Wakaf Paket Bantuan Buku untuk Dai Pedalaman II Pelosok Indonesia

 

Bekal ilmu pengetahuan islam dinilai sangat penting bagi seorang Dai yang bertugas di tengah masyarakatnya, mau tidak mau ia akan dijadikan oleh masyarakat sebagai referensi dalam masalah agama meskipun tidak jarang urusan dunia pun tetap dijadikan sebagai tempat bertanya.

Latar belakang para Dai tentu berbeda – beda, tergantung dari mana mereka melangkahkan kaki mereka ke medan dakwah, ada di antara mereka yang sudah di setting sejak awal sebagai calon Muballigh atau Ustadz, sehingga dari awal sudah disekolahkan di Pesantren atau Sekolah agama islam lainnya, ada juga di antara mereka yang awalnya adalah pengusaha atau tenaga profesional yang berkerja di perkantoran lalu hatinya terpanggil untuk dakwah, ia menggali ilmu islam semampunya lalu menyajikannya kepada ummat.

Tidak jarang pula kita temukan di tengah masyarakat seorang Muallaf namun semangat dakwahnya sangat tinggi, bahkan sejak ber-islam ia sudah berazam (bercita – cita) ingin membela dan mendakwahkan islam.

Fenomena seperti ini sering kita temukan di tengah masyarakat, kalau mereka tinggal di perkotaan tentunya tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mencari salah satu sumber mata air ilmu untuk ditimba dari seseorang yang dianggap cukup mumpuni dalam bidang ilmu syar’i, di samping mereka juga dapat membaca buku – buku islam, mendengarkan radio islam, mengunjungi website islam dll.

Namun ada satu kendala yang dianggap sangat signifikan dalam perjalanan dakwah yang dilakukan oleh seorang Dai yang tinggal di pedalaman, yaitu minimnya buku – buku referensi yang bisa mereka gunakan sebagai bekal dakwah, adanya buku – buku referensi itu dirasakan sangat penting, sering kali bekal ilmu pengetahuan islam yang mereka miliki adalah yang dahulu pernah mereka pejari di Madrasah atau Pesantren, namun setelah itu tidak ada lagi tambahan pengehuan islam bagi mereka, sedangkan mereka dituntut untuk terus mengajar, menyampaikan ilmu dan berdakwah secara luas.

Distribusi buku Wakaf I

 

Saat kami ke pedalaman NTT beberapa waktu lalu keluhan semacam ini selalu disampaikan oleh para Dai dalam berbagai pertemuan kami dengan mereka, bahkan setelah kami sampai di Jakarta pun mereka masih menanyakan apakah ada bantuan buku referensi islam buat bekal Dakwah mereka? Buku – buku islam sangat sulit mereka dapatkan di sana, apalagi radio islam, bahkan sebagian wilayah mereka belum ada aliran listrik.

Menimbang kebutuhan para Dai yang sangat penting ini maka kami dari Yayasan Islam Attanmia berusaha untuk membantu mereka mendapatkan buku – buku islam sebagai bekal dakwah mereka dengan membuka paket bantuan (BRDP) “Buku referensi Dai pedalaman” satu paket berisi 10 judul buku yang sangat penting dan bermanfaat untuk bahan bacaan bagi mereka, dengan nilai total per paketnya Rp 1.000.000,- [Satu Juta Rupiah].

Buku – buku ini in syaa Allah hanya akan di distribusikan khusus kepada para Dai yang telah menyiapkan dirinya untuk berdakwah di Pelosok Pedalaman negeri ini, di wilayah NTT dan wilayah lainnya di Indonesia, sudah menjadi maklumat umum bahwasanya para Dai tersebut berdakwah tanpa ada Kafalah (bantuan materil) penyokong yang mereka terima, semoga sedikit bantuan buku referensi ini dapat membantu mereka dalam memperkaya khazanah ilmu mereka guna mencerdaskan ummat menujul izzul islam wal muslimin (kejayaan islam dan kaum muslimin).

Setelah sukses menggalang dan mendistribusikan sekitar 80 paket buku ke berbagai wilayah pedalam pada bulan Maret 2018 lalu maka kami berencana untuk membukan Program wakaf buku referensi yang Ke Dua (II) kami berencana menyiapkan 100 paket bantuan buku referensi untuk para Dai yang bertugas di pedalaman.

Semoga Allah menjadikan ini sebagai salah satu jalan bagi kita untuk mendapatkan pahala Jariyah dan ampunan Allah ta’ala, atas perhatian dan bantuannya kami sampaikan Barakallahu fiekum wa Jazakumullah khairan.

