Penyuluh Agama Islam Harus Turun ke Pedalaman

Turezouliho Lahewa Timur – Butuh waktu perjalanan 2,5 jam dari Gunung Sitoli untuk bertemu silaturahim dengan para petugas penyuluh agama Islam se-Nias Utara di dusun Turezouliho desa Muzoi Lewa Timur. Memilih memprioritaskan untuk shalat Jum’at di Masjid Taqwa Turezouliho sebuah kebahagiaan karena disini adalah dusun muslim pesisir terjauh di kecamatan ini. Akses jalan menuju lokasi pun masih memprihatinkan. Jalanan masih tanah bercampur lumpur dan genangan air dari semak-semak hutan.

“Bila musim hujan jalanan sulit dilewati dan alternatif harus menyeberangi muara berlumpur dengan berjalan kaki”, papar Halim salah satu penyuluh agama yang mengantar kami saat akan berangkat ke Muzoi.

Dusun Turezouliho memiliki penduduk sejumlah 50 KK yang notabene mayoritas muslim, namun sampai saat ini belum ada akses listrik, hanya mengandalkan panel surya disebagian rumah dan hanya genset saja di masjidnya. Masyarakat pesisir ini tetap bertahan untuk tinggal pasca gempa dahsyat 2005. Padahal terbilang banyak dusun-dusun disebelahnya yang terpaksa berpindah mengungsi saat gempa terjadi dan tidak kembali lagi. Di dusun ini hanya ada Masjid Taqwa ini satu-satunya masjid yang belum selesai direnovasi pasca gempa. Kendati demikian pertemuan silaturahim Pokjaluh ( Kelompok Kerja Penyuluh ) Agama Islam se-Nias Utara akan tetap diadakan di masjid usai shalat Jum’at. “Acara ini diadakan sehubungan sosialisasi akan berakhirnya masa tugas penyuluh pada November ini sekaligus pengenalan dibukanya KUA baru di Lewa Timur”, jelas Yusrina ketua Pokjaluh Nias Utara dihadapan para penyuluh yang hadir.

Nias Utara memiliki penyuluh agama Islam non PNS sebanyak 24 orang yang terbagi di berbagai tempat dengan wilayah terjauh di desa Faekhuna’a Salonako Afulu. Jumlah Masjid dan mushola diperkirakan total sejumlah 30 buah se-Nias Utara. Dengan muslim terbanyak di kecamatan Lahewa , dan terkecil di kecamatan Lotu ibukota Nias Utara.

Usai shalat Jum’at langsung diadakan pengajian bersama masyarakat Turezouliho dan para penyuluh agama se-Nias Utara dengan dihadiri ketua pokjalu ( kelompok kerja penyuluh ) agama Islam Nias Utara Ibu Yusrina.

“Hadirilah majelis-majelis ilmu dan ajaklah siapapun agar bertambah ilmu pengetahuan Islam dan menguatkan silaturahim satu sama lain”, jelas Yusrina dalam sambutannya dihadapan hadirin dan Kepala KUA Lahewa timur yang baru dilantik.

Dengan dibukanya KUA baru Lewa Timur pada November ini dimaksudkan juga untuk memudahkan para masyarakat di Turezouliho sehubungan dengan pengurusan di departemen agama termasuk perkara perkawinan dan administrasi keagamaan lainya.

“Karena penyuluh yang diangkat merupakan bagian dari tugas pemerintah untuk membina umat. Sekaligus penyambung program pemerintah dimasyarakat dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah dan pembangunan nilai-nilai agama islam,” ujar Bakrin Shiddiq selaku Kepala KUA baru Lewa Timur.

Saat ini setiap penyuluh seharusnya juga ikut memikirkan keamanan nasib keislaman dan kebutuhan rohani keimanan masyarakat sehingga mereka makin kokoh dan tidak mudah tergiur dan mengeluh karena masalah ujian beban hidup.

Pertemuan ini tidak sekadar ajang silaturahmi tetapi lebih pada sharing pertukaran pendapat, masukan, saran dan lain sebagainya. Tujuannya untuk meningkatkan peranan penyuluh yang sudah berjalan sehingga pemahaman peningkatan agama Islam ditengah-tengah masyarakat semakin meningkat terlebih untuk daerah-daerah kawasan yang sulit dijangkau.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Wakaf Qur’an Kuatkan Syi’ar Dakwah di Sifahandro Nias Utara

Hujan terus mengguyur Nias sejak pagi dini hari, keberangkatan rombongan Tanmia Foundation dari Teluk Dalam menuju Nias Utara harus mundur terlambat sejenak.

Rangkaian safari selanjutnya adalah kajian tabligh Akbar bersama BKM, pengurus-pengurus TPQ dan jama’ah masjid yang berlokasi di Sifahandro dan Lahewa. Keduanya berada di Nias Utara yang letaknya saling berjauhan. Ditambah lagi kendaraan kami harus tersendat karena pecah ban ditengah perjalanan sehingga
pada akhirnya sampai di lokasi Sifahandro mundur dari waktu yang telah ditentukan yang semulanya jam 2 menjadi jam 4 sore. Namun demikian antusiasme hadirin tetap setia menunggu karena memang acara kali ini berbeda seperti biasanya.

Ustadz Iqbal Subhan Nugraha, yang pada kesempatan itu membuka tabligh akbar menyampaikan bahwa, berkumpul di majelis ilmu salah satu bentuk kenikmatan yang akan semakin menguatkan jalinan ukhuwah.
Diselenggarakanya tabligh akbar juga sarana silaturahim yang berfungsi menguatkan syi’ar dakwah dan mengokohkan aqidah keimanan. Apalagi corak ragam dan kesibukan masyarakat terkadang membuat jeda waktu kurangnya frekuensi bertemu.

“Apapun profesi kita bukan menjadi masalah, terpenting adalah adanya keshalihan dalam profesi tersebut sehingga nilai keimanan menjadi karakter utama”, jelas Ustadz Iqbal pada segenap hadirin.

