Jangan Benci Saudaramu

Sudah menjadi lumrah dalam perjalanan bahtera kehidupan manusia saat mengarungi luasnya lautan kehidupan mendapatkan berbagai macam gelombang yang seringkali tidak sesuai harapan para pelayar, namun inilah realitas kehidupan yang harus diterima dengan lapang oleh setiap insan, ada senang, susah, benci, cinta, permusuhan, maaf, dendam, ikhlas, dll.

Hidup bersama masyarakat umum, berinteraksi, bersosialisasi dan bergaul dengan manusia tentu lebih baik daripada menyendiri, menyepi dan menghindari mereka dalam pergaulan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam,

عَنْ يَحْيَى بْنِ وَثَّابٍ عَنْ شَيْخٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّ الْمُسْلِمَ إِذَا كَانَ مُخَالِطًا النَّاسَ وَيَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ خَيْرٌ مِنَ الْمُسْلِمِ الَّذِى لاَ يُخَالِطُ النَّاسَ وَلاَ يَصْبِرُ عَلَى أَذَاهُمْ ».

“Yahya bin Watsab meriwayatkan dari seorang alim dari shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang muslim, jika ia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguan mereka lebih baik daripada seorang muslim yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar atas gangguan mereka.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 939.

Hadits ini secara gamblang memberikan gambarang kepada kita bahwasanya bergaul dengan masyarakat dan sabar terhadap gangguan yang barangkali akan ditemui saat berinteraksi dengan mereka jauh lebih baik daripada menyendiri, tidak bergaul dengan dengan mereka.

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam hidup dalam lingkungan masyarakat yang majemuk, dari sisi agama, bangsa, sosial dan budaya, namun dengan cantik beliau telah memperlihatkan akhlaq yang baik lagi mulia serta menjadi contoh bagi manusia hingga akhir masa, hingga Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam dicintai oleh Bilal bin Rabah asal Ethiopia, Hudzaifah dari Yaman, Suhaib dari Romawi, Salman dari Persia, dll.

Sudah menjadi rahasia internal manusia, bahwasanya manusia tidak dalam satu akhlaq, budi pekerti, sopan santun, tabiat, adat istiadat serta pemahaman agama, namun di sinilah barangkali ujian manusia dalam pergaulan bermula, akibat sikap dan tingkah laku orang lain yang tidak sesuai dengan yang ia harapkan terjadi pada dirinya maka terjadilah pertengkaran, keributan, dll.

Namun Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam telah pun memberikan arahan bila terjadi hal – hal seperti itu dalam kehidupan manusia dalam sabdanya:

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci  sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridha dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR Muslim).

Meskipun hadits ini berbicara tentang akhlaq dalam rumah tangga, namun cakupan dan hikmahnya tentu multi dimensi, tidak hanya dalam masalah keluarga namun berlaku dalam hubungan sesama manusia, hadits ini seperti rumus dalam bergaul, bila kita tidak menyukai seseorang karena satu sikap dan tingkah lakunya pasti kita akan menyukai sifat dan akhlaqnya yang lain.

Menjauhi, membelakangi, tidak bertegur sapa bukanlah pilihan sikap yang baik, tentu sangat jauh dari tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam, barangkali sikap demikian terjadi akibat salah faham, buruk sangka, dan lainnya, namun bermusuhan tentu dilarang Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ.

Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Janganlah kalian saling mendengki, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kalian yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. (HR Muslim).

Bersikap lapang dada, memberi maaf, membersihkan hati adalah tuntunan Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam dalam pergaulan, karena sikap seperti ini memiliki keagungan yang tinggi, Radulullah saw bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ:صلى الله عليه وسلم أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: ” كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ صَدُوقِ اللِّسَانِ “، قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ، قَالَ: ” هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ.

Dari sahabat Abdullah bin Amr radhiyallahu ’anhu ia berkata, suatu ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Siapakah manusia yang paling mulia?” beliau menjawab, “Setiap Makhmumul Qalbi dan orang yang lisannya jujur,” para sahabat berkata, “Orang yang jujur lisannya kami telah mengerti, namun siapakah Makhmumul Qalbi itu wahai Rasulullah?” beliau menjawab, “Dia adalah seorang yang yang memiliki  hati yang bertakwa yang suci hatinya dari dendam, permusuhan, dan kedengkian. (HR Ibnu Majah).

Dan ternyata bagi manusia yang memiliki sifat lapang dada, pemaaf, tidak dendam serta menyimpan amarah adalah sifat para penghuni surga, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian seorang laki-laki dari Anshar lewat di hadapan mereka sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal.

Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki kemarin dengan kondisi persis seperti hari sebelumnya.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga!!’ Tidak berapa lama kemudian orang itu masuk sebagaimana kondisi sebelumnya; bekas air wudhu masih memenuhi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sandal .

Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, ‘Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’

Dia menjawab, ‘Silahkan!’
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu.

Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut di dalam satu majelis beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang lelaki penghuni Surga.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut adalah engkau.
Terang saja saya ingin menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian?’

Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa, hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’

Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.” (Az-Zuhdu, Ibnul Mubarak, hal. 220).

Mari bersihkan hati dari penyakit dan kotorannya, lapangkan dada, maafkan dan berbaik sangka terhadap sesama saudara seiman kita, mudah – mudahan Allah memberikan kasih sayangNya dan memasukkan kita dalam surgaNya.

Keindahannya Tak pernah Dilihat Oleh Mata

Siang hari waktu dhuha kami berniat silaturahim ke rumah teman – teman masa nyantri dahulu, suasana sejuk dan menentramkan hati saat melihat tempat mereka bermukim.

Tempat tinggal terlihat sangat sederhana, hidup dilalui sekedarnya saja, akhirat tujuan utama dan cita – cita tertinggi sebagai destinasi kebahagiaan abadi, mengunjungi rumah orang shaleh membuat hati semakin bersyukur dan yakin akan kebahqgiaan abadi serta tidak tertipu dengan kebagiaan sementara.

Sementara itu, di seberang tempat itu berdiri rumah megah, mewah dan memukau setiap orang yang mencuri pandang ke arahnya bak pemuda belia yang masih nampak sempurna di berbagai aspek fisiknya.

Pemandangan rumah megah dengan berbagai keindahan desain interior dan exteriornya bukanlah hal baru, barangkali sebagian besar di antara kita sudah penah melihatnya atau bahkan memilikinya, hiasan bagian dalam dibuat sedemikian rupa, berikut dengan lampu penerang yang cantik memukau, bagian luarnya juga tak kalah memikat, selain tanaman bunga yang harum semerbak lagi indah juga air mancur dari balik celak – celah batu pula tidak ketinggalan, barangkali secara sepontan muncul dari benak kita sebuah pertnyaan penasaran “seperti inikah istana di Surga”?

