Kekuatan Ikhlas Mengajar Ngaji di Pedalaman Kepulauan

Sudah tiga pekan berjalan, distribusi wakaf Qur’an Tanmia Foundation “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri” di Kepulauan Nias hingga sampailah di Pulau Tello dan menyasar menuju perkampungan terpencil di kepulauan Pulau-Pulau Batu. Sasaran distribusi akan menyasar ke beberapa Masjid kepulauan, TPQ, Majelis Taklim Sekolah dan Madrasah.

Pulau Tello merupakan gugusan kepulauan di Nias Selatan. Pulau Tello juga merupakan ibu kota kecamatan dari Pulau-Pulau Batu, Nias Selatan. Mulanya Pulau Tello adalah pusat kecamatan Pulau – Pulau Batu yang meliputi ratusan pulau ( 102 pulau ), namun seiring dengan program pemekaran sekarang terbagi menjadi 7 wilayah kecamatan kepulauan yaitu kecamatan Hibala, Tanah Masa, Pulau-Pulau Batu, Pulau-Pulau Batu Timur, Pulau-Pulau Batu Utara, Pulau – Pulau Batu Barat dan Pulau Simuk sebagai daerah perbatasan terluar dengan jarak 45 KM dari pelabuhan Tello.

Kondisi keadaan Pulau-pulau sangat beragam, pemukiman perkampungan muslim boleh dibilang hanya mendiami beberapa wilayah saja dengan berbagai tingkat keprihatinan. Di Pulau Tello sendiri ada 20 desa, dengan 4 desa yang berpenghuni mayoritas muslim. Kelurahan Pasar Tello, Simaluaya, Sinauru dan Sirapa-Rapa Melayu.Diperkirakan hanya 150 KK saja.

Sebutlah Ama Ali ( 65 tahun ) dan Badran Tanjung ( 64 tahun ) diluar biasa diluar kegiatanya sebagai nelayan masih menyempatkan untuk mengajar ngaji anak-anak di Sianuru dan Simaluaya Pulau Tello. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, antusiasme anak-anak bertambah namun apa daya sarana pendukung mengajar semisal buku panduan keislaman dan buku-buku fiqih tentang panduan tata cara shalat dan tuntutan do’a belum tersedia sehingga menjadi kendala tersendiri yang harus dihadapi.

Pasang surut pendapatan sebagai nelayan dan pekerja serabutan lepas, tidak menyurutkan semangat Badran Tanjung seorang diri untuk terus mengajar ngaji dirumahnya sejauh ini.

“Agar tidak mengecewakan anak-anak menunggu lama karena antri mengaji, para santri yang jauh setelah mengaji langsung pulang ke rumah”, ungkap Badran Tanjung usai sejenak menyapa Tim Tanmia Foundation berkunjung ke rumahnya.

Kecintaanya mengajar ngaji kepada anak-anak menjadi pelecut semangat anak-anak untuk datang rajin mengaji sekalipun ada yang datang dari tetangga kampungnya yang jauh ini.

“Kadang saya merasa sedih jika melihat anak-anak putus sekolah, apalagi jika mereka harus menghabiskan waktunya bekerja sehingga tidak sempat merasakan belajar ngaji karena membantu nafkah keluarganya. Namun sebagai sebagai pengajar ngaji yang ala kadarnya saya sendiri juga tidak bisa banyak berbuat apa-apa.Hanya berharap kepada Allah saja semoga ada jalan kemudahan”, keluh Badran Tanjung.

Menjadi guru ngaji dipesisir kampung bukannya tidak memiliki tantangan yang berat, selain harus mengikhlaskan waktu sejenak sebelum melaut juga terbatasnya ilmu dan kemampuan materi untuk mengajar sehingga seringkali Tanjung mengaku harus selalu siap mengabaikan kepentinganya demi pendidikan para murid ngajinya.

“Yang paling berat kalau ada urusan pribadi ke pulau seberang selama berhari-hari dan tidak ada teman yang bisa menggantikan jam mengajar, jadi sebisa mungkin tetap disiasati, asalkan anak-anak tidak kecewa,” tutur Badran Tanjung.

Keikhlasan sepertinya menjadi motor penggerak dirinya untuk tetap terpanggil mengajar meskipun tanpa upah yang seharusnya ia terima. Mengabdi menjadi guru ngaji di pesisir kepulauan yang jauh bukan keinginanya tapi pilihan prinsip hidup yang kelak semoga bisa membawa kebahagiaan hakikinya menjadi da’i membawa syi’ar keislaman di kepulauan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Seberkas cahaya di Kampung Koto Pesisir, Janda Mengajar Ngaji Secara Sukarela

Nur Hamida asal Desa pesisir Koto Pulau Tanah Masa, Kecamatan Pulau – Pulau Batu Nias Selatan, adalah sosok guru kampung yang sampai sekarang masih bertahan menjadi guru ngaji bagi anak-anak di lorong satu desa Koto pesisir.

Perempuan berusia 56 tahun itu rela menghabiskan waktunya menjadi guru mengaji bagi anak-anak dari keluarga yang tidak mampu di desanya demi mewujudkan cita-citanya mencerdaskan anak-anak di kampungnya. Sejak sebelum menikah sampai sekarang ia sudah 20 tahun lamanya mengabdi mengajar ngaji. Dan kini nasibnya harus hidup sebatang kara menjadi janda setelah kepergian suaminya ( Marwan ) sejak lima tahun silam. Profesinya sebagai guru ngaji adalah panggilan keikhlasannya tanpa mengharap gaji atau upah.

Dalam pernikahannya pun ia tidak diberi keturunan sehingga sampai saat ini waktunya ia habiskan untuk mengajar mengaji. Nur Hamida juga tak tinggal diam saja berpangku tangan untuk menyambung hidupnya. Ia mempunyai keahlian menerima perbaikan jahitan orang kampung dengan imbalan ala kadarnya seberapapun ia terima. Padahal jahitan pun terbilang jarang paling setahun hanya sekali saja.

Desa Koto adalah desa tertua di kecamatan Pulau – Pulau Batu yang berada di Pulau Tanah Masa. Disinilah juga letak makam ” Raja Sitipu ” juru runding pada masa penjajahan Belanda di makamkan. Di Lorong ( dusun ) Satu Kampung pesisir Koto ada sekitar 2O KK warga muslim dengan jumlah 80-an jiwa. Disinilah Nur Hamida membekali anak-anak didiknya belajar ilmu agama. Aliran listrik hanya mengandalkan tenaga surya yang baru masuk sejak 2018 ini.