Dalam acara tersebut juga diadakan serah terima secara simbolis wakaf Qur’an oleh Ustadz Rofiq pada Ama Yasssir selaku BKM Masjid Al-Husna Sifahandro. ” Ada 150 Al-Qur’an yang akan dibagikan di TPQ Masjid dan Madrasah Dinniyah, keduanya berada di Sifahandro, ucap Ust Irfan selaku kepala madrasah diniyah.

Mengenal Sifahandro tak lepas dari peran Bapak Imam Ahmad Tarzim Telaumbanua atau yang lebih dikenal sebagai Ama Iradah. Beliau tetua Islam dari Sifahandro yang aktif membina ibu-ibu, anak-anak dan mualaf sejak tahun 2000-an hingga saat ini meskipun dengan segala keterbatasan. Pembinaan Al-Qur’an untuk anak-anak dan Ibu-Ibu itu bagian dari jiwanya karena aktivitas sehari-hari juga menjadi seorang guru pengajar di sekolah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Muallaf Putra Pendeta yang Berhasil Mengantarkan Putrinya Hafal Al-Qur’an

Terhimpit dalam kondisi hidup dengan ekonomi yang dibilang masih kekurangan inilah sebagian potret kehidupan para muallaf dibeberapa pelosok Nias. Hal ini juga karena hingga saat ini perhatian untuk mereka masih minim. Berbagai pihak belum memiliki program untuk membantu muallaf yang notabene dhu’afa di pedalaman dan satu sama lain berjauhan. Salah satu muallaf itu Ama Yanti ( 56 th ) putra daerah asli asal Amuri Lolowau. Lahir sebagai anak seorang pendeta tentu bukan keinginanya. Bapaknya merupakan salah seorang pemuka pendeta di Amuri yang sudah puluhan tahun.

Ama Yanti adalah anak sulung laki-laki satu-satunya dari tiga bersaudara. Namun seiring dengan perjalanan akhirnya ia memutuskan dirinya untuk merantau ke Simeulue Aceh pada tahun 1991. Dalam perjalanan di tanah rantau akhirnya pintu hidayah pun menyapanya untuk terketuk hati memeluk islam dan akhirnya memutuskan menikahi wanita pujaan hatinya Asramaita wanita asli Simeulue.

Singkatnya tahun 2014, Ama Yanti memutuskan untuk pulang bersama istrinya dan anak-anaknya ke kampung halamannya.
Dengan keislamannya ia paham betul apa konsekuensinya dan perjuangannya ketika bertemu bapaknya nanti sehingga menjadi seorang muslim bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan dan rintangan yang justru terpaksa dia lakoni.

Sikap famili sanak keluarga misalnya. Dia terpaksa harus rela dan sabar dengan sikap keluarga yang sebenarnya menentang keputusannya untuk memeluk agama Islam. Namun apa dikata, sekali layar terkembang pantang untuk mundur selangkah pun. Melihat keadaan demikian akhirnya bapaknya begitu shock dahsyat menjadi-jadi apalagi notabene bapaknya adalah seorang pemuka pendeta.
Dirinya memang sudah digadang-gadang menjadi penerus bapaknya setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya.

Walhasil, apa mau dikata prinsip tetaplah prinsip yang biarpun pahit tetap dihadapi, cinta tetaplah cinta tak bisa pindah ke lain hati inilah hidayah islam yang telah merubah perjalanan dirinya bersama istrinya untuk sekuat apapun tetap bertahan dengan keteguhannya memegang tali iman atas keislamannya. Perlahan ujian demi ujian dan segala cara apapun ia lewati menghadapi sikap keras bapaknya untuk meneruskan keinginan hatinya kembali pada masa lalunya.

Keseriusannya mendalami agama, membuatnya tahun 2015 untuk mengikuti bimbingan belajar pembinaan para muallaf mempelajari berbagai materi ilmu Al-Qur’an berikut tafsir, fiqih dan akidah Islam. Sepulangnya belajar ghirahnya pun tergerak untuk mendidik keluarga dan mengajar para muallaf lainya mencintai Qur’an.

“Saya tau susah bagi mualaf untuk baca Alquran. Tapi dari pengalaman saya, dengan saya baca Alquran dan saya mengerti maksud dari Alquran bisa menambah iman. Hal inilah yang saya mau bagi untuk semua tak terkecuali mualaf,” ujar Ama Yanti ditemui dirumahnya.

Namun berlanjut tutur kisahnya pada tahun 2017 bapaknya yang pendeta akhirnya tutup usia namun dirinya tetap kokoh berpegang teguh pada pendirian imannya.

Perjuangannya tetap kokoh berpijak disituasi pilihan yang serba sulit dan sama sekali tidak menguntungkan secara nilai duniawi adalah konsekuensi yang tidak menyurutkan langkah yang membuat dirinya kecewa.

Justru menelisik lebih dekat Ama Yanti subhanallah luarbiasa. Dari pernikahannya ia dikaruniai 7 orang anak, dan 2 diantaranya sekarang sudah menjadi hafidzah, Yanti hafal 8 Juz dan Linda hafal 30 Juz Al-Qur’an. Subhanallah…Allahu Akbar. Kedua putrinya yang beberapa tahun lalu dimasukan pesantren dengan segala keterbatasan susah payah kemampuan dirinya kala itu kini berbalik menjadikan air mata kebahagiaan hatinya yang tak ternilai harganya.

Situasi dan kondisi yang dialaminya telah menguatkan betapa pentingnya ketegaran dan keteguhan untuk sebuah pilihan prinsip hidup.
Perjuangannya bukan isapan jempol belaka. Kemauan keras teriring do’a telah menghantarkan kedua putrinya hafal Al-Qur’an. Inilah bekal masa depan akhirat sesungguhnya sekaligus adalah mahkota kemuliaan yang Allah berikan kepada hambaNya yang dikehendaki saja. Wallahul musta’an.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

 

Tanmia Foundation : Tabligh Akbar dan Penyerahan Wakaf Qur’an Untuk Pulau Nias 2019

Teluk Dalam – Tanmia Foundation menyerahkan Wakaf Al Quran untuk masyarakat Nias, turut diundang tokoh MUI, berbagai nadzir Masjid, pengurus TPQ, majelis taklim, lembaga keagamaan dan termasuk madrasah. Acara dilaksanakan di Masjid Taqwa Teluk Dalam Kabupaten Nias Selatan. Penyerahan tersebut diawali dengan kegiatan tabligh akbar oleh Ustadz Muhammad Aniq Lc, MPdI yang hadir bersama rombongan Tanmia Foundation.