Musim liburan akhir tahun seperti ini sebagian besar masyarakat ingin mengahabiskan waktu dengan keluarga, anak – anak, sahabat dan handai taulan, pilihan menuju ke tempat wisata nampaknya sudah disepakati secara aklamasi tanpa ada sedikit pun khilaf (beda pendapat), tujuannya untuk refreshing, mencari suasana baru, udara segar serta pemandangan yang indah, Bila dataran tinggi tentu yang tawarkan adalah Mountain View, bila sungai – sungai bening tentu River View katanya….

Sambil berbincang hangat dengan karib kerabat menikamati kopi kesayangan, makanan khas dan ber – selfi ria hati bertanya apakah indahnya surga seperti ini?!

Untuk menjawab pertanyaan ini
Rasulullah shallahualaihi wasallam bersabda, Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ

“Allah ta’ala berfirman, ‘Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu manusia’.” (Hadits Qudsi ruwayat Al Bukhari).

Dalam hadits ini Rasulullah shallahualaihi wasallam menjelaskan bahwa surga yang disiapkan oleh Allah tidak bisa dibayangkan keindahannya dan hati dan akal manusia tidak mampu untuk melakukan imaginasi tentang indah dan menawannya surga tersebut.

Rasulullah bersabda:

وَأَمَّا أَوَّلُ طَعَامٍ يَأْكُلُهُ أَهْلُ الْجَنَّةِ فَزِيَادَةُ كَبِدِ الْحُوتِ

“Adapun hidangan pertama yang dimakan ahlul jannah adalah bagian terlezat dari hati ikan.”

Seorang Yahudi datang menghadap Rasulullah dan mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak mungkin ada yang bisa menjawabnya selain seorang nabi. Ia berkata:

فَمَا تُحْفَتُهُمْ حِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ؟ قَالَ: زِيَادَةُ كَبِدِ النُّونِ. قَالَ: فَمَا غَذَاؤُهُمْ عَلَى إِثْرِهَا؟ قَالَ: يُنْحَرُ لَهُمْ ثَوْرُ الْجَنَّةِ الَّذِي كَانَ يَأْكُلُ مِنْ أَطْرَافِهَا. قَالَ: فَمَا شَرَابُهُمْ عَلَيْهِ؟ قَالَ: مِنْ عَيْنٍ فِيهَا تُسَمَّى سَلْسَبِيلًا

“Suguhan apakah yang diberikan kepada penduduk jannah ketika memasukinya?” Beliau menjawab, “Bagian terlezat dari hati ikan.” Si Yahudi bertanya lagi, “Hidangan apakah yang diberikan setelahnya?” Rasul menjawab, “Disembelihkan untuk mereka sapi jannah yang mencari makan di tepi-tepi jannah.” Si Yahudi berkata, “Apakah minuman mereka?” “Dari mata air bernama Salsabil.” (HR. Muslim dari Tsauban maula Rasulullah).

Selamat menikmati liburan, hindari ujub, takabbur dan tabdzir, semoga Allah memberikan kesehatan, keberkahan dan kebahagiaan dunia dan akhirat, menikmati surga yang sebenarnya, di dalam surga yang sesungguhnya ada Hidup tanpa Mati, Muda tanpa Tua, Sehat tanpa Sakit dan Bahagia tanpa sedih selamanya.

Sempurnakan Shalat Anda

Hudzaifah ibnu Alyaman adalah sahabat spesial, ia diberi amanah untuk menyimpan rahasia – rahasia Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, banyak berita rahasia hanya ia yang tau, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, hanya menceritakan kepada beliau dan tidak memberi tahu sahabat – sahabat yang lain.

Umar bin Khathab pernah meminta para sahabat untuk berandai – andai, di antara para sahabat ada yang berkata “seandainya rumah ini penuh dengan emas, maka aku akan sedekahkan semuanya di jalan Allah“ ada juga yang berkata “sendainya rumah ini berisi penuh mutiara maka semua akan aku belanjakan di jalan Allah”, Umar bin Khatab berkata “namun aku berandai bila satu rumah ini penuh dengan pemuda seperti Abdullah bin Rawahah, Muaz bin Jabal dan Khuzaifah ibnu Alyaman untuk aku beri tugas guna kemaslahatan kaum muslimin.

Umar bin Khathab melihat sosok Hudzaifah seorang yang sangat penting sehingga Rasulullah menjadikan beliau sebagai orang menyimpan rahasia – rahasia beliau tentang ummat ini, sehingga Umar bin Khathab bertanya kepada Hudzaifah “apakah namaku disebut Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bagian dari orang munafiq”?.

Hudzaifah menjawab tidak, namun setelah engkau aku tidak dapat menjamin seorang pun dari mereka.

Dalam satu kesempatan Hudzaifah melihat orang yang sedang shalat namun tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya, ia berkata kepada orang itu “Shalat engkau tidak sah, bila engkau mati maka engkau mati bukan dalam agama fitrah (islam) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. (Fathul baari, bab shalat).

Melihat orang yang gerakan shalatnya tidak sempurna mendapat perhatian yang besar dari sahabat Hudzaifah berarti masalah shalat yang ruku’ dan sujudnya tidak sempurna adalah masalah besar, bisa jadi orang yang shalat dengat cara seperti itu tidak mendapatkan pahalanya.

عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إن الرجل ليصلي ستين سنة وما تقبل الله له صلاة، لعله يتم الركوع ولا يتم السجود، ويتم السجود ولا يتم الركوع. فقد ذكره المنذري في الترغيب والترهيب، وقال: رواه أبو القاسم الأصبهاني، وينظر سنده ـ وحسنه الألباني في سلسلة الأحاديث الصحيحة.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, bersabda: Sesungguhnya ada orang yang melaksanakan shalat selama 60 tahun namun Allah tidak menerima shalatnya, bisa jadi ruku’nya sempurna namun ia tidak menyempurnakan sujud, atau bisa jadi sujudnya sempurna namun ruku’nya tidak sempurna. (Dinilai hasan oleh Albany).

وعن أبي عبد الله الأشعري رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا لا يتم ركوعه, وينقر في سجوده وهو يصلي فقال : ” لو مات هذا على حاله هذه مات على غير ملة محمد !

Dari Abu Abdillah Al Asy’ari ra ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, melihat seseorang yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujud seperti ayam mematuk makanan, lalu beliau bersabda: seandainya ia mati dalam kondisi seperti ini maka ia mati bukan dalam agama Muhammad shallallahu alaihi wasallam. (Dinilai shahih oleh Albani).

يقول عمر بن الخطاب رضي الله عنه
إن الرجل ليشيب في الاسلام ولم يكمل لله ركعة واحدة , قيل : كيف يا أمير المؤمنين قال : لا يتم ركوعها ولا سجودها

Umar bin Khathab berkata: ada seseorang yang rambutnya sampai beruban di dalam islam, namun shalatnya satu rakaat pun tidak sempurna, para sahabat bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Amirul mukminin? Umar berkata : ia tidak sempurnakan ruku’ dan sujudnya.

