Tanmia Distribusikan Buku Wakaf di Rumah Tahfizh Alfurqon Darul Ikhlas Pringsewu Lampung

Era new normal untuk adaptasi kebiasaan baru yang saat ini menjadi perbincangan publik berlaku juga untuk dunia pendidikan informal. Hal tersebut juga dirasakan sebagaimana para pendidik di rumah Qur’an Al-Furqon Darul Ikhlas Sidoharjo Pringsewu Provinsi Lampung.

Kegiatan belajar mengajar dibuka kembali setelah diliburkan sejak pandemi pertengahan April lalu, hingga akhirnya mereka bisa masuk kembali dengan syarat protokol kesehatan dijalankan. Kegiatan pun dimulai saat usai Iedul Adha tiba yang semuanya dirancang oleh pihak pengurus rumah Qur’an.

Ustadz Harun, selaku Mudir Rumah Qur’an Al-Furqon Darul Ikhlas telah memulai aktivitas belajar dan menghafal Al-Qur’an dengan membuat sistem protokol bertahap, mulai dari pembagian jadwal hari masuk yang bergantian sampai akhirnya bisa aktif sepenuhnya saat ini.

Hal ini semua dilakukan untuk menyesuaikan dengan era new normal ini, sehingga para santri rumah Qur’an harus memperhatikan sejumlah protokol kesehatan. Ustadz Harun pun menyebutkan protokol kesehatan tersebut wajib diikuti oleh seluruh elemen di rumah Qur’an, baik pengasuh, pengajar hingga santri.

“Ada sekitar 200-an santri yang sekarang belajar di rumah Qur’an Al-Furqon Darul Ikhlas yang belajar disini, mulai dari jam 15.30 sore sampai menjelang waktu maghrib”, jelas Ust Harun ketika dihubungi.

Melalui Rumah Qur’an Al-Furqon ini Tanmia Foundation mendistribusikan paket literasi buku perpustakaan yang dikirimkan langsung ke lokasi. Program ini memiliki salah satu tujuan untuk menambah suasana khasanah keilmuan dan kegiatan anak-anak yang baru-baru ini memasuki adaptasi kebiasaan baru sehingga benar-benar dalam kondisi suasana yang baru penuh semangat.

Selain antisipasi lainnya seperti menggunakan masker di area rumah Qur’an, juga menjaga kesehatan dan kebersihan pun diterapkan, terutama pengajar,” imbuh Ustadz Harun.

Pola hidup bersih dan sehat yang diberlakukan
harapannya, agar kegiatan rumah qur’an dapat berjalan sebagaimana biasanya dan terhindar dari segala hal yang tidak diinginkan apalagi dengan kegiatan literasi dengan buku-buku yang baru “Mudah-mudahan bisa bermanfaat, jadi kebiasaan baru,” pungkas Ustadz Harun.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

 

Renovasi Toilet Pesantren Baiturrahmah, Tanmia Foundation Dukung Pengkaderan Da’i di Pesantren

Tanmia Foundation menyalurkan bantuan renovasi fisik untuk membantu proses renovasi toilet di pondok pesantren Baiturahmah Dellap Jatisari Situbondo Jawa Timur (22/08/2020).

Renovasi mulai berlangsung dengan memperbaiki bangunan dan atap yang sebagian sudah lapuk hingga terjatuh dimakan usia. Sejumlah toilet dan ruangan memang sudah tidak layak lagi seperti kamar santri, kamar mandi dan dapur.

Alkisah perjalanan dakwah di wilayah Dellap Jatisari Arjasa ini pada awal tahun 1990 inilah tahun-tahun pertama ia menyelami geliat dakwah membuka lahan masyarakat Arjasa yang notabene dominan Suku Madura yang berasal dari seberang Kepulauan. Bertahun-tahun lamanya akhirnya tidak sedikit masyarakat Kepulauan memilih untuk menetap di pesisir dan membuka lahan perkampungan di wilayah Arjasa Situbondo. Perjalanan menuju lokasi bisa diakses dari arah barat dari Surabaya lanjut ke Arjasa Situbondo atau dari arah timur yakni dari Terminal Pelabuhan Ketapang Banyuwangi lanjut ke lokasi.

Masjid Mabdaul Hikam adalah simbol sejarah yang pertama kali didirikannya tahun 1990 sebelum bangunan Pesantren Baiturrahmah yang berdiri belakangan sejak 2006. Semuanya dirintis oleh Achmad Jufri bersama Siti Misriyati
istrinya. Dengan tetesan air keringatnya di tanah rantau dakwahnya selepas ia lulus pesantren Sumber Bunga Seletreng Kota Santri Situbondo tahun 1980-an silam.