“Sebelum tahun 2018 anak-anak mengaji hanya menggunakan lampu minyak itu pun terbatas kemampuannya hanya sebentar saja setelah itu padam”,tutur Hamida di halaman rumahnya.

Meski tidak digaji, Nur Hamida yang sekarang berstatus janda ini tanpa pamrih rela mengajar dari sore hingga malam tidak lain agar anak didiknya bisa mengaji. Biasanya mereka mengaji sampai lulus sekolah dasar saja lalu meneruskan ke jenjang berikutnya ke pulau seberang karena jenjang Tsanawiyah / SMP adanya hanya di pusat kecamatan yakni di Pulau Tello.

Setiap harinya anak-anak desa berbondong-bondong keluar-masuk rumah Nur hamida untuk belajar ngaji. Namun seiring waktu kini tinggal tersisa 10 anak-anak yang masih belajar dari mulai pendidikan anak usia dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak serta Sekolah dasar.

Belum adanya listrik ketika itu bukan menjadi hambatan dirinya sehingga tetap menguatkan tekadnya untuk berusaha keras membuka tempat belajar ngaji di rumahnya, dari sepetak rumah sederhana beratap daun kelapa dan rumbia ia dedikasikan ilmunya pada anak-anak pesisir Koto.

“Awalnya hanya mengajar anak tetangga di rumah, lama-kelamaan anak-anak tetangganya yang lain ikut belajar bersama sampai mencapai puluhan orang,” kata Nur Hamida , Kamis (31/10/2019).

“Meski memberikan ilmunya tanpa berharap gaji, Nur Hamida mengaku tidak pernah mencari keuntungan sebab dengan hasil berkebun dan sebagian upah menjahit dirasa sudah cukup untuk disyukuri untuk menyambung hidup mengasapi dapurnya”, ucap Suardani kepala kades Koto yang mengantar Tim Tanmia Foundation ke lokasi.

Alasan dibukanya tempat ngaji ini untuk juga membimbing akhlaq anak -anak dengan bekal ilmu agama sebagai dasar pendidikan anak karena sekarang ini pendidikan moral anak sudah banyak yang merosot.

Ajwan atau lebih dikenal Ama Winda salah seorang wali murid mengatakan, sejak anaknya diikutkan belajar mengaji di rumah Nur Hamida, kemampuan membaca Alquran anaknya semakin fasih dan lancar.

“Tempat mengaji ini sangat membantu, apalagi warga yang tidak mampu secara ekonomi, sebab kalau mengandalkan di sekolah sangat terbatas sekali bahkan nyaris tidak ada lain belajar mengaji saat ini,” kata Ajwan diteras rumahnya depan Masjid Nurul Huda.

“Dengan membuka tempat mengaji ini warga juga merasa terbantu lantaran pintu rumah ibu Nur Hamida selalu terbuka kapanpun, baik pagi, siang hingga malam hari untuk mengajar mengaji,” katanya.

Menurut Ajwan, pengabdian mencerdaskan anak-anak di desa patut diapresiasi dan diteladani bagi siapapun sebab meski Nur Hamida tidak memiliki anak keturunan dirinya tetap peduli dengan pendidikan anak-anak warga sekitar.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Sebar 700 Wakaf Qur’an, Tanmia Foundation Kunjungi Madrasah Dinniyah dan TPQ di Nias Utara

Lahewa – Distribusi kegiatan tebar quran hingga pelosok negeri Tanmia Foundation melalui Wakaf Qur’an tidak hanya menyasar kegiatan rutinitas di masjid tapi juga kegiatan Madrasah Dinniyah dan TPQ dirumah-rumah.

Bersama relawan setempat Tanmia Foundation distribusi membagikan Al-Quran dan buku iqro kepada Madrasah Dinniyah Awaliyah Muhammadiyah di Sifahandro dan TPQ Al-Faruq Lahewa, Selasa (29/10).

Meluncur bersama armada kendaraan pick up yang sarat dengan muatan Qur’an dan Iqra’ dari Gunung Sitoli menuju jalanan pesisir Nias Utara dari Olora, Sifanhandro hingga Lahewa bukan waktu yang singkat. Ada sebanyak 700 Al-Qur’an dan Iqro’ yang akan didistribusikan di berbagai titik di Nias Utara.

Cuaca Kepulauan Nias yang tak menentu memang harus diatur dengan pintar-pintarnya memanfaatkan waktu. Adakalanya suasana hari itu hujan tiba-tiba panas terik berselang lama bahkan kadang membuat jalanan harus terhambat karena luapan air sungai yang menutupi jalan poros utama. Perjalanan hampir tiga jam untuk menempuh rute Gunung Sitoli – Lahewa hingga Afulu Salonako yang semua berada di wilayah Nias Utara.

Program wakaf Qur’an yang dilakukan Tanmia Foundation adalah dalam rangka mendukung Syiar Dakwah melalui Quran. Ini adalah kegiatan membagikan Al-Quran dan iqro untuk anak-anak sekolah madrasah maupun TPQ lainya agar memudahkan para guru, ustadz dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mengaji.

Selain kegiatan wakaf pembagian quran, relawan Tanmia Foundation juga mendistribusikan pakaian layak pakai, sandal untuk wudhu yang diperuntukkan bagi masjid-masjid yang tersebar di berbagai titik di Nias Utara.

“Alhamdulillah, dengan kegiatan wakaf Qur’an ini banyak santri dan walisantri merasa terbantu dan bermanfaat sekali untuk kemajuan daerah kami yang masih serba terbatas kemampuannya,” jelas Ama Rizki pengurus TPQ di Idanondrawa Lahewa Timur.

Sementara Kepala Bimas Kemenag Nias Utara H Arnan, mengucapkan berterima kasih atas perhatian dan dukungan bantuan yang diberikan oleh Tanmia Foundation kepada segenap pihak jajaran masyarakat terutama elemen umat Islam berupa Al-Quran dan Iqro untuk siswa/i dari berbagai kalangan.

“Bantuan yang diberikan oleh Tanmia Foundation ini sangat mulia dan berkesan bagi kami dari pihak madrasah dan TPQ akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya,” ucap Ustadz Hasan kepala madrasah sekaligus pengajar TPQ Al-Faruq Lahewa.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Sepotong Kisah Muallaf, Antar Jemput Jama’ah Shalat Jum’at di Pelosok Lolowau

Keberadaan Masjid di pulau Nias memegang peran penting dalam sejarah dakwah Islam di pulau yang cukup bersejarah dengan kejadian gempa Nias 8.7 SR beberapa waktu silam.

