oleh : Kholid Mirbah, Lc
Sifat dermawan adalah salah satu sifat terpuji, ia merupakan salah satu sifat yang dapat mengundang kecintaan Allah dan Rasul-Nya yang merupakan salah satu sebab pemilik nya meraih segala kemudahan di dalam sendi Kehidupan, mudah rizkinya, mudah meraih kesembuhan, mudah meraih jalan keluar dalam menghadapi persoalan hidup.
Sebaliknya sifat kikir dan pelit dalam kebaikan adalah sifat yang mendatangkan kebencian dari Allah dan Rasul-Nya, menyumbat aliran rizki serta dapat memutuskan rantai keberkahan yang Allah turunkan untuknya.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من يوم يصبح العباد فيه إلا ملكان ينزلان فيقول أحدهما اللهم أعط منفقا خلفا ويقول الآخر اللهم أعط ممسكا تلفا
Artinya: “Tidak satu hari pun dimana seorang hamba berada padanya kecuali dua Malaikat turun kepadanya. Salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang kikir.” (H.R. Bukhari).
Ketika berbicara tentang kedermawanan Nabi saw, sahabat Anas ra pernah bercerita,
مَا سُئِلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الإسْلامِ شَيْئًا إلا أعْطَاهُ. قَالَ: فَجَاءَه رَجُلٌ (وفي رواية : سأل النبي صلى الله عليه وسلم غنما بين جبلين) فَأعْطَاهُ غَنمًا بَيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إلَى قَوْمِهِ، فَقَالَ: يَاقَوْمِ، أسْلِمُوا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِى عَطَاءً لا يَخْشَى الْفَقر،وإنْ كَانَ الرَّجُلُ لَيُسْلِمُ مَا يُرِيدُ إلا الدُّنْيَا، فَمَا يُسْلِمُ حَتَّى يَكُونَ الإسْلامُ أحبَّ إلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا عَلَيْهَا
“Tidaklah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diminta sesuatu –demi untuk masuk Islam- kecuali Rasulullah berikan. Maka datang seseorang (dalam riwayat yang lain : Orang ini meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kambing sepenuh lembah diantara dua gunung) maka Nabi memberikan kepadanya kambing sepenuh lembah, lalu iapun kembali kepada kaumnya dan berkata, “Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad memberi pemberian tanpa takut kemiskinan sama sekali, Sungguh seseorang masuk Islam tujuannya hanyalah untuk mendapat harta duniawi, maka tidaklah ia masuk Islam hingga akhirnya Islam lebih ia cintai daripada dunia dan seisinya” (HR. Muslim).
Begitu pula para Sahabat Nabi saw, meskipun mereka mendapatkan jaminan surga, mereka adalah generasi terdepan di dalam kebaikan terutama dalam memiliki Sifat kedermawanan.
Dikisahkan bahwa Thalhah bin Ubaidillah menceritakan suatu hari datang pembagian harta dari Hadhramaut sebesar 700 ribu dirham (senilai 70.000 dinar/29,75 Kg emas). Malam itu, Thalhah tidak bisa tidur karena gelisah. Melihat kondisi Thalhah, sang istri Ummu Kultsum binti Abu Bakar Al-Shiddiq bertanya, “Ada apa denganmu?”
“Sejak tadi malam aku berpikir dan berkata kepada diriku sendiri. Apa pikiran hamba kepada Tuhannya, jika malam ini dia tidur dengan harta sebanyak ini ada di rumahnya? Jawab Thalhah.
“Bukankah engkau memiliki banyak saudara. Jika pagi telah terbit, letakkan harta tersebut di atas nampan dan wadah, lalu bagikan,” kata sang istri memberikan jalan ke luar.
“Engkau benar, Muwafiqah binti Muwafiq, semoga Allah merahmatimu.”
Maka ketika pagi menjelang, Thalhah pun membagi-bagikan harta tersebut kepada kaum Muhajirin dan Anshar.