Pesantren khas ala kampung ini menaungi kegiatan pendidikan dari Raudhatul Athfal, Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah dengan jumlah anak didik sebanyak 300-an saat ini.

Tanmia Foundation berharap, dari bantuan renovasi tersebut dapat memberikan nilai kualitas bertambah kepada pondok pesantren. Selain itu juga untuk meningkatkan motivasi belajar sekitar 300 santri baik mukim ( tinggal ) maupun non-mukim ( pulang-pergi ) tersebut dalam proses belajar mengajar nantinya.

“Bantuan ini adalah salah satu bagian kepedulian yang menunjukkan keinginan kuat memperkokoh bangunan ukhuwah sesama muslim dan sesama pesantren sebagai pengkaderan da’i yang terus bersinergi guna memakmurkan pendidikan berbasis pesantren”, ujar relawan Tanmia dilokasi ( 24/08/2020).

Wajah dunia pesantren dengan segala warna-warninya dan segala penyediaan fasilitasnya menjadi lingkungan yang ramah untuk pendidikan generasi islam. Sehingga adanya dukungan berupa renovasi toilet Pesantren Baiturrahmah merupakan bentuk wasilah kebaikan para muhsinin yang telah mengamanahkan kepercayaan dan komitmen pada Tanmia Foundation untuk berserikat menghasilkan generasi terbaik melalui sektor pendidikan di berbagai pelosok daerah sebagai sinergi antarkan kebaikan. Barakalallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Tantangan Dakwah di Lereng Gunung

Awal perjalan relawan Tanmia Bekasi bermula pada hari Kamis 13 Agustus 2020. Dan yang menjadi pilihan pertama kami adalah dengan bersilaturahim kepada Ustadz UT.

Beliau adalah salah seorang da’i di lereng gunung merapi yang consent dalam menangani masyarakat minoritas yang ada di sana.

Selain itu beliau juga penemu metode Tsaqifa yaitu metode belajar membaca Al-Quran untuk orang yang “buta” huruf Al Quran. Dan beliau founder dari KPQN (Komunitas Penghafal Qur’an Nusantara), yang visi misinya adalah memberantas buta huruf Al Quran di Nusantara.

Beliau memulai dakwah sekitar tahun 1998 di lereng gunung Sumbing, merbabu dan Merapi. Banyak sekali lika-liku dakwah yang beliau alami salah satunya adalah sulitnya medan untuk mencapai tempat ngaji.

Dalam perbincangan dengan beliau, kami dapat banyak sekali pelajaran. Salah satunya adalah tentang dakwah. “Selamanya dakwah itu dibutuhkan, maka dimanapun dan kapanpun kita harus siap” Ujar beliau.

Beliau menyambut baik bagi siapapun ikwah yang ingin bersinergi dalam dakwah, dalam hal ini dengan yayasan Tanmia. Beliau siap bersinergi demi kemajuan islam dan kaum muslimin.

Dan sesi terakhir beliau menerima waqaf al Qur’an titipan para donatur untuk diberikan kepada masyarakat jama’ah binaan beliau.

Relawan Tanmia
Abu Khanif, Fadl Kamil

Setelah 75 Tahun Diubah Menjadi Museum, Erdogan Membuka Kembali Masjid Bersejarah Untuk Beribadah

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan dekrit untuk membuka kembali Masjid Carre yang bersejarah untuk beribadah, setelah digunakan sebagai museum dan gudang selama 75 tahun, di negara bagian Istanbul.

Koran resmi pemerintah turki menerbitkan keputusan presiden baru pada hari Jumat, yang mulai berlaku secara langsung. Keputusan tersebut menetapkan bahwa masjid, yang terletak di distrik Fatih di Istanbul, diserahkan kepada Kepresidenan Urusan Agama dan dibuka kembali untuk beribadah sesuai dengan hukum yang relevan.

Sejarawan mengatakan bahwa “Carré” dibangun pada era Bizantium atas dasar bahwa itu adalah sebuah gereja, dan itu menyandang nama “Gereja Chora” atau “Gereja Juru Selamat”.

Sejarawan menunjukkan bahwa bangunan gereja itu tetap seperti dahulu tidak berubah sampai setelah penaklukan kota Konstantinopel (negara bagian Istanbul sekarang, yang dibuka oleh Sultan Mehmed sang Penakluk pada tahun 1453), selama hampir 50 tahun, ketika Atiq Pasha memerintahkan Menteri Sultan Bayezid II untuk menjadikannya masjid untuk ibadah.

Pada Agustus 1945, Kabinet Turki memutuskan untuk mengalokasikan masjid tersebut kepada Kementerian Pendidikan Nasional, untuk digunakan sebagai museum dan gudang. Pada November 2019, Dewan Negara memutuskan untuk membatalkan keputusan tersebut dengan alasan bahwa bangunan tersebut adalah salah satu wakaf Sultan Utsmaniyah.