Ratusan jama’ah kaum muslimin dan undangan turut semarak membawa sanak keluarganya untuk menghadiri kajian usai shalat isya.

Sebelum usai, acara simbolis penyerahan wakaf Qur’an bertajuk “Tebar Qur’an Hingga Pelosok Negeri Untuk Pulau Nias” langsung diserahkan langsung oleh Ustadz Bukhari Abdul Muid selaku pihak Tanmia Foundation kepada H Abdul Gani sekretaris MUI Nias Selatan bersama Ust Dedi Iswandi ketua BKM Masjid Taqwa Teluk Dalam, Ahad (20/10/2019).

Pada kesempatan itu, sekretaris MUI Nias Selatan mengucapkan rasa terimakasih dan berharap Al-Quran yang diwakafkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung syi’ar dakwah Islam khususnya di Nias Selatan. “Semoga mengalir pahala jariyah bagi yang berwakaf dan terimakasih atas perhatiannya kepada ummat Islam di Nias”, ucap H Abdul Gani sekretaris MUI Nias Selatan kepada pihak Tanmia Foundation.

Sementara itu pihak Tanmia Foundation Ust Bukhari menjelaskan, jumlah keseluruhan Al Quran dan Iqra yang berhasil dihimpun untuk diwakafkan untuk Pulau Nias masing -masing sejumlah 2500 eksemplar dengan berbagai jenis mushaf. Adapun sasaran penerima wakaf sambung Ustadz Bukhari lebih diutamakan pada juru da’i, asatidz, penyuluh agama, masjid, TPQ, lembaga keagamaan dan pendidikan yang memiliki program Al-Quran.

Lebih lanjut Ustadz Bukhari mengungkapkan, jumlah Al Quran yang telah diwakafkan hari ini adalah partisipasi dari kaum muslimin dari berbagai kalangan yang Alhamdulillah ikut andil mengambil bagian amal jariyah dalam rangka tebar Qur’an hingga pelosok negeri mendukung syi’ar dakwah.

Pendistribusian akan dilakukan ke seluruh wilayah daratan Nias dan kepulauan yang berada di seberang lautan sesuai tingkat jumlah kebutuhan. “Iqra masih ada lagi yang belum kami distribusikan karena sedang dalam pengiriman dari ekspedisi sekitar 2500 eksemplar” jelas Ustadz Bukhari sekaligus mengakhiri sambutannya pada para hadirin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Ya’ahowu Gerbang Dakwah di Tano Niha Pulau Nias

Salam Ya’ahowu Bang, itulah sapaan khas pertama kali terdengar ketika kami menginjakkan kaki Pulau Nias. Ternyata kata Ya’ahowu tertulis bertebaran hampir di pelosok sudut Nias. Ya’ahowu adalah salam dalam arti bahasa Nias. Kata sapaan Ya’ahowu selalu digunakan untuk mengawali dan mengakhiri suatu pembicaraan, baik di acara formal maupun non formal yang bertujuan mengakrabkan antara satu dengan yang lain.

Apabila berbicara tentang Pulau Nias, hal yang terbesit ada dipikiran kita adalah tradisi asli Lompat Batu Nias Selatan di Bawomataluo. Pulau Nias ini merupakan pulau terbesar di antara gugusan pulau-pulau Nias yang berjumlah ratusan di lautan lepas samudera Hindia lepas pantai barat Sumatra.

Asal Masyarakat Nias

Asal usul mayoritas masyarakat Nias (Bahasa Nias : Ono Niha) adalah masyarakat adat yang yang masih kuat dengan tradisi leluhur megalitik ( peradaban batu besar ). Pada mulanya masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik sehingga kuat akan dihubungkan dengan tradisi megalitik yang hingga kini masih terlihat keberadaannya di berbagai tempat daerah tersebut. Tinggalan megalitik tersebar di berbagai pelosok kampung pedalaman di wilayah Pulau Nias. Kebanyakan tinggalan megalitik tersebut berada di area peninggalan Raja Nias diatas bukit-bukit dan di pegunungan pedalaman. Tak heran perkampungan di Nias berada di pedalaman-pedalaman semak rimba yang jaraknya berjauhan satu sama lain. Megalitik Nias adalah tinggalan masa lalu yang berasal dari batu dengan beragam jenis bentuk dan namanya. Namun sejak gempa dahsyat berkekuatan 8,7 SR pada Maret 2005 banyak yg rusak dan berubah.

Berdasar dari situs rumah peninggalan Raja Nias di Bawomataluo memang unik dan klasik bertahan sampai saat ini, namun belum ada sumber pasti yang mengetahui sejak kapan suku Nias mendiami pulau Nias. Sementara peninggalan situs ini sudah turun temurun sampai generasi kelima menurut penduduk asli yang tetap mempertahankan adat dan kebudayaan termasuk atraksi lompat batu dihalaman rumah raja.

Kehidupan dan Mata Pencaharian sehari-hari
Kehidupan mata pencaharian sehari-hari penduduk Nias cukup beraneka ragam, adapun mayoritas masyarakat beraktivitas bertani dan juga mayoritas beternak babi. Hampir diberbagai sudut masyarakat bercocok tanam daun umbi jalar untuk pakanya sehingga populasi babi menjadi populasi ternak terbesar di Nias. Selain itu juga aktivitas membuka ladang hutan untuk berkebun karet, kopra dan coklat adalah ragam pencaharian masyarakat. Adapun masyarakat Nias yg tersebar berada di kepulauan sebagian besar mengandalkan menjadi nelayan tradisional.