Subhanallah begitu luar biasa para Sahabat Nabi saw, ketika mereka mendapatkan kelebihan harta, mereka tidak memperkaya diri sendiri, justru mereka ingat bahwa dalam harta mereka terdapat hak bagi yang membutuhkan untuk di salurkan.
Khususnya bulan Ramadhan ini kita dianjurkan untuk menjadi pribadi yang dermawan, dan diantara bentuk dari sifat kedermawanan adalah memperbanyak Sedekah makanan bagi orang orang yang buka puasa.
Begitu banyak pintu-pintu kebaikan di bulan Ramadhan, dan tidak ada sedekah terbaik yang lebih agung dibulan suci ini selain memberi makan orang yang berbuka puasa, khusunya bagi kalangan fakir dan orang-orang yang membutuhkan. Oleh karenanya, Allah swt memotivasi kita untuk memperbanyak panen kebaikan dengan cara banyak bersedekah di bulan Ramadhan, karena diantara karakteristik bulan ini adalah bulan cinta dan kasih sayang.
Mengenai keutamaan memberi makanan berbuka puasa Rasulullah saw bersabda :
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا) . صححه الألباني في صحيح الترمذي .
“Siapa yang memberi makan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala orang tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun juga.” (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Tirmizi)
Hadits ini berlaku umum, baik yang berpuasa itu orang kaya atau miskin, termasuk apakah dia kerabat atau selainnya.(Faidhul Qadir, Al-Munawi, penjelasan hadits no. 8890.)
Dan memang memberi makan kepada pihak yang membutuhkan memiliki kedudukan yang tinggi di dalam islam. Allah menjadikan amalan memberi makan merupakan salah satu cara penebusan kaffarat dan bentuk pembayaran fidyah, maka orang sakit yang tidak dapat diharapkan kesembuhannya, Orang yang berusia lanjut yang tidak mampu berpuasa maka ia wajib membayar fidyah dengan cara memberi makan orang miskin disetiap harinya. Sebagai mana firman Allah :
وعلى الذين يطيقونه فدية طعام مسكين
“Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.” (Al Baqarah 184).
Begitu pula melakukan hubungan intim suami istri di siang hari bulan Ramadhan, maka pelakunya wajib membayar kaffarat dengan cara memberi makan 60 orang miskin jika ia tak mampu menebus nya dengan puasa dua bulan berturut-turut, dan juga kaffarat sumpah palsu diantara bentuk tebusan nya adalah memberi makan sepuluh orang miskin atau memberi pakaian untuk mereka.
Bahkan memberi makan kepada orang lain salah satu amalan yang memudahkan seseorang masuk ke dalam surga. Nabi Saw bersabda :
يا أيها الناس أفشوا السلام أطعموا الطعام وصلوا الأرحام وصلوا بالليل والناس نيام تدخلوا الجنة بسلام
Wahai manusia, tebarkalah salam, dan berikanlah makan, sambung tali Rahim, sholat malamlah ketika manusia tidur, maka engkau pun kan masuk surge dengan keselamatan (HR. Tirmidzi)
Dan diantara keutamaan memberi makan orang lain adalah bahwa ia termasuk amalan yang paling dicintai Allah swt. Nabi Saw bersabda :
عن عبد الله بن عمرو أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم : أي الإسلام خير ؟ قال : ” تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف ” .
Artinya: Dari Abdullah bin Amr, bahwa seorang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Islam yang bagaimana yang lebih utama? Maka beliau menjawab, “Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang tidak engkau kenal. (HR. Bukhari).
Dan yang paling penting diantara keutamaan memberi makan kepada orang lain adalah memperoleh keselamatan dari malapetaka di hari kiamat. Allah swt ingatkan hal tersebut di dalam Al-Quran.