Patut dicatat bahwa pada 24 Juli, Masjid Agung Mulia Hagia Sophia diresmikan, tempat shalat Jumat pertama diadakan setelah terputus selama 86 tahun setelah diubah menjadi museum pada tahun 1934.

Sholat Jumat dilakukan oleh Presiden Erdogan dan sejumlah pejabat Turki, selain ribuan warga Turki, Arab dan negara lainnya, yang datang dari berbagai daerah untuk berpartisipasi dalam acara bersejarah ini.

Wakaf Qur’an & Bahagia Yang Dinantikan Anak-anak TPQ Pesantren Baiturahmah Situbondo Menyambut Tahun Baru Hijriyah

Sejumlah anak-anak TPQ Pesantren Baiturahmah Dellap Jatisari Arjasa Situbondo nampak bahagia jelang malam pergantian tahun Hijriyah 1442 H. Mereka akan melakukan acara pawai lampu obor untuk menyambut 1 Muharram tahun baru islam atau tahun baru hijriyah. Kebahagiaan pun tambah memeriahkan suasana setelah kedatangan paket wakaf buku dan mushaf qur’an dari Tanmia Foundation untuk mereka.

Tanmia Foundation mengirimkan 2 buah paket yakni paket wakaf buku bacaan dan paket mushaf qur’an yang dikirim langsung ke lokasi pesantren lewat ekspedisi. Suasana menjelang pawai obor pun makin menghibur kebahagiaan anak-anak yang seketika itu diikuti para ibu dan orang tua, remaja masjid, dan anak-anak pengajian di dusun Dellab Jatisari, Situbondo.

Dari informasi pantauan relawan Tanmia di lokasi, penyerahan wakaf buku dan mushaf qur’an memang dinanti-nanti oleh pengurus pesantren. Kendati sebagian besar santri masih berdiam belajar di rumah masing-masing namun masih ada belasan santri yang tinggal berdekatan dengan pesantren tetap datang untuk belajar.

Persiapan pawai lampu obor memang sudah disiapkan santri dan orang tua karena kegiatan akan dimulai habis Maghrib sampai isya’ dimulai dari Masjid Mabdaul Hikam, Pesantren Baiturahmah (20/8/2020). Masing-masing anak-anak pun didampingi orang tuanya dg mereka mengenakan busana muslim lengkap.

Pengasuh pesantren, Achmad Jufri pun mengungkapkan rasa syukur terimakasih atas bantuan wakaf buku dan mushaf terlebih lagi bertepatan dengan acara pawai lampu obor datangnya 1 Muharram 1442 H.

Salah satu tujuan pawai obor ini diadakan untuk menggerakkan kembali semangat belajar anak-anak ditengah pandemi dan mengingatkan akan pentingnya makna hijrah 1 Muharram sebagai tahun baru ummat Islam bagi setiap anak-anak generasi muslim saat ini dan masa depan.

“Tujuanya juga agar anak-anak dan para walisantri lebih mengingat syi’ar islam tentang tanggal hijriah itu lebih penting daripada tanggal masehi, walaupun memang penanggalan masehi atau umum lebih dikenal, tapi kita sebagai umat Islam harus mengetahui dan paham sejarah Hijriah,” kata Achmad Jufri pengasuh pesantren usai memimpin do’a diserambi Masjid. Acara do’a pun berlangsung khusyu’ ditengah-tengah keheningan kebahagiaan para santri dan walisantri di lokasi.

Dalam doanya Achmad Jufri juga berharap di tahun 1442 Hijriah ini banyak mendapat perlindungan dan keberkahan yang berlimpah dari Allah SWT ditengah simpang siurnya pandemi yang juga menyasar ke kegiatan belajar mengajar di lingkungan pesantrenya.

“Senang, karena sebelumnya belum pernah dapat buku dan qur’an sebelum ikut pawai gini”, tutur Olif salah satu santri yang berasal disekitar pesantren Baiturrahmah.

Acara pawai obor ini berjalan cukup lancar dengan rute mengelilingi jalanan kampung Dellab Jatisari, kemudian kembali menuju ke arah Masjid Mabdaul Hikam sebagai titik awal di Pesantren Baiturahmah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Ujian Dakwah di Lereng Merapi

Pada hari Kamis malam tanggal 13 Agustus 2020, Allah pertemukan kami dengan seorang Da’i utusan dari DDII (dewan dakwah islam indonesia).

Beliau memulai tugas mulia ini sejak pasca erupsi merapi 2010 hingga saat ini beliau masih istiqomah dalam dakwah. Kita sebut beliau adalah Ustadz AR asal Padang. Meski hanya mendapat 2m “maturnuwun mas”, ujar beliau, bahkan sering pula mendapat olok-olok, adu domba dan lain – lain tapi beliau masih setia membersamai masyarakat yang masih awam tentang islam di lereng merapi itu.

