Lantunan Al Quran Semakin Menggema di Pesantren Al Itqan

Ketika Nabi Adam Alaihi Salam diturunkan Allah ke Bumi, kali pertama Adam merasakan hidup di bumi ia menangis, suasana tenang dan bahagia di surga tidak lagi ia rasakan dì Bumi, yang paling berat bagi Nabi Adam adalah ketika ia tidak lagi mendengarkan indahnya Dzikir para Malaikat yang bertahmid, bertasbih dan memuji Allah setiap waktu, ternyata suasana ini yang selalu dirindukan oleh beliau saat mengenang hidup di dalam surga.

Suasana indah ini sekarang semakin menawan hati ketika datang ke Pesantren Al Itqan, Jatirangga, Bekasi yang sedang kita asuh, begitu memasuki area gerbang Pesantren sudah terdebgar lantunan indah ayat – ayat suci Al Quran menggema di dalam pesantren, mulai dari Mushalla, ruang kelas dan begitu pula ruang asrma santri, mereka yang sedang khusyu’ membaca Kalam Ilahy itu untuk menghafalnya sebagai bekal hidup di Akhirat dan pula bekal mereka sebagai Dai yang harus siap mengabdikan ilmunya di dalam dakwah di kemudian hari nanti keteka mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka di pesantren ini.

Semoga Allah memberikan kemudahan, keberkahan serta keikhlasan kepada mereka untuk mempelajari Al Quran dan Ilmu syari, sehingga cita – cita mereka sebagai ahli Quran bisa tercapai sekaligus terciptanya secara berkesinambungan amal jariyah dari para donatur dan dewan guru yang membina dan mendidik mereka.

Gema tilawah Al Qur’an itu semakin mantab ketika datang santri baru yang berjumlah 28 orang dari berbagai wilayah di tanah air, perjuagan mereka hingga sampai di pesantren pun berbeda – beda, 9 orang NTT, 2 orang dari Nias, 2 orang dari Kalimantan, 2 dari Aceh, dari sulawesi, Bima, Lombok, Pulau Jawa, dll, santri yang dari Pulau Nias baru masuk islam ketika sampai pesantren, ia anak Yatim yang beruasaha menuntut ilmu syari di pesantren, kebanyakan santri baru ini adalah yatim dan dhuafa, sehingga mereka membutuhkan sokongan dana untuk bisa menuntut ilmu di perantauan ini.

Dengan demikian kami kembali membuka peluang bagi bapak dan ibu di mana pun berada untuk menjadi orang tua asuh santri tahfizh kami dengan cara menjadi donatur untuk biaya pendidikan mereka selama di pesantren, besar harapan kami bapak dan ibu dapat berpartisipasi dalam program beasiswa pendidikan ini, semoga Allah menerima amal shaleh kita dan menjadikan ini sebagai amal jariyah bagi kita semua, atas partisipasinya kami sampaikan, Jazakumullah khairan.

Bukhari Abdul Muid Lc
Ketua Yayasan

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

 

10 Sebab Senantiasa Merasa Miskin Dan Kurang Harta

Ketahuilah bahwa semua rezeki itu dari Allah Ta’ala. Terkadang Allah luaskan rezeki kepada seseorang, terkadang Allah sempitkan. Tugas kita adalah menerima semua putusan Allah dengan sabar, syukur dan qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang Allah karuniakan. Inilah kunci kebahagiaan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

قد أفلحَ من أسلمَ ، ورُزِقَ كفافًا ، وقنَّعَه اللهُ بما آتاهُ

“Sungguh beruntung orang yang sudah berislam, lalu Allah beri rezeki yang secukupnya, dan Allah jadikan hatinya qana’ah (merasa cukup) dengan apa yang dikaruniakan kepadanya” (HR. Muslim no. 1054).

Namun kebanyakan kita terkalahkan oleh hawa nafsu sehingga merasa tidak pernah cukup. Demikianlah umumnya manusia, betapapun banyak yang Allah berikan, terasa tidak pernah cukup. Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لاَبْتَغَى ثَالِثًا، وَلاَ يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ

“Andai bani Adam memiliki dua lembah yang penuh dengan harta, maka dia akan mencari lembah yang ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut bani Adam kecuali tanah (yaitu kematian)” (HR. Bukhari no.6436 dan Muslim no.1048).

Terkadang, betapapun banyak yang Allah berikan, masih saja seseorang merasa miskin dan kurang. Sehingga hidupnya tidak pernah bahagian karena terkungkung oleh perasaannya yang senantiasa merasa kurang.

Maka, mari kita kenali sebab-sebab seseorang senantiasa merasa miskin dan merasa kurang, semoga kita bisa merenungkan dan mengambil faedah darinya.

Seseorang akan terus merasa miskin dan kurang ketika:

1. Karena tujuan hidup dan ambisi terbesarnya masih mencari dunia, bukan akhirat
Orang yang ambisi terbesarnya adalah dunia, Allah jadikan kefakiran di depan matanya, ia merasa miskin terus. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.

“Barangsiapa ambisi terbesarnya adalah dunia, maka Allah akan cerai-beraikan urusannya, Allah jadikan kefaqiran di depan matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali sesuai apa yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang ambisi terbesarnya adalah akhirat, Allah akan memudahkan urusannya, Allah jadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam ia tidak menyangkanya” (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 950).

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

محب الدنيا لا ينفك من ثلاث : هم لازم و تعب دائم و حسرة لا تنقضي

“pecinta dunia tidak lepas dari 3 hal: kegalauan yang terus-menerus, keletihan yang terus-menerus, dan kekecewaan yang tiada berakhir” (Ighatsatul Lahafan, 1/37).

2. Karena jahil terhadap ilmu agama
Ilmu membuat pemiliknya jauh dari cinta dunia, dan sadar bahwa akhirat adalah tujuan. Allah Ta’ala mengisahkan tentang Qarun:

فَخَرَجَ عَلَى قَوْمِهِ فِي زِينَتِهِ قَالَ الَّذِينَ يُرِيدُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا يَا لَيْتَ لَنَا مِثْلَ مَا أُوتِيَ قَارُونُ إِنَّهُ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا وَلَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الصَّابِرُونَ

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar“” (QS. Al Qashash: 79-80).

Orang yang berilmu akan paham kekayaan hakiki bukanlah kaya harta benda, namun kekayaan hakiki adalah kaya hati. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ

“Bukanlah kekayaan itu adalah banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kekayaan hati” (HR. Muslim no.6446, Muslim no. 1051).