Mengenal Nias akan lebih dekat dengan sistem sosial dan sistem marga yang mengikuti garis ayah (patrilineal). Marga-marga berjumlah puluhan itu umumnya menandakan identitas asal seseorang dari kampung-kampung itu berasal. Misal Laoli, Waruwu, Harefa, Fau,Lafau, Saniago, Halawa dll. Sampai sekarang Suku Nias adalah masyarakat yang hidup secara turun temurun dalam lingkungan adat dg warisan budaya megalitik yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran, sosial, perkawinan sampai kematian.

Muslim di Pulau Nias
Pulau Nias dihuni hampir 1.000.000 jiwa memiliki luas sekitar 5.625 km² dengan penghuni mayoritas Kristen Protestan dan Katolik mencapai 95% sedangkan sisanya beragama islam sebesar 5 % untuk seluruh pulau Nias. Muslim terdiri dari suku Nias asli dan berbagai pendatang lainya seperti Suku Batak, Suku Padang dan Suku Jawa.

Penduduk muslim pada umumnya berada di wilayah-wilayah pesisir dan di seberang kepulauan. Keberadaan Masjid pun sangat jarang dan hanya berada di pusat kecamatan dengan jarak tempuh yang jauh dengan tempat tinggal muslim satu sama lain.
Kendati demikian, jumlah muslim terbesar masih berada di pusat Kota Gunung Sitoli dan sebagian lainya tersebar di beberapa tempat di Nias. Nias terbagi menjadi Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat dan Nias Induk yang sekarang mekar menjadi kota Gunungsitoli.

Nias memang unik dengan segala isi pernak-perniknya, tapi pekerjaan rumah besar yang harus menjadi perhatian besar ialah tantangan perjuangan dakwah Islam dengan segala lika-likunya. Bismillah Ya’ahowu Dakwah di Tano Niha.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

Tanmia tebar 2500 al Quran di pulau Nias

Ahad 20 Oktober jam 3 pagi sudah terlihat aktifitas dari team tanmia bersiap – siap untuk menuju bandara, dengan mengendarai taxi ojol Alhamdulillah perjalanan lancar hingga tiba di bandara sebelum fajar menyingsing.

Barang – barang untuk kebutuhan di lokasi sudah dikirim beberapa hari sebelumnya melalui jasa expedisi ke Pulau Nias dan Alhamdulillah sudah sampai di lokasi dengan selamat, team survey lokasi sudah berada di Nias tiga hari sebelum kedatangan kami, untuk mapping lokasi acara, serah terima al Quran, silaturahim kepada para Muallaf, tablig akbar, dll, dia lah ustadz Ali yang selalu menjadi team sukses di lapangan untuk seluruh wilayah yang selama ini di kunjungi oleh tanmia, baik di Pulau jawa atau pun di luar pulau jawa.

Alhamdulillah tiba di bandara Binaka Gunung Sitoli sesuai jadwal, 30 menit setelah kedatangan kami mobil jemputan pun tiba, siapa lagi yang menjemput kalau bukan ustadz Dedi Ismayadi, beliau adalah salah seorang tokoh dakwah di wilayah kabupaten teluk dalam Nias Selatan, memiliki kegiatan dakwah yang sudah cukup lama, 20 tahun sudah beliau berdakwah di wilayah ini, berbagai halangan dan rintangan sudah beliau cicipi.

perjalanan dari bandara menuju teluk dalam kurang lebih 2 jam 30 menit, menyisir pesisir pantai hingga menuju kabupaten teluk dalam tempat ustadz dedi tinggal, sampai di rumah beliau kami langsung disambut dengan berbagai hidangan makan siang yang sangat istimewa, berbagai menu makanan seafood terhampar di hadapan kami, sambil kami makan siang beliau memperkenalkan kepada kami orang – orang muallaf yang ada di sekitar beliau dari orang tua hingga anak – anak.

Di Pulau Nias ini in syaa Allah kita akan distribusikan 2500 Al Quran, 2500 Buku Iqro, pakaian layak pakai, buku islam, dll. Dari pulau nias kami sampaikan Jazakumullah khairan atas partisipasi bapak dan ibu serta seluruh team yang bertugas. Semoga Amal ini diterima oleh Allah taala, dan menjadi pintu keberkahan bagi kita dan anak keturunan kita, aamiin ya rabbal alamin.

Ada Kejutan-Kejutan di dalam Hidup ini

Oleh : Iqbal Subhan Nugraha
—————————————-

Pengantar
Dalam mengarungi samudra kehidupan ini, sering kali kita mendapatkan kejutan-kejutan yang tentunya itu hadir dengan idzin Allah Subhanahu Wata’la. Yang terpenting adalah bagaimana kita berbuat baik, biarlah Allah yang membalasnya dengan kejutan-kejutan yang adakalanya itu hadir selama kita berada di kolong langit ini, untuk menguatkan aqidah ini, mari kita belajar dari sepenggal kisah Nabi Musa dalam surah Al-Qhasash ayat 22-27.

Tadabbur Ayat
Kekejaman Fir’aun dan bangsa Qibthi (Mesir) ketika itu membuat Nabi Musa harus berangkat meninggalkan tanah kelahirannya. Dengan pertolongan Allah l yang senantiasa mengawasi hamba-Nya, sampailah beliau di negeri Madyan.

Perjalanan panjang dan sangat menyulitkan. Dalam keadaan tanpa persiapan bekal, hanya bersandar kepada Allah Yang Maha melindungi.

Beliau pun beristirahat di dekat sebuah sumber air yang tengah ramai didatangi para penggembala ternak yang sedang memberi minum gembalaan mereka.
Allah l berfirman:
“Dan tatkala ia menghadap ke arah negeri Madyan ia berdoa (lagi): ‘Mudah-mudahan Rabbku memimpinku ke jalan yang benar.’

Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: ‘Apakah maksud kalian (dengan berbuat begitu)?’ Kedua wanita itu menjawab: ‘Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami) sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.’

Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: ‘Wahai Rabbku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.’

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: ‘Sesungguhnya ayahku memanggilmu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.’

