memilih agama yang ia yakini. Allah ta’ala berfirman;

((لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ….))
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),” (QS. Al-Baqarah [2] : 256).

Keterpaksaan dalam beragama menghasilkan di dalamnya orang-orang munafik yang tidak beriman, sedangkan Islam sangat membenci sifat dari kemunafikan.

Justru apabila hidup kita diiringi dengan Tauhid (Islam), maka hal itulah yang membebaskan manusia dari perbudakan atau penghambaan diri kepada makhluk yang tidak punya kemampuan untuk memberikan manfaat maupun bahaya kepada dirinya.

Orang-orang yang mengagung-agungkan kebebasan sebagai slogan dalam hidupnya, dan berusaha mencari-cari dalih untuk mendiskreditkan Islam dan mengesankan bahwa aturan dalam Islam itu adalah belenggu yang mengekang kebebasan manusia.

Padahal kalau ditelisik lebih dalam, dalil yang mereka gaungkan justru membantah pemahaman mereka dan justru bukan mendukungnya.

Seperti salah satu Hadist Nabi Muhammad shallallahu alaihi wsallam yang mereka jadikan dalih, bahwa aturan-aturan dalam Islam mereka anggap sebagai belenggu.

((الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ))
“Dunia ini adalah penjara (bagi) orang-orang yang beriman dan surga (bagi) orang-orang kafir.” (HR. Muslim no.2956).

Apabila dipahami secara bahasa, memang benar apa yang mereka maksud, akan tetapi justru penafsiran yang benar adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya “Badaai’ul Fawaaid” (3/696), Orang yang beriman di dunia ini, keimanannya yang kuat menghalangi dia untuk memperturutkan hawa nafsunya yang diharamkan oleh Allah ta’ala, sehingga dengan keadaan ini seolah-olah ia hidup dalam penjara, atau dengan kata lain, dunia ini adalah tempat untuk orang-orang yang memenjarakan hawa nafsunya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah ta’ala.

Berbeda dengan orang kafir yang hidup bebas memperturukan hawa nafsunya, sehingga dianggap bahwa dunia ini adalah surga bagi mereka. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh : Muhammad Munib Asmuni

Sumber :
1. Al-Azhar Magazine
2. http://www.muslim.or.id

Takut Amal Tidak Diterima Allah

Beribadah kepada Allah merupakan kebahagiaan bagi setiap muslim, saat seseorang beribadah maka ia pada posisi yang dekat dengan Dzat yang telah menciptakan, memberi rizki, merawat dan juga sebagai tempat berkeluh kesah untuk berbagai macam problematikan kehidupan yang dilalui oleh anak manusia, kenikmatan ibadah tentu hanya bisa dirasakan oleh orang – orang yang beriman kepadaNya.

Sudah menjadi fitrah manusia, ia akan bahagia bila beribadah pada tuhannya, terlebih apabila ia sudah tidak lagi menganggap ibadah itu sebuah kewajiban, namun ia sudah menganggap itu sebuah kebutuhan hidupnya yang mendasar baginya sehingga ia pasti menikmati ibadah tersebut, sehingga bila dirinya alpa dari ibadah – ibadah itu pastilah ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya.

Setiap manusia yang beribadah tentu harapan tertingginya adalah ibadah tersebut dapat diterima oleh Allah, lalu ridha Allah pun dapat ia raih, sehingga ia akan mendapatkan ganjaran atas ibadah tersebut, ganjaran di dunia maupun akhirat, hal ini lah yang selalu diharapkan oleh para ulama terdahulu setelah mereka selesai beribadah.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata:
Hendaklah engkau lebih memperhatikan faktor yang membuat amal diterima dari pada amalan itu sendiri, apakah engkau tidak mendengar firman Allah ta’ala “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang – orang yang bertaqwa”. (QS Al Maidah: 27).