Menurut beliau ini baru sebagian kecil tantangan dakwah di lereng merapi sana dibandingkan tahun-tahun awal pasca erupsi Merapi 2010, dan beliau tetap bersabar di jalan dakwah ini. Tak sedikitpun kaki bergetar ketika ada yang menghadang perjuangan dakwah ini.

Dengan sekelumit masalah yang beliau hadapi, fokus beliau tetap berdakwah di daerah minoritas muslim, semampu dan sekuat tenaga. Hanya membawa satu misi besar, yaitu demi menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Beliau juga sangat bahagia dan welcome dengan kedatangan kami. “Kami sangat senang dan bahagia ketika ada kepedulian dari ikhwah yang datang kemari” Ujar beliau. Dan juga beliau siap bersinergi dengan Yayasan Tanmia dalam dakwah dan perkembangan Islam di daerah beliau.
Kami bertanya, “Program besar kedepan di sini apa ustadz?”. Beliau menjawab, “Program besar kami adalah ingin membuat muallaf center”.
Sungguh mulia cita-cita Da’i dua anak ini.

Kami relawan Tanmia berharap kedepannya bisa ikut berkiprah dan membangun sinergi dalam mewujudkan cita-cita mulia “Menegakkan Kalimat Allah Di muka bumi” dengan seluruh kaum muslimin. Memberikan dukungan para Da’i pelosok negeri dalam bentuk apapun.

Hari ini yang bisa kami lakukan hanya memberikan dukungan dengan penyaluran wakaf Al-Qur’an. Dan Kami sangat bahagia ketika bisa berjumpa dengan beliau, karenanya kami mendapat banyak nasehat dan pengalaman.

Jazakumullah donatur yang sudah mempercayakan amanah ini kepada kami.

Relawan Tanmia
Abu khanif, Fadl Kamil

 

Kaya Raya Tapi Tidak Wajib Zakat

Zakat adalah salah satu mekanisme syariat untuk menghilangkan ketimpangan antar si kaya dan si papa, satu cara yang sangat sempurna untuk membantu meningkatkan taraf hidup saudara sesama muslim, ia juga merupakan salah satu wasiat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kepada sahabat Mua’dz bin Jabal radhiyallahu anhu saat beliau mengutusnya ke Yaman sebagai Dai untuk mendakwahkan islam, beliau berpesan:

“Sampaikan kepada penduduk Yaman bahwasanya Allah mewajibkan zakat pada harta mereka, yang diambil dari orang kaya kemudian dikembalikan kepada orang miskin di antara mereka”. (HR Albukhari dan Muslim).

Memang zakat harus diambil dari orang kaya lalu dikembalikan kepada orang miskin, seperti juga firman Allah ta’ala:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (QS Attubah:103).

Dari hadits dan ayat di atas dapat disimpulkan bahwasanya zakat diambil dari orang kaya dan kemudian dikembalikan kepada orang miskin, demi menjaga hubungan baik antar si kaya dan si miskin serta untuk mewujudkan kesetaraan dan kesempatan untuk mendapatkan modal dan usaha, bila syariat ini dapat ditegakkan dengan baik maka in syaa Allah masalah kemiskinan sedikit demi sedikit akan terkikis habis.

Namun bila syariat zakat tidak terlaksana dengan baik maka akan terjadi ketidak stabilan dalam masyarakat, sehingga muncul percurian, perampokan, perjudian dll. Ini adalah salah satu dari sekian banyak dari pada akibat tidak melaksanakan syariat Zakat.

Redaksi ayat dan hadits di atas yang menggunakan lafaz “ambil” dan “kembalikan” memberikan isyarat kuat bahwasanya dalam harta si Kaya ada harta si Miskin yang harus diambil, lalu dikembalikan pada si Miskin, secara tegas bahwa bagian harta yang kena zakat bukanlah milik si kaya, konsekwensinya kalau si Kaya tidak mengeluarkan harta zakat itu berarti ia mengambil harta yang bukan milik dirinya.

Dalam perjalanan sejarah hidup manusia tercatat orang – orang yang hartanya melimpah ruah namun tidak kena kewajiban Zakat, sebut saja salah satunya adalah Allaits bin Sa’ad, pendiri madzhab fikih, Seorang ulama besar asal Mesir, beliau adalah kebanggaan orang Mesir.