Maka tatkala Musa mendatangi ayah mereka (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya). Dia berkata: ‘Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.’

1⃣ Kejutan pertama : Perlindungan untuk Nabi Musa
—————————————-

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai ayahku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.’

2⃣ Kejutan kedua : Nabi Musa diberikan pekerjaan
—————————————-

Berkatalah dia (Syu’aib) : ‘Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik’.”

3⃣ Kejutan ketiga : Nabi Musa dinikahkan dengan salah satu putri Nabi Syu’aib
—————————————-

Agar Masuk Surga Dengan Selamat

Nabi Shallahu alaihi wasallam mengajarkan kepada manusia kebaikan dan keutamaan – keutamaan agar manusia hidup dalam cinta dan kasih sayang, sebagaimana beliau juga menghiasi perilaku manusia dengan akhlaq mulia.

Pejalanan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam hijrah dari Makkah menuju Madinah dalam rangka melanjutkan perjuangan dakwah islam sangat panjang dan berliku, namun perjuangan beliau hingga sampai kota Madinah tidaklah mudah, karena perjalanan dengan mencari jalur alternative yang tidak biasa dilalui orang agar tidak mudah dilacak musuh, perjuangan panjang hingga sampai Madinah kala itu tidaklah sia – sia, kedatangan beliau sudah terendus oleh sebagian besar masyarakat Madinah, kedatangan beliau tersebut disambut oleh banyak orang termasuk orang- orang yang kala itu belum beriman, mereka antusias dan penasaran dengan kedatangan Nabi terakhir yang sudah lama mereka dengar ada di Makkah dan hari ini hadir di Madinah.

Harap – harap cemas menanti kedatangan Nabi terakhir itu dan kekhawatiran mereka dengan keselamatan beliau memenuhi relung – relung hati, bahkan ada di antara mereka yang memantau dari kejahuan dengan cara memanjat pohon kurma adakah sesosok yang mereka tunggu datang menghampiri mereka, tidak lama kemudian team pemantau yang telah standby di atas pohon – pohon kurma melambaikan tangan dan memberi isyarat suara kepada masyarakat yang telah lama menunggu bahwa orang yang mereka tunggu telah datang.

Seluruh masyarakat yang datang berdiri menyambut kedangan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam syair – syair pujian dan sambutan menghiasi hari indah itu, seluruh masyarakat madinah kala itu penasaran terhadap pribadi Muhammad Shallahu alaihi wasallam, tidak hairan bila yang datang menyambut beliau berasal dari berbagai lapisa masyarakat bahkan agama yang berbeda, kala itu Abdullah bin Salam yang belum masuk islam pun ikutan penasaran, meskipun agamanya kala itu masih yahudi, kesan pertama yang begitu memukau saat – saat pertemuan pertama beliau dengan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam, secara reflek ia langsung berkata: wajah Muhammad bukanlah wajah penipu, karena memang sudah menjadi maklumat bersama bahwasanya apa yang ada dalam hati akan terlukis pada paras wajah manusia itu sendiri, Ibnu Abbas radhiyallahu anhu memiliki ungkapan istimewa soal ini, beliau berkata:

قال ابن عباس : أَنَّ لِلْحَسَنَةِ ضِيَاءٌ فِيْ الْوَجْهِ ، وَنُوْرًا فِي الْقَلْبِ ، وَسَعَةٌ فيِ الرِّزْقِ ، وَقُوَّةٌ فِيْ الْبَدَنِ ، وَمَحَبَّةٌ فِي قُلُوْبِ الْخَلْقِ

Sesungguhnya kebaikan akan membuat wajah berseri, hati bercahaya, meluaskan rizki, menguatkan badan dan mendatangkan cinta manusia.

Namun yang tidak kalah memukaunya adalah pesan pertama yang beliau sampaikan pada pertemuan bersejarah itu kepada masyarakat Madinah, sebagaimana yang direkam oleh Abdullah bin Salam,

وَعن عبدِاللَّهِ بنِ سَلاَمٍ، أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وصلوا الأرحام، وَصَلُّوا باللَّيْل وَالنَّاسُ نِيامٌ، تَدخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلامٍ.
رواه أحمد والترمذي والحاكم ووافقه الذهبي.

Dari Abdullah bin Salam ia berkata: bahwasanya Rasulullah Shallahu alaihi wasallam bersabda: wahai manusia tebarkanlah salam, berilah makan kepada orang miskin, jalinlah tali silaturahim, shalat malam lah saat orang – orang tertidur lelap, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat (HR Ahmad, Tirmidzi, Al Hakim, imam tirmidzi berkata, hadits ini hasan shahih dan disetujui oleh Adz Dzahabi).

Hadits yang agung ini membawa pesan – pesan yang sangat baik dan mulia, rasa penasaran dan barangkali ada rasa takut pula yang dirasakan oleh sebahagian pemeluk agama selain islam tentang kehadiran Nabi Muhammad di Madinah, akankah nasib mereka akan sengsara dan masa depan mereka suram, namun seluruh rasa itu menjadi sirna saat mereka mendengar pidato pertama Rasulullah kepada penduduk madinah kala itu, pesan yang disampaikan tidak ada unsur kekerasan, sara, dendam, apalagi makar, namun pesan – pesan itu sangatlah sejuk menentramkan hati dan bahkan menjadi magnet yang sangat kuat untuk menarik hati manusia yang belum beriman atau masih ragu untuk beriman, kecermatan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam dalam memilih nasehat pertama ini sekaligus mengkonfirmasi kehebatan beliau pula dalam berdiplomasi, buahnya adalah tidak ada penolakan terhadap kehadiran beliau di Madinah apalagi pengusiran.