3. Karena mengikuti bisikan setan dengan melakukan maksiat dan berbuat bid’ah
Karena setanlah yang menakut-nakuti dengan kefakiran lalu menyuruh manusia berbuat maksiat, bid’ah dan kesyirikan demi untuk mencari dunia. Allah Ta’ala berfirman:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui” (QS. Al Baqarah: 268).

Orang yang terbawa oleh bisikan setan ini akan terus merasa kurang dan kurang, sehingga akhirnya ia menjalani jalan-jalan yang haram untuk mendapatkan harta.

4. Karena banyak bergaul dengan orang kaya, kurang bergaul dengan orang miskin
Orang yang banyak bergaul dengan orang-orang kaya, yang memiliki harta lebih banyak darinya, ia akan menganggap remeh nikmat Allah yang ia dapatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” (HR. Bukhari – Muslim).

Banyak bergaul dengan orang-orang yang miskin dan lemah akan melembutkan hati dan menjauhkan jiwa dari cinta dunia. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, ia berkata

أنَّ رجلا شكا إلى رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ قسوةَ قلبِه فقال له إنْ أردتَ تَليينَ قلبِكَ فأطعمِ المسكينَ وامسحْ رأسَ اليتيمِ

“Ada seorang yang mengeluhkan kerasnya hatinya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau bersabda kepada orang tersebut: “Jika engkau ingin melembutkan hatimu, berilah makanan pada orang miskin dan usaplah kepala anak yatim” (HR. Ahmad, 2/ 263, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 854).

5. Kurang mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil
Jika hal-hal kecil tidak disyukuri, maka nikmat-nikmat yang besar tidak akan disyukuri dan terus merasa kurang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن لا يشكرُ القَليلَ لا يَشكرُ الكثيرَ

“Orang yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak akan bersyukur pada nikmat yang banyak” (HR. Ahmad no. 18449, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.3014).

6. Hati yang sakit dan mati
Sehingga tidak memiliki tawakkal, husnuzhan billah, qana’ah, syukur, dan ibadah-ibadah hati lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar:

أَفَتَرى قِلَّةَ المالِ هو الفقرَ ؟ . قلتُ : نعم يا رسولَ اللهِ ! قال : إنما الغنى غنى القلبِ ، و الفقرُ فقرُ القلبِ

“Apakah kalian menyangka kefakiran itu adalah kekurangan harta?”. Abu Dzar menjawab: “iya wahai Rasulullah”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya kekayaan hakiki itulah kekayaan hati, dan kefakiran itu adalah kefakiran hati” (HR. Ibnu Hibban no.685, Al Hakim no. 7929, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib no. 827).

Hati yang sehat akan merasakan ketenangan dan manisnya iman, tidak ada perasaan susah karena kurangnya harta. Allah Ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

“Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Fath: 4).

7. Kurang ibadah
Karena Allah menjanjikan orang yang banyak beribadah akan diberikan rasa lapang di dada dan akan dicegah dari kefakiran. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يقولُ يا ابنَ آدمَ : تَفَرَّغْ لعبادَتِي أملأْ صدركَ غِنًى وأسُدُّ فقرَكَ ، وإِنْ لَّا تفعلْ ملأتُ يديْكَ شُغْلًا ، ولم أسُدَّ فقْرَكَ

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Wahai manusia! Habiskan waktumu untuk beribadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu dengan kecukupan dan akan Aku tutup kefaqiranmu. Jika engkau tidak melakukannya, maka akan Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefaqiranmu’” (HR. At Tirmidzi no. 2466, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Maka perbanyaklah ibadah dan ikhlaslah dalam beribadah, niscaya Allah akan berikan kecukupan.

8. Penghasilan atau pekerjaannya haram
Karena harta yang haram tidak ada keberkahan di dalamnya, semua yang didapatkan akan terasa kurang dan sedikit kebaikannya. Contohnya harta riba, Allah Ta’ala berfirman,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah menghancurkan harta riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al Baqarah [2]: 276).

Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لا يَدْخُلُ الجنةَ لحمٌ نبت من السُّحْتِ، وكلُّ لحمِ نبت من السُّحتِ ؛ كانتِ النارُ أوْلَى به

“Tidak masuk surga, daging yang tumbuh dari harta haram. Setiap daging yang tumbuh dari harta haram, maka api neraka lebih layak baginya” (HR. Ahmad no.15284, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah[6/214]).

9. Tidak mau bekerja dan malas
Ketika seseorang tidak mau berusaha dan malas mencari rezeki bagaimana mungkin ia lepas dari kefakiran? Maka bagi laki-laki, tidak boleh malas dan enggan bekerja. Umar radhiyallahu ‘anhu:

يا معشر القراء (أي العباد) ارفعوا رؤوسكم، ما أوضح الطريق، فاستبقوا الخيرات، ولا تكونوا كلاً على المسلمين

“Wahai para pembaca Qur’an (yaitu ahli ibadah), angkatlah kepada kalian (baca: bekerjalah!), sehingga teranglah jalan. Lalu berlombalah dalam kebaikan. Dan janganlah menjadi beban bagi kaum muslimin” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman).

Para lelaki kaum Muslimin tidak boleh malas bekerja, karena mereka bertanggung-jawab memenuhi nafkah keluarganya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ، وإنْ أَصَابَكَ شيءٌ، فلا تَقُلْ لو أَنِّي فَعَلْتُ كانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَما شَاءَ فَعَلَ، فإنَّ لو

تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah. Namun setiap Mukmin itu baik. Semangatlah pada perkara yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam perkara tersebut), dan jangan malas. JIka engkau tertimpa musibah, maka jangan ucapkan: andaikan saya melalukan ini dan itu. Namun ucapkan: “qadarullah wa maa-syaa-a fa’ala (ini takdir Allah, apa yang Allah inginkan itu pasti terjadi)”. Karena ucapkan “andaikan…” itu akan membuka pintu setan” (HR. Muslim no. 2664).

10. Jarang berdoa
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan banyak doa-doa agar terhindar dari kefakiran. Diantaranya:

اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran… ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur… tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau” (HR. Abu Daud no.5092, dihasankan Al-Albani dalam Shahih Abu Daud).

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى

(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)” (HR. Muslim no. 2721, At Tirmidzi no. 3489, Ibnu Majah no. 3105, Ibnu Hibban no. 900 dan yang lainnya).

Dan doa-doa lainnya yang berasal dari Al Qur’an dan Sunnah.

Maka pembaca yang budiman, mari kita kenali dan renungkan poin-poin di atas, dan kita tumpas segera sehingga kita terbebas dari perasaan selalu miskin dan selalu kurang.