Beliau lahir tahun 94 H dan wafat tahun 175 H pada usia 81 tahun, beliau adalah guru dari Imam Syafii, imam Syafii berguru kepada imam Malik di Madinah dan berguru pula pada Imam Allaits bin Sa’ad di Mesir, Imam Syafii berkata: Allaits bin Sa’ad lebih faqih (Alim) dari Imam Malik, hanya saja murid-murid Allaits bin Sa’ad tidak menyebarkan ilmu guru mereka sehingga madzhad Allaits bin Sa’ad tidak tersebar luas seperti madzhab Imam Syafii dan Imam Malik.

Allaits bin Sa’ad belajar islam dari para Tabi’in di Mesir, pada usianya yang 20 beliau melakukan safar ke Madinah untuk belajar hadits langsung dari pakarnya pada zaman itu, yaitu Imam Ibnu Syihab Azzuhri.

Allaits bin Sa’ad terkenal dengan kekayaan dan kedermawanannya, sehingga ia memberi makan faqir miskin sepanjang tahun, bahkan dikisahkan selama 40 tahun beliau selalu makan dengan orang – orang yang selalu beliau jamu, juga membiayai para ulama, guru agama di berbagai wilayah, bukan hanya di Mesir saja namun kebaikan Allaits bertabur hingga Bagdad, ia memberikan bantuan untuk para ulama, Dai dan para sahabatnya hingga di berbagai daerah.

Dalam satu riwayat disebutkan penghasilan Allaits tiap tahun ada 50.000 dinar emas, bila harga Dinar hari ini Rp 3.500.000/ keping maka total penghasilan beliau 175.000.000.000 (175 Milyard) per tahun, namun penghasilan sebegitu besarnya tidak membuat beliau silau dengan kehidupan dunia, beliau lebih memilih hidup sederhana, dan makan dengan menu ala kadarnya Roti dan minyak Zaitun saja, ini menu favourite dari hidangan makan beliau sehari – hari.

Punya penghasilan 170 M per tahun tentu penghasilan yang sangat besar, namun di akhir tahun ia tidak kena kewajiban zakat, karena sebelum haul tiba dana 170 M itu sudah ia bagikan pada mereka yang membutuhkan, sehingga bila haul datang hartanya tidak sampai nishab (batas minimal kelayakan) zakat, pernah suatu hari beliau bertamu ke rumah Imam Malik di Madinah, Imam Malik sang Sahibul bait memberikan suguhan kepada Allaits satu mangkuk ruthab (kurma segar), Allaits menerima satu mangkuk ruthab itu lalu mengembalikan magkuk tersebut dengan diisi penuh dengan uang dinar.

Seorang wanita datang ke rumah Allaits bin Sa’ad mengadukan bahwa putranya sedang sakit, putranya sedang ingin minum madu, lalu Allaits meminta pembantunya untuk mengirim madu ke rumah wanita itu hampir 200 Kg.

Imam Malik di Madinah adalah sahabat Imam Allaits, meskipun ada silang pendapat masalah fikih di antara mereka, namun hal itu tidak membuat mereka bertengkar, suatu ketika Imam Malik mengirim surat kepada Allaits di Mesir meminta minyak wangi untuk acara pernikahan putri beliau, lalu Allaits mengirim minyak wangi ke Madinah di bawa oleh 30 ekor unta, melihat minyak wangi sangat banyak itu imam malik membagikannya kepada sahabat, tengga, acara nikahan putri beliau, dan sisanya masih sangat banyak, kemudian Imam Malik menjual minyak wangi tersebut 500 dinar emas (500 X 3.500.000= 1.750.000.000).

Ini adalah sekelumit dari potret kehidupan manusia hebat, ulama besar, saudagar kaya, pengusaha sukses yang namanya masih harum hingga sekarang, ilmu beliau dinikmati kaum muslimin hingga hari ini.

Namun Allah Yang Rahman dan Rahim menciptakan manusia seperti ini ada di setiap zaman, barangkali orang seperti ini di zaman ini juga ada, bisa saja ada di lingkungan kita, mungkin saja kita kurang gaul sehingga belum mengenal mereka, semoga Allah memperbanyak manusia seperti ini untuk kejayaan islam dan kaum muslimin.

 

Lopo Ruangan Serba Guna Khas Suku Timor

Satu lagi bangunan khas timor yang pasti ditemui di setiap sudut pemukiman Suku Timor ialah Lopo. Rumah ini mirip rumah bulat namun tidak memiliki dinding. Rumah ini didirikan di depan halaman rumah induk atau rumah kotak atau disamping kanan kirinya, yang pasti terletak di depan.

Lopo merupakan buah hasil kebudayaan tangan masyarakat Timor yang sudah sudah turun -temurun sejak masa silam. Lopo juga memiliki fungsi utama sebagai ruangan khusus pertemuan, pernikahan atau penyambutan tamu. Seringnya juga dimaknai sebagai salah satu sarana tempat yang dimanfaatkan untuk berkumpulnya masyarakat karena hampir semua proses pengambilan keputusan atau mengadakan musyawarah tentang berbagai aspek permasalahan yang terjadi dalam masyarakat. Semua hasil musyawarah disepakati sampai kata mufakat dan diputuskan dalam bangunan Lopo ini.