Secara singkat wasiat Rasulullah itu ada 4 hal:
1. Ucapkan salam
2. Memberi makan untuk fakir miskin
3. Silaturahim
4. Shalat malam

Salam yang berarti selamat atau damai adalah poin pertama yang disampaikan oleh Rasulullah Shallahu alaihi wasallam yang bermakna beliau membawa misi perdamaian dan keselamatan bagi manusia, ini tentu sangat manarik karena selama ini orang – orang arab sibuk berperang dan saling dendam satu sama lain akibat perang, pembunuhan dan balas dendam, tentu orang arab sudah jenuh dengan masalah – masalah dendam dan pertengkaran itu, sedangkan Nabi Shallahu alaihi wasallam datang dengan membawa misi baru yang memang semua orang sedang mencari perdamaian dan keselamatan tersebut, bagaimana tidak berapa banyak orang yang menjadi yatim, menjanda, kehilangan anak, saudara bahkan orang tua akibat perperangan yang tidak kunjung selesai itu.

Point ke dua, Memberi makan kepada fakir miskin adalah misi mulia manusia, ini secara gamblang menunjukkan bahwa Muhammad Shallahu alaihi wasallam orang yang punya kepedulian kepada sesama, tidak memikirkan dirinya sendiri atau kelompoknya, misi sosial seperti akan sangat mudah diterima manusia meskipun dengan latar belakang agama yang berbeda sekalipun, ini adalah kebutuhan bersama dan hajat utama anak manusia, bahkan di dalam Al Quran sendiri mengajak manusia untuk memberi makan kepada orang lain dan dianggap itu sebagai ibadah yang mulia, bahkan ia merupakan amalan atau perbuatan yang paling dicintai okeh Allah taala.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا

Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kegembiraan yang engkau masukan ke hati seorang mukmin, atau engkau hilangkan salah satu kesusahannya, atau engkau membayarkan hutangnya, atau engkau hilangkan kelaparannya.

Di awal – awal surat Al Insan Allah menceritakan tentang orang – orang yang berbuat kebaikan yang sedang duduk santai di dalam surga, mereka sedang asik menikmati minuman – minuman yang lezat lagi harum baunya, di antara amalan mereka di dunia sehingga bisa mengantarkannya ke dalam surga adalah memberi makan kepada orang lain.

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا (8)

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan (QS Al Insan :8).

Point yang ke tiga:
Jalinlah silaturahim, silaturahim satu hal yang sangat penting bagi manusia, menagkrabkan hubungan kekerabatan sesama saudara se-darah, tetangga maupun sesama muslim lainnya, hubungan ini akan membuat masyarakat menjadi lebih baik, hubungan akan lebih hangat.

Silaturahim bukan hanya sekadar mempererat hubungan dalam keluarga dan masyarakat namun ia juga dapat menambah rizki dan menambah usia,

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557).

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:

مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan).

Point ke empat
Shalat malam saat orang sedang tertidur lelap, malam hari adalah waktu manusia bermunajat kepada Allah, berkhalwat dengan Allah taala, menyampaikan semua hajat dan kebutuhannya.

Shalat malam sebagai tanda keimanan kepada Allah.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

اِنَّمَا يُؤْمِنُ بِاٰيٰتِنَا الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِهَا خَرُّوْا سُجَّدًا وَّسَبَّحُوْا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُوْنَ. تَتَجَافٰى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَّطَمَعًاۖ وَّمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ

“Orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, hanyalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengannya (ayat-ayat Kami), mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Tuhannya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. As-Sajdah: 15,16)

Shalat malam juga sudah menjadi tradisi orang – orang shaleh terdahulu.

Di dalam hadits Abu Umamah disebutkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأَبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَهُوَ قُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ لِلإِثْمِ.

“Hendaknya kalian semua melaksanakan shalat malam. Karena itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian, sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah, penghapus kesalahan, dan pencegah dari dosa.” (HR. At-Tirmizi No. 3549; HR. Al-Hakim, 1/308; HR. Al-Baihaqi, 2/502; dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmizi, 3/178).

Pesan Rasulullah Shallahu alaihi wasallam di awal perjumpaan dengan masyarakat Madinah tersebut benar – benar memberikan pesan dan pelajaran yang hebat, agar manusia selamat di akhirat dan masuk surga dengan selamat maka harus ada 4 hal yang harus dikerjakan manusia; menebar Salam, memberi makan orang miskin, silaturahim dan shalat malam, yang pada intinya manusia yang baik yang berhak masuk surga dengan selamat adalah manusia yang ramah dengan saling sapa, akrab dengan silaturahim , peduli kepada orang lain dan taat kepada tuhannya, semoga Allah menjadikan kita orang – orang yang selamat, yang masuk surga dengan selamat, aamiin ya rabbal alamin.

Wakaf Quran Untuk Muallaf & Muslim Pulau Nias

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhira zaman.

Menimbang dan melihat kebutuhan saudara – saudara seiman kita di Pulau Nias kepada Al Qur’an yang sangat tinggi dan sarana untuk belajar Islam sangat minim di tempat mereka tinggal, karena memang jumlah kaum muslimin di sana kurang dari 10% maka kami dari Yayasan Islam Attanmia terpanggil untuk mengadakan Wakaf Al Qur’an untuk kemudian di distribusikan kepada mereka serta membuat program pengentasan buta huruf Al Qur’an di Pulau Nias.

Selain Wakaf Al Qur’an in syaa Allah akan diadakan Daurah dan pelatihan baca Al Qur’an dan ilmu dasar agama islam serta melatih Pendidik lokal agar mereka nantinya bisa membantu masyarakat dalam membaca Al Qur’an.

Berkenaan dengan hal ini maka kami mengajak kaum muslimin dan muslimat di seluruh bumi Allah untuk ikut berpartisipasi dalam program Dakwah dan Wakaf ini, sebagai salah satu wujud kepedulian kita kepada kaum muslimin agar mereka mengenal islam lebih baik dan mengenal kitab Allah subhanahuata’ala.

Demikian surat ini kami sampaikan semoga Allah memudahkan kita untuk berdakwah dan beramal Jariyah, atas partisipasinya kami sampaikan Jazakumullah khairan.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh

Bukhari Abdul Muid
Ketua Yayasan Attanmia

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

Informasi tentang pulau Nias, Sumatra Utara.