Sumber – muslim.or.id

Menyibak Hikmah Masa Kecil Rasulullah

SEBELUM kelahirannya, dunia di ambang kehancuran. Allah Subhanahu wata’ala sendiri –sebagaimana hadits riwayat Muslim- sampai memurkai mayoritas penduduk bumi kala itu. Hanya segelintir kecil orang yang membawa cahaya. Namun, laksana kunang-kunang di tengah pekatnya malam. Mereka ada, tapi tidak bisa menjadi lokomotif perubahan.

Saat kegelapan berada pada titik puncaknya, lahirlah bayi yang dipilih Allah Subhahanu wata’ala menjadi agen perubahan bagi seantero alam. Kehadirannya menurut pemaparan al-Qur`an, sejak jauh hari sudah diprediksi oleh Injil, dengan nama Ahmad (QS. As-Shaf [61]: 6). Bahkan, uniknya para nabi pun disumpah agar beriman ketika menjumpainya (QS. Ali Imrân[3]: 81).

Kelahirannya diabadikan sejarah dengan momentum kegagalan Abrahah Ashram dalam ekspedisi penghancuran ka`bah. Surah Al-Fil [105], ayat 1-5 menggambarkan secara jelas bagaimana Allah SWT menunjukkan kesudahan orang yang mau meniadakan cahaya. Betapa pun dahsyatnya kegelapan, pada akhirnya akan lenyap dengan hadirnya cahaya (QS. Al-Isrâ [17]: 81). Cahaya itu, bernama Muhammad ﷺ.

Dari jenak-jenak sirahnya di masa kecil (1-10 tahun), ada beberapa hikmah berserakan yang bisa dihimpun sebagai pintu untuk mengetahui sirah beliau dimasa kecil.

Pertama, beliau lahir dari keluarga baik-baik dan dari pernikahan syar`i. Beliau memiliki nasab yang bagus. Merupakan suatu pembelajaran berharga bagi orang tua. Jika ingin mendapat keturunan yang baik, maka harus selektif dalam memilih pasangan.

Kedua, terlahir dalam keadaan yatim. Dalam literatur sirah, beliau sudah ditinggal mati ayahnya sejak di dalam kandungan(bahkan nanti disusul ibunya pada saat berusia 6 tahun). Peristiwa ini bertalian erat dengan takdir ilahi yang kemudian hari akan memilihnya menjadi orang pilihan sebagai penutup risalah para nabi.

Keyatiman secara horisontal, membuatnya peka terhadap penderitaan-penderitaan sosial, melembutkan hati, memberikan ketahanan internal yang membuatnya kokoh ketika akan menghadapi rintangan yang akan menimpanya di kemudian hari, bahkan menjadi inspirasi bagi anak semisalnya.

Adapun secara vertikal, ada isyarat menarik yang bisa dibaca dari peristiwa keyatiman beliau: bahwa pendidikan bocah ini tidak akan dicampuri dengan tangan manusia. Keyatiman dini, tidak memberinya peluang untuk mendapat doktrin yang kuat dari ayahnya. Sehingga ia manjadi anak yang betul-betul bebas pengaruh dan mendapat penjagaan dan perhatian langsung dari Allah Subhanahu wata’ala.

Ketiga, penyusuan ke Halimah Sa`diyah. Ini adalah jenak peristiwa yang juga berkaitan erat dengan ‘skenario’ Allah Subhanahu wata’ala dalam mempersiapkannya menjadi manusia pilihan. Dalam tradisi penduduk Arab kala itu, mencarikan ibu asi bagi anak dari penduduk desa merupakan bagian mendasar untuk membuat bayi yang sehat dan kuat. Jadi, sejak kecil (1-4)kebutuhan asi beliau terpenuhi sehingga menjadi anak sehat dan kuat.

Sisi lain yang tidak kalah menariknya, kehidupan Nabi Muhammad ﷺ di masa kecil dalam perkampungan Bani Sa`ad, membuatnya akrab dengan alam. Pendidikan alam bisa secara langsung dia terima laiknya anak perdesaan lainnya, beliau akrab berinteraksi dengan alam secara langsung. Beliau biasa berkuda, berenang, bermain dengan teman sebayanya, dan lain sebagainya.

Martin Lings menyebutkan keistimewaan hidup di pedesaan di antaranya: memiliki udara segar untuk pernafasan, bahasa Arab yang fasih untuk lidah, dan kebebasan bagi jiwa (2007: 48). Hidup di lingkungan yang alami seperti ini, membuat masa kecil nabi peka terhadap lingkungan, tidak kehilangan masa kecil, fasih dalam berbicara, bahkan membuat jiwanya lapang.

Keempat, pembelahan dada. Peristiwa pembelahan dada ini, diceritakan langsung oleh Anas bin Malik sebagaimana riwayat Muslim. Dia pun tahu ada bekas jahitan di dada Rasulullah ﷺ. Dalam hadits disebutkan bahwa rahasia pembelahan dada ini adalah untuk membersihkan Muhammad ﷺ dari potensi buruk, pengaruh setan. Kejadian ini membuat hatinya bersih dan beraklak mulia.

Kelima, menggembala kambing. Bukhari meriwayatkan bahwa setiap nabi pasti berprofesi sebagai penggembala kambing semasa kecil. Rasul sendiri menggembalakan kambing penduduk Mekah dengan menerima upah. Kebiasaan ini, tentu saja memberikan pengelaman berharga bagi Nabi Muhammad di masa kecil yaitu: kemandirian, kepemimpinan, kepekaan, kesabaran, kelembutan, keuletan, dan ketelatenan yang sangat berguna ketika pada saatnya menjadi nabi.

Masa kecil nabi yang terlahir dari keluarga baik-baik, yatim, tumbuh di perkampungan Bani Sa`ad, pembelahan dada, dan penggembalaan kambing adalah di antara sekian kecil mutiara yang efeknya sangat dahsyat bagi pendidikan anak. Tidak berlebihan jika al-Qur`an (Al-Ahzab [33]: 21) menandaskan bahwa dalam “sirah” beliau benar-benar menyimpan keteladanan yang berhaga. Tentunya bagi orang yang mengharap (ridha) Allah dan berorientasi akhirat. Bagaimana dengan kita?

Sumber – hidayatullah.com

Tiga Pokok Sumber Kelezatan Hidup Dunia

Hidup manusia di dunia merupakan kehendak Allah yang Maha Menciptakan alam semesta, segala sesuatunya tunduk pada kekuasaan dan kehendakNya, berjalan sesuai dengan kehendakNya, manusia diperintahkan untuk berikhtiyar memakmurkan dunia dengan anturan yang dibuatNya pula, namun semua aturan tersebuat sudahpun dibuat untuk kebaikan manusia itu sendiri.