Maklum, Masjid akan sulit dijumpai bila berada di wilayah minoritas dan terpencil lagi, salah satunya Masjid Al-Ikhlas Sisarahili Ekholo Lolowau yang mampu bertahan sampai sekarang.

Perjuangannya  untuk menghidupkan masjid dan mengaji mengajarkan Alquran sungguh bukan pekerjaan yang mudah. Sebut saja Ama Ika, seorang muallaf asal Amauri Sisarahili Lolowau yang rutin setiap Jum’at, ini rela mengantar-jemput jama’ah muallaf dan beserta anak-anak santri TPQ nya dari rumah masing-masing menuju masjid Lolowau tempat mereka menunaikan shalat Jum’at.

Rutinitas itu dilakukan tanpa memungut biaya. Ya, itulah yang selalu dilakukan Ama Ika dan istrinya, sepasang suami isteri warga Desa Sisarahili Ekholo , Kecamatan Lolowau. Masjid Al-Ikhlas merupakan satu-satunya masjid di kecamatan Lolowau Nias Selatan yang terletak di jalan poros selatan Teluk Dalam – Sirombu. Pendirian masjid berawal dari keprihatinan pada para muallaf dan minimnya pembinaan sehingga rawan terkikisnya keimanan di lingkungan mereka yang notabene minim akses.

Jarak rumah muslim satu sama lainya berjauhan
mulai dari 3 km sampai 8 km jaraknya, itu pun masih terkendala dengan jalanan yang masih harus menembus semak belukar karena perkampungan berada ditengah-tengah rimba.

Hingga pada suatu ketika Ama Ika dirundung sakit beberapa waktu ia terhenti untuk antar jemput jamaah Masjid ketika shalat Jum’at.
Lama kelamaan, semakin berkurang jama’ah muallaf yang datang shalat Jum’at dan anak-anak untuk mengaji. Alhasil, Ama Ika terpaksa dengan sekuat tenaga yang ada berusaha melawan sakitnya dan menggunakan segenap cara apapun demi bisa antar-jemput jamaah agar kelak mereka makin tersadar memperdalam ajaran Islam. Beberapa tahun terakhir juga dengan mendatangi berbagai pihak dan lembaga pendidikan keislaman untuk menempatkan da’i atau ustadznya menetap di Lolowau.

Meski demikian, sempat juga kedatangan ustadz yang siap bertahan berdakwah disana namun tidak lama silih berganti. Akhirnya, pasangan yang sehari-hari menjadi tukang bengkel las dan istrinya pembuat soto kuliner itu bernisiatif meneruskan cita-cita mulianya dengan mengirim kan anak-anaknya belajar di pesantren kelak mereka bisa mengajarkan mengaji. Ama Ika mereka tidak sekadar mengantar jemput jamaah Jumat namun bercita besar mengantarkan anak-anaknya belajar hafal Qur’an.

Agar jama’ah tetap bersemangat shalat maupun mengaji, Ama Ika rela menjemput dari rumah ke rumah mulai dari yang terjauh dipelosok-pelosok perkampungan. Sekali angkut, 2-3 jamaah bisa diboncengnya. Mereka saya jemput biar bisa shalat Jum’at dan semangat mengaji.

“Suatu ketika menjemput ada juga muallaf yang lupa kalau hari itu hari Jumat dan mengurungkan pergi shalat Jum’at dan akan hadir pada Jum’at berikutnya”, jelas cerita Ama Ika pada kami meja kopi di halaman rumahnya.

Terbatasnya berbagai akses, baik jalan, listrik dan komunikasi yang tidak menjangkau tempat mereka menjadi tantangan tersendiri. Memang harus sabar dan memberikan perhatian yang lebih. Ada sekitar 25-an jamaah yang bisa dikumpulkan tapi terkadang ada juga yang rela berjalan kaki sendiri. Antar jemput tanpa memungut biaya kepada jamaah itu semata-mata panggilan nurani keikhlasannya. Terkadang juga bagaimana melihat kondisi keprihatinan jama’ah muallaf yang hidup penuh perjuangan di pelosok-pelosok semak perkampungan.

Adapun kendala yang dihadapi saat ini adalah kondisi fisiknya yang mulai sakit-sakitan menurun dan minimnya mencari tenaga pengajar. Pasalnya, guru atau ustadz mengaji harus tangguh rela mengajar tanpa pamrih dengan kafalah seadanya tanpa digaji yang memadai. Ajiiibnya… Selain itu, kultur masyarakat asli dengan bahasa Nias yang cukup rumit sehingga kesulitan dalam komunikasi yang menjadikan adaptasi lingkungan terbilang lambat. Walhasil sepotong kisah perjuangan muallaf dan terjalnya perjuangan dakwah di Lolowau mengajarkan makna pentingnya sebuah keikhlasan dan kesabaran tanpa batas. Untuk menuai kebahagiaan hakiki di akhirat maka mendaki perjuangan beramal shalih di dunia itu pasti penuh dengan badai ujian dan tantangan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Penyuluh Agama Islam Harus Turun ke Pedalaman

Turezouliho Lahewa Timur – Butuh waktu perjalanan 2,5 jam dari Gunung Sitoli untuk bertemu silaturahim dengan para petugas penyuluh agama Islam se-Nias Utara di dusun Turezouliho desa Muzoi Lewa Timur. Memilih memprioritaskan untuk shalat Jum’at di Masjid Taqwa Turezouliho sebuah kebahagiaan karena disini adalah dusun muslim pesisir terjauh di kecamatan ini. Akses jalan menuju lokasi pun masih memprihatinkan. Jalanan masih tanah bercampur lumpur dan genangan air dari semak-semak hutan.

“Bila musim hujan jalanan sulit dilewati dan alternatif harus menyeberangi muara berlumpur dengan berjalan kaki”, papar Halim salah satu penyuluh agama yang mengantar kami saat akan berangkat ke Muzoi.