Iya Allah hanya menerima ibadah dari orang- orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang memiliki ketaatan yang tinggi kepada Allah, hati – hati dalam berkata dan berbuat, mencari makanan dan penghasilan yang halal, yang bersih segala unsur yang dilarang dalam syariat.

Abu Dzar Al Ghifary radhiyallahu anhu berkata: Apabila aku yakin satu shalatku diterima oleh Allah itu lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya.

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata:
Apabila aku tahu amalanku diterima oleh Allah maka itu lebih aku sukai daripada aku mendapatkan emas sepenuh bumi.

Saat Aisya istri Nabi shallahu alaihi wasallam membaca firman Allah taala:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ) [المؤمنون:60]

Dan orang- orang yang melakukan sebuah perbuatan sedang hati mereka ketakutan bahwasanya mereka akan dikembalikan kepada tuhan mereka (QS Al Mukminun: 60).

Aisyah bertanya kepada Nabi, apakah yang dimaksud dengan ayat itu adalah para ahli maksiat? Apabila mereka berbuat maksiat lalu setelah itu muncul rasa takut di dalam hati mereka?

Lalu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak wahai Aisyah, yang dimaksud oleh ayat itu adalah orang – orang yang beramal shaleh lalu setelah beramal shaleh muncul dalam hati mereka rasa takut, akankah amal mereka diterima oleh Allah taala, sehingga mereka selalu berdoa kepada Allah agar amal – amal mereka diterima oleh Allah.

Hal ini pula yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam saat membangun kembali (meninggikan) Ka’bah dengan Nabi Ismail Alaihissalam,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [البقرة:127].

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah: 127).

Dari ayat ini kelihatan jelas bahwasanya Nabi Ibrahim setelah beramal membangun ka’bah memohon kepada Allah agar amal yang ia lakukan ini diterima oleh Allah ta’ala.

Begitu pula yang dilakukan oleh istri Imran, saat ia mengandung bayinya ia berdoa:

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}[آل عمران:35]

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Ali Imran: 35).

Hanah istri Imran bernadzar bila ia punya anak nanti akan ia jadikan anaknya untuk mengabdi di Baitul Maqdis, untuk mengurus, membersihkan dan merawat baitul maqdis, setelah ia bernadzar baik tersebut ia meminta agar Allah menerima amalnya tersebut.

Seringkali pula kita dengar kisah para Salaf ash-shalih yang berdoa selama 6 bulan agar dipertemukan Allah dengan Ramadhan, lalu setelah bertemu Ramadhan mereka beramal, beribadah secara maksimal, setelah Ramadhan selesai mereka berdoa lagi selama 6 bulan ke depan agar ibadah mereka di dalam bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah ta’ala.

Melihat hal ini maka sangat penting bagi kita setelah beramal shaleh momohon kepada Allah agar Allah menerima amal- amal tersebut, setelah shalat, puasa, haji, umrah, zakat, puasa, sedekah dan lain – lain, semoga Allah menerima seluruh amal shaleh kita semua dan memberikan keberkahan bagi kita dan anak keturunan kita, Aamiin ya rabbal alamin.

Renungan Ramadhan

@ Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, jangan sampai yang kita rasakan dari berkah ramadhan hanya dalam urusan ekonomi kita, urusan dagangan kita sementara keberkahan dalam ibadah dan perbaikan diri justeru tidak ada.

@Jangan tertipu oleh bungkus dan melupakan isi. Esensi puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Itu hanya bungkusnya sedangkan isinya adalah iman dan amal shaleh. Ketika kita tidak makan dan minum seharian namun lisan kita tidak terjaga, tangan kita tidak terkontrol dan ibadah-ibadah lainnya tidak meningkat jangan-jangan kita hanya mendapatkan bungkus namun menghilangkan isinya.

@ mari kita renungkan, kenapa kita masih hidup hingga hari ini atau hingga kita sampai dibulan ramadhan. Yakinlah bahwa ini adalah kasih sayang Allah kepada kita. Jika kita merasa banyak dosa, maka kita bisa menggugurkan dosa dan kesalahan kita lewat madrasah ramadhan ini. Atau jika kita adalah hamba yang rajin beribadah berarti Allah masih memberikan kita kesempatan untuk mendapatkan bekal lebih banyak lagi untuk negeri akherat. Jangan sia-siakan anugerah ramadhan ini.