Berbagai macam godaan, ujian serta hiruk pikuk kehidupan pasti akan dihadapi manusia, mulai ia dilahirkan dari rahim ibu yang telah mengandungnya hingga ia tutup sejarah hidupnya dengan kematian, susah dan senang datang silih berganti, sukses dan gagal sudah menjadi cerita harian dalam kehidupan manusia.

Manusia yang diberikan kenikmatan lalu ia mensyukurinya adalah sikap yang paling tepat terlebih bila ia pakai nikmat sebagai alat untuk lebih taat pada Rabbnya, namun bila ujian menimpa, onak dan duri melintang di tengah jalan kehidupan maka tidak ada jalan yang paling Indah untuk mengatasinya kecuali dengan kesabaran, memang hidup manusia mustahil bisa keluar dari dua hal tersebut, sabar dan syukur, sabar kala ujian menyapa dan syukur bila nikmat datang menghampiri.

Namun sering kali keduanya juga ujian, ya nikmat dan musibah sering kali keduanya jadi ujian, hanya saja dengan style yang berbeda, yang satu manis memikat yang satunya pahit menghimpit, yuk lihat firman Allah taala:

وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ (35) الأنبياء

Dan kami uji kalian dengan ujian yang buruk dan ujian yang baik, dan hanya kepada Kami lah kalian akan dikembalikan (QS Al Anbiya:35).

Imam Ath thabary berkata:
Maksud ayat ini ialah bahwasanya Allah akan menguji manusia dengan nikmat, akankah manusia bisa mensyukurinya, dan manusia akan diuji dengan keburukan akan ia dapat bersabar karenanya?!.

Kesimpulannya bahwa nikmat dan musibah keduanya adalah ujian, namun ujian kesulitan mudah diindentifikasi, namun ujian nikmat susah untuk dikenali, namun di akhir ayat Allah menyebutkan setelah kalian mendapat ujian yang baik dan yang buruk itu akan dikembalikan kepada Allah untuk diberikan balasan, bila berhasil dalam ujian pasti dapat hadiah bila gagal pasti dapat sangsi.

Hidup yang dijalani manusia ini sering kali terlihat tidak sesuai dengan arah hembusan angin hasrat manusia, tidak selalu sesuai dengan harapan, sehingga mungkin terlihat menjadi tidak indah atau malah menderita.

Malik bin Dinar pernah berkata:
Tidak ada yang dapat membuat hidup menjadi nikmat kecuali tiga hal:
1/ Bertemu dengan saudara seiman
2/ Shalat tahajjud dengan Al Qur’an
3/ Menyendiri untuk mengingat Allah ta’ala.
Beliau menyebut tiga hal ini sebagai ruh dunia, dan memang ke tiga faktor ini yang membuat manusia menikmati hidup dengan sempurna.

Saudara seiman memberikan nasehat, arahan bahkan peringatan untuk kebaikan hidup akhirat kita, ini sangat penting karena manusia sulit berlepas dari aib, cacat, salah, lalai dll.

Umar bin Khattab berkata:
Tidak ada Karunia Allah yang lebih besar setelah “Islam” bagi manusia melebihi “saudara seiman”, maka bila seorang di antara kalian melihat ada kasih sayang dari saudaranya kepada dirinya maka hendaklah ini menjaga persaudaraan itu.

Tahajjud dengan Al Quran merupakan nikmat yang tidak terhingga, manusia melantunkan firman rabbnya di tengah malam, saat hening dan penuh ketenangan, Allah memberikan cahaya kepada wajah mereka, dan ketentraman dalam jiwa mereka.

Kenikmatan ini yang diizinkan oleh Rasulullah shallahu alaihi wasallam untuk kita boleh iri dari seseorang yang Memilikinya,

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَاحَسَدَ إِلَّا عَلَى اثْنَيْنِ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَهُوَ يَقُوْمُ بِهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ وَرَجُلٌ اَعْطَاهُ اللهُ مَالاً فَهُوَ يُنْفِقُهُ آنَاءَ اللَّيْلِ وَآنَاءَ النَّهَارِ

Dari Ibnu Umar radhiyallahu anhu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda :”tidak dibenarkan hasad (iri hati), kecuali terhadap dua orang; seseorang yang dikaruniai oleh Allah (kemampuan manghafal/membaca) Al-Qur’an, lalu ia membacanya pada waktu malam dan siang. Dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah, lalu ia menginfakannya pada waktu malam dan siang”.(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i).

Dalam hadits ini disebutkan hanya ada Dua nikmat yang dimiliki manusia yang boleh kita iri hati melihat nikmat itu, iri hati lalu kita berusaha untuk mewujudkannya dalam kehidupan kita, kelihatannya nikmat tahajjud dengan Al Quran sama dengan nikmat membelanjakan harta di jalan Allah, hanya saja yang satu bersifat Virtikal (hablumminallah) dan yang satu lagi bersifat Horizontal (hablum minannas).

Kemudian Zikir adalah hubungan komunikasi antara manusia dengan Allah, komunikasi dengan Dzat yang telah menciptakan manusia, kekasih hati manusia, sehingga hidup sedemikian nikmat mana kala selalu ada komunikasi dengan Dzat yang kita cintai, yang telah memberikan nikmat kepada manusia baik di dunia dan di akhirat nanti in syaa Allah.

Tatkala syarian islam sudah banyak diamalkan orang tetap saja Rasulullah shallahu alaihi wasallam menganjurkan agar jangan sampai mengesampingkqn dzikir, seperti dalam riwayat berikut ini:

Dari ‘Abdullah bin Busr, ia berkata,

جَاءَ أَعْرَابِيَّانِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم فقال: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَىَّ فَمُرْنِى بِأَمْرٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. فَقَالَ « لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْباً مِنْ ذِكْرِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »

“Ada dua orang Arab (badui) mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas salah satu dari mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syari’at Islam amat banyak. Perintahkanlah padaku suatu amalan yang bisa kubergantung padanya.” “Hendaklah lisanmu selalu basah untuk berdzikir pada Allah,” jawab beliau. (HR. Ahmad 4: 188, sanad shahih kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth).

Semoga Allah memberikan kepada kita Taufiq dan inayah agar kita semua dapat menikmati hidup di dunia dalam bimbingan dan Karina dari Allah, aamiin ya rabbal alamin.

Kebebasan Dalam Kacamata Islam

Kebebasan secara umum merupakan hak dari masing-masing individual, yang mana hal tersebut tidak bisa dibantahkan dan diusik oleh pihak manapun, lawan kata dari “kebebasan” disini adalah “perbudakan”. Umar bin Khatthab r.a. pernah berkata;

((مَتَى اسْتَعْبَدْتُمُ النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُمْ أَحْرَارًا))

“Akankah kalian hendak memperbudak manusia, sedangkan ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan bebas (bukan budak).”