Dusun Turezouliho memiliki penduduk sejumlah 50 KK yang notabene mayoritas muslim, namun sampai saat ini belum ada akses listrik, hanya mengandalkan panel surya disebagian rumah dan hanya genset saja di masjidnya. Masyarakat pesisir ini tetap bertahan untuk tinggal pasca gempa dahsyat 2005. Padahal terbilang banyak dusun-dusun disebelahnya yang terpaksa berpindah mengungsi saat gempa terjadi dan tidak kembali lagi. Di dusun ini hanya ada Masjid Taqwa ini satu-satunya masjid yang belum selesai direnovasi pasca gempa. Kendati demikian pertemuan silaturahim Pokjaluh ( Kelompok Kerja Penyuluh ) Agama Islam se-Nias Utara akan tetap diadakan di masjid usai shalat Jum’at. “Acara ini diadakan sehubungan sosialisasi akan berakhirnya masa tugas penyuluh pada November ini sekaligus pengenalan dibukanya KUA baru di Lewa Timur”, jelas Yusrina ketua Pokjaluh Nias Utara dihadapan para penyuluh yang hadir.

Nias Utara memiliki penyuluh agama Islam non PNS sebanyak 24 orang yang terbagi di berbagai tempat dengan wilayah terjauh di desa Faekhuna’a Salonako Afulu. Jumlah Masjid dan mushola diperkirakan total sejumlah 30 buah se-Nias Utara. Dengan muslim terbanyak di kecamatan Lahewa , dan terkecil di kecamatan Lotu ibukota Nias Utara.

Usai shalat Jum’at langsung diadakan pengajian bersama masyarakat Turezouliho dan para penyuluh agama se-Nias Utara dengan dihadiri ketua pokjalu ( kelompok kerja penyuluh ) agama Islam Nias Utara Ibu Yusrina.

“Hadirilah majelis-majelis ilmu dan ajaklah siapapun agar bertambah ilmu pengetahuan Islam dan menguatkan silaturahim satu sama lain”, jelas Yusrina dalam sambutannya dihadapan hadirin dan Kepala KUA Lahewa timur yang baru dilantik.

Dengan dibukanya KUA baru Lewa Timur pada November ini dimaksudkan juga untuk memudahkan para masyarakat di Turezouliho sehubungan dengan pengurusan di departemen agama termasuk perkara perkawinan dan administrasi keagamaan lainya.

“Karena penyuluh yang diangkat merupakan bagian dari tugas pemerintah untuk membina umat. Sekaligus penyambung program pemerintah dimasyarakat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dan pembangunan nilai-nilai agama islam,” ujar Bakrin Shiddiq selaku Kepala KUA baru Lewa Timur.

Saat ini setiap penyuluh seharusnya juga ikut memikirkan keamanan nasib keislaman dan kebutuhan rohani keimanan masyarakat sehingga mereka makin kokoh dan tidak mudah tergiur dan mengeluh karena masalah ujian beban hidup.

Pertemuan ini tidak sekadar ajang silaturahmi tetapi lebih pada sharing pertukaran pendapat, masukan, saran dan lain sebagainya. Tujuannya untuk meningkatkan peranan penyuluh yang sudah berjalan sehingga pemahaman peningkatan agama Islam ditengah-tengah masyarakat semakin meningkat terlebih untuk daerah-daerah kawasan yang sulit dijangkau.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Wakaf Qur’an Kuatkan Syi’ar Dakwah di Sifahandro Nias Utara

Hujan terus mengguyur Nias sejak pagi dini hari, keberangkatan rombongan Tanmia Foundation dari Teluk Dalam menuju Nias Utara harus mundur terlambat sejenak.

Rangkaian safari selanjutnya adalah kajian tabligh Akbar bersama BKM, pengurus-pengurus TPQ dan jama’ah masjid yang berlokasi di Sifahandro dan Lahewa. Keduanya berada di Nias Utara yang letaknya saling berjauhan. Ditambah lagi kendaraan kami harus tersendat karena pecah ban ditengah perjalanan sehingga
pada akhirnya sampai di lokasi Sifahandro mundur dari waktu yang telah ditentukan yang semulanya jam 2 menjadi jam 4 sore. Namun demikian antusiasme hadirin tetap setia menunggu karena memang acara kali ini berbeda seperti biasanya.

Ustadz Iqbal Subhan Nugraha, yang pada kesempatan itu membuka tabligh akbar menyampaikan bahwa, berkumpul di majelis ilmu salah satu bentuk kenikmatan yang akan semakin menguatkan jalinan ukhuwah.
Diselenggarakanya tabligh akbar juga sarana silaturahim yang berfungsi menguatkan syi’ar dakwah dan mengokohkan aqidah keimanan. Apalagi corak ragam dan kesibukan masyarakat terkadang membuat jeda waktu kurangnya frekuensi bertemu.

“Apapun profesi kita bukan menjadi masalah, terpenting adalah adanya keshalihan dalam profesi tersebut sehingga nilai keimanan menjadi karakter utama”, jelas Ustadz Iqbal pada segenap hadirin.

Dalam acara tersebut juga diadakan serah terima secara simbolis wakaf Qur’an oleh Ustadz Rofiq pada Ama Yasssir selaku BKM Masjid Al-Husna Sifahandro. ” Ada 150 Al-Qur’an yang akan dibagikan di TPQ Masjid dan Madrasah Dinniyah, keduanya berada di Sifahandro, ucap Ust Irfan selaku kepala madrasah diniyah.

Mengenal Sifahandro tak lepas dari peran Bapak Imam Ahmad Tarzim Telaumbanua atau yang lebih dikenal sebagai Ama Iradah. Beliau tetua Islam dari Sifahandro yang aktif membina ibu-ibu, anak-anak dan mualaf sejak tahun 2000-an hingga saat ini meskipun dengan segala keterbatasan. Pembinaan Al-Qur’an untuk anak-anak dan Ibu-Ibu itu bagian dari jiwanya karena aktivitas sehari-hari juga menjadi seorang guru pengajar di sekolah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Muallaf Putra Pendeta yang Berhasil Mengantarkan Putrinya Hafal Al-Qur’an

Terhimpit dalam kondisi hidup dengan ekonomi yang dibilang masih kekurangan inilah sebagian potret kehidupan para muallaf dibeberapa pelosok Nias. Hal ini juga karena hingga saat ini perhatian untuk mereka masih minim. Berbagai pihak belum memiliki program untuk membantu muallaf yang notabene dhu’afa di pedalaman dan satu sama lain berjauhan. Salah satu muallaf itu Ama Yanti ( 56 th ) putra daerah asli asal Amuri Lolowau. Lahir sebagai anak seorang pendeta tentu bukan keinginanya. Bapaknya merupakan salah seorang pemuka pendeta di Amuri yang sudah puluhan tahun.

