Jadilah Pemaaf

1 View

Dalam menjalani hidup sosial bermasyarakat, manusia tidak pernah lepas dari sebuah kesalahan, entah itu terhadap tetangga, kawan, ataupun rekan kerja. Kesalahan adalah suatu hal yang wajar ketika kita berinteraksi dengan sesama. Namun, ketika kita menyikapi kesalahan tersebut dengan tidak elegan, maka boleh jadi perkara kecil itu akan membesar dan menyulut permusuhan.

Jika suatu kesalahan disikapi dengan suatu proses saling maaf dan memaafkan, itulah sebenarnya yang luar biasa. Karena manusia sebagaimana disampaikan Nabi sghhallalahu alaihi wa sallam “Setiap anak Adam tidak luput dari kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (HR Tirmidzi).

Nabi memafkan perlakuan penduduk Bani Tsaqif di peristiwa Thaif, Abu Bakar memafkan Mistah bin utsasah di peristiwa hadits ifki (an-Nuur : 22), Bilal memaafkan Abu Dzar Al Ghifari setelah sebelumnya dipanggil dengan “ wahai anak perempuan hitam.” Jika Nabi kita mencontohkan kepada kita untuk memberi maaf, demikian pula sahabat-sahabat beliau juga memberi maaf atas perlakuan yang menyakiti mereka. Lantas contoh apalagi yang kita butuhkan agar kita mau belajar memaafkan kesalahan orang lain. Ya… belajarlah untuk bisa saling memaafkan, karena Allah saja selalu memaafkan kesalahan hambanya, kenapa kita tidak bisa memaafkan kesalahan orang lain.

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. An Nisa’: 110).

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Jadilah engkau pemaaf dan menyuruhlah kepada kebaikan, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh.” [Surat Al-A’raf: 199]

Sebagaimana dikutip dalam tafsir surat Ibnu Katsir dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: Jadilah engkau pemaaf, yakni terhadap sikap dan perbuatan orang lain tanpa mengeluh. Hisyam ibnu Urwah telah meriwayatkan dari ayahnya, bahwa Allah Swt. telah memerintahkan Rasul-Nya agar bersifat memaaf terhadap akhlak dan perlakuan manusia (terhadap dirinya). Menurut riwayat yang lain, makna yang dimaksud ialah ‘bersikap lapang dadalah kamu dalam menghadapi akhlak mereka’.

3 Konsep Dan Resep Menjalani Hidup Yang Harmonis

Jadilah pemaaf. Ketika proses saling maaf dan memaafkan sudah menjadi habit (kebiasaan) dalam masyarakat, sungguh masyarakat tersebut akan menjadi suatu masyarakat yang harmonis, mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang) menaungi mereka.

Menyeru kepada kebenaran. Di kala rasa dendam masih bersemayam dalam hati, maka pintu pintu-pintu kebaikan sedang tertutup rapat. Namun manakala ia mampu memafkan kemudian justeru berbuat baik disaat umumnya orang berbuat buruk karena telah disakiti, maka pintu kebaikan sedang terbuka di segala penjuru arah, setan melongo tidak bisa menggoda dan hawa nafsu menangis karena tidak dituruti keinginannya.

Berpaling dari orang-orang bodoh. Umumnya tindakan orang bodoh itu lantaran tidak berfungsinya akal sehat, dan hawa nafsu yang mendominasi hati manusia. Maka jika ia telah disakiti , tidak membalas keburukan dengan keburukan malah justeru membalasnya dengan perbuatan baik, maka sungguh itu tanda dari kesempurnaan akal dan tanda kokohnya keimanan.

Ketika Allah SWT menurunkan pada Nabi-Nya SAW ayat ini “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh,” maka Rasulullah SAW mengatakan, “Apakah ini, wahai Jibril?” Ia mengatakan, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu supaya memaafkan orang-orang berbuat zhalim kepadamu, memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan menyambung orang-orang yang memutuskan perhubungan denganmu.”( Tafsir Ath-Thabari (VI/154) dan Ibnu Abi Hatim (V/1638).

Kekuatan itu ukurannya adalah pengendalian diri bukan pelampiasan ambisi pribadi. Jika kepuasan diri ia raih dengan cara menimpakan malapetaka pada orang yang tidak ia sukai maka itu pada hakikatnya adalah kelemahan diri. Karena kekuatan sejati dalam diri manusia adalah manakala ia sanggup memafkan saat ia mampu membalas.

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bukanlah orang kuat yang selalu menang dalam, tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah

Sehingga ciri dari kuat sebenarnya adalah manakala ia lebih memilih memafkan ketimbang membalas

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“…yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di saat lapang maupun di saat sempit, menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS: Ali-Imran 134).

Orang yang didzalimi kemudian memakai haknya untuk membalas maka ia telah memakai fasilitas keadilan dalam syariat islam, namun manakala ia memafkan maka ia telah memilih transaksi yang jauh lebih menguntungkan dengan Allah ta’ala.

وَجَزَاء سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang lalim.” (QS: asy-Syura :40)

Dari Uqbah bin Amir, dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Wahai Uqbah, bagaimana jika aku beritahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi kepada orang yang tidak memberimu, dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu.” (HR.  Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Baghawi).

Maafkan kesalahan orang lain sebelum mereka meminta maaf , mudah-mudahan mereka juga memaafkan kesalahan kita yang belum kita mintakan maaf kepada mereka.

 

#Indahnyasalingmemaafkan

#ciriorangkuat

#selamatkandiridariprovokasisetan

 

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!