🇮🇩Informasi
☪️www.tanmia.or.id
🍀info@tanmia.or.id
📞085215100250

Bukhari Abdul Muid
Ketua Yayasan

Khamar

Khamar (Miras) & Bahayanya Dalam Kehidupan

Wajib bagi setiap muslim untuk mengenali suatu keburukan agar dia terhindar dari keburukan tersebut, sehingga seorang penyair arab berkata,

عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه …ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه

Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melaksanakannya, akan tetapi untuk berhati-hati darinya. Dan siapa yang tidak mampu membedakan kejelekan dari kebenaran dia akan terjerumus padanya (kejelekan tersebut).

Allah ta’ala juga berfirman, More…

Wakaf Pakaian Bahagiakan Majelis Taklim Para Muallaf di Sumba Tengah

Berbagai kelompok pengajian dan majelis-majelis taklim di daratan Mamboro Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur seketika membuncah kebahagiaannya ketika paket wakaf pakaian sudah tiba awal pekan ini.

Pembagian paket wakaf pakaian dari Tanmia Foundation dibagikan ke berbagai kelompok majelis taklim, para dhu’afa dan titik-titik warga muallaf di Sumba Tengah pada Jum’at ( 5/03/2021 ).

Usai menunaikan ibadah Jum’at pun tak sedikit berbagai majelis-majelis taklim berkumpul di Masjid untuk menghadiri kajian umum rutin yang diadakan dalam waktu jadwal bulanan. Anggota majelis taklim pun beragam datang dari berbagai perkampungan setelah beberapa tahun terakhir mengikuti program pembinaan.

“Pembinaan majelis taklim dan muallaf adalah bagian program menguatkan ukhuwah keimanan yang sudah beberapa tahun berjalan mengingat antusiasnya para warga disini belajar tentang keislaman”, jelas Ust Iful da’i setempat pada Tanmia jelang acara pembagian paket wakaf pakaian.

Paket wakaf pakaian yang akan dibagikan mencapai berat satu ton itu adalah hasil sumbangsih para muhsinin yang diamanatkan pada pihak Tanmia Foundation untuk didistribusikan ke berbagai kalangan khususnya daerah pelosok pedalaman. Beraneka jenis pakaian pun cukup beragam dari hijab, mukena, sarung, pakaian anak-anak, dewasa dan sajadah perlengkapan sholat. Kondisinya pun sebagian masih baru dan beberapa kondisinya layak pakai.

Abdulkarim, salah satu jama’ah majelis taklim yang berasal dari Mushola Al-Ikhlas Lenang Umbu Ratu Nggai mengucapkan terimakasih kasih sedalam-dalamnya atas wakaf pakaian yang diberikan untuk kelompok anggota majelis taklim di musholanya.

Hal yang sama juga diungkapkan Isra Nasir, pimpinan majelis taklim Al-Fattah dari dusun Kalembu Nggalu Manuwolu. “Alhamdulillah, baju dan jilbabnya masih baru-baru dan bagus-bagus”, ungkap kebahagiaan Nasir saat menerima paket wakaf pakaian.

Sebagaimana kegiatan pembagian tahun sebelumnya wakaf pakaian ini biasa diserbu para jama’ah anggota majelis taklim yang berdatangan dari perkampungan di Sumba Tengah. Tak sedikit biasanya pakaian ini disimpan untuk digunakan nanti saat lebaran, karena kondisinya yang masih baru dan masih bagus-bagus layak pakai.

Kondisi secara umum keadaan perekonomian daerah setempat terutama pesisir utara Watuasa masih terbatas sehingga perkembanganya pun masih lambat. Antusiasnya majelis taklim yang tumbuh subur di daerah ini menjadi pintu awal terbukanya segala kebaikan yang menyuburkan pohon keimanan, hingga bernaunglah keberkahanya sepanjang waktu.

Pandemi memang menambah sederetan panjang ujian yang menerpa warga daerah setempat tapi bukanlah hal mustahil bagi Allah untuk setiap waktu mengangkat do’a-do’a mereka tanpa batasan penghalang. Hasbunallah wanikmalwakiil.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

 

Hidupkan Kegiatan TPQ Di Pedalaman Toraja Dengan Bisnis Kopi

Bumi Enrekang menjadi hal penting bagi kelahiran seorang Nur Hidayah, guru TPQ yang mengajarkan anak-anak di pedalaman Tana Toraja tepatnya di Gandangbatu Sillanan daerah perbukitan perbatasan Tana Toraja – Enrekang. Cita-citanya memang mulia selain berprofesi sebagai pengajar TPQ juga sekaligus membangun kemandirian usaha pengolahan kopi khas Toraja.

Kegiatan Tanmia Foundation membagikan sebanyak paket 50 eksemplar iqro’ untuk anak-anak dan remaja beserta majelis taklim ibu-ibu Al Mutmainnah pada ( 2/03/2021).