>> PULAU NIAS

nias mengaji

Husen Laba keluarga muslim satu-satunya di Nggodimeda Rote Tengah

Rote Ndao – Terik panas matahari musim panas di daratan pulau Rote makin menyengat kulit tapi inilah cuaca adanya setiap tahun. Kali ini bertepatan dengan hari tasyrik terakhir Iedul Adha 1440 H tepat pada Rabu ( 14/08/19 ).

Dedaunan lontar yang tinggi di semak-semak tak mengurangi sinar matahari yang menyorot di sepanjang jalanan utama dari Labalain menuju Rote Timur .

Panas tetaplah saja menyengat. Walhasil topi yang menutupi kepala tertinggal sehingga tanpa topi helm pun bisa serbaguna dikenakan. Selain perjalanan ke Oenggae tanpa terlewatkan untuk singgah di Nggodimeda Rote Tengah. Ada apa gerangan ?

“Pulangnya dari Oenggae bisa lewat jalan Rote Tengah tadi, nanti sebelum pasar Nggodimeda tengok kanan. Sebelum jembatan, nanti akan ketemu rumah kayu cat hijau dengan atap seng dan ada penampung air di samping rumahnya,” kata Ahmad Koso ketua MUI Rote yang jumpa di Masjid Nurul Ikhwan Ba’a Lobalain. Beliau menjelaskan proses muallaf keislaman istri Bapak Husen satu-satunya keluarga muslim di Nggodimeda Rote Tengah. Ahmad Koso adalah ketua MUI Rote yang juga masih dalam satu kecamatan Rote Tengah dengan Bapa Husen. Muslim di Rote Tengah hanya ada belasan KK saja dengan jumlah kurang dari 90 jiwa dan tinggal saling berjauhan.

Mengikuti arahan ketua MUI Rote bersama Ust Zul kordinator penyuluh agama di wilayah Rote Ndao akhirnya singgahlah di kediaman Bapak Husen, satu-satunya keluarga muslim yang tinggal di Nggodimeda Rote Tengah. Dari jalanan kejauhan tampaklah tiang bendera dengan rumah cat hijau bertembok kayu.

Sembari meletakan kendaraan dan melepas penutup kepala karena cuaca yang menyengat akhirnya tibalah kami di depan rumah Bapak Husen tempat kami singgah.

Raut wajahnya berseri bahagia ketika mendengar salam kami yang sudah mengucapkan dari halaman rumah.

Memasuki rumahnya begitu sederhana, dengan pembatas dinding dari bambu yang sudah lusuh karena sudah sangking lama nampaknya.

Bapa Husen Laba berasal dari Ende daratan Flores yang sejak tahun 1988 menetap di Rote. Mulanya 1978 beliau tinggal di Kupang tapi seiring waktu karena pekerjaannya sebagai perantau sampailah akhirnya ia mempersunting putri Raja Amalo Rote hingga dengan kesadaran sepenuh hati keyakinanya akhirnya memeluk islam. Sebutlah Mama Vira yang kini bernama Halimah setelah masuk islam. Mulanya banyak tantangan bertahun-tahun ketika istrinya memilih masuk islam dari keluarga besar orang tuanya yang notabenenya trah kerajaaan Amalo Rote namun seiring dengan keteguhan hati istri dan keyakinanya sampai saat ini masih bertahan sekaklipun menjadi muslim satu-satunya di Nggodimeda. Walhasil ketika seiring waktu berjalan menantu-menantunya pun tergerak untuk masuk Islam sebelum menikahi putri-putrinya.

Berjumpa silaturahim di kediamannya seakan menguatkan hati bahwa bisa bertahan hidup ditengah -tengah kondisi seperti itu bukanlah hal yang mudah. Boleh terbilang rawan dan penuh tantangan kita menganggapnya tapi tidak seperti Bapak Husen utarakan sembari menikmati hidangan minum ala kadarnya dirumahnya. Kita bisa membayangkan bagaimana selain menjadi kepala keluarga muslim satu-satunya juga kondisi mata pencaharian nafkahnya yang masih serabutan karena sebelumnya sejak tahun 2000 ia di PHK dari penjaga hutan sebuah perusahaan yang entah bagaimana alasanya sehingga ia diberhentikan sepihak.

Usai shalat dzuhur di Oenggae yang berjarak sekitar 15 KM, di sanalah masjid Arrahman Oenggae biasa ia shalat Jum’at bersama anak lakinya beserta menantunya. Silih berganti ujian tidak menyurutkan semangat keislaman Bapak Husen, seringkali ia wasiatkan pesan Bapaknya ( Muallaf ) sebelum wafat kepada anak-anaknya.
“Kalian harus ingat wasiat kakek-nenek kalian bahwa jangan sampai islam itu terputus dari keluarga kita bagaimanapun keadaannya”, terang Bapak Husen kepada kami. Wasiatnya kepada keluarga dan anak-anaknya untuk tetap memegang ajaran islam adalah wasiat yang tidak bisa ditawar lagi dan benteng yang kokoh terhadap ujian yang datang menerpa.

Kali ini sebelum pulang amanah hewan kurban berupa kambing dari Tanmia Foundation diserahkan untuk disembelih di tempat Bapak Husen dan keluarganya.

Belum usai pengulitan hari sudahlah menjelang senja sudah sampai di sini pertemuan kami dengan Bapa Husen, satu-satunya keluarga muslim di Nggodimeda Rote Tengah.

Mengunjungi kediaman Bapak Husen memang seperti berpijak pada sejengkal “tanah halal” di Nggodi Meda, karena tak sedikit ternak babi berkeliaran di sekitar rumah tetangganya ketika singgah di Nggodi Meda. Bila berkunjung ke Rote Tengah yang wajib dikunjungi para da’i dan asatidz atau pegiat dakwah lainya adalah Bapak Husen. Tetapi tak kalah pentingnya untuk mengunjungi masjid-masjid di seluruh Rote yang sekarang ini berjumlah 11 saja.