Dalam hal ini, bukan berarti kita hidup sebebas-bebasnya tanpa aturan yang mengiringi dan menuntun kita menuju jalan yang tentunya akan menyelamatkan kita, baik di dunia maupun di akhirat. Karena sejatinya, ketika kita melepaskan diri dari aturan-aturan agama Islam dengan dalih kebebasan, sama saja kita menjebloskan diri kita dalam penjara hawa nafsu dan perangkap setan, yang akan mengantarkan kita menuju kesengsaraan yang sesungguhnya kelak.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata dalam balutan mutiara hikmahnya;

((الْمَحْبُوْسُ مَنْ حَبِسَ قَلْبَهُ عَنْ رَّبِّهِ تَعَالَى وَالْمَأْسُوْرُ مَنْ أَسِرَهُ هَوَاهُ))

“Orang yang dipenjara adalah orang yang terpenjara (terhalangi) hatinya dari Rabbnya (Allah) ta’ala, dan orang yang tertawan (terbelenggu) adalah orang yang ditawan oleh hawa nafsunya.”

Kita juga adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendirian dan membutuhkan orang yang berada di sekitar kita, mereka pun membutuhkan aturan-aturan dalam memaknai kebebasan itu sendiri, demi terciptanya kehidupan yang lebih manusiawi dan membedakan antara manusia dan hewan.

Sedangkan dalam hal ini, Islam sudah menetapkan sebuah prinsip umum yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan berlaku kaidah ((لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَار)) yaitu tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Maka dengan ini, Islam mengajarkan kita agar tidak mengganggu hak-hak orang lain dengan dalih kebebasan.

Begitu juga kebebasan dalam beragama, hal ini termasuk makna kebebasan yang bersifat umum, karena setiap manusia memiliki hak untuk memilih agama yang ia yakini. Allah ta’ala berfirman;

((لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّيْنِ….))
“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),” (QS. Al-Baqarah [2] : 256).

Keterpaksaan dalam beragama menghasilkan di dalamnya orang-orang munafik yang tidak beriman, sedangkan Islam sangat membenci sifat dari kemunafikan.

Justru apabila hidup kita diiringi dengan Tauhid (Islam), maka hal itulah yang membebaskan manusia dari perbudakan atau penghambaan diri kepada makhluk yang tidak punya kemampuan untuk memberikan manfaat maupun bahaya kepada dirinya.

Orang-orang yang mengagung-agungkan kebebasan sebagai slogan dalam hidupnya, dan berusaha mencari-cari dalih untuk mendiskreditkan Islam dan mengesankan bahwa aturan dalam Islam itu adalah belenggu yang mengekang kebebasan manusia.

Padahal kalau ditelisik lebih dalam, dalil yang mereka gaungkan justru membantah pemahaman mereka dan justru bukan mendukungnya.

Seperti salah satu Hadist Nabi Muhammad shallallahu alaihi wsallam yang mereka jadikan dalih, bahwa aturan-aturan dalam Islam mereka anggap sebagai belenggu.

((الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ))
“Dunia ini adalah penjara (bagi) orang-orang yang beriman dan surga (bagi) orang-orang kafir.” (HR. Muslim no.2956).

Apabila dipahami secara bahasa, memang benar apa yang mereka maksud, akan tetapi justru penafsiran yang benar adalah seperti yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya “Badaai’ul Fawaaid” (3/696), Orang yang beriman di dunia ini, keimanannya yang kuat menghalangi dia untuk memperturutkan hawa nafsunya yang diharamkan oleh Allah ta’ala, sehingga dengan keadaan ini seolah-olah ia hidup dalam penjara, atau dengan kata lain, dunia ini adalah tempat untuk orang-orang yang memenjarakan hawa nafsunya dari apa-apa yang diharamkan oleh Allah ta’ala.

Berbeda dengan orang kafir yang hidup bebas memperturukan hawa nafsunya, sehingga dianggap bahwa dunia ini adalah surga bagi mereka. Wallahu a’lam bisshowab.

Oleh : Muhammad Munib Asmuni

Sumber :
1. Al-Azhar Magazine
2. http://www.muslim.or.id

Takut Amal Tidak Diterima Allah

Beribadah kepada Allah merupakan kebahagiaan bagi setiap muslim, saat seseorang beribadah maka ia pada posisi yang dekat dengan Dzat yang telah menciptakan, memberi rizki, merawat dan juga sebagai tempat berkeluh kesah untuk berbagai macam problematikan kehidupan yang dilalui oleh anak manusia, kenikmatan ibadah tentu hanya bisa dirasakan oleh orang – orang yang beriman kepadaNya.

Sudah menjadi fitrah manusia, ia akan bahagia bila beribadah pada tuhannya, terlebih apabila ia sudah tidak lagi menganggap ibadah itu sebuah kewajiban, namun ia sudah menganggap itu sebuah kebutuhan hidupnya yang mendasar baginya sehingga ia pasti menikmati ibadah tersebut, sehingga bila dirinya alpa dari ibadah – ibadah itu pastilah ia merasa ada yang kurang dalam hidupnya.

Setiap manusia yang beribadah tentu harapan tertingginya adalah ibadah tersebut dapat diterima oleh Allah, lalu ridha Allah pun dapat ia raih, sehingga ia akan mendapatkan ganjaran atas ibadah tersebut, ganjaran di dunia maupun akhirat, hal ini lah yang selalu diharapkan oleh para ulama terdahulu setelah mereka selesai beribadah.

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata:
Hendaklah engkau lebih memperhatikan faktor yang membuat amal diterima dari pada amalan itu sendiri, apakah engkau tidak mendengar firman Allah ta’ala “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang – orang yang bertaqwa”. (QS Al Maidah: 27).

Iya Allah hanya menerima ibadah dari orang- orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang memiliki ketaatan yang tinggi kepada Allah, hati – hati dalam berkata dan berbuat, mencari makanan dan penghasilan yang halal, yang bersih segala unsur yang dilarang dalam syariat.

Abu Dzar Al Ghifary radhiyallahu anhu berkata: Apabila aku yakin satu shalatku diterima oleh Allah itu lebih aku sukai dari pada dunia dan seisinya.

Ibnu Masud radhiyallahu anhu berkata:
Apabila aku tahu amalanku diterima oleh Allah maka itu lebih aku sukai daripada aku mendapatkan emas sepenuh bumi.

Saat Aisya istri Nabi shallahu alaihi wasallam membaca firman Allah taala:

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ) [المؤمنون:60]

Dan orang- orang yang melakukan sebuah perbuatan sedang hati mereka ketakutan bahwasanya mereka akan dikembalikan kepada tuhan mereka (QS Al Mukminun: 60).