@ Bergembiralah dengan datangnya bulan suci ini, bulan yang penuh berkah dan kebaikan. Karena semua penduduk langit dan penduduk bumi yang beriman semuanya bergembira dengan kedatangannya. Mereka yang tidak bergembira dengan datangnya bulan ramadhan adalah makhluk Allah yang tersesat, para pendosa yang telah tertutup hatinya dan ahli maksiat yang sedang menikmati kemaksiatannya. Dari dua golongan ini kemanakaah kita akan bergabung?

@ Jika mungkin selama sebelas bulan ini kita sibuk dengan urusan dunia,lelah dan lelah dengan pekerjaan mencari rezeki, maka sudah saatnya kita bertanya ; sudah cukupkah bekal saya ke akherat sebagaimana bekal saya di dunia, sudah maksimalkah mencari bekal untuk mati seperti halnya kita sudah maksimal mencari bekal hidup

@ Jangan setengah mati mencari dan mengejar apa yang tidak bisa dibawa mati apa lagi mati-matian.

@ Setiap ibadah ada ruhnya, ruh shalat adalah khusyu’ dan ruh puasa adalah iman dan ihtisab (mengharap apa yang disisi Allah). Maka siapa yang melakukan shalat namun ia menghilangkan ruhnya berarti ia adalah termasuk orang yang diancam Allah di surat Al Ma’un, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya. Dan siapa yang melakukan puasa dan menghilangkan ruhnya maka ia seperti yang disabdakan Nabi : berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

@ Persiapkan ramadhan dengan mengefisienkan rutinitas harian & memaksimalkan aktifitas ibadah. Yang harus dijaga itu ibadah wajib, yang harus meningkat itu ibadah sunnah, yang harus menjauh itu hal-hal yang haram, yang harus berkurang itu hal-hal makruh dan yang harus diminimalkan adalah hal-hal yang mubah.

@ Apakah anda merasa banyak dosa dan sedikit pahala, jika jawabannya ‘ya”, maka bulan ramadhan adalah bulan untuk mengubah itu semua. Dosa-dosa dihapuskan dan pahala-pahala dilipatgandakan.

@ Taqabbalallahu syimana wa siyamakum wa qiyaman wa qiyamakum.

By
Muhammad Rofiq Lc

Hadiah Istimewa Itu Bernama Ramadhan

Dosa, kesalahan, kekhilafan serta kealpaan adalah salah satu sebab yang merusak kebahagiaan manusia, membuat manusia hidup susah, dada terasa sumpek, hidup jauh dari kebahagiaan,
sudah barang tentu bahwasanya dosa yang diperbuat oleh manusia akan menggerus kebahagian yang selama ini mendiami hati manusia, hati yang bersih dan dada yang lapang serta kebahagiaan yang sempurna hanya bisa di dapat dalam ibadah dan ketaqwaan.

Bulan Ramadhan bulan mulia, di dalamnya disyariatkan Puasa dan ibadah sunnah lainnya agar manusia lebih dekat dengan dzat yang telah menciptakan dirinya untuk meraih kebahagiaan dunia sebelum akhirat, ini adalah satu bentuk kasih sayang dari Allah untuk hambaNya, ia memberikan solusi bagi mereka yang khilaf dan tenggelam dalam keburukan agar segera balik arah menuju ridha Allah, serta kasih sayang Allah pula bagi hambaNya yang shaleh untuk memperbanyak kebaikan dan tabungan amal akhiratnya.