Ama Yanti adalah anak sulung laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara. Namun seiring dengan perjalanan akhirnya ia memutuskan dirinya untuk merantau ke Simeulue Aceh pada tahun 1991. Dalam perjalanan di tanah rantau akhirnya pintu hidayah pun menyapanya untuk terketuk hati memeluk islam dan akhirnya memutuskan menikahi wanita pujaan hatinya Asramaita wanita asli Simeulue.

Singkatnya tahun 2014, Ama Yanti memutuskan untuk pulang bersama istrinya dan anak-anaknya ke kampung halamannya.
Dengan keislamannya ia paham betul apa konsekuensinya dan perjuangannya ketika bertemu bapaknya nanti sehingga menjadi seorang muslim bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan dan rintangan yang justru terpaksa dia lakoni.

Sikap famili sanak keluarga misalnya. Dia terpaksa harus rela dan sabar dengan sikap keluarga yang sebenarnya menentang keputusannya untuk memeluk agama Islam. Namun apa dikata, sekali layar terkembang pantang untuk mundur selangkah pun. Melihat keadaan demikian akhirnya bapaknya begitu shock dahsyat menjadi-jadi apalagi notabene bapaknya adalah seorang pemuka pendeta.
Dirinya memang sudah digadang-gadang menjadi penerus bapaknya setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya.

Walhasil, apa mau dikata prinsip tetaplah prinsip yang biarpun pahit tetap dihadapi, cinta tetaplah cinta tak bisa pindah ke lain hati inilah hidayah islam yang telah merubah perjalanan dirinya bersama istrinya untuk sekuat apapun tetap bertahan dengan keteguhannya memegang tali iman atas keislamannya. Perlahan ujian demi ujian dan segala cara apapun ia lewati menghadapi sikap keras bapaknya untuk meneruskan keinginan hatinya kembali pada masa lalunya.

Keseriusannya mendalami agama, membuatnya tahun 2015 untuk mengikuti bimbingan belajar pembinaan para muallaf mempelajari berbagai materi ilmu Al-Qur’an berikut tafsir, fiqih dan akidah Islam. Sepulangnya belajar ghirahnya pun tergerak untuk mendidik keluarga dan mengajar para muallaf lainya mencintai Qur’an.

“Saya tau susah bagi mualaf untuk baca Alquran. Tapi dari pengalaman saya, dengan saya baca Alquran dan saya mengerti maksud dari Alquran bisa menambah iman. Hal inilah yang saya mau bagi untuk semua tak terkecuali mualaf,” ujar Ama Yanti ditemui dirumahnya.

Namun berlanjut tutur kisahnya pada tahun 2017 bapaknya yang pendeta akhirnya tutup usia namun dirinya tetap kokoh berpegang teguh pada pendirian imannya.

Perjuangannya tetap kokoh berpijak disituasi pilihan yang serba sulit dan sama sekali tidak menguntungkan secara nilai duniawi adalah konsekuensi yang tidak menyurutkan langkah yang membuat dirinya kecewa.

Justru menelisik lebih dekat Ama Yanti subhanallah luarbiasa. Dari pernikahannya ia dikaruniai 7 orang anak, dan 2 diantaranya sekarang sudah menjadi hafidzah, Yanti hafal 8 Juz dan Linda hafal 30 Juz Al-Qur’an. Subhanallah…Allahu Akbar. Kedua putrinya yang beberapa tahun lalu dimasukan pesantren dengan segala keterbatasan susah payah kemampuan dirinya kala itu kini berbalik menjadikan air mata kebahagiaan hatinya yang tak ternilai harganya.

Situasi dan kondisi yang dialaminya telah menguatkan betapa pentingnya ketegaran dan keteguhan untuk sebuah pilihan prinsip hidup.
Perjuangannya bukan isapan jempol belaka. Kemauan keras teriring do’a telah menghantarkan kedua putrinya hafal Al-Qur’an. Inilah bekal masa depan akhirat sesungguhnya sekaligus adalah mahkota kemuliaan yang Allah berikan kepada hambaNya yang dikehendaki saja. Wallahul musta’an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

 

Tanmia Foundation : Tabligh Akbar dan Penyerahan Wakaf Qur’an Untuk Pulau Nias 2019

Teluk Dalam – Tanmia Foundation menyerahkan Wakaf Al Quran untuk masyarakat Nias, turut diundang tokoh MUI, berbagai nadzir Masjid, pengurus TPQ, majelis taklim, lembaga keagamaan dan termasuk madrasah. Acara dilaksanakan di Masjid Taqwa Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Penyerahan tersebut diawali dengan kegiatan tabligh akbar oleh Ustadz Muhammad Aniq Lc, MPdI yang hadir bersama rombongan Tanmia Foundation.

Ratusan jama’ah kaum muslimin dan undangan turut semarak membawa sanak keluarganya untuk menghadiri kajian usai shalat isya.

Sebelum usai, acara simbolis penyerahan wakaf Qur’an bertajuk “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri Untuk Pulau Nias” langsung diserahkan langsung oleh Ustadz Bukhari Abdul Muid selaku pihak Tanmia Foundation kepada H Abdul Gani sekretaris MUI Nias Selatan bersama Ust Dedi Iswandi ketua BKM Masjid Taqwa Teluk Dalam, Ahad (20/10/2019).

Pada kesempatan itu, sekretaris MUI Nias Selatan mengucapkan rasa terimakasih dan berharap Al-Quran yang diwakafkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung syi’ar dakwah Islam khususnya di Nias Selatan. “Semoga mengalir pahala jariyah bagi yang berwakaf dan terimakasih atas perhatiannya kepada ummat Islam di Nias”, ucap H Abdul Gani sekretaris MUI Nias Selatan kepada pihak Tanmia Foundation.

Sementara itu pihak Tanmia Foundation Ust Bukhari menjelaskan, jumlah keseluruhan Al Quran dan Iqra yang berhasil dihimpun untuk diwakafkan untuk Pulau Nias masing -masing sejumlah 2500 eksemplar dengan berbagai jenis mushaf. Adapun sasaran penerima wakaf sambung Ustadz Bukhari lebih diutamakan pada juru da’i, asatidz, penyuluh agama, masjid, TPQ, lembaga keagamaan dan pendidikan yang memiliki program Al-Quran.

