Sampan kecil kami pun akhirnya bersandar di Pesisir Asahan, desa Batu Putih Kec Sekotong Kab. Lombok Barat. Tak disangka Pak Bahtiar kepala dusun Labuan Poh sedang menemani warga menunggu untuk menyambut kami.
Asahan belum banyak berubah seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya segelintir warga yang masih memiliki tenaga surya untuk dipakai bersama-sama. Seperti sebelumnya waktu siang kondisi listrik tetaplah padam. Listrik hanya menyala selama 2 jam saja disetiap rumah tiap malam. Hanya mushalla saja yang menyala ketika waktu shalat. Sehingga kegiatan belajar dan mengaji hanya ada diwaktu siang usai sekolah. Hanya satu sekolah tingkat dasar yang masih berdiri sampai sekarang dengan kondisi fisik serba minim adanya.
Berdampingan dengan Mushalla kecil yang masih berdiri untuk menegakan shalat jamaah di sanalah tujuan kami pertama datang untuk mendistribusikan Al Quran dan Iqra’ untuk mengaji.
Rumah Ibu Mulyati, Beliau adalah guru ngaji asal Gili Gede yang menjadi sosok pengajar TPQ Al Ikhlas Gili Asahan. Sudah belasan tahun mengajar anak-anak dengan panggilan keikhlasan. Kegiatan mengaji pun sudah biasa tanpa ada bantuan dana atau gaji, sehingga membuat heran dan haru ketika kami berkunjung ke rumah biliknya.
Tanpa pamrih untuk mengajarkan mengaji untuk anak-anak di pulau yang hanya berpenghuni belasan KK.
Syukur Alhamdulillah puluhan anak-anak tiap pulang sekolah tetap setia datang untuk mengaji ke rumahnya. Belajar mengajinya pun beragam dari latihan baca, tulis, praktek Wudhu’ dan Shalat serta hafalan do’a-do’a, surat-surat pendek Juz ‘Amma.
“Sebelum bapak saya meninggal, ia berpesan kepada saya untuk tetap mengajar anak-anak mengaji sesibuk apapun itu dan jangan sekali-kali meminta upah, In syaa Allah akan ada kemudahan jalan keluar dari Allah semua urusan hidupmu”, papar Ibu Mulyati kepada kami sembari pamit.
Gili Asahan adalah sebuah pulau kecil yang berada di ujung barat Lombok Barat. Perjalanan selama 2,5 Jam atau 80 Km bila ditempuh dari kota Mataram kemudian disambung dengan menggunakan sampan kecil selama 15 menit ke pulau tersebut.
Lokasinya yang cukup jauh memang jarang dikunjungi khalayak namun semangat gigihnya anak-anak yang mengaji di pelosok jauh itu telah menghapus lelah kami dan menjadi semangat pengobar Amal Shaleh yang transparan tak boleh surut mensyiarkan kalimat Allah dengan Qur’an yang penuh kemuliaan.
Sungguh ajaib… tanpa Listrik mereka tetap mengaji setiap pulang sekolah, di setiap huruf Qur’an yang mereka baca mengalir jariyah yang kelak menjadi penolong di akhirat In syaa Allah.
Ali Azmi
Rekawan Tanmia
Lombok – NTB