Salah satu bentuk keistimewaan pula dari Ramadhan adalah Allah ta’ala mengurangi faktor – faktor yang biasanya selalu menghambat manusia dari ketaatan kepadaNya, yaitu setan, setan dikurung, diikat agar tidak mengganggu manusia yang sedang beribadah, sungguh besar kasih dan sayang Allah kepada manusia di bulan Ramadhan, Amalnya dilipat gandakan, gangguannya dihilangkan, dan diberi bonus Lailatul Qadar yang setara dengan kerja ibadah manusia 83 tahun, tabaarakallahu rabbul alamin.

Diantara keistimewaan Ramadhan sesuai dengan hadits – hadits Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam adalah sebagai berikut:

1/ Keberuntungan bagi orang yang berpuasa

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ثَائِرُ الرَّأْسِ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاةِ ؟ قَالَ : ” الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ إِلا أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا ” ، فَقَالَ : أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الصِّيَامِ ؟ قَالَ : ” صِيَامُ رَمَضَانَ إِلا أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا ” ، قَالَ : أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الزَّكَاةِ ؟ قَالَ : فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَرَائِعِ الإِسْلامِ ، قَالَ : وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا ، وَلا أَنْتَقِصُ مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَفْلَحَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ” أَوْ ” دَخَلَ الْجَنَّةَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ” .

Dari Thalhah radhiyallahu anhu ia berkata: Ada seorang Arab badui yang rambutnya acak – acakan datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang shalat yang diwajibkan Allah kepadaku.” Beliau menjawab, “Shalat lima waktu kecuali jika kamu ingin menambah sholat yang lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah kepadaku”. Beliau menjawab, ”Puasa di bulan Ramadhan, kecuali apabila kamu mau melakukan puasa lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku zakat yang diwajibkan Allah kepadaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberitahukan kepadanya syari’at-syari’at Islam. Lalu lelaki itu berkata, “Demi Tuhan yang memuliakanmu. Aku tidak akan menambah dan mengurangi apa yang Allah wajibkan kepadaku barang sedikit pun.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia pasti beruntung jika dia jujur.” atau “Dia pasti masuk surga jika dia jujur.”

2/ Pahala puasa diberikan Allah tanpa batas

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ: الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِلَّا الصَّوْمَ. فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ؛ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. ولَخَلُوف فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، وَالصَّوْمُ جُنَّة. وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّه أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صائم” متفق عليه.

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:  ‘Semua amalan manusia dilipatgandakan. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kalinya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah Azza wa Jalla berfirman,  kecuali puasa maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Saya akan membalasnya. Dia meninggalkan tuntutan syahwatnya, tidak makan dan dia tidak minum demi Aku. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh disisi Allâh, aroma mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih wangi daripada aroma kasturi, Puasa itu adalah perisai. Saat salah diantara kalian sedang berpuasa, janganlah ia berbuat keji dan jangan menyalakan api permusuhan. Jika dia dihina atau diperangi oleh orang lain, hendaknya dia mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa. (Muttafaqun alaih).

3/ Kekhilafan sehari – hari terhapus dengan puasa

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : ” فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ ” .

Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu ia berkata: aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Fitnah (ujian dan kesalahan) seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar. [Muttafaqun’alaih].

4/ Pintu surga Arrayyan khusus hanya untuk yang berpuasa

Sahal radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخاري، رقم  1763 ،  ومسلم، رقم 1947)

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain meraka. Lalu dikatakan, ‘Dimana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (HR. Bukhari, 1763. Muslim, 1947)

5/ Bulan dimana setan diikat agar orang yang sedang beribadah bisa lebih nyaman

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ من شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فلم يُفْتَحْ منها بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فلم يُغْلَقْ منها بَابٌ …) الحديث ، رواه الترمذي (682) ، وابن ماجه (1642) ، وحسَّنه الألباني في ” صحيح الجامع ” (759).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (Muttafaqun ‘alaihi).

6/ Malaikat Allah menyambut mereka yang berpuasa dengan mulia

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam juga bersabda :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no. 1960).