Lebih lanjut Ustadz Bukhari mengungkapkan, jumlah Al Quran yang telah diwakafkan hari ini adalah partisipasi dari kaum muslimin dari berbagai kalangan yang Alhamdulillah ikut andil mengambil bagian amal jariyah dalam rangka tebar Qur’an hingga pelosok negeri mendukung syi’ar dakwah.

Pendistribusian akan dilakukan ke seluruh wilayah daratan Nias dan kepulauan yang berada di seberang lautan sesuai tingkat jumlah kebutuhan. “Iqra masih ada lagi yang belum kami distribusikan karena sedang dalam pengiriman dari ekspedisi sekitar 2500 eksemplar” jelas Ustadz Bukhari sekaligus mengakhiri sambutannya pada para hadirin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Ya’ahowu Gerbang Dakwah di Tano Niha Pulau Nias

Salam Ya’ahowu Bang, itulah sapaan khas pertama kali terdengar ketika kami menginjakkan kaki Pulau Nias. Ternyata kata Ya’ahowu tertulis bertebaran hampir di pelosok sudut Nias. Ya’ahowu adalah salam dalam arti bahasa Nias. Kata sapaan Ya’ahowu selalu digunakan untuk mengawali dan mengakhiri suatu pembicaraan, baik di acara formal maupun non formal yang bertujuan mengakrabkan antara satu dengan yang lain.

Apabila berbicara tentang Pulau Nias, hal yang terbesit ada dipikiran kita adalah tradisi asli Lompat Batu Nias Selatan di Bawomataluo. Pulau Nias ini merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau-pulau Nias yang berjumlah ratusan di lautan lepas samudera Hindia lepas pantai barat Sumatra.

Asal Masyarakat Nias

Asal usul mayoritas masyarakat Nias (Bahasa Nias : Ono Niha) adalah masyarakat adat yang yang masih kuat dengan tradisi leluhur megalitik ( peradaban batu besar ). Pada mulanya masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik sehingga kuat akan dihubungkan dengan tradisi megalitik yang hingga kini masih terlihat keberadaannya di berbagai tempat daerah tersebut. Tinggalan megalitik tersebar di berbagai pelosok kampung pedalaman di wilayah Pulau Nias. Kebanyakan tinggalan megalitik tersebut berada di area peninggalan Raja Nias diatas bukit-bukit dan di pegunungan pedalaman. Tak heran perkampungan di Nias berada di pedalaman-pedalaman semak rimba yang jaraknya berjauhan satu sama lain. Megalitik Nias adalah tinggalan masa lalu yang berasal dari batu dengan beragam jenis bentuk dan namanya. Namun sejak gempa dahsyat berkekuatan 8,7 SR pada Maret 2005 banyak yg rusak dan berubah.

Berdasar dari situs rumah peninggalan Raja Nias di Bawomataluo memang unik dan klasik bertahan sampai saat ini, namun belum ada sumber pasti yang mengetahui sejak kapan suku Nias mendiami pulau Nias. Sementara peninggalan situs ini sudah turun temurun sampai generasi kelima menurut penduduk asli yang tetap mempertahankan adat dan kebudayaan termasuk atraksi lompat batu dihalaman rumah raja.

Kehidupan dan Mata Pencaharian sehari-hari
Kehidupan mata pencaharian sehari-hari penduduk Nias cukup beraneka ragam, adapun mayoritas masyarakat beraktivitas bertani dan juga mayoritas beternak babi. Hampir diberbagai sudut masyarakat bercocok tanam daun umbi jalar untuk pakanya sehingga populasi babi menjadi populasi ternak terbesar di Nias. Selain itu juga aktivitas membuka ladang hutan untuk berkebun karet, kopra dan coklat adalah ragam pencaharian masyarakat. Adapun masyarakat Nias yg tersebar berada di kepulauan sebagian besar mengandalkan menjadi nelayan tradisional.

Mengenal Nias akan lebih dekat dengan sistem sosial dan sistem marga yang mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga berjumlah puluhan itu umumnya menandakan identitas asal seseorang dari kampung-kampung itu berasal. Misal Laoli, Waruwu, Harefa, Fau,Lafau, Saniago, Halawa dll. Sampai sekarang Suku Nias adalah masyarakat yang hidup secara turun temurun dalam lingkungan adat dg warisan budaya megalitik yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran, sosial, perkawinan sampai kematian.

Muslim di Pulau Nias
Pulau Nias dihuni hampir 1.000.000 jiwa memiliki luas sekitar 5.625 km² dengan penghuni mayoritas Kristen Protestan dan Katolik mencapai 95% sedangkan sisanya beragama islam sebesar 5 % untuk seluruh pulau Nias. Muslim terdiri dari suku Nias asli dan berbagai pendatang lainya seperti Suku Batak, Suku Padang dan Suku Jawa.

Penduduk muslim pada umumnya berada di wilayah-wilayah pesisir dan di seberang kepulauan. Keberadaan Masjid pun sangat jarang dan hanya berada di pusat kecamatan dengan jarak tempuh yang jauh dengan tempat tinggal muslim satu sama lain.
Kendati demikian, jumlah muslim terbesar masih berada di pusat Kota Gunung Sitoli dan sebagian lainya tersebar di beberapa tempat di Nias. Nias terbagi menjadi Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat dan Nias Induk yang sekarang mekar menjadi kota Gunungsitoli.

Nias memang unik dengan segala isi pernak-perniknya, tapi pekerjaan rumah besar yang harus menjadi perhatian besar ialah tantangan perjuangan dakwah Islam dengan segala lika-likunya. Bismillah Ya’ahowu Dakwah di Tano Niha.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Tanmia tebar 2500 al Quran di pulau Nias

Ahad 20 Oktober jam 3 pagi sudah terlihat aktifitas dari team tanmia bersiap – siap untuk menuju bandara, dengan mengendarai taxi ojol Alhamdulillah perjalanan lancar hingga tiba di bandara sebelum fajar menyingsing.

Barang – barang untuk kebutuhan di lokasi sudah dikirim beberapa hari sebelumnya melalui jasa expedisi ke Pulau Nias dan Alhamdulillah sudah sampai di lokasi dengan selamat, team survey lokasi sudah berada di Nias tiga hari sebelum kedatangan kami, untuk mapping lokasi acara, serah terima al Quran, silaturahim kepada para Muallaf, tablig akbar, dll, dia lah ustadz Ali yang selalu menjadi team sukses di lapangan untuk seluruh wilayah yang selama ini di kunjungi oleh tanmia, baik di Pulau jawa atau pun di luar pulau jawa.