Melihat keterangan dari riwayat – riwayat yang telah kami kemukakan menunjukkan bahwasanya shalat dengan baik adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakkan, karena itu menentukan kualitas shalat tersebut, maka sudah semestinya kita belajar gerakan dhalat dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, seperti sabda beliau:

“Shalatlah seperti kalian melihat aku shalat”.

Mari kita sampaikan hadits – hadits ini dan ajarkan pada anak – keturunan kita shalat yang baik dan benar, dengan kualitas yang baik seperti yang diajarkan oleh beliau, bagi yang sudah baik mari kita tingkatkan, bagi yang belum mari kita sempurnakan, dimulai dengan belajar shalat lalu diamalkan dengan baik pula.

Berusahalah…. Selanjutnya Terserah Allah

Nabi ibrahim pun harus bersusah payah mencari 4 ekor burung kemudian mencincangnya dan masih dilanjutkan menaruhnya di 4 gunung di 4 arah yg berbeda, setelah semua kerja keras itu dilakukan, maka tinggallah beliau menanti keajaiban, maka tatkala beliau memanggil burung-burung tersebut, berdatanganlah mereka dalam keadaan hidup seperti sebelum dicincang.

Sebenarnya untuk sekedar menunjukkan bagaimana kehidupan itu tercipta, Allah cukup hanya mengucapkan “jadilah” tetapi hikmah kehidupan yg Allah gariskan dalam sejarah manusia mengharuskan Nabi ibrahim bekerja dan berusaha keras sebelum melihat apa yg telah Allah persiapkan.

Ibunda Ismail, Siti Hajar pun demikian, harus pontang panting lari kesana kemari untuk mencari air, ia yakin sebagaimana pernah disampaikan kepada sang suami bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya yg beriman. Tetapi keyakinan ini harus ia tebus dg kerja keras, harapan itu harus ia kejar dg keyakinan yg tak boleh surut. Fisiknya sebagai seorang wanita benar-benar dimaksimalkan hingga titik tertinggi untuk usaha menemukan …air. Maka muncullah air zam-zam di bawah kaki ismail setelah tujuh putaran antara shafa dan marwa.

Sebenarnya Allah bisa saja mengeluarkan air zam-zam sblm hajar berlarian antara shafa dan marwa, tetapi demikianlah sunatullah kehidupan  ” bekerjalah maka engkau akan menuai hasilnya” , ternyata hasil berlarian kesana kemari membuahkan hasil, air zam-zam muncul secara ajaib di bawah kaki ismail, bukan hasil ia berlarian antara shafa dan marwa. Itulah cara Allah menguji hambaNya . Solusi tidak mesti sesui dengan harapan manusia, tidak mesti berasal dari usaha manusia tetapi usaha harus tetap ada agar mendapat solusi.

Ketika Nabi Musa memukulkan tongkatnya ke laut merah, maka terbelahlah lautan itu membentuk jalan yang membawa Bani Israel keluar dari Mesir. Apakah Allah tidak mampu membelah lautan secara langsung tanpa harus Nabi Musa memukulkan tongkatnya? Subhanallah… Allah yang Maha Kuasa tentu saja mampu, namun disinilah pelajaran yang hendak ditanamkan dalam sejarah dari kejadian ini, bahwa ikhtiar manusia dituntut untuk sebuah perubahan. Sebab harus dilakukan sebagai syarat munculnya musabbab. Dan apa yang terjadi selanjutnya maka itu urusan Allah.=

Begitulah keajaiban itu datang, tak mesti terletak dalam usaha dan ikhtiar kita, boleh jadi ia datang dari jalan lain. Tidak harus sama dengan kehendak kita, boleh jadi dengan hal yang sama sekali tidak kita duga.

Intinya….

Jika punya obsesi, harapan dan cita-cita yang baik… lakukan sebab yang mengarah kepadanya.

Jika hidup sedang didera masalah maka berusahalah mencari solusinya dengan gigih.

Adapun setelahnya…. serahkan semuanya kepada Allah karena anda telah selesai dengan tugas anda, selanjutnya urusan Allah. Berharaplah yang terbaik yang datang kepada anda.

Bekerjalah… Bergeraklah…berjibakulah…karena keajaiban akan datang dg cara yg ajaib, tidak terduga…dari arah yang tiada disangka.

Karena bekerja dan beramal adalah bentuk kesyukuran dan kesyukuran yg mengiringi amalan akan memberkahi hasil usahanya.

اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (QS. As saba’: 13)

Hafalan Al Quran Dapat Mencegah Berbagai Penyakit

Sebuah kajian baru membuktikan bahwa semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al-Qur’an Al-Karim, maka semakin baik pula kesehatannya. Dr. Shalih bin Ibrahim Ash-Shani’, guru besar psikologi di Universitas Al-Imam bin Saud Al-Islamiyyah, Riyadh, meneliti dua kelompok responden, yaitu mahasiswa/i Universitas King Abdul Abdul Aziz yang jumlahnya 170 responden, dan kelompok mahasis Al-Imam Asy-Syathibi yang juga berjumlah 170 responden.

Peneliti mendefinisikan kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari tiga faktor utama: agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Untuk mengukurnya, peneliti menggunakan parameter kesehatan psikis –nya Sulaiman Duwairiat, yang terdiri dari 60 unit.

Penelitian ini menemukan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikis, dan mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-Qur’an itu memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang sangat jelas.

Ada lebih dari tujuh puluh kajian, baik dari agama Islam atau asing, yang seluruhnya menegaskan urgensi agama dalam meningkatkan kesehatan psikis seseorang, kematangan dan ketenangannya. Sebagaimana berbagai penelitian di Arab Saudi sampai pada hasil yang menegaskan peran Al-Qur’an Al-Karim dalam meningkatkan keterampilan dasar siswa-siswa sekolah dasar, dan pengaruh yang positif dari hafalan Al-Qur’an untuk mencapai IP yang tinggi bagi mahasiswa.

Kajian tersebut memberi gambaran yang jelas tentang hubungan antara keberagamaan dengan berbagai bentuknya, terutama menghafal Al-Qur’an Al-Karim, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap kesehatan psikisi individu dan kepribadiannya, dibanding dengan individu-individu yang tidak disiplin dengan ajaran-ajaran agama, atau tidak menghafal Al-Qur’an, sedikit atau seluruhnya.