Aisyah bertanya kepada Nabi, apakah yang dimaksud dengan ayat itu adalah para ahli maksiat? Apabila mereka berbuat maksiat lalu setelah itu muncul rasa takut di dalam hati mereka?

Lalu Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak wahai Aisyah, yang dimaksud oleh ayat itu adalah orang – orang yang beramal shaleh lalu setelah beramal shaleh muncul dalam hati mereka rasa takut, akankah amal mereka diterima oleh Allah taala, sehingga mereka selalu berdoa kepada Allah agar amal – amal mereka diterima oleh Allah.

Hal ini pula yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim alaihissalam saat membangun kembali (meninggikan) Ka’bah dengan Nabi Ismail Alaihissalam,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ [البقرة:127].

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah: 127).

Dari ayat ini kelihatan jelas bahwasanya Nabi Ibrahim setelah beramal membangun ka’bah memohon kepada Allah agar amal yang ia lakukan ini diterima oleh Allah ta’ala.

Begitu pula yang dilakukan oleh istri Imran, saat ia mengandung bayinya ia berdoa:

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ}[آل عمران:35]

(Ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Ali Imran: 35).

Hanah istri Imran bernadzar bila ia punya anak nanti akan ia jadikan anaknya untuk mengabdi di Baitul Maqdis, untuk mengurus, membersihkan dan merawat baitul maqdis, setelah ia bernadzar baik tersebut ia meminta agar Allah menerima amalnya tersebut.

Seringkali pula kita dengar kisah para Salaf ash-shalih yang berdoa selama 6 bulan agar dipertemukan Allah dengan Ramadhan, lalu setelah bertemu Ramadhan mereka beramal, beribadah secara maksimal, setelah Ramadhan selesai mereka berdoa lagi selama 6 bulan ke depan agar ibadah mereka di dalam bulan Ramadhan kemarin diterima oleh Allah ta’ala.

Melihat hal ini maka sangat penting bagi kita setelah beramal shaleh momohon kepada Allah agar Allah menerima amal- amal tersebut, setelah shalat, puasa, haji, umrah, zakat, puasa, sedekah dan lain – lain, semoga Allah menerima seluruh amal shaleh kita semua dan memberikan keberkahan bagi kita dan anak keturunan kita, Aamiin ya rabbal alamin.

Renungan Ramadhan

@ Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, jangan sampai yang kita rasakan dari berkah ramadhan hanya dalam urusan ekonomi kita, urusan dagangan kita sementara keberkahan dalam ibadah dan perbaikan diri justeru tidak ada.

@Jangan tertipu oleh bungkus dan melupakan isi. Esensi puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga. Itu hanya bungkusnya sedangkan isinya adalah iman dan amal shaleh. Ketika kita tidak makan dan minum seharian namun lisan kita tidak terjaga, tangan kita tidak terkontrol dan ibadah-ibadah lainnya tidak meningkat jangan-jangan kita hanya mendapatkan bungkus namun menghilangkan isinya.

@ mari kita renungkan, kenapa kita masih hidup hingga hari ini atau hingga kita sampai dibulan ramadhan. Yakinlah bahwa ini adalah kasih sayang Allah kepada kita. Jika kita merasa banyak dosa, maka kita bisa menggugurkan dosa dan kesalahan kita lewat madrasah ramadhan ini. Atau jika kita adalah hamba yang rajin beribadah berarti Allah masih memberikan kita kesempatan untuk mendapatkan bekal lebih banyak lagi untuk negeri akherat. Jangan sia-siakan anugerah ramadhan ini.

@ Bergembiralah dengan datangnya bulan suci ini, bulan yang penuh berkah dan kebaikan. Karena semua penduduk langit dan penduduk bumi yang beriman semuanya bergembira dengan kedatangannya. Mereka yang tidak bergembira dengan datangnya bulan ramadhan adalah makhluk Allah yang tersesat, para pendosa yang telah tertutup hatinya dan ahli maksiat yang sedang menikmati kemaksiatannya. Dari dua golongan ini kemanakaah kita akan bergabung?

@ Jika mungkin selama sebelas bulan ini kita sibuk dengan urusan dunia,lelah dan lelah dengan pekerjaan mencari rezeki, maka sudah saatnya kita bertanya ; sudah cukupkah bekal saya ke akherat sebagaimana bekal saya di dunia, sudah maksimalkah mencari bekal untuk mati seperti halnya kita sudah maksimal mencari bekal hidup

@ Jangan setengah mati mencari dan mengejar apa yang tidak bisa dibawa mati apa lagi mati-matian.

@ Setiap ibadah ada ruhnya, ruh shalat adalah khusyu’ dan ruh puasa adalah iman dan ihtisab (mengharap apa yang disisi Allah). Maka siapa yang melakukan shalat namun ia menghilangkan ruhnya berarti ia adalah termasuk orang yang diancam Allah di surat Al Ma’un, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya. Dan siapa yang melakukan puasa dan menghilangkan ruhnya maka ia seperti yang disabdakan Nabi : berapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga.

@ Persiapkan ramadhan dengan mengefisienkan rutinitas harian & memaksimalkan aktifitas ibadah. Yang harus dijaga itu ibadah wajib, yang harus meningkat itu ibadah sunnah, yang harus menjauh itu hal-hal yang haram, yang harus berkurang itu hal-hal makruh dan yang harus diminimalkan adalah hal-hal yang mubah.

@ Apakah anda merasa banyak dosa dan sedikit pahala, jika jawabannya ‘ya”, maka bulan ramadhan adalah bulan untuk mengubah itu semua. Dosa-dosa dihapuskan dan pahala-pahala dilipatgandakan.

@ Taqabbalallahu syimana wa siyamakum wa qiyaman wa qiyamakum.

By
Muhammad Rofiq Lc

Wakaf Tunai Pembangunan Pesantren Tahfizh Al Itqan Lantai 2 Jatirangga – Bekasi

Pada bulan yang penuh berkah, ampunan dan rahmat Allah ini kami pengurus Yayasan Islam Attanmia mengajak bapak, ibu, saudara, saudari seiman dimana pun berada untuk sama – sama berpartisipasi dalam amal jariyah wakaf tunai pembangunan pesantren kami yang kami beri nama Al Itqan.

⚠ Pesantren ini didirikan untuk mengkader Dai dan Hafizh yang siap untuk menyampaikan ilmu yang telah dimilikinya di berbagai wilayah di tanah air, mengingat kebutuhan Dai, guru Al Quran, imam masjid dan mushalla, masih sangat tinggi maka kami berusaha untuk fokus dalam bidang kaderisasi ini, agar kebutuhan ummat kepada para guru dan imam lambat laun dapat terwujud meskipun pelan – pelan sesuai dengan kemampuan kami.