Alhamdulillah tiba di bandara Binaka Gunung Sitoli sesuai jadwal, 30 menit setelah kedatangan kami mobil jemputan pun tiba, siapa lagi yang menjemput kalau bukan ustadz Dedi Ismayadi, beliau adalah salah seorang tokoh dakwah di wilayah kabupaten teluk dalam Nias Selatan, memiliki kegiatan dakwah yang sudah cukup lama, 20 tahun sudah beliau berdakwah di wilayah ini, berbagai halangan dan rintangan sudah beliau cicipi.

perjalanan dari bandara menuju teluk dalam kurang lebih 2 jam 30 menit, menyisir pesisir pantai hingga menuju kabupaten teluk dalam tempat ustadz dedi tinggal, sampai di rumah beliau kami langsung disambut dengan berbagai hidangan makan siang yang sangat istimewa, berbagai menu makanan seafood terhampar di hadapan kami, sambil kami makan siang beliau memperkenalkan kepada kami orang – orang muallaf yang ada di sekitar beliau dari orang tua hingga anak – anak.

Di Pulau Nias ini in syaa Allah kita akan distribusikan 2500 Al Quran, 2500 Buku Iqro, pakaian layak pakai, buku islam, dll. Dari pulau nias kami sampaikan Jazakumullah khairan atas partisipasi bapak dan ibu serta seluruh team yang bertugas. Semoga Amal ini diterima oleh Allah taala, dan menjadi pintu keberkahan bagi kita dan anak keturunan kita, aamiin ya rabbal alamin.

Ada Kejutan-Kejutan di dalam Hidup ini

Oleh : Iqbal Subhan Nugraha
—————————————-

Pengantar
Dalam mengarungi samudra kehidupan ini, sering kali kita mendapatkan kejutan-kejutan yang tentunya itu hadir dengan idzin Allah Subhanahu Wata’la. Yang terpenting adalah bagaimana kita berbuat baik, biarlah Allah yang membalasnya dengan kejutan-kejutan yang adakalanya itu hadir selama kita berada di kolong langit ini, untuk menguatkan aqidah ini, mari kita belajar dari sepenggal kisah Nabi Musa dalam surah Al-Qhasash ayat 22-27.

Tadabbur Ayat
Kekejaman Fir’aun dan bangsa Qibthi (Mesir) ketika itu membuat Nabi Musa harus berangkat meninggalkan tanah kelahirannya. Dengan pertolongan Allah l yang senantiasa mengawasi hamba-Nya, sampailah beliau di negeri Madyan.

Perjalanan panjang dan sangat menyulitkan. Dalam keadaan tanpa persiapan bekal, hanya bersandar kepada Allah Yang Maha melindungi.

Beliau pun beristirahat di dekat sebuah sumber air yang tengah ramai didatangi para penggembala ternak yang sedang memberi minum gembalaan mereka.
Allah l berfirman:
“Dan tatkala ia menghadap ke arah negeri Madyan ia berdoa (lagi): ‘Mudah-mudahan Rabbku memimpinku ke jalan yang benar.’

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: ‘Apakah maksud kalian (dengan berbuat begitu)?’ Kedua wanita itu menjawab: ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.’

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: ‘Sesungguhnya ayahku memanggilmu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’

Maka tatkala Musa mendatangi ayah mereka (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Dia berkata: ‘Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.’

1⃣ Kejutan pertama : Perlindungan untuk Nabi Musa
—————————————-

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’

2⃣ Kejutan kedua : Nabi Musa diberikan pekerjaan
—————————————-

Berkatalah dia (Syu’aib) : ‘Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’.”

3⃣ Kejutan ketiga : Nabi Musa dinikahkan dengan salah satu putri Nabi Syu’aib
—————————————-

Agar Masuk Surga Dengan Selamat

Nabi Shallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada manusia kebaikan dan keutamaan – keutamaan agar manusia hidup dalam cinta dan kasih sayang, sebagaimana beliau juga menghiasi perilaku manusia dengan akhlaq mulia.

Pejalanan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam hijrah dari Makkah menuju Madinah dalam rangka melanjutkan perjuangan dakwah islam sangat panjang dan berliku, namun perjuangan beliau hingga sampai kota Madinah tidaklah mudah, karena perjalanan dengan mencari jalur alternative yang tidak biasa dilalui orang agar tidak mudah dilacak musuh, perjuangan panjang hingga sampai Madinah kala itu tidaklah sia – sia, kedatangan beliau sudah terendus oleh sebagian besar masyarakat Madinah, kedatangan beliau tersebut disambut oleh banyak orang termasuk orang- orang yang kala itu belum beriman, mereka antusias dan penasaran dengan kedatangan Nabi terakhir yang sudah lama mereka dengar ada di Makkah dan hari ini hadir di Madinah.

Harap – harap cemas menanti kedatangan Nabi terakhir itu dan kekhawatiran mereka dengan keselamatan beliau memenuhi relung – relung hati, bahkan ada di antara mereka yang memantau dari kejahuan dengan cara memanjat pohon kurma adakah sesosok yang mereka tunggu datang menghampiri mereka, tidak lama kemudian team pemantau yang telah standby di atas pohon – pohon kurma melambaikan tangan dan memberi isyarat suara kepada masyarakat yang telah lama menunggu bahwa orang yang mereka tunggu telah datang.

Seluruh masyarakat yang datang berdiri menyambut kedangan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam syair – syair pujian dan sambutan menghiasi hari indah itu, seluruh masyarakat madinah kala itu penasaran terhadap pribadi Muhammad Shallahu alaihi wasallam, tidak hairan bila yang datang menyambut beliau berasal dari berbagai lapisa masyarakat bahkan agama yang berbeda, kala itu Abdullah bin Salam yang belum masuk islam pun ikutan penasaran, meskipun agamanya kala itu masih yahudi, kesan pertama yang begitu memukau saat – saat pertemuan pertama beliau dengan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam, secara reflek ia langsung berkata: wajah Muhammad bukanlah wajah penipu, karena memang sudah menjadi maklumat bersama bahwasanya apa yang ada dalam hati akan terlukis pada paras wajah manusia itu sendiri, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu memiliki ungkapan istimewa soal ini, beliau berkata:

قال ابن عباس : أَنَّ لِلْحَسَنَةِ ضِيَاءٌ فِيْ الْوَجْهِ ، وَنُوْرًا فِي الْقَلْبِ ، وَسَعَةٌ فيِ الرِّزْقِ ، وَقُوَّةٌ فِيْ الْبَدَنِ ، وَمَحَبَّةٌ فِي قُلُوْبِ الْخَلْقِ

Sesungguhnya kebaikan akan membuat wajah berseri, hati bercahaya, meluaskan rizki, menguatkan badan dan mendatangkan cinta manusia.