Setiap orang yang menghafal sebagian dari Al-Qur’an dan mendengar bacaan Al-Qur’an secara kontinu itu pasti merasakan perubahan yang besar dalam hidupnya. Hafalan Al-Qur’an juga berpengaruh pada kesehatan fisiknya. Melalui pengalaman dan pengamatan, dipastikan bahwa hafalan Al-Qur’an itu dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada seseorang, dan membantunya terjaga dari berbagai penyakit.

Berikut ini adalah manfaat-manfaat hafalan Al-Qur’an, seperti yang penulis dan orang lain rasakan:

1. Pikiran yang jernih.
2. Kekuatan memori.
3. Ketenangan dan stabilitas psikologis.
4. Senang dan bahagia.
5. Terbebas dari takut, sedih dan cemas.
6. Mampu berbicara di depan publik.
7. Mampu membangun hubungan sosial yang lebih baik dan memperoleh kepercayaan dari orang lain.
8. Terbebas dari penyakit akut.
9. Dapat meningkatkan IQ.
10. Memiliki kekuatan dan ketenangan psikilogis.

Karena itu Allah berfirman, “Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami kecuali orang-orang yang lalim.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 49)

Ini adalah sebagian dari manfaat keduniaan. Ada manfaat-manfaat yang jauh lebih besar di akhirat, yaitu kebahagiaan saat berjumpa dengan Allah, memperoleh ridha dan nikmat yang abadi, mendapatkan tempat di dekat kekasih mulia Muhammad

Tidak sama penghuni Surga dengan penghuni Neraka

Judul artikel ini merupakan penggalan makna ayat 18 dari surat ke 59, Al-Hasyr namanya, yang menyatakan bahwa tidak lah sama antara penghuni Surga dengan penghuni Neraka, ayat ini sekilas memberitahu kita semua bahwa Neraka dan Surga adalah ciptaanNya, keduanya adalah tempat yang berbeda serta fasilitas dan tawaran kenikmatannya juga beda, dari ayat – ayat dan hadits Nabi shallahu alaihi wa sallam, secara detail disebutkan perbedaan itu, maka orang – orang yang cerdik akan melihat jelas perbedaan itu lalu mengambil pilihan yang tepat, dengan melaksanakan jalan yang menghantarkan mereka ke surga tersebut, sungguh beruntung orang yang telah menentukan pilihan yang benar.

Berikut ini kami sebutkan sedikit perbedaan yang disebutkan di dalam Al Quran atau Sunnah tentang perbedaan keduanya.

Pakaiannya BEDA

a. Pakaian Ahli Surga

عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ ۖ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا

Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih (QS Al Insan: 21).

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَلُؤْلُؤًا ۖوَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ

(Bagi mereka) surga `Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. (QS Fathir: 33).

b. Pakaian Ahli NERAKA

فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. (QS Al Hajj: 19).

وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ (49) سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ (50)

Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu, Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, (QS. 14:50).

Makanan dan minumannya BEDA

a. Makanan Ahli surga

“Di dalam surga itu mereka diberi minum (segelas minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan Salsabila.” (QS Al-Insan: 17-18).

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata air-mata air. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka inginkan. (Dikatakan kepada mereka). ‘Makan dan minumlah kalian dengan enak karena apa yang pernah kalian perbuat.” (QS Al-Mursalat: 41-43).

“Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka inginkan.” (QS Ath-Thuur: 22).

Di sana ada sungai-sungai yang airnya tidak payau, dan sungai-sungai air susu yang tidak berubah rasanya, dan sungai-sungai khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya, Dan sungai-sungai madu yang murni. (QS.Muhammad:15).

b. Makanan penghuni neraka

– Buah Zaqum
“Sungguh pohon zaqqum itu adalah makanan bagi orang-orang yang berbuat dosa. Rasanya seperti lelehan logam yang mendidih di dalam perut, seperti air mendidih yang amat panas.” (QS Adhukhan: 43-46).

– Hamim
Orang-orang kafir dan musyrik itu akan memakan sebagian dari buah pohon zaqum itu. Namun tidak menjadikan mereka kenyang. Kemudian orang-orang kafir itu akan mendapatkan hamim; minuman air mendidih yang sangat panas.” (QS Ashaffat: 66-67).

– Dhari’
“Mereka tidak akan mendapat makanan selain dari pohon yang berduri (Dhari). Yang tidak menggemukan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS Al Ghasiyah: 6-7).

– Ghislin
“Maka tiada seorang teman pun baginya pada hari ini, di sini. Tiada pula makanan sedikit pun (baginya) kecuali dari ghislin (nanah penghuni neraka). Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa.” (QS Al Haaqqah : 35-37).

Tempat duduknya juga BEDA

a. Tempat duduk penghuni surga

“Mereka bertelekan (duduk dengan santai) di atas permadani yang sebelah dalamnya terbuat dari sutra yang tebal. Dan buah-buahan di kedua surga itu dapat (dipetik) dari dekat.” (QS. Ar-Rahmaan: 54).

“Di atas sofa bertahtakan emas dan permata. mereka bersandar di atasnya, berhadap-hadapan.” (QS. Al-Waaqia’ah:15-16).

“Mereka bersandar pada bantal yang berwarna hijau dan permadani yang sangat indah.” (QS. Ar-Rahmaan: 76).

b. Tempat duduk Ahli NERAKA

“Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu, Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka, (QS. 14:50).

ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api (QS Al Mukmin 71-72).

Salam sambutan mereka juga BEDA

a. 1. Salam Orang Mukmin Diantara Mereka

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلاَمٌ
Doa mereka di dalamnya ialah, Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami, dan salam penghormatan mereka ialah “salam sejahtera”. (QS.Yunus:10).

2. Salam Malaikat Kepada Orang Mukmin

وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

“Penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.” (QS.Az-Zumar:73).

3. Salam Allah kepada Hamba-Nya

سَلَامٌ قَوْلاً مِن رَّبٍّ رَّحِيمٍ

“(Kepada mereka dikatakan), “Salam,” sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS.Yasiin:58).

b. Salam dan sambutan di Neraka

Pada hari mereka didorong ke neraka Jahannam dengan sekuat-kuatnya.
(Dikatakan kepada mereka): “Inilah neraka yang dahulu kamu selalu mendustakannya”. (QS Athuur : 13-14).

Lalu diperintahkan malaikat penjaga neraka: “Tangkaplah orang yang berdosa itu serta belenggulah dia, Kemudian bakarlah dia di dalam neraka Jahiim, Selain dari itu, masukkanlah dia dalam (lingkaran) rantai besi yang ukuran panjangnya tujuh puluh hasta, (dengan membelitkannya ke badannya)! (QS Alhaaqqah: 30-32).

Mudah – mudahan Allah memberikan kepada kita istiqamah sehingga wafat dalam ketaatan dan kebaikan.