Sejak tahun 2000 Nurhidayah berkecimpung mengajar anak-anak mengaji di perkampungan Lembang Gandang Batu sampai sekarang. Selain itu ada juga kegiatan bersama-sama dengan majelis taklim Mutmainnah bagi para ibu-ibu di lingkungan sekitar Masjid Jabal Nur Buntu Rongko yang sudah rutin berjalan.

Kegigihanya dalam mengajar anak-anak TPQ tak sedikit sebagian anak didiknya melanjutkan ke jenjang sekolah dan pesantren di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Profesi mengajar ngaji memang panggilan jiwanya untuk memajukan anak-anak dan lingkungan di perkampungannya.

Usaha kopinya pun yang dirintis sejak tahun 2015 pun mulai berkembang demi mendukung kegiatan pembelajaran TPQ yang selama ini dirintisnya swadaya.

Baginya, usaha besar kecilnya bukan masalah asalkan jelas halalnya dan bisa menjalaninya dengan syukur bahagia. “Gak apa-apa hasilnya kecil, yang penting hasilnya saya di sini bisa membantu kegiatan belajar TPQ berjalan karena sebagian hasilnya bisa membantu insentif guru dan disitulah rasanya hati menjadi senang”, jelas Nurhidayah sembari menyajikan seduhan kopinya pada kami.

Keberadaanya tempat tinggalnya di perbukitan Gandang Batu Tana Toraja yang bisa ditempuh selama 90 menit dari pusat kantor MUI Tana Toraja melalui jalan Poros Enrekang – Toraja.

Semoga berkah dan sukses usaha kopinya bu. Agar bisa mendukung kegiatan anak-anak mengaji. Kami pun berterima kasih atas sambutan ramahnya bersama bingkisan kopi miliknya yang diberikan kepada kami.

Alhamdulillah, terimakasih ada iqra datang dari Jakarta, benar-benar tidak disangka padahal kami sedang membutuhkan untuk anak-anak ngaji TPQ yang baru”, ujar Nur melepas kepergian kami untuk pamit.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

 

Kerbau Bonga Bagian Ritual Bergengsi di Tana Toraja

 

Pasar Hewan Bolu Rantepao Toraja Utara adalah pasar kerbau terbesar di Indonesia dimana ribuan kerbau hampir setiap hari dan pekanan berkumpul diperjual belikan dari para tuan pemiliknya.

Di wilayah Tana Toraja pada umumnya kerbau memang hewan yang diistimewakan. Kerbau menjadi barang simbol berharga dan ternak yang paling banyak populasinya dipelihara setelah babi.

Kerbau yang ditawarkan di pasar Bolu ini bermacam-macam jenis, dari bibit kerbau ditawarkan mulai belasan juta hingga puluhan juta rupiah. Adapun kerbau dewasa bisa mencapai harga ratusan juta rupiah, seperti jenis kerbau Bonga ( belang-belang ) bisa mencapai harga 200 juta rupiah bahkan bila puncak perayaan adat dan bulan-bulan tertentu bisa mencapai angka milyaran.

Berat kerbau yang dijual belikan diperkirakan ratusan kilogram namun variasi harga bukan pada beratnya tapi pada tanda-tanda tertentu biasanya pada kepala dan badan yang berbelang-belang putih.

“Mahal dan murahnya bukan dilihat dari ukurannya kerbau. Tapi tanda-tandanya membuatnya mahal”, ujar Alex salah satu pedagang kerbau di Pasar Bolu Rantepao.

Selain Kerbau di Pasar Bolu juga ada perdagangan babi yang disediakan ditempat khusus. Sudah menjadi bagian ritual adat bahwa kebiasaan etnik Toraja yang notabene masih memegang adat Aluk Tadolo mengisyaratkan akan sakralnya pemotongan kerbau atau potong babi adalah tradisi yang turun temurun harus dilakukan baik untuk acara Rambo Tuka ( acara bahagia ) pernikahan, perayaan panen, dll ataupun Rambo Solo ( acara kedukaan ) atau pemakaman kematian yang bisa berlangsung berhari-hari. Sehingga keberadaan kerbau dan babi populasinya terus meningkat pesat di Tana Toraja pada umumnya.

“Pasar Bolu memang jadi pasar kerbau terbesar yang dimana semua peternak dan petani perkampungan dari seluruh bagian Tana Toraja berkumpul,” jelas Alex menambahkan.

Acara pemotongan kerbau terutama kerbau bonga ( belang-belang ) itu setara dengan belasan sampai 20 ekor kerbau jenis biasa-biasa saja.