Namun yang tidak kalah memukaunya adalah pesan pertama yang beliau sampaikan pada pertemuan bersejarah itu kepada masyarakat Madinah, sebagaimana yang direkam oleh Abdullah bin Salam,

وَعن عبدِاللَّهِ بنِ سَلاَمٍ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وصلوا الأرحام، وَصَلُّوا باللَّيْل وَالنَّاسُ نِيامٌ، تَدخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلامٍ.
رواه أحمد والترمذي والحاكم ووافقه الذهبي.

Dari Abdullah bin Salam ia berkata: bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: wahai manusia tebarkanlah salam, berilah makan kepada orang miskin, jalinlah tali silaturahim, shalat malam lah saat orang – orang tertidur lelap, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat (HR Ahmad, Tirmidzi, Al Hakim, imam tirmidzi berkata, hadits ini hasan shahih dan disetujui oleh Adz Dzahabi).

Hadits yang agung ini membawa pesan – pesan yang sangat baik dan mulia, rasa penasaran dan barangkali ada rasa takut pula yang dirasakan oleh sebahagian pemeluk agama selain islam tentang kehadiran Nabi Muhammad di Madinah, akankah nasib mereka akan sengsara dan masa depan mereka suram, namun seluruh rasa itu menjadi sirna saat mereka mendengar pidato pertama Rasulullah kepada penduduk madinah kala itu, pesan yang disampaikan tidak ada unsur kekerasan, sara, dendam, apalagi makar, namun pesan – pesan itu sangatlah sejuk menentramkan hati dan bahkan menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik hati manusia yang belum beriman atau masih ragu untuk beriman, kecermatan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam memilih nasehat pertama ini sekaligus mengkonfirmasi kehebatan beliau pula dalam berdiplomasi, buahnya adalah tidak ada penolakan terhadap kehadiran beliau di Madinah apalagi pengusiran.

Secara singkat wasiat Rasulullah itu ada 4 hal:
1. Ucapkan salam
2. Memberi makan untuk fakir miskin
3. Silaturahim
4. Shalat malam

Salam yang berarti selamat atau damai adalah poin pertama yang disampaikan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wasallam yang bermakna beliau membawa misi perdamaian dan keselamatan bagi manusia, ini tentu sangat manarik karena selama ini orang – orang arab sibuk berperang dan saling dendam satu sama lain akibat perang, pembunuhan dan balas dendam, tentu orang arab sudah jenuh dengan masalah – masalah dendam dan pertengkaran itu, sedangkan Nabi Shallahu alaihi wasallam datang dengan membawa misi baru yang memang semua orang sedang mencari perdamaian dan keselamatan tersebut, bagaimana tidak berapa banyak orang yang menjadi yatim, menjanda, kehilangan anak, saudara bahkan orang tua akibat perperangan yang tidak kunjung selesai itu.

Point ke dua, Memberi makan kepada fakir miskin adalah misi mulia manusia, ini secara gamblang menunjukkan bahwa Muhammad Shallahu alaihi wasallam orang yang punya kepedulian kepada sesama, tidak memikirkan dirinya sendiri atau kelompoknya, misi sosial seperti akan sangat mudah diterima manusia meskipun dengan latar belakang agama yang berbeda sekalipun, ini adalah kebutuhan bersama dan hajat utama anak manusia, bahkan di dalam Al Quran sendiri mengajak manusia untuk memberi makan kepada orang lain dan dianggap itu sebagai ibadah yang mulia, bahkan ia merupakan amalan atau perbuatan yang paling dicintai okeh Allah taala.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا

Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya.

Di awal – awal surat Al Insan Allah menceritakan tentang orang – orang yang berbuat kebaikan yang sedang duduk santai di dalam surga, mereka sedang asik menikmati minuman – minuman yang lezat lagi harum baunya, di antara amalan mereka di dunia sehingga bisa mengantarkannya ke dalam surga adalah memberi makan kepada orang lain.

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8)

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (QS Al Insan :8).

Point yang ke tiga:
Jalinlah silaturahim, silaturahim satu hal yang sangat penting bagi manusia, menagkrabkan hubungan kekerabatan sesama saudara se-darah, tetangga maupun sesama muslim lainnya, hubungan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih baik, hubungan akan lebih hangat.

Silaturahim bukan hanya sekadar mempererat hubungan dalam keluarga dan masyarakat namun ia juga dapat menambah rizki dan menambah usia,

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan).

Point ke empat
Shalat malam saat orang sedang tertidur lelap, malam hari adalah waktu manusia bermunajat kepada Allah, berkhalwat dengan Allah taala, menyampaikan semua hajat dan kebutuhannya.

Shalat malam sebagai tanda keimanan kepada Allah.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ. تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 15,16)

Shalat malam juga sudah menjadi tradisi orang – orang shaleh terdahulu.

Di dalam hadits Abu Umamah disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ.

“Hendaknya kalian semua melaksanakan shalat malam. Karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah, penghapus kesalahan, dan pencegah dari dosa.” (HR. At-Tirmizi No. 3549; HR. Al-Hakim, 1/308; HR. Al-Baihaqi, 2/502; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmizi, 3/178).

Pesan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam di awal perjumpaan dengan masyarakat Madinah tersebut benar – benar memberikan pesan dan pelajaran yang hebat, agar manusia selamat di akhirat dan masuk surga dengan selamat maka harus ada 4 hal yang harus dikerjakan manusia; menebar Salam, memberi makan orang miskin, silaturahim dan shalat malam, yang pada intinya manusia yang baik yang berhak masuk surga dengan selamat adalah manusia yang ramah dengan saling sapa, akrab dengan silaturahim , peduli kepada orang lain dan taat kepada tuhannya, semoga Allah menjadikan kita orang – orang yang selamat, yang masuk surga dengan selamat, aamiin ya rabbal alamin.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id