7/ Dosa yang telah lalu akan dihapus oleh Allah ta’ala.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

8/ Shalat taraweh juga menghapus kesalahan

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat” (muttafaq alaih).

Semoga Allah memberikan kesehatan dan taufiqNya kepda kita agar kita mampu memanfaatkan bulan Ramadhan untuk beramal shaleh dan mandapatkan ridha Allah ta’ala, aamiin ya rabbal alamin.

Menggeluti Perkerjaan dan Usaha untuk mencari ridha Allah ta’ala

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus kepada manusia sebagai salah satu rahmat (kasih sayang) Allah kepada manusia, kehadirannya membawa risalah ilahy untuk mengatur kemaslahatan hidup manusia agar manusia hidup dalam kebaikan dan jauh dari kesulitan, baik dunia maupu akhirat, sehingga sahabat Abu Daz Al Ghifary berkata:

وقال أبو ذر رضي الله عنه: لقد توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم وما طائر يقلب جناحيه إلا ذكر لنا منه علماً
Tidak ada satu ilmu pun yang tidak diajarkan oleh Rasulullah kepada kami, bahkan burung yang terbang di langit pun Rasulullah telah mengajarkan ilmu tentangnya. (HR Ahmad).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ .

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. (HR Muslim).

Dari hadits ini nampak jelas perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ummatnya agar berusaha, berkerja untuk mendapatkan apa saja yang bermanfaat bagi kehidupannya, juga memberi isyarat lampu merah bagi orang – orang yang enggan bekerja, mengandalkan orang lain untuk memenuhi hajat hidup sehari – hari.

Meminta – minta dalam kaca mata syariat sangat lah buruk dan dibenci.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( إِنَّ الْمَسْأَلَةَ كَدٌّ يَكُدُّ بِهَا الرَّجُلُ وَجْهَهُ إِلاَّ أَنْ يَسْأَلَ الرَّجُلُ سُلْطَانًا أَوْ فِى أَمْرٍ لاَ بُدَّ مِنْهُ.))

“Sesungguhnya meminta-minta adalah cakaran yang seseorang mencakar sendiri wajahnya, kecuali seseorang yang meminta kepada pemimpin atau pada urusan yang harus untuk meminta.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi).

(( مَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَسْأَلُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَيْسَ فِي وَجْهِهِ مُزْعَةُ لَحْمٍ.))

“Senantiasa seseorang meminta-minta kepada manusia, sampai nanti di hari kiamat wajahnya tidak memiliki daging sedikit pun.” (HR Al Bukhari).

إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللهِ ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ.

Beliau bersabda, “Kalau dia keluar mencari nafkah buat anaknya yang masih kecil maka dia juga di jalan Allah, kalau dia bekerja mencukup kedua orang tua yang sudah renta maka dia juga di jalan Allah, kalau dia bekerja mencukupi kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatan maka dia juga di jalan Allah. Tapi kalau dia bekerja untuk riya` dan membanggakan diri maka dia di jalan setan.” (HR Thabrany).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَا سَبِيلُ اللَّهِ إِلا مَنْ قُتِلَ ؟ مَنْ سَعَى عَلَى وَالِدَيْهِ فَفِي سَبِيلِ اللَّهِ، ومن سعى على عياله ففي سبيل الله، وَمَنْ سَعَى مكاثِرًا فَفِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ.

“Memangnya jihad di jalan Allah itu hanya yang terbunuh (dalam perang) saja? Siapa yang bekerja untuk menghidupi orang tuanya maka dia di jalan Allah, siapa yang berkerja menghidupi keluarganya maka dia di jalan Allah, tapi siapa yang bekerja untuk bermewah-mewahan (memperbanyak harta) maka dia di jalan thaghut (Setan)” (HR Al Bazzar).