Kendati acara pemotongan kerbau ini sebenarnya adalah kebiasaan ritual adat leluhur Aluk Tadolo tapi masih banyak etnik Toraja yang berpenganut Protestan, Katolik bahkan muslim pun turut serta menjalaninya. Sebut saja seperti acara kematian ( Rambu Solo ), jumlahnya pemotongan kerbau pun dapat menghabiskan puluhan ekor dengan biaya ratusan bahkan milyaran rupiah. Inilah mengapa kerbau menjadi binatang penting di kehidupan etnik orang Toraja hingga saat ini. Lebih pada gengsi strata sosial yang menjadi ukuran tuntutan kehidupan tatanan adat Tana Toraja.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barati

 

Muslim Toraja Masih Bertahan, Sebagaimana Rumah Khas Tongkonan Yang Diwariskan Turun-Temurun

Hampir setiap sudut di wilayah Tana Toraja akan didapatkan bentuk Rumah Tongkonan yang merupakan salah satu jenis bangunan adat yang khas turun-temurun asli etnik Toraja. Usia dan ukuran Tongkonan pun beragam bahkan bisa dijumpai sederet tongkonan yang besar dan sudah berumur ratusan tahun. Ini menandakan bahwa warisan budaya leluhur etnik Tana Toraja sangat lekat dan terus dilestarikan hingga sanak keturunanya hingga saat ini. Sekalipun modernisasi zaman sudah berjalan masuk berpengaruh besar pada pergeseran nilai-nilai lokal setempat.

 

Fungsi utama tongkonan berbagai macam, diantaranya sebagai lumbung penyimpanan bahan pangan dan hasil ladang pertanian dan perkebunan. Juga bisa menjadi salah satunya untuk penyimpanan jasad pemakaman bila tidak ditaruh di tebing-tebing bukit. Disamping saat ini sudah berkurangnya pemakaman di lubang-lubang tebing bukit bebatuan.

Pembuatan tongkonan pun biasanya ada orang khusus yang memiliki keahlian untuk membuatnya. Proses pembuatanya pun bisa memakan waktu bulanan bahkan tahunan tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan seni yang akan dibuat. Dari model atap khas seperti perahu, bambu yang disusun dan ukiran-ukiran ornamen khas Toraja.

Tongkonan juga menjadi simbol tingkat strata sosial yang menjadi ukuran bergengsi bagi etnik Toraja pada dewasa hari ini. Tanduk kerbau salah satunya merupakan elemen dekorasi yang cukup penting pada sebuah Tongkonan di Tana Toraja. Umumnya, tanduk ini diletakkan di bagian depan rumah dan disusun bertumpukkan.

“Fakta unik di Tongkonan Kete’ Kesu perkampungan khas rumah Tongkonan didapatkan rumah yang hiasan tanduk tersebut merupakan salah satu simbol dari strata sosial penduduk asli Toraja. Semakin tinggi strata sosialnya, maka tanduk tersebut akan semakin banyak hiasannya yang dipajang depan rumah tersebut”, ujar Salahudin guide pemandu di lokasi.

Adapun makna rumah Tongkonan di perkampungan muslim kini hanya sebatas tempat penyimpan lumbung pangan dan hasil panen serta menjadi bangunan pengingat warisan keluarga. Bukan menjadi lagi bagian ritual Alok Tadolo atau ritual adat semacamnya. Sekalipun tak tak ayal dipungkiri jika rumah Toraja ini pasti dimiliki secara turun temurun pada anggota keluarga maupun siapapun suku Tana Toraja baik muslim maupun bukan.

“Jumlah muslim yang masih berbilang belasan persen saja bertahan di Tana Toraja akan senantiasa menjadi contoh barometer bagi ummat di wilayah lainya”, jelas Ustadz Palimbong da’i senior asal Mangkendek Tana Toraja.

Kegiatan dakwah Ustadz Palimbong terbilang penuh perjuangan dibalik usianya yang 65 tahun masih menapaki terjalnya bukit untuk mengajar warga perkampungan yang satu sama lain berjauhan. Di Dusun Baladatu Lembang Sanggalangi Kecamatan Rantebua Tana Toraja Utara perbatasan Palopo menjadi bagian khidmat pengabdiannya bersama 20 KK muslim yang mendiami wilayah dusun tersebut.

Lanjut penjelasan Ustadz Palimbong, ini akan terus berkembang pengaruhnya bilamana tingkat kesadaran akan pendidikan islam dan kemajuan dakwah islam terus berjalan. Berharap semoga dengan adanya peningkatan kualitas pemahaman kaum muslimin dengan pembinaan keislaman secara berkelanjutan di setiap jengkal tanah wilayah Tana Toraja akan terus saling menguatkan. Karena memang mereka terkadang bermukim berpindah-pindah dan saling berjauhan terpaut satu sama lain oleh perbukitan pedalaman yang jauh dijangkaunya.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

 

Sepotong Perjalanan Potret Muslim di Tana Toraja

Bagi sebagian orang apa yang terfikir sejenak tentang Toraja ? Nama Toraja akan identik dengan Tongkonan rumah etnik khas Toraja dan kerbau belang sebagai ritual kebanggaan adat yang masih identik dengan Aluk Tadolo ( agama kepercayaan asli leluhur masyarakat Toraja ).