Perjalanan Hidup Manusia

Wahai saudaraku…
Ketahuilah bahwa Allah menjadikan umur manusia berpindah-pindah dari satu fase ke fase berikutnya, dan tentang ini Allah ta’ala telah menjelaskannya di dalam kitabNya yang mulia bahkan Allah ta’ala menjelaskan hal ini dari asal mula pencinptaan manusia tersebut dari sebelum ia keluar ke dunia ini.

Allah telah menjelaskan penciptaan manusia ketika ia masih dalam perut ibunya ketika ia hanyalah setetes mani yang hina kemudian menjadi tulang dan segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging. Dan Rasulullah telah menjelaskan hal ini didalam haditsnya yang mulia beliau bersabda :

(( إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثمَّ يُرْسَلُ إلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فيهِ الرُّوحَ، وَيُؤمَرُ بأرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أوْ سَعِيدٌ.
” Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi ‘Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya”(H.R. Al Bukhari dan Muslim)

Kemudian Allah menjadikan masa muda adalah masa terpenting dalam kehidupan manusia. Pemuda adalah bersatu kekuatan diantara dua kelemahan, Allah subhanallah wa ta’ala berfirman ”

{۞ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ} [الروم : 54]

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”

Maka Allah subhanallah wa ta’ala menjadikan masa muda adalah kekuatan bagi manusia, kekuatan di dalam badannya kekuatan dalam pikiranya kekuatan didalam keberaninya.

Renungkanlah, ketika anda di masa kecil apa yang bisa anda lakukan? Masa itu hanyalah masa dimana anda hanya bisa bergantung terhadap orang lain hanya memikirkan main makan dan minum, kekuatan fisik pun masih lemah, tidak banyak yang bisa anda perbuat ketika anda berada pada masa itu.

Kemudian coba renungkanlah ketika dimasa anda tua nanti apa yang bisa anda lakukan? Jalan sudah susah, badan banyak yang sakit, rambut sudah beruban hanya tinggal nunggu waktu saja, tidak banyak kekuatan lagi yang bisa anda lakukan ketika anda tua nanti.

Akan tetapi ketika dimasa muda anda seperti saat ini lihatlah semua hal anda sanggup lakukan karena ketika dimasa muda itulah puncaknya masa bagi manusia, jangan sia-siakan masa muda anda hanya dengan istirahat, jangan buang masa muda anda hanya dengan bermain atau tidur, jangan anda sia-siakan masa muda anda hanya dengan sebatas handpone dan internet, bergeraklah! Lakukan apa yang perlu anda lakukan! Cari ilmu sebanyak mungkin dari sekarang. Tanam dari sekarang niscaya anda akan memetik hasilnya nanti dimasa tua.

Mari kita kembali sesaat ke sejarah, sejarah nabi yang kita cintai Muhammad shalawallahu alaih wa sallam. Ketika nabi Muhammad shalawallahu alaih wa sallam mengajak manusia ke agama islam dan melarang mereka dari melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah ta’ala seperti menyembah berhala dan lain sebagainya tidak ada yang menghiraukan dakwah beliau kecuali para pemuda, adapun mereka yang sudah melewati masa mudanya kebanyakan dari mereka menolak, ingkar dan membangkang seperti Umayyah bin Khollaf, Abu lahab dll, akan tetapi ketika anda melihat para pemudannya seperti Abu bakar beliau masuk islam ketika berumur 38 tahun, Umar bin Khottob beliau masuk islam ketika berumur 26 tahun, atau seperti Ustman bin Affan beliau masuk islam ketika berumur 25 tahun, adapun Ali bin Abi Tholib beliau masuk islam ketika berumur 9 atau 10 tahun dan lain sebagainya.

Ketahuilah mereka semua adalah pemuda, mereka tumbuh dalan ketaatan kepada Allah ta’ala, Maka Allah pun memuji mereka didalam kitabnya yang mulia

({مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ))

“Muhammad adalah utusan Allah, dan yang bersamanya”,

siapakah mereka yang bersama rasul? Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali para pemuda yang tubuh mereka dipakai untuk ketaatan dijalan Allah. Mereka berjalan dijalan orang-orang yang mengajak mereka kepada keharaman mereka melihat segala jenis kemungkaran disemua tempat akan tetapi mereka mampu menjaga diri mereka, Maka Allah memuji mereka dan meyebutkan sifat-sifat mereka:

({مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ ۖ )

” Muhammad adalah utusan Allah dan yang bersama mereka keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang kepada sesama mereka”,

kemudian Allah menjelaskan bagaimana mereka memakai waktu mereka dan kemampuan mereka, Allah berfiman ( رُكَّعًا سُجَّدًا تَرَاهُمْ) ” Kamu mendapatkan mereka dalam keadaan bersejud dan rukuk kepada Allah”. Kalian melihat mereka selalu dekat dengan Allah dan mereka tidak terjatuh didalam kemungkaran disebabkan jiwa mudanya dan kekuatannya.

Semoga kita selalu dijaga oleh Allah dan selalu dilindungi dari kemaksiatan dan marabahaya.

by Alfath Syamsuna
Mahasiswa Al Azhar University
Cairo – Mesir

Pewaris Nabi Yang Terdzolimi

Akhir-akhir ini, dunia maya tengah dihebohkan oleh berita kriminalisasi yang dialami beberapa ulama kita di tanah air. Tidak nanggung-nanggung, selain fitnah chat mesum yang dialami salah satu diantara mereka yang hingga saat ini tak kunjung usai, bahkan dewasa ini sudah ada yang berani main fisik. Bukan hanya wajah yang menjadi lebam dan tubuh yang berdarah-darah, salah satu diantara mereka pun bahkan ada yang sampai meregang nyawa.

Keadaan seperti ini tentu suatu hal yang sangat patut disayangkan. Bagaimana tidak, ulama yang merupakan pewaris para nabi, yang keutamaanya demikian banyak allah dan rasul-Nya sebutkan di dalam al-qur’an dan al-hadits, harus mengalami kriminalisasi sedemikian rupa di negeri mereka sendiri. Sebuah negeri yang sudah merdeka sejak tahun 1945 yang lalu, bahkan sebuah negeri yang diklaim sebagai negara dangan populasi muslim terbesar di dunia.

Kalau kita mau membuka kembali lembaran sejarah hidup ulama kita terdahulu, maka kita akan mendapati bahwa sebenarnya hal seperti itu bukanlah hal baru. Pada masa awal kenabian, rasulullah saw diajak khadijah ra untuk berkunjung ke rumah salah satu pamannya yang bernama Waroqoh bin Naufal. Disana, beliau mendapat kabar bahwa siapapun yang membawa kebenaran, maka akan ada saja orang yang menolaknya, menentangnya, bahkan mengusirnya dari kampung halamannya. Terbukti setelah itu, selama kurang lebih 13 tahun lamanya beliau mengalami intimidasi dari masyarakat sekitar. Beliau yang sebelumnya merupakan orang yang paling dipercaya yang bahkan mendapat gelar “al-amin”, saat itu langsung dikriminalisasi dengan dituduh sebagai orang gila, tukang sihir, diludahi, bahkan pernah terjadi beberapa kali percobaan pembunuhan terhadap beliau saw.