Lopo selain juga menjadi tempat bagi warga membahas setiap persoalan yang dihadapi juga sebagai berkumpulnya warga ketika gotong-royong di desa, biasanya segala persiapan dibahas bersama di Lopo.

Biasanya dalam sebuah dusun ada beberapa kepala keluarga memiliki Lopo, atau masih dalam satu Suku keluarga terdapat satu Lopo. Di beberapa daerah Timor yang lainya, masing-masing rumah malah memiliki Lopo sendiri-sendiri.

Bentuk arsitektur Lopo terbilang sederhana, ia merupakan rumah beratap bulat tak berdinding dengan 4 tiang utama yang berfungsi sebagai sarana tempat pertemuan. Beberapa warga, atau pemuda biasanya memanfaatkan lopo untuk bercengkrama santai sambil menikmati semilir udara sejuk. Lopo juga terkadang digunakan para kaum perempuan Suku Timor untuk menenun kain ketika ada acara khusus. Kain tenun songket ikat yang biasanya akan diberikan pada tamu yang datang dan dihadiahkan pada setiap acara penyambutan tamu.

Seiring perkembangan zaman pada prakteknya Lopo adalah bangunan serbaguna yang biasa digunakan siapa saja. berbeda dengan Ume Kbubu ( rumah bulat ) dan rumah kotak sebagai rumah privat setiap keluarga, adapun Lopo menjadi ruang publik untuk umumnya. Kehidupan masyarakat Timor dengan segala kebudayaan kearifan lokalnya membuat mereka tetap ada hingga saat ini.

“Lopo sudah menjadi bagian warisan nenek moyang kami. Gunanya sebagai tempat berkumpul musyawarah dan juga menyimpan hasil panen”, ujar Arifin Nobisa Ketua Suku Timor di Dusun OeUe Mauleum Kecamatan Amanuban Timur.

Jejak perjalanan di Timor masih membekas dengan mengunjungi Lopo di Kecamatan OeEkam dan Lopo milik Arifin Nobisa ketua Suku Timor dusun OeUe Mauleum Kabupaten Timor Tengah Selatan. Sebagai orang Timor, Ume Kbubu, Lopo, sirih pinang dan kain tenun khas Timor sudah menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Bersahabat dengan alam menjadi bagian yang terus dipertahankan sebagai upaya
mempertahankan budaya kearifan lokal dari gempuran lingkungan modern yang kadang tak bersahabat.

Walhasil, Cahaya Islam yang telah masuk dalam sanubari hidayah masyarakat suku Timor OeUe juga menjadi bagian yang terus mengokohkan pilar keimanan mereka sekalipun berada dipelosok jauh pedalaman.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Warga Antusias Dengan Kiprah TPQ At-Ta’awun Kampung Sawah

Menaruh perhatian untuk terciptanya lingkungan yang Qur’ani adalah bagian pembangunan karakter yang paling tepat sepanjang masa.

Usia kanak-kanak masa yang tak pernah lagi terulang masa emasnya dan inilah cara yang paling tepat untuk mendidik mereka dengan Qur’an sebagai bibit tanaman iman bersama tilawah maupun tadabbur atau segala sesuatunya bersama Al-Qur’an.

Perangkat dusun Pabuaran, Kelurahan Jatirangon, Kampung Sawah, Kecamatan Jatisampurna Kota Bekasi, bersama warga setempat adalah bagian elemen yang menaruh perhatian untuk pendidikan anak-anak TPQ. Hal ini dengan diselenggarakanya TPQ At-Ta’awun di tempat tersebut.

“Gedung dua lantai yang baru ditempati belum lama ini adalah wujud perhatian dan kepedulian dukungan terhadap proses pembelajaran anak-anak disini”, jelas Umrawi salah satu pengasuh TPQ At-Ta’awun .

” Berawal mulai tahun 2014 dari sepetak kontrakan yang disulap menjadi tempat mengaji dan berlangsung bertahun-tahun untuk kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak didik TPQ dari TK-SD-SMP-SMA, jelas Widodo selaku penanggung jawab TPQ At-Ta’awun.

“Awalnya, hanya ada segelintir belasan anak yang bergabung. Sekarang sudah mencapai 60 anak. Dari jenjang TPQ ala kampung ini kemudian tak jarang anak-anak mereka bisa meraih prestasi masuk ke berbagai tingkat sekolah yang cukup favorit di Kota Bekasi bahkan Jabodetabek ” ujar Widodo yang akrab bersama warga menjamu kehadiran para asatidz pengajar dari Ma’had Al Itqan Bekasi.