Seiring itu pula munculnya kerajaan Islam pertama di Sulawesi Selatan pada abad 14-15 M dimana kerajaan Gowa yang berpusat di Makassar dan kerajaan Bugis yang berpusat di Bone. Keduanya mencapai puncak masa keemasan sehingga ajaran islam banyak menyebar ke berbagai daerah di Sulawesi Selatan untuk etnis Makassar, Bugis, Mandar dan Tana Toraja.

Keberadaan etnis Toraja saat itu lebih dikenal oleh masyarakat etnis pesisir Bugis dengan nama To Riaja, “To” yang berarti “orang” dan “Riaja” yang berdiam di negeri atas atau gunung. Sehingga bermakna orang yang berdiam diatas gunung ketinggian. Memang diakui bahwa geografis Tana Toraja dan Tana Toraja Utara berada di sekeliling dominasi gunung-gunung rimba perbukitan bebatuan terjal yang berketinggian antara 300 – 2500 M diatas permukaan laut.

Pada perkembangannya jelang abad ke -19 masa penjajahan kolonial Belanda mulai memasuki wilayah daratan Sulawesi Selatan dimana berdiamnya dominan etnis Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja berada. Selain misi monopoli perdagangan rempah lewat VOC tidak lain untuk meruntuhkan dominasi pengaruh kerajaan islam dengan berbagai misi kolonialisme. Salah satu menjadi bagian utama ialah misi kristenisasi dengan zending ( pengabaran Injil ).

“Sejarah misi zending atau pengabaran injil di negeri-negeri jajahan Belanda semakin gencar besar-besaran digalakan sebagai salah satu pendukung program kolonialisasi, dimana para wakil gereja melakukan misi penyebaran Injil di tengah-tengah masyarakat etnik Toraja dengan mendirikan berbagai program pertanian, kesehatan dan pendidikan sekolah-sekolah di pedalaman”, ujar keterangan Ustadz Aldi warga muslim setempat yang sehari-hari menjadi pengurus di Masjid Masjid Besar saat menemani perjalanan ke perkampungan muslim.

Tak ubahnya ini berpengaruh terhadap keberadaan etnis Toraja yang berdiam di gunung-gunung sebagian besar berangsur-angsur berubah, namun saat itu bukan perkara mudah menjalankannya misi zending karena banyak mendapat hambatan dan perlawanan besar dari etnik Toraja yang masih berpaham Alok Todolo itu sendiri dan etnik Toraja yang sudah memeluk islam.

Perkembangan mayoritas protestan di Tana Toraja dan Tana Tana Toraja Utara hari ini menjadi dominan tidak serta merta juga paham Alok Todolo itu mulai ditinggalkan. Ibarat kata Alok Todolo bagai sekeping mata uang yang tak terpisahkan dengan kehidupan mereka yang masih dipegang kuat-kuat sebagai bagian warisan leluhur yang masih dilestarikan. Terlihat ritual-ritual khas baik perkawinan, panen raya dan kematian masih lekat dengan mereka hingga hari ini.

Keadaan yang hari ini kerap diasosiasikan bahwa Tana Toraja identik dengan penganut Protestan adalah sebenarnya masa proses panjang kolonialisasi dan misi kristenisasi yang berjalan turun-temurun sudah puluhan tahun.

Pusat muslim asli etnik Toraja berada di wilayah Makale pusat kota Tana Toraja dengan keberadaan Masjid Jami’ Madandan sebagai Masjid tertua di Tana Toraja. Tana Toraja sebagai daerah induk sudah dimekarkan dengan adanya wilayah Tana Toraja Utara. Selain di pusat kota Tana Toraja perkampungan muslim etnik Toraja juga dapat dijumpai di wilayah-wilayah perbatasan Enrekang dan Mamasa yang lebih dikenal dengan Toraja bagian barat perbatasan dengan Sulawesi Barat. Dan untuk wilayah Tana Toraja Utara bisa ditemui di sebagian besar wilayah Rantepao pusat ibukota Tana Toraja Utara dan wilayah-wilayah pedalaman Buntao dan Rantebua perbatasan dengan Luwu Palopo.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

Tanmia Kunjungi Korban Gempa, Kuatkan Semangat Menata Kembali Hidup Mereka

Jalanan poros trans Sulawesi sepanjang Majene – Mamuju masih banyak dijumpai para penyintas gempa saat informasi ini disusun, 28 Februari 2021. Sepanjang belasan kilometer, Malunda – Tapalang – Mamuju, banyak didapati pemandangan ratusan tenda pengungsi bertebaran.

Ratusan tenda pengungsi dan posko logistik relawan bersusun berjajar sepanjang jalan itu, memenuhi sepanjang sisi kanan maupun kiri jalan. Baik Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Lembaga Kemanusiaan, maupun berbagai ormas dan komunitas relawan dari berbagai mitra perusahaan pun ada sebagai bagian hadirnya solidaritas sosial dan kemanusiaan.