Kemudian pada masa tabiin. Pada masa itu, Sa’id bin al-musayyib pernah dicambuk sebanyak 60 kali. Lebih kejam dari itu, bahkan sa’id bin jubair yang juga merupakan salah seorang tabiin terkemuka sampai dipenggal kepalanya oleh Al-Hajjaj bin yusuf al-Tsaqofi, seorang panglima bertangan besi dari kekhilafahan umawi.

Begitu juga pada masa khilafah abbasiyah. Kita akan mendapati bagaimana seorang imam Abu Hanifah dan imam Malik bin Anas pernah dicambuk dan imam syafii pernah dirantai dari yaman hingga Baghdad. Keadaan menyedihkan seperti itu juga tidak luput dialami oleh imam ahmad bin hambal. Beliau dicambuk kemudian dipenjara selam 30 bulan gara-gara tidak mau mengakui kemakhlukan qur’an sebagaimana yang diyakini mu’tazilah.

Kemudian di negeri kita sendiri, Indonesia. Kita semua tau, yang banyak berkontribusi atas kemerdekaan Indonesia adalah ulama dan santri. Sebagai pejuang, tentu tidak selalu berjalan mulus. KH. Hasyim Asy ‘Ary sendiri, yang merupakan pendiri Nahdatul Ulama, pernah juga mendekam di dalam penjara. Banyak siksaan fisik yang didapatkan beliau selama berada di dalam tahanan. Bahkan, salah satu jarinya patah dan tidak bisa digerakkan. Kemudian KH Ahmad Dahlan, pendiri muhammadiyah. Da’wah yang beliau lakukan pun tidak selalu berjalan mulus. pertentangan, penolakan hingga ancaman pembunuhan pun dialami beliau di dalam menyebarkan da’wahnya.

Melihat sejarah yang seperti itu, kita sepakat dengan bapak Taufik Ismail yang berpendapat bahwa apa yang terjadi di negara kita akhir-akhir ini merupakan pengulangan. Kaidah sendiri mengatakan, “at tarikhu yu’idu nafsahu; sejarah itu mengulang dirinya”. Akan selalu ada yang menyuarakan kebenaran, sebagaimana akan selalu ada juga yang menentang mereka.
Lantas, apa yang harus kita lakukan? Ulama kita dikriminalisasi sedemikian rupa. Apakah kita hanya akan berdiam diri saja? Tentu tidak. Masalah apa yang harus dilakukan, itu menjadi PR kita masing-masing, sesuai dengan kemampuan yang kita punya. Ada kekuasaan, gunakan itu sebaik mungkin untuk membela kebenaran. Kalau tidak, gunakan lisan kita untuk menyuarakan kebenaran itu. Kalau tidak mampu juga, paling tidak kita membenci hal itu dengan hati kita, kata nabi. Dan itulah selemah-lemahnya iman.

*dari berbagai macam sumber

by Ahmad Akbar Hakiki
Mahasiswa Al Azhar Cairo, Mesir

Semangat Menulis Yang Telah Pudar

Menulis adalah salah satu tradisi para Ulama zaman dahulu dan juga para intelektual,
Menulis memiliki pengaruh besar untuk kebangkitan peradaban Islam dan dunia,
Menulis adalah cara untuk mendokumentasikan ilmu dan kelak menjadi amal jariyah meskipun tubuh sudah terkujur tanah,

Banyak sekali Ulama dahulu yang produktif menulis kitab, seperti halnya Imam Nawawi rahimahullah yang memiliki karya tulis melebihi jumlah umurnya, dan Imam Nawawi memiliki 3 macam kategori tulisan,
Yang pertama, karya tulis beliau yang selesai ditulis, seperti Syarh Muslim, Arrhaudoh, riyadhussholihin, dll.
Yang kedua, karya tulis beliau yang belum selesai karena beliau telah wafat lebih dulu, seperti Al-Majmu’Syarh AlMuhadzab, Syarh Al-wasith, dan syarh Al-Bukhari,
Dan ketiga adalah karya tulis beliau yang dihapus kembali, karena dengan alasan tertentu. Seperti alasan beliau menghapus karyanya itu karena takut tidak ikhlas ketika menulisnya, ada beberapa tulisan yang belum matang, dan karena tidak ada waktu luang untuk mengulang karya tulisnya.

Begitu juga Imam Suyuthi rahimahullah, yang tak kurang beliau memiliki 600 kitab karya beliau. Dan masih banyak lagi ulama-ulama lain yang memiliki karya tulisnya, seperti Imam Adz-Dzahabi, Imam Bukhori, ibnu taimiyah, dll.

Tidak sama seperti yang kita kira, bahwa satu kitabnya mereka itu berbeda dengan satu kitab zaman sekarang. Dan jangan kira bahwa satu kitab karya mereka itu terdiri hanya satu jilid buku saja, namun sangat banyak dan tebal, berkisar 4 jilid hingga 30 jilid, dan setiap jilid total halaman kurang lebih 600-700 halaman.
Sungguh luar biasa bukan??

Zaman dahulu yang penuh dengan keterbatasan, baik itu keterbatasan fasilitas atau informasi dan lain sebagainya, namun mereka melebihi mampu melahirkan jutaan karya tulis yang mungkin tidak kita temui pada zaman sekarang ini.

Dahulu mereka menulis dengan manual, yaitu dengan tangan mereka sehingga yang tersisa adalah sebuah manuskrip kuno, yaitu tulisan asli dari penulisnya. Dan pena yang mereka punya tidak seperti yang kita bayangkan, mereka menggunakan tinta yang sangat jauh berbeda dengan pena sekarang.

Dan sekali lagi, mereka melebihi mampu.. Bagaimana dengan kita??

Semua fasilitas ada, informasi mudah, media merajalela, namun sangat sedikit sekali karya yang tertuai. Apa karena kemudahan itu sehingga kita meng-gampangkan dan meremehkan sebuah tradisi yang hampir terlupakan ini.?

Apa sebabnya…? Sehingga sekarang kita lemah dalam menulis?

Kita merasa sangat susah sekali untuk memulai menulis, entah memulai dari mana, apa karena memang masih belum ada ilmu dalam otak kita, sehingga kita butuh banyak referensi, kemudian baru kita bisa menulis…??

Ulama zaman dahulu memiliki cara belajar tersendiri, sebelum mereka belajar apapun, pertama kali yang mereka lakukan adalah menghafal Al-Quran, karena Al-Quran adalah sumber Informasi yang sangat autentik hingga akhir zaman kelak, kemudian mereka belajar Adab dan menghafal matan-matan ilmiyah.