Kegiatan TPQ At-Ta’awun bukanlah kegiatan sederhana biasa-biasa saja tapi ada visi dan misi yang bertujuan untuk terciptanya lingkungan pendidikan masyarakat yang berbasis karakter, sosial, dan berkualitas yang bermula dari lingkup kecil lingkungan dan keluarga.

Bukan menafikan pesatnya kemajuan teknologi yang mampu mempengaruhi pada anak-anak hari ini namun ada masa dimana anak-anak dimasanya mendapatkan porsi bersahabat karib dengan Al-Qur’an dan iman sebagai basic landasan kokoh dasarnya.

Masalah pengaruh kenakalan anak dan remaja diharapkan bisa diminimalisasi dengan sinergi kerja sama dan koordinasi semua pihak. Di antaranya dengan kiprah langsung Lembaga Dakwah Yayasan Tanmia inilah bertahun-tahun berjibaku langsung dengan menerjunkan pada da’i pengajarnya untuk terlibat aktif kegiatan TPQ dan pendidikan bagi warga di kelurahan setempat.

Program positif tersebut pun mendapatkan antusiasme dari warga sekitar. Salahsatunya kegiatan taklim warga Majelis At-Ta’awun pun, mengatakan, bahwa program tersebut membawa banyak dampak positif, khususnya langsung untuk anak-anak dan para warga di lingkungan tersebut serta adanya nilai sosial kebersamaan antar warga terjalin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Kampung Sawah

Tanmia Distribusikan Al Quran, Iqro & Senter Wakaf di pedalaman Jawa Tengah

Relawan Tanmia kembali beraksi dengan sowan ke pejuang dakwah sekaligus mendistribusikan Al-Qur’an Buku Iqro’ dan Senter titipan dari donatur kesejumlah daerah yang sangat membutuhkan perhatian kaum muslimin. Bagaimana tidak, di saat kita bisa ibadah dengan tenang, masjid ber-AC, mengaji al Qur’an dibimbing dengan guru yang mumpuni dan berbagai fasilitas yang tersedia, ternyata masih ada saudara kita yang “buta” huruf Al Qur’an, dikarenakan minimnya guru ngaji dan al Qur’an. Selain itu perjuangan mereka untuk pergi ke masjid dan mengaji sangat berat, mereka harus berjalan menembus hutan belantara tanpa penerangan jalan sama sekali. Oleh sebab itu kami dari Yayasan At-Tanmia Bekasi berusaha ikut andil sekecil apapun dalam dakwah dan menyampaikan amanat kaum muslimin.

Yayasan At-Tanmia mengutus kami dua orang relawan untuk misi kali ini dan ada 4 lokasi utama yang kami tuju, yaitu Klaten, lereng gunung Sumbing, lereng gunung merapi dan lembah Bukit manoreh Kulonprogo.
Pada hari Kamis, 13 Agustus adalah hari pertama perjalanan ini, kami menuju Kota Muntilan bertemu salah seorang Ustadz yang sudah berdakwah sejak tahun 1998. Darinya kami dikenalkan dengan seorang Da’i lereng gunung Merapi, beliau berjuang di lereng Merapi sejak tahun 2010 hingga saat ini. Kemudian pada sore hari
Kami ke lereng gunung sumbing di desa Prampelan Kaliangkrik Magelang, berkunjung di sebuah pesantren yang telah berdiri sejak tahun 1997. Kami pun disambut dengan sambutan yang hangat khas penduduk pegunungan. Di saat itu juga kami berbincang-bincang tentang pesantren dan problematika dakwah di masyarakat sekitar pesantren. Kemudian selepas sholat isya kami bertemu dengan seorang ustad di lereng gunung merapi yang sudah memulai kiprah dakwahnya sejak tahun 2010 pasca meletusnya gunung Merapi. Kemudian Pada malam harinya kami menginap di sebuah Pesantren Masyarakat Klaten, meski setibanya kami disana sangat larut malam kami tetap mendapat sambutan yang sangat meriah, dengan harapan di pagi hari nanti bisa jumpa direktur Pesantren Masyarakat Klaten.

Jum’at 14 Agustus pagi, Allah pertemukan kami dengan direktur Pesantren Masyarakat Klaten dan berbincang banyak hingga tak sadar siang pun menghampiri, itu artinya kami harus segera melanjutkan perjalanan kembali menuju Lembah menoreh Kulonprogo Yogyakarta, mengirimkan seorang Da’i, buku Iqro’ dan sejumlah Senter titipan kaum muslimin, sebelumnya pun telah dikirim Al-Qur’an beberapa tahap sejumlah kebutuhan saudara muslim disana.