Lahan lapang maupun tempat kosong yang dirasa menjadi jarak aman menjadi tempat tinggal sementara para penyintas gempa yang sebagian besar rumahnya sudah tidak bisa ditempati kembali.

Rata-rata tenda dipadati dengan keluarga. Warga pun masih belum bisa sepenuhnya beraktivitas sediakala akibat masih dibayangi trauma sejak kejadian gempa sebulan lalu.

Sebut saja, Hasri, akrab dipanggilnya sudah sebulan ini berada di tenda-tenda yang didirikan relawan. Mata pencaharianya sebagai pedagang ikan keliling harus ia tinggalkan sementara harus mengungsi di daerah aman sepanjang jalur perjalanan Majene – Mamuju beberapa kilometer dari pasar Malunda berada.

“Rumah saya pas di pinggir pesisir perbukitan. Tembok rumah berjatuhan dan atap pun bergeser sejak gempa saat itu”, kata Hasri meluapkan cerita sedihnya dengan mata ingin berkaca-kaca.

Menjelang gempa memang tidak ada tanda apapun karena gempa terjadi pagi hari disaat malam buta. Menurut sumber resmi BMKG, gempa Majene diawali dengan gempa pembuka pada 14 Januari 2021 berkekuatan M5,2 yang menimbulkan kerusakan, disusul rentetan gempa pembuka sebanyak delapan kali. Selanjutnya terjadi gempa utama berkekuatan M6,2 pada 15 Januari 2021 dengan guncangan lebih kuat dan merusak, kejadian sekitar pukul 02.30 WITA disaat pulasnya sebagian warga lelap tertidur beristirahat.

“Alhamdulillah, Allah masih sayang sehingga selamatkan keluarga kami dan saat itu tidak terfikir apapun kecuali berdzikir memohon ampun agar diberi keselamatan dan berkumpul bersama sanak keluarga yang lain ke tempat yang aman”, jelas dia mengenang saat itu.

Kini sebulan telah lewat berlalu, menggantungkan kehidupan disuasana pengungsian bukan pilihan yang ideal sekalipun menguji rasa sadar dan sabar akan realitas yang ada akan ada masanya. Ia sadar harus bersabar mengungsi dalam jangka waktu tertentu bersama suami dan anak-anaknya. “Alhamdulillah, apapun keadaannya ketika masih bersyukur akan ada saja jalan keluar”, pinta ungkapnya.

Berbagai persoalan psikologis rentan terjadi dan menjadi sangat sensitif dan labil karena sangat mempengaruhi kondisi stres mental para penyintas gempa. Tiada hal yang seyogyanya patut dilakukan selain menghapus duka lara mereka dengan menggugah semangat untuk menata hidup mereka kembali.

Setidaknya mengunjungi mereka dalam suasana seperti sekarang ini perlahan akan menguatkan mental dan jiwanya. Inilah perhatian dari wujud persaudaraan sesama saudara apalagi seorang muslim yang persaudaraanya terjalin karena ikatan keimanan semata-mata karena Allah saja maka pasti menumbuhkan rasa saling mencintai demi membantu saudara-saudaranya yang tertimpa musibah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

Membesuk Nenek Rabia, Janda Yang Tinggal Bersama Anak Cucunya

Berkunjung langsung membesuk para penyintas gempa ke tenda-tenda adalah rihlah ukhuwah yang menguatkan sinyal pekanya hati akan kepedulian dan rasa kemanusiaan.

Para penyintas gempa Majene dan Mamuju memang telah berhari-hari bahkan sudah sebulan lebih menempati tenda-tenda terpal ala kadarnya akibat porak porandanya rumah tempat tinggal mereka.

Sebutlah, Nenek Rabia, janda yang tinggal bersama anak dan cucunya di Sese Simboro Mamuju. Pagi buta dimana udara pagi usai shalat shubuh kami bersama tim relawan mengunjungi tenda reotnya yang ia tempati sudah sebulan lamanya.

Keadaan dan sikon yang ada memaksanya tetap bertahan dalam tenda layaknya menghuni rumahnya sebagai tempat berteduh. Kondisi terbilang masih darurat dan penuh ketidakpastian sebelum pemerintah membangun hunian sementara (huntara) dan hunian tetap (huntap) untuknya.

Rumahnya hancur berkeping-keping hanya menyisakan kolong lantai tanah dan atap langit saja, syukur dirinya masih Allah selamatkan dari maut kematian sehingga menjadikan nafasnya masih bisa hidup.

Marwan dan Mirwan adalah kedua cucu nenek Rabia yang juga selamat dari maut meskipun sempat dikhawatirkan malam saat gempa itu tiba mereka tewas.