(وَیُطۡعِمُونَ ٱلطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ مِسۡكِینࣰا وَیَتِیمࣰا وَأَسِیرًا إِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِوَجۡهِ ٱللَّهِ لَا نُرِیدُ مِنكُمۡ جَزَاۤءࣰ وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِن رَّبِّنَا یَوۡمًا عَبُوسࣰا قَمۡطَرِیرࣰا فَوَقَاهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَ ٰلِكَ ٱلۡیَوۡمِ وَلَقَّاهُمۡ نَضۡرَةࣰ وَسُرُورࣰا)
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan,(sambil berkata), “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah karena mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu.Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.
Maka Allah melindungi mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka keceriaan dan kegembiraan.” (Surat Al-Insan 8-11)
Dan diantara potret kehidupan Salafus Shalih di dalam kebaikan adalah mereka generasi yang bersemangat di dalam memberi sedekah makanan kepada orang lain, khususnya di bulan suci ramadhan, bahkan diantara mereka ada yang mendahulukan kebutuhan makanan saudaranya dibanding kebutuhan makanan pribadinya sendiri, padahal ia sendiri sangat membutuhkan nya, mereka lakukan hal itu semata mata mengharap ridho dan pahala dari Allah swt.
Diantara mereka adalah Abdullah ibnu Umar, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal, bahkan Ibnu Umar ra tidaklah mau berbuka kecuali bersama anak-anak yatim dan orang-orang miskin bahkan bisa jadi tak mau berbuka jika keluarganya menolak mereka pada malam itu. (Ibnu Rajab dalam kitab Ikhtiyarul Aula fi syarhi haditsi ikhtishamil mala’il a’la, 78)
Diantara mereka ada yang ada yang berbuka bersama pembantu pembantu mereka dan memberikan keringanan beban pekerjaan kepada mereka khusus di bulan Ramadhan, diantara nya adalah Hasan dan Abdullah Ibnu Mubarak. (Tadzkirotul Ikhwan bi Hadyi an-Nabi saw was Salaf fi Ramadhan, 21).
Abu Siwar Al Adawi berkata : Ada beberapa orang dari bani Adi yang sholat di masjid, salah seorang dari mereka tidak mau berbuka sendirian, kecuali ia berbuka bersama orang lain, atau ia orang lain berbuka bersamanya. (Ibnu Rajab, Ikhtiyar Aula fi syarhi haditsi ikhtishamil mala’il a’la, 79)
Yunus bin Yazid berkata : Dulu Ibnu Shihab Az-Zuhri ketika tiba bulan Ramadhan maka aktivitasnya hanya membaca Al-Quran dan memberi makan orang berbuka. (Ibnu Abdil Bar dalam kitab At-tamhid, 6/111)
Dulu Imam Hammad bin Sulaiman (Guru Abu Hanifah) biasa memberikan makanan iftar dibulan Ramadhan sebanyak 500 orang, dan ketika tiba hari raya idul fitri beliau memberi sedekah setiap dari mereka sebanyak 100 dirham. (Siyar alam Nubala 5/334)
Dan perlu diingat bahwa sedekah yang kita keluarkan tadi tidak akan mengurangi harta kita, bahkan diganti Allah dengan harta dan pahala yang berlipat ganda, karena
terkadang Allah membuka pintu rizki yang luas dari harta yang disedekahkan. Sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim).
Maksud hadits di atas sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah:
1) Harta tersebut akan diberkahi dan akan dihilangkan berbagai dampak bahaya padanya. Kekurangan harta tersebut akan ditutup dengan keberkahannya. Ini bisa dirasakan secara inderawi dan kebiasaan.
2) Walaupun secara bentuk harta tersebut berkurang, namun kekurangan tadi akan ditutup dengan pahala di sisi Allah dan akan terus ditambah dengan kelipatan yang amat banyak. (Syarh Shahih Muslim, 16: 128).
Mudah-mudahan kita diberikan kemudahan oleh Allah swt untuk mendermakan sebagian harta kita dibulan Ramadhan, khususnya dalam memberikan sedekah makanan bagi orang yang sedang berbuka, dengan harapan kita pahala dan surga di sisi Allah swt.
Cibubur, 1 Mei 2020