Jadi, rahasia sukses belajar Ulama dahulu yang mungkin sudah dikesampingkan oleh orang-orang zaman sekarang adalah dengan cara menghafal, yaitu (Al-Hifdzu qoblal fahmi) menghafal sebelum memahami. Dan setelah menghafal mereka bisa merenungi dan memahami matan-matan yang mereka hafal dan kemudian dijabarkan menjadi ilmu yang luas. Setelah mereka menemukan luasnya ilmu dari petikan-petikan syair itu kemudian mereka tuangkan dalam tinta pena, tertulis dalam goresan penanya dan lahir menjadi jutaan karya tulis.

Marilah kita hidupkan kembali tradisi para Ulama ini,
Hidupkan kembali ilmu yang lama terpendam,
Bangkitkan peradaban Islam dan dunia dengan menulis.

Allahul Musta’an
Wallahu a’lam bisshowab

Muhammad Munib
Mahasiswa Al Azhar
Cairo – Mesir

Penasehat terbaik di Dunia

Siang ini Senin 15 Januari 2018 menjelang zhuhur kami sudah berjalan menuju masjid kebanggan kami di bilangan cibubur, langit terlihat mendung menutupi keindahan cahaya matahari, namun langit masih menahan beratnya kandungan hujan dan enggan menurunkannya, menunggu perintah Zat Yang mengendalikannya.

Di halaman masjid terlihat pemandangan yang tidak biasa, banyak mobil masuk ke halaman masjid, banyak pula orang lalu lalang dan berjalan agak terburu – buru, bapak – bapak, ibu – ibu, muda – mudi kelihatannya sibuk melangkahkan kalinya sambil berbicara dengan rekan – rekan mereka kelihatannya sangat serius, kami mengira mungkin ada orang yang ingin masuk islam, karena masjid ini terkenal sebagai tempat yang banyak dipilih orang sebagai tempat ikrar syahadat.

Habis berwudhu kami masuk ke dalam masjid seperti biasa selalu memilih tempat favorit di bagian masjid yang terkenal dengan kemegahan dan kemakmuran kajian ilmunya itu, duduk sebentar maksud hati ingin istirahat sambil mendengarkan indahnya suara adzan yang berkumandang memenuhi sanubari, namun saat kami menoleh ke sisi kanan kami melihat sebuah benda yang menghilangkan penasaran kami sejak tadi, ia adalah satu tempat yang diselimuti dengan kain hijau dengan kaligrafi kalimat tauhid berwarna kuning emas, iya, itu adalah keranda jenazah.

Sambil menunggu iqamah, pengurus masjid pun segera mengumumkan kepada jamaah bahwa ada seorang jamaah atas nama fulan bin fulan telah dipanggil Allah untuk menghadapNya, dari pengumuman itu terdengar jelas bahwa jenazah berusia 40 tahun, meninggalkan beberapa orang anak dan istri, pengurus meminta kesediaan jamaah untuk ikut menshalatkan jenazah tersebut, usia muda memang tidak menjamin seseorang akan hidup lebih panjang, semua telah ditentukan Dzat Yang menciptakan kehidupan dan kematian.

Selesai shalat zhuhur sang datok imam langsung meminta jamaah untuk memberikan jalan bagi keranda jenazah untuk diletakkan di hadapan imam, shalat jenazah segera dilaksanakan dipimpin seorang imam hafizh Al Quran yang juga menerangkan kaifiyah (tata laksana) shalat jenazah kepada makmum, Alhamdulillah dari jamaah yang hadir ratusan orang ikut meshalatkan jenazah tersebut.

Kami teringat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan

مَا مِنْ رَجُلٍ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ عَلَى جَنَازَتِهِ أَرْبَعُونَ رَجُلاً لاَ يُشْرِكُونَ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ شَفَّعَهُمُ اللَّهُ فِيهِ

“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan syafa’at (do’a) mereka untuknya.” (HR. Muslim).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda,

مَا مِنْ مَيِّتٍ يُصَلِّى عَلَيْهِ أُمَّةٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يَبْلُغُونَ مِائَةً كُلُّهُمْ يَشْفَعُونَ لَهُ إِلاَّ شُفِّعُوا فِيهِ

“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya), maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.” (HR. Muslim).

Dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَمُوتُ فَيُصَلِّى عَلَيْهِ ثَلاَثَةُ صُفُوفٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ إِلاَّ أَوْجَبَ

“Tidaklah seorang muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan do’a mereka akan dikabulkan.” (HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud no. 3166. Imam Nawawi menyatakan dalam Al Majmu’ 5/212 bahwa hadits ini hasan).

Jenazah yang berbaring di hadapan seluruh jamaah bahkan termasuk imam, adalah pemberi nasehat terbaik bagi manusia yang masih hidup, lisannya paling fasih, bahasa tubuhnya paling mengena, dan pelajaran yang akan diterima benar – benar sangat membekas dalam hati, mengenai hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Cukuplah kematian yang menjadi penasehat”. (Alhadits).

Nasehat dari jenazah itu begitu kuat, kata – katanya sangat kuat dan melembutkan hati, dalam satu riwayat dari Shafiyyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan, ada seseorang yang datang kepada Aisyah radhiyallahu anha berkata: Wahai ibu sesungguhnya hatiku terasa sangat keras, sulit tersentuh dengan ayat – ayat Al Quran dan nasehat, Aisyah berkata: Hendaklah engkau mengingat mati, karena mengingat mati akan melembutkan hati.

Menghadiri jenazah, menshalatkan dan mengantar jenazah ke kuburan merupakan amal shaleh yang pahalanya sangat besar.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ  . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ  مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ

“Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menjawab, “Dua qirath itu semisal dua gunung yang besar.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

« مَنْ صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ وَلَمْ يَتْبَعْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ فَإِنْ تَبِعَهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ ». قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ « أَصْغَرُهُمَا مِثْلُ أُحُدٍ ».

“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?” “Ukuran paling kecil dari dua qirath adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim).

Dalam Riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Ibnu Umar radhiyallahu anhu saat mendengar hadits tentang pahala orang yang menghadiri shalat dan mengantarkan jenazah ke kuburan sangat besar maka ia sangat menyesal, karena seringkali kesempatan ibadah ini terlewatkan, kala itu ia memegang benerapa kerikil di tangannya, ia membanting kerikil – kerikil itu sebagai bentuk kekesalannya seraya berkata: berapa banyak Qirath yang sudah kita baikan?!

Mudah – mudahan Allah merahmati seluruh jenazah kaum muslimin dan mengampuni kesalahan – kesalahan mereka, serta menempatkan mereka di taman – taman surga.