🥇 Tugas mulia ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan, sokongan dan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.

🧰 Dengan demikian kami mengajak bapak, ibu, saudara dan saudariku untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, bersama meraih keberkahan amal jariyah pahalanya mengalir hingga ke akhir masa.

✅ Atas perhatian dan partisipasinya kami sampaikan Jazakumullah khairan, Barakallahu fiekum.

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

Ketua Yayasan Attanmia
Bukhari Abdul Muid

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
NB.
Mohon bantu share kepada teman, saudara, group, agar semakin banyak yang dapat ikut, raih pula pahala jariyah mengajak orang lain untuk kebaikan, Jazakumullah Khairan.

Sumur Wakaf Tanmia Foundation Untuk Nenek Bahraeni bersama Dua Cucunya Yang Yatim

Dampak bencana gempa bumi yang mengguncang Lombok akhir Juli 2018 tahun lalu masih saja disusul dg gempa beruntun meskipun dalam skala magnitudo kecil hingga saat ini. Tanmia Foundation sejak awal sudah hadir menyapa dg menyalurkan bantuan apa yang dirasakan warga Lombok yang terkena dampak dengan pelbagai program dari bantuan kemanusiaan darurat hingga bantuan recovery yang masih berlangsung hingga saat ini.

Program wakaf sumur bor Tanmia Foundation sudah berjalan dan dirasakan manfaatnya untuk warga Lombok khususnya di Sambelia Lombok Timur. Pasca Guncangan gempa bermagnitudo 7 beberapa waktu silam banyak mata air sumur yang terganggu sehingga tak sedikit debit air bersih dari sumur-sumur warga atau sumber-sumber air yang dialirkan dari puncak pegunungan dibeberapa wilayah masih belum sepenuhnya normal kembali dan masih membutuhkan waktu normalisasi yang berangsur sebagaimana sediakala.

Pasca gempa sudah hampir 8 bulan dilewati oleh warga namun belum sepenuhnya keadaan yang dihadapi warga sesuai yang diharapkan.
Salah satunya misalnya, pembangunan sumur bor Tanmia Foundation di halaman rumah Ibu Bahraeni Labu Pandan Sambelia yang sampai saat ini belum mendapatkan bantuan rehabilitasi dari pemerintah padahal nyata-nyata keadaanya cukup memprihatinkan.

Rumah panggung sederhana ala kadarnya sudah mulai miring sejak diterpa gempa dan kini hanya bisa tinggal di gubug berugak ( gazebo ) disetiap malamnya. Minimnya kepedulian dan bantuan pun semakin menambah ujian ditengah krisis hidup yang sehari-hari dilaluinya. Ibu Bahraeni hidup bersama anak lelakinya dan juga masih mengasuh kedua cucunya yang yatim karena putra keduanya ( nelayan ) yang meninggal baru-baru ini.

Pasca gempa dan kondisi rumah Ibu Bahraeni yang sampai saat ini masih rawan untuk digunakan dan keadaan sumur yg ala kadarnya kembali menjadi prioritas Tanmia Foundation untuk membantu mengikhtiarkan melalui wakaf sumur bor. Sebelumnya untuk keperluan sehari-hari selama ini mengandalkan air sumur tetangga maupun dari air hujan yang ditampung.

Diharapkan, sumur dapat menjadi sumber air baru bagi keluarga Ibu Bahraeni bersama anak dan cucu-cucunya dan tetangganya.

Sumur bor yang dibuat oleh Tanmia Foundation adalah sumur bor yg kesekian kalinya digali di Kecamatan Sambelia Lombok Timur. Perlu diketahui bahwa daerah kecamatan Sambelia bagian Utara adalah daerah bebatuan dan kering sehingga bila musim kemarau panjang tiba tak sedikit banyak yang mengalami kekeringan dan kekurangan air.

Sampai saat ini, Alhamdulillah pembangunan sumur sudah selesai dan siap digunakan untuk keperluan sehari-hari baik untuk konsumsi maupun kegiatan mengaji anak-anak di rumah Ibu Bahraeni.

“Atas nama keluarga kami mengucapkan terimakasih dan hanya Allah-lah yang dapat membalas semua kebaikan para dermawan yang telah membantu pembangunan sumur bor ini”, ucap Zainal anak sulung Ibu Bahraeni pada tim Tanmia Foundation.

Sumur bor yang telah dibangun adalah ladang pahala yang terus mengalirkan keberkahan disetiap karunia sebagian rezeki yang diniatkan dalam program sumur wakaf tersebut. Mari salurkan amal shaleh kebaikan dalam wakaf sumur. Barakalallahufiekum

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lombok Timur, NTB

Hadiah Istimewa Itu Bernama Ramadhan

Dosa, kesalahan, kekhilafan serta kealpaan adalah salah satu sebab yang merusak kebahagiaan manusia, membuat manusia hidup susah, dada terasa sumpek, hidup jauh dari kebahagiaan,
sudah barang tentu bahwasanya dosa yang diperbuat oleh manusia akan menggerus kebahagian yang selama ini mendiami hati manusia, hati yang bersih dan dada yang lapang serta kebahagiaan yang sempurna hanya bisa di dapat dalam ibadah dan ketaqwaan.

Bulan Ramadhan bulan mulia, di dalamnya disyariatkan Puasa dan ibadah sunnah lainnya agar manusia lebih dekat dengan dzat yang telah menciptakan dirinya untuk meraih kebahagiaan dunia sebelum akhirat, ini adalah satu bentuk kasih sayang dari Allah untuk hambaNya, ia memberikan solusi bagi mereka yang khilaf dan tenggelam dalam keburukan agar segera balik arah menuju ridha Allah, serta kasih sayang Allah pula bagi hambaNya yang shaleh untuk memperbanyak kebaikan dan tabungan amal akhiratnya.

Salah satu bentuk keistimewaan pula dari Ramadhan adalah Allah ta’ala mengurangi faktor – faktor yang biasanya selalu menghambat manusia dari ketaatan kepadaNya, yaitu setan, setan dikurung, diikat agar tidak mengganggu manusia yang sedang beribadah, sungguh besar kasih dan sayang Allah kepada manusia di bulan Ramadhan, Amalnya dilipat gandakan, gangguannya dihilangkan, dan diberi bonus Lailatul Qadar yang setara dengan kerja ibadah manusia 83 tahun, tabaarakallahu rabbul alamin.