Sabtu 15 Agustus kamipun pulang kembali ke kampung halaman.
Alhamdulillah dari perjalanan ini kami banyak belajar bahwa semua ujian yang kami rasakan pada hari ini belum ada apa-apanya daripada Da’i di pedalaman sana. Mudah-mudahan Allah mudahkan seluruh urusan kaum Muslimin dimanapun mereka berada. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin.

Relawan Tanmia
Fadhil kamil, Abu khanif
Jawa Tengah

Lelah Letihku Selalu Bersama Al Quran

“Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (HR. Hakim 1/756 dan dihasankan al-Abani).

Karena lelah bersama Al-Quran tidak ada yang sia-sia. Sebab, sulitnya menghafal Al-Quran mengajarkan kita arti kesabaran dan kesungguhan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Kala nanti merasakan kesulitan dalam menghafal Al-Quran; Jangan menyerah yaa. Akan selalu ada kemudahan di titik keikhlasan, akan selalu ada kenikmatan di balik kesulitan yang dirasakan.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Hadapi dengan senyuman, jalani dengan keikhlasan. Itu baru sejatinya penghafal Al-Quran.

 

Zulkifli Banfatin Bersama Kaki – Kaki Perkasa Mendaki Terjalnya Medan Pedalaman OeUe

Zulkifli Banfatin, orang lebih mengenalnya Ust Zul adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara
dari pernikahan Bahrein ( Ayah) dan Suriah ( Ibu). Sejak menjadi yatim karena ditinggal oleh ibunya ketika usia masih balita ( 2 tahun ) akhirnya Zulkifli diasuh oleh Arifin Nobisa dan hak sepenuhnya diserahkan layaknya orangtua dalam masa balita pengasuhannya. Arifin Nobisa ( Muallaf ) Ketua Suku Timor OeUe memang masih memiliki hubungan kerabat dengan mendiang ibunya.

Dimasa usia sekolah dasar ia habiskan waktu belajarnya di pedalaman OeUe hingga sampai akhirnya sampai jenjang selanjutnya ia diasuh di rumah kader Masjid Nurussa’adah Fontein semasa tingkat Tsanawiyah ( SMP ).

Atas jasa pendidik dan pengasuhan Ust Ramli, senior da’i Dewan Dakwah Islamiyah NTT dalam kaderisasi generasi akhirnya Zulkifli dikirim untuk melanjutkan ke jenjang Aliyah di Ma’had Al-Ittihad Al-Islami Camplong – Sampang Madura selama 4 tahun. Ghirahnya tak kunjung padam untuk menuntut ilmu hingga usai lulus pun ia tak bergeming untuk pulang hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk jenjang perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Muhammad Natsir di Jakarta. Usai lulus tahun 2019 akhirnya ia menerima amanah pengabdian untuk kembali ke pedalaman OeUe dimana kampung halamannya sewaktu masih kecilnya dibesarkan.

“Ada bahagia yang tak bisa diluapkan kecuali syukur yang sebesar-besarnya dan rasa rindu untuk pulang kembali mengabdi dan berbakti kepada orang tua sekaligus bapak asuh Arifin Nobisa. Adapun ( Bahrein ) Ayah kandung sepeninggal mendiang Ibu ketika itu memutuskan untuk menikah lagi dan menganut Katolik”, ungkap Zulkifli dalam perjalanannya dari Masjid Al-Ansor Senben tempat dimana ia mengajar hari-harinya dengan mendaki turun bukit di Desa Maleum Amanuban Timur.
Perjalanan hidayah pun akhirnya ikut membawa saudara-saudaranya sekandung pun masuk islam kendati beberapa tahun lama berpisah.

Tempat pengabdian di pedalaman bukanlah hal yang asing lagi baginya, tapi ketulusan dan tantangan yang dihadapi lagi-lagi menuntut dirinya untuk bertahan dan kokoh menghadapi apapun yang terjadi. Tidak patah menyerah dengan keadaan sekalipun kerikil-kerikil ujian kesabaran mengikuti setiap jejak langkah kaki-kakinya melewati terjalnya medan dakwah pedalaman OeUe hingga sekitar wilayah Amanuban Timur Soe Timor Tengah Selatan.

Walhasil, sekalipun sekejap mata saja kedatangan Tim Tanmia Foundation di ladang pengabdian para da’i-da’i setidaknya menjadi jalinan ukhuwah yang menguatkan jahitan tali silaturahim. Saling mengisi ruhiyah me-recharge kembali untuk menguatkan langkah kaki-kaki perkasa untuk mengarungi pendakian dakwah pedalaman yang masih terjal dan panjang. Berdoa penuh harap lentera kejayaan ummat bersinar terang dari pedalaman. Semoga istiqomah dalam dakwah kita. Aamiin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!