Peristiwa di Subuh Hari

Sayup-sayup indahnya suara ayam berkokok mulai terdengar bersahut -sahutan mengusir sepinya malam menyambut datangnya fajar, fajar datang ditandai dengan azan subuh yang menggema menggulung tabir kesunyian malam, tanda – tanda kehidupan mulai nampak, satu – persatu manusia pilihan Tuhan semesta alam (Rabbul Alamin) mulai menggeser palang pintu rumahnya keluar menelusuri jalan mengusik kerikil – kerikil yang sedang asyik bertasbih menuju asal suara indah yang terdengar jelas dari corong penghantar suara masjid.

Sungguh Allah azza wajalla sangat memuliakan mereka, hayunan langkah demi langkah menuju masjid mengangkat derajat dan menggugurkan karatan kesalahan yang telah memenuhi catatan amal manusia, Tanah yang diinjak manusia saat mereka berjalan menuju masjid akan menjadi saksi yang akan membela mereka pada hari kiamat nanti.

Bani Salimah yang perkampungan mereka berada agak jauh dari Masjid Nabawi membuat mereka sering terlambat menghadiri panggilan Allah setiap kali waktu shalat, mereka mulai berencana untuk membuat lapak baru sebagai tempat hunian mereka di wilayah yang tidak begitu jauh dari Masjid Nabawi, desas – desus ingin eksodus sudah mulai tercium di tengah masyarakat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin melakukan konfirmasi kepada Bani Salimah perihal itu, saat informasi itu sudah terkonfirmasi maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasehat kepada mereka

يَا بَنِي سَلِمَةَ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ دِيَارَكُمْ تُكْتَبْ آثَارُكُمْ
“Wahai bani salimah, hendaklah kalian tinggal di kampung kalian, sesungguhnya perjalananmu menuju masjid dinilai pahala oleh Allah”. (HR Muslim).

Namun apa kabar mereka yang masih terlelap dalam samudera lautan mimpi dan hangatnya belaian lebut selimut, semakin menjelang waktu subuh kelihatannya tidur semakin menjadi – jadi nikmatnya, perangkap empuknya tempat tidur dan lembutnya selimut seakan menyandera mereka dari shalat subuh berjamaah, suara azan seakan tidak terdengar, barangkali inilah yang disebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang telinganya dikencingi setan.

Dari Ibnu Mas’ud ia pernah berkata, “Di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan tentang seorang laki-laki yang tidur semalaman sampai datang waktu pagi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,

ذَاكَ رَجُلٌ بَالَ الشَّيْطَانُ فِى أُذُنَيْهِ – أَوْ قَالَ – فِى أُذُنِهِ
“Laki-laki itu telah dikencingi oleh setan pada kedua telinganya -dalam riwayat lain: di telinganya-” (Muttafaqun ‘alaih).

Kejadian dikecingi setan seperti ini selalu terulang setiap pagi kala orang tidak sadarkan diri saat adzan berkumandang, ada pula kemungkinan banyak orang yang sudah berlangganan di setiap paginya.

Memang shalat subuh termasuk shalat yang harganya sangat mahal, karena harganya mahal banget maka sedikit orang yang bisa beli apa lagi berlangganan, bagaimana tidak mahal, pengantar Shalat Subuh (sunnah fajar) saja harganya lebih mahal dari pada dunia dan se-isinya, ibarat seorang masuk Restoran mewah, baru makanan pembuka, snak kecil saja harganya sangat mahal, apa lagi makanan intinya.

Shalat subuh berjamaah adalah salah satu penentu kualitas iman seseorang, orang yang menghadirinya dijamin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai orang yang tidak ada benih kemunafikan dalam hati mereka.

Semoga Allah menjaga kita dan keluarga, mudah – mudahan mereka menjadi orang – orang yang mendirikan shalat.

Tadzkirah….

Salah satu hikmah keutamaan penghafal Al Qur’an adalah karena kedekatannya dengan Al Qur’an. Kemuliaannya karena tingginya itensitas interaksinya dengan Al Qur’an. Keistimewaannya karena hati dan pikirannya yang selalu terpaut dg Al Qur’an, serta lisannya yang senantiasa basah dengan bacaan Al Qur’an.

Dalam Hadits Rasulullah saw disebutkan bahwa penghafal Al Qur’an layak di-iri karena aktifitasnya membaca Al Qur’an siang dan malam.

Hikmah dijadikannya hafalan Al Qur’an mudah lepas jika tidak dijaga adalah agar hati, pikiran, dan lisan senantiasa terpaut & disibukkan dengan Al Qur’an.

Maka amat sangat aneh kalau ada seseorang ingin menghafal Al Qur’an tapi malas mengulang2 bacaan. Sama anehnya juga dengan yg sudah hafal tapi malas memuraja’ah hafalannya.

Sering kita mendengar ada yang mengatakan :”menghafalnya sih cepet, tapi menjaganya itu lho yg susah.”
Atau mengatakan setelah dapat tips praktis menghafal :”bagus sih tipsnya, tapi ujung2nya sih ya harus diulang2 juga..” atau mengatakan “tapi kalau nggak diulang2 susah juga ya..” atau “tapi kalau g dimuraja’ah ternyata tetap hilang juga ya..” dan ucapan2 lain yg sejenis.

Apakah ia berharap hafal tanpa proses mengulang2 bacaan, atau berharap hafalan terjaga tanpa capek2 murajaah?!!

Jika demikian, maka kemuliaan seperti apa yang dicarinya dengan ingin menjadi penghafal Al Qur’an?!!. Sedangkan kemuliaan penghafal Al Qur’an karena kedekatan dan interaksinya yg tinggi dengan Al Qur’an!.

Patutlah kita senantiasa bertanya pada diri ; “Apa yang kita cari???

اللَّهُمَّ ارْحَمْنَا بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ لَنَا إِمَامًا وَنُوْرًا وَهُدًى وَرَحْمَةً
اللَّهُمَّ ذَكِّرْنَا مِنْهُ مَا نُسِّيْنَا وَعَلِّمْنَا مِنْهُ مَا جَهِلْنَا
وَارْزُقْنَا تِلاَوَتَهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ عَلَى الْوَجْهِ الَّذِي يُرْضِيكَ عَنَّا
وَاجْعَلْهُ لَنَا حُجَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Ya Allah, kasihanilah kami dengan Al Qur’an, dan jadikan Al Qur’an bagi kami sebagai pemimpin, petunjuk, dan rahmat. Ya Allah, ingatkanlah kami apa yang kami lupa darinya(Al Qur’an ), dan ajarkan kami apa yang kami tidak tahu darinya, dan karuniakan pada kami untuk membacanya siang dan malam dengan cara yang membuatMu ridlo kepada kami. Dan jadikanlah Al Qur’an hujjah bagi kami wahai Robb semesta alam.

– Arham Ahmad Yasin –

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!