Kedua hadits ini menjelaskan kepada kita bahwasanya mereka yang berkerja untuk membiayai hidupnya, keluarganya, orang tuanya mereka semua dianggap fi sabilillah (di jalan yang diridhai Allah), maka upaya manusia untuk memenuhi hajat kebutuhan keluarga dan dirinya adalah bagian dari ibadah yang diridhai Allah, dengan catatan ia mencari rizki tersebut dengan cara yang halal serta tidak mencari rizki dengan cara – cara yang dilarang terlebih dimurkai Allah ta’ala.

Kemudian Rasulullah juga menganjurkan agar berusaha maksimal untuk mencari kemaslahatan hidup manusia

إِنْ قَامَتِ السَّاعَةُ وَفِي يَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ، فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا تَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَغْرِسْهَا»

“Bila kiamat hendak terjadi, dan di tangan salah seorang di antara kalian ada tunas kurma, sekiranya bisa menanamnya sebelum kiamat itu (benar-benar) terjadi, hendaknya ia melakukannya.” (HR Ahmad).

Seluruh perkerjaan harus dikerjakan manusia dengan kulitas yang terbaik.

عن أم المؤمنين عَائِشَةَ بنت الصديق رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا وعن أبيها أنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنّ اللَّهَ تَعَالى يُحِبّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلاً أَنْ يُتْقِنَهُ.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah taala menyukai jika salah seorang di antara kalian melakukan suatu perkerjaan dengan sempurna.” (HR Muslim).

Berusaha dan berkerja dengan baik juga sempurna, menunaikan semua akad perjanjian dan perkerjaan dengan baik adalah ciri manusia yang dicintai oleh Allah ta’ala, semoga Allah menjadikan kita manusia yang bertanggungjawab dalam segala hal sehingga dapat meraih ridha Allah ta’ala.

Jangan Suka Nyinyir

1. Salah satu kata yang viral akhir-akhir ini adalah Nyinyir, dalam KBBI Nyiyir artinya mengulang-ulang perintah atau cerewet, kata lain yang sepadan adalah suka berkomentar dengan konotasi yang kita rasakan selama ini adalah negatif, cenderung merendahkan dan tidak menghargai.

2. Cukup menjadi Syahid akan ketidakbolehan nyinyir adalah Kalam Allah yang begitu agung dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 sbagai berikut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاء مِّن نِّسَاء عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

3. Sesungguhnya kita telah diingatkan dalam perjalanan umat di kolong langit ini tentang sikap nyinyir yang dicontohkan oleh orang-orang munafiq yang hadir bersama Kanjeng Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bahwa ketika ayat Shadaqah turun, para sahabat mengamalkannya, maka ada seseorang yang bersedekah dengan sesuatu yang banyak, orang-orang munafiq nyinyir dengan berkata :
مرائي
(Muroo-ii), artinya :
“Ah, palingan dia Riya“.

Ada juga yang bersedekah satu sha. (4 Mudd, 1 Mud adalah 3/4 Liter), artinya sahabat ini bersedekah dengan sesuatu yang sedikit, maka orang-orang munafiqpun tetap saja Nyinyir dgn berkata :

إن الله لغني عن صدقة هذا

Artinya :
“Sungguh Allah benar-benar kaya dan tidak butuh sedekah satu sha yang sedikit ini“

Maka turunlah Ayat Allah, Surat At-Taubah ayat 79 :

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ ۙ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya :
“Orang-orang munafik yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu dan untuk mereka adzab yang pedih.

Lihat Tafsir Ibn Katsir, Surat At-Taubah ayat 79

4. Sangat cocoklah kiranya kita juga merenungkan kata-kata bijak dari Imam Syafii dalam Diwannya yang menasehati kita agar melihat segala sesuatu secara objektif dan rela untuk mengapresiasinya walaupun hal itu berada pada kawan kita yang berpakaian berbeda dengan kita.

وعين الرضا عن كل عيب كليلة كما أنّ عين السخط تبدي المساويا

Artinya :
“Dan pandangan mata cinta akan menutupi segala keburukan, sebagaimana pandangan mata benci akan menampakan kebaikan menjadi keburukan”.

5. A negative mind will never give you a positive life.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!