Beruntung sepetak tanah masih bisa ia manfaatkan untuk mendirikan tenda tempat tinggal bersama anak dan cucunya karena memang tidak ada lagi orang laki-laki dewasa yang tinggal dalam rumahnya kini.

Hanya niatan untuk membesuk nenek Rabia dengan segenggam bantuan yang mampu diberikan semoga inilah rasa ikhlas yang terpanggil akan cinta terhadap nasib saudara-saudari muslim yang tertimpa ujian musibah dapat berangsur-angsur berubah lebih baik keadaannya.

Semoga doa ini tiada terputus untuk mengeringkan air mata para penyintas gempa dan para pengungsi yang ada. Dan belum lenyap peluh para relawan akan senantiasa terus berdatangan mengulurkan tangan kebaikan menghapus kedukaan dan kesedihan akibat musibah yang melanda ribuan warga Majene dan Mamuju Sulawesi Barat. Hasbunallah wanikmalwakiil.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

Tanmia Distribusikan Paket Sembako Untuk 120 KK Penyintas Gempa Mamuju Sulawesi Barat

Tanmia Foundation mendistribusikan paket bantuan logistik untuk 120 KK di lingkungan Sese Kelurahan Rangas Kecamatan Simboro Mamuju pada ( 26/02/2021). Ada sebanyak 3 RT yang termasuk para penyintas korban gempa didalamnya yang masuk dalam daftar assessment penerima paket bantuan yang telah disiapkan.

Bantuan logistik terdiri dari paket sembako yang siap diberikan kepada penerima manfaat yang memang benar-benar terdampak. Isi sembako berisi bahan pangan, beras dan minyak goreng yang memang paling dibutuhkan sehari-hari oleh warga penyintas saat ini. Sebagian besar hunian rumah warga di lingkungan Sese memang banyak yang rusak total dibandingkan hunian rumah yang masih utuh.

Hari sebelumnya pihak Tanmia sudah melakukan assessment dan monitoring di lingkungan setempat dan mendata warga penyintas penerima manfaat dengan kerjasama bantuan kepala lingkungan Sese Simboro Mamuju.

Proses pembagian dilakukan dengan membagikan bantuan dengan urutan antri tahapan, dimulai dari pemanggilan nama absensi tiap anggota RT masing-masing yang menerimanya.

“Alhamdulillah, kami bersyukur masih ada donatur yang peduli dengan warga kami dengan memberikan bantuan sembako. Ada 120 KK yang sebagian besar rumahnya terdampak sehingga harus mendiami tenda-tenda saat ini”, ucap Jamil Kepala Lingkungan Sese.

“Bantuan sembako ini juga difokuskan untuk keluarga yang rumahnya benar-benar hancur atau rusak parah dan mereka yang mengalami kondisi paling sulit untuk pulih, seperti keluarga yang didalamnya ada janda, lansia dan termasuk bayi balita juga penyandang disabilitas,” ujar Syahrul Tim Tanmia di lokasi.

Semua data penerima manfaat adalah warga setempat yang memang sudah tercatat dalam daftar warga lingkungan sehingga seluruh anggota masyarakat mengetahui siapa saja yang menerima bantuan ini.

Sebelum pembagian bantuan para penyintas korban gempa ini pun diberikan nasehat dan kultum guna menyampaikan maksud inti dan harapan dari acara tersebut diadakan.

Bantuan yang berkelanjutan untuk masyarakat yang tak kalah pentingnya adalah pembinaan pembangunan mental keimanan melalui program dakwah untuk warga penyintas gempa dengan target harapan mereka bisa lebih siap dan tangguh menghadapi situasi kondisi darurat bencana. Sekaligus untuk mitigasi dan pengurangan risiko bila bencana kembali tiba-tiba datang seketika.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

Pasar Kembali diBuka, Bantu Distribusi Bantuan Para Relawan Mamuju di Masa Transisi

Sejumlah pusat pertokoan dan lapak pedagang utamanya yang menyediakan kebutuhan pokok mulai kembali dibuka di masa transisi setelah sejumlah pedagang memutuskan untuk tutup beberapa pekan di Mamuju. Sebagian besar warga dan pedagang yang sebagiannya adalah korban gempa sudah memulai aktivitas ekonomi seperti pantauan tim relawan Tanmia menyisir lorong-lorong kota Mamuju yang memiliki sebutan khas ‘Manakarra’. Memiliki arti : pusaka yang sakti.

Kegiatan jual beli antar warga sudah mulai ramai lalu lalang meskipun daya beli tergolong masih sepi akibat banyak pertokoan yang rusak parah seperti sumber pantauan relawan Tanmia, Kamis (25/2/2021) di pasar baru Regional Mamuju dan Pasar Sentral Lama Mamuju. Hal ini dimaksudkan untuk keperluan memenuhi logistik distribusi bantuan para penyintas gempa di lingkungan Sese Simboro Mamuju.