Sejak 2003 Pulau Rote memang menjadi kabupaten bagian tersendiri dengan nama Rote Ndao dengan pusat ibukota di Ba’a Lobalain. Dengan terbagi menjadi 10 wilayah kecamatan. Menyapa Bapa Husen di Nggodimeda Rote Tengah seolah mengingat kuatnya kalimat syahadat yang pernah diucap Halima istrinya dihadapan Ketua MUI Rote berapa puluh tahun silam sehingga silaturahim kali ini juga dipertemukan diatas dasar keyakinan iman makna tauhid La Ilaha Illallah, Muhammad Rasulullah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Tanmia Bagikan Nikmat Qurban Untuk Perkampungan Oenggae Muslim Pesisir Pulau Rote

Fajar menyingsing dengan cuaca angin yang masih dingin mulai terasa dan tampak dari kejauhan nyala lampu menara mercusuar Dermaga Pelabuhan laut Ba’a di Pulau Rote pada 14/08/2019. Ini adalah hari tasrik terakhir ke-3 pada bulan Dzulhijjah 1440 H dimana distribusi hewan qurban Tanmia Foundation menyasar pulau Rote. Titik lokasi penyembelihan hewan qurban dipusatkan di warga muslim Oenggae Kecamatan Pantai Baru berada di arah timur dan ditempuh sejauh 25 KM dari pusat dermaga Ba’a pusat kota Kabupaten Rote Ndao.

Haji Laode Mailing selaku imam Masjid Arrahman Oenggae Pantai Baru bersama penduduk bajo pesisir sudah bersiap-siap sejak pagi untuk bergotong royong melakukan penyembelihan qurban sapi dari Tanmia Foundation.

Oenggae adalah pemukiman muslim yang berada diantara mayoritas Kristen Protestan di Kecamatan Pantai Baru.

“Muslim di sini lebih kurang sejumlah 116 KK dengan jumlah mencapai 400 jiwa”, ucap Mahmud salah seorang muallaf yang sejak 1990 tinggal di Oenggae. Mata pencaharian penduduk Oenggae sebagian besar adalah melaut karena sudah turun temurun sejak dulu. Melaut dilautan lepas bukan dalam hitungan hari lagi mereka melainkan berminggu-minggu bahkan bulan karena mereka berburu ikan maupun hasil laut lainya berpindah-pindah. Naasnya bila cuaca buruk tak sedikit dari mereka yang tak kembali pulang entah bagaimana nasibnya.
Usai prosesi penyembelihan hewan bersama warga langsung dibagikan ke warga Oenggae hingga menjelang waktu Dzuhur tiba.

Sebelum pulang meninggalkan Oenggae tak lupa kami mengunjungi rumah Mama Zaini Casova ( 70th ) dan Mama Hanija Lembang ( 70th), keduanya adalah janda yang ditinggal sudah bertahun-tahun melaut oleh suaminya yang belum tahu keberadaannya.

“Alhamdulillah terima kasih sudah mampir di gubug kami membawakan daging kurban, ucap Mama Zaini dengan wajah senyum merekah sembari kami pamit pulang.

Pada umumnya warga muslim di pulau Rote memilih tinggal di pesisir-pesisir daripada warga Kristen atau Katolik yang tinggal di daratan atau pegunungan. Warga Muslim di Rote diperkirakan hanya 5 % dengan jumlah tertinggi berada di Lobalain dan terendah di Rote Tengah dan Selatan.

Pulau Rote adalah bagian kepulauan Rote yang masuk dalam wilayah Kabupaten Rote Ndao. Dengan Pulau Ndana Rote Barat Daya sebagai wilayah tugu perbatasan paling selatan perbatasan Indonesia dengan Australia.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Distribusi hewan qurban untuk warga pesisir Nangahale Talibura Maumere

Distribusi hewan qurban Tanmia Foundation pada hari tasrik ke 2 Iedul Adha 1440 H untuk Nusa Tenggara Timur tidak berhenti sampai di ujung barat pulau Flores di Komodo Manggarai Barat saja tapi menyasar juga ke Maumere Sikka, bagian wilayah timur daratan Flores.

Menempuh lintas trans Flores selagi pagi masih buta tim Tanmia Foundation menuju jalanan trans Flores untuk mengejar waktu agar sampai di Ende lanjut Maumere. Medan berkelok menanjak inilah jalanan khas Flores yang membentang membelah pegunungan rimba yang lebat.

Titik-titik rawan longsor harus dilewati tapi mau apalagi inilah jalan satu-satunya trans daratan Flores dari ujung Labuan Bajo hingga Larantuka.

Ajaib Subhanallah perjalanan menuju Maumere, usai melewati Bajawa-Ende yang dikenal berkelok terjal melintasi pegunungan tinggi danau Kelimutu Wolowaru semua terasa terbayar sekalipun harus terlewatkan moment untuk singgah karena kendaraan kami harus berpacu dengan waktu agar sampai di Maumere sebelum gelap.

Walhasil Alhamdulillah, singkatnya bersama Tim Kompak Maumere menuju lokasi pemotongan hewan kurban di Masjid Baitul Muhajirin, Dusun Likong Gete Desa Nangahale Kecamatan Talibura Kab. Sikka Flores NTT.

Syukur alhamdulillah dua ekor kambing super dapat dipotong di lokasi dan dibagikan untuk masyarakat muslim yang sebagian besar nelayan yang mendiami pesisir “,ucap Hainul Rashid da’i yang hari-harinya mengajar di sekitar Maumere.

Distribusi hewan qurban Tanmia Foundation kali ini adalah untuk pertama kalinya di Maumere Sikka. Hal ini sekaligus momen keberkahan yang bisa menguatkan ukhuwah dan memperkokoh benteng keimanan sesama kaum muslimin yang notabenenya tinggal sebagai minoritas di wilayah Kabupaten Sikka.

Berdasarkan data BPS Sikka 2018 hanya 12 % saja jumlah warga muslim yang berada di semua wilayah Sikka.

Semoga Allah menerima amal shalih disetiap niat dan derap langkah para shohibul qurban dan semua yang terkait dengan lautan nikmat keberkahan. Aamiin

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!