Memang sebagian besar pedagang bahan makanan, seperti penjual beras, sembako dan kelontong, penjual pasar tradisional sayur-sayuran dan ikan serta bahan campuran serta kebutuhan dasar lainnya sudah perlahan mulai buka.

“Alhamdulillah kita masih diberi selamat dan masih bisa beraktivitas jual beli usai tutup beberapa pekan mengungsi akibat gempa,”kata Rosda pedagang sembako di pasar baru Mamuju kepada relawan.

Meski dalam keadaan sisa-sisa mengalami trauma, namun banyak pedagang mengaku harus menggelar lapak di pasar demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Tak hanya itu, pedagang pasar tradisional pun yang berjejer di sepanjang Jalan Pasar Lama Mamuju juga sudah terlihat beraktivitas kembali pasca peristiwa gempa bumi yang mengguncang Sulbar sebulan lalu.

“Saya masih trauma, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya harus tetap berjualan demi bertahan hidup bersama keluarga”, sebut saja Yati ( Tidak mau disebut namanya ) di jalanan pasar lama Mamuju.

Peristiwa gempa dahsyat Majene – Mamuju sebesar 6,2 magnitudo memang sudah digariskan oleh takdirNya agar dapat berbaik sangka diambil hikmah dibaliknya dan kiranya dapat menguatkan pohon keimanan yang mulai rapuh kuat kembali agar kuat bertahan melewati segala pahit getir manisnya ujian hidup.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

Wakaf Iqra’ Upaya Hapus Trauma, Anak-Anak TPQ Al Muhajirin Mamuju Kembali Ceria

Gempa yang mengguncang Kabupaten Majene dan Mamuju, Sulawesi Barat sudah lewat sebulan lalu namun dampak psikologis yang mendalam bagi penyintas gempa terlebih usia-usia rentan termasuk anak-anak dan lansia di berbagai titik lokasi.

Pemandangan pilu akibat kerusakan guncangan gempa yang dahsyat itu tentu membuat dampak langsung pada psikologi masyarakat yang mendalam dan bukan hal yang mudah dalam waktu singkat untuk hilang begitu saja. Bila tekanan psikologi membawa akibat trauma yang berat dan tidak segera ditangani maka akan terus menambah rasa trauma yang bisa berujung pada depresi berat pada para pada warga penyintas di lokasi pengungsian.

Sasaran kegiatan distribusi bantuan Tanmia Foundation pada para penyintas gempa Majene-Mamuju ialah pembagian wakaf buku Iqra’ pada anak-anak TPQ Bina Insan Cita dan Masjid Al Muhajirin Lingkungan Sese Kecamatan Simboro Kabupaten Mamuju pada ( 23/02/2021).

Dari sekian titik lokasi bencana, lingkungan Sese termasuk daerah pemukiman padat yang didalamnya terdapat ratusan anak-anak dari keseluruhan 120 KK warga setempat. Sikon bencana sekaligus masa pandemi semakin melengkapi setumpuk pilu para penyintas gempa terlebih anak-anak yang juga masih belum bisa mengikuti kegiatan sekolah belajar mengajar secara normal. Harus diakui oleh pemerintah dan berbagai pihak bahwa anak-anak menjadi satu bagian yang paling terdampak dalam situasi darurat bencana, baik gempa bumi maupun pandemi seperti sekarang ini.

“Anak-anak penyintas gempa dilokasi harus mendapatkan perhatian serius semisal melalui kegiatan pembinaan TPQ melalui program kerohanian dan pendidikan. Diharapkan kegiatan pembinaan TPQ dari para relawan dengan pendekatan sentuhan program akhlaq dan lainya dapat menjadi trauma healing seiring berjalannya waktu untuk menghilangkan dan memulihkan trauma yang ada demi kelangsungan mentalnya yang lebih baik dimasa depan”, ujar Ekky Dzikirullah salah seorang da’i relawan pengajar TPQ asal Sulawesi Tengah.

Ada puluhan paket wakaf wakaf Iqra’ yang dapat dibagikan untuk mengobati gelisahnya hati anak-anak penyintas gempa terlebih gedung TPQ yang ada sebagian besar runtuh sehingga harus dibangun kembali. Untuk sementara waktu kegiatan anak-anak dialihkan kegiatanya di Masjid Al-Muhajirin dengan waktu masing-masing yang sudah dijadwalkan.

Dengan kegiatan pembinaan TPQ anak-anak penyintas gempa juga diharapkan akan menghapus rasa jenuh akibat terbatasnya aktivitas belajar yang ada dimasa pandemi dan kesempatan untuk lebih cepat beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada jauh lebih baik. Dengan kondisi demikian, mereka lebih kuat secara mental dan hilangnya rasa trauma yang berkepanjangan segera pulih normal kembali.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!