Diantara keistimewaan Ramadhan sesuai dengan hadits – hadits Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam adalah sebagai berikut:

1/ Keberuntungan bagi orang yang berpuasa

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ ، أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ ثَائِرُ الرَّأْسِ ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الصَّلاةِ ؟ قَالَ : ” الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ إِلا أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا ” ، فَقَالَ : أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الصِّيَامِ ؟ قَالَ : ” صِيَامُ رَمَضَانَ إِلا أَنْ تَطَوَّعَ شَيْئًا ” ، قَالَ : أَخْبِرْنِي مَاذَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنَ الزَّكَاةِ ؟ قَالَ : فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَرَائِعِ الإِسْلامِ ، قَالَ : وَالَّذِي أَكْرَمَكَ لا أَتَطَوَّعُ شَيْئًا ، وَلا أَنْتَقِصُ مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ شَيْئًا ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” أَفْلَحَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ” أَوْ ” دَخَلَ الْجَنَّةَ وَأَبِيهِ إِنْ صَدَقَ ” .

Dari Thalhah radhiyallahu anhu ia berkata: Ada seorang Arab badui yang rambutnya acak – acakan datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang shalat yang diwajibkan Allah kepadaku.” Beliau menjawab, “Shalat lima waktu kecuali jika kamu ingin menambah sholat yang lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah kepadaku”. Beliau menjawab, ”Puasa di bulan Ramadhan, kecuali apabila kamu mau melakukan puasa lain sebagai tambahan.” Lalu dia berkata, “Beritahukanlah kepadaku zakat yang diwajibkan Allah kepadaku.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberitahukan kepadanya syari’at-syari’at Islam. Lalu lelaki itu berkata, “Demi Tuhan yang memuliakanmu. Aku tidak akan menambah dan mengurangi apa yang Allah wajibkan kepadaku barang sedikit pun.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia pasti beruntung jika dia jujur.” atau “Dia pasti masuk surga jika dia jujur.”

2/ Pahala puasa diberikan Allah tanpa batas

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ: الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: إِلَّا الصَّوْمَ. فَإِنَّهُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ؛ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي. لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. ولَخَلُوف فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ، وَالصَّوْمُ جُنَّة. وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سابَّه أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صائم” متفق عليه.

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:  ‘Semua amalan manusia dilipatgandakan. Satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kalinya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah Azza wa Jalla berfirman,  kecuali puasa maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Saya akan membalasnya. Dia meninggalkan tuntutan syahwatnya, tidak makan dan dia tidak minum demi Aku. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Sungguh disisi Allâh, aroma mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih wangi daripada aroma kasturi, Puasa itu adalah perisai. Saat salah diantara kalian sedang berpuasa, janganlah ia berbuat keji dan jangan menyalakan api permusuhan. Jika dia dihina atau diperangi oleh orang lain, hendaknya dia mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa. (Muttafaqun alaih).

3/ Kekhilafan sehari – hari terhapus dengan puasa

عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : ” فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ ، يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ ، وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنِ الْمُنْكَرِ ” .

Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu ia berkata: aku mendengar Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: Fitnah (ujian dan kesalahan) seseorang dari keluarganya, hartanya, anaknya, dirinya dan tetangganya ditebus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar ma’ruf nahi munkar. [Muttafaqun’alaih].

4/ Pintu surga Arrayyan khusus hanya untuk yang berpuasa

Sahal radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ (رواه البخاري، رقم  1763 ،  ومسلم، رقم 1947)

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain meraka. Lalu dikatakan, ‘Dimana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (HR. Bukhari, 1763. Muslim, 1947)

5/ Bulan dimana setan diikat agar orang yang sedang beribadah bisa lebih nyaman

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ من شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فلم يُفْتَحْ منها بَابٌ ، وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فلم يُغْلَقْ منها بَابٌ …) الحديث ، رواه الترمذي (682) ، وابن ماجه (1642) ، وحسَّنه الألباني في ” صحيح الجامع ” (759).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallahu alaihi wasallam bersabda: “Jika telah datang bulan Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu” (Muttafaqun ‘alaihi).

6/ Malaikat Allah menyambut mereka yang berpuasa dengan mulia

Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam juga bersabda :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ. وَفُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ، وَيُنَادِي مُنَادٍ: يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ، وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ، وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ، وَ ذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

“Apabila datang awal malam dari bulan Ramadhan, setan-setan dan jin-jin yang sangat jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup tidak ada satu pintupun yang terbuka, sedangkan pintu-pintu surga dibuka tidak ada satu pintupun yang ditutup. Dan seorang penyeru menyerukan: ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan kemarilah. Wahai orang-orang yang menginginkan kejelekan tahanlah.’ Dan Allah memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka, yang demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 682 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya no. 1682, dihasankan Asy-Syaikh Albani rahimahullahu dalam Al-Misykat no. 1960).

7/ Dosa yang telah lalu akan dihapus oleh Allah ta’ala.

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

8/ Shalat taraweh juga menghapus kesalahan

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa yang shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat” (muttafaq alaih).

Semoga Allah memberikan kesehatan dan taufiqNya kepda kita agar kita mampu memanfaatkan bulan Ramadhan untuk beramal shaleh dan mandapatkan ridha Allah ta’ala, aamiin ya rabbal alamin.

Dedikasi Perjuangan Guru Anak-anak Muallaf Kampung Kaliuda Pahunga Lodu

Dedikasi Perjuangan Guru Anak-anak Muallaf Kampung Kaliuda Pahunga Lodu

Jauh panggang dari api. Potret kondisi pendidikan yang bisa diperibahasakan untuk membandingkan gambaran sekolah di perkotaan dan pedalaman. Terlebih potret pendidikan anak-anak muallaf di Sumba sebagai kaum minoritas. Kalau bukan kita yang peduli, siapa lagi yang mau diharapkan? Sebanyak puluhan anak-anak muslim yang diantaranya banyak yang hidup dibawah garis kemiskinan serta sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah Tanmia Foundation berhasil mengunjungi salah seorang sosok Guru bagi anak-anak muallaf di MIS Al-Jihad Kaliuda Pahunga Lodu.
Mas’ud namanya, terbilang cukup ikhlas dan sabar. Sudah berjalan delapan tahun mengajar di satu-satunya sekolah Madrasah Islam Swasta ( MIS) Al-Jihad di Desa Kaliuda Kecamatan Pahunga Lodu, Kabupaten Sumba Timur, itu dengan upah ala kadarnya.

Mengajar bukan lagi tentang masalah gaji tapi panggilan hati yang membuatnya terus kuat bertahan. Masa depan anak-anak muallaf di pedalaman berada di tangannya. Itu yang jadi pelecut semangat. Menyertai hari-harinya memberi ilmu kepada puluhan murid Madrasah Ibtidaiyah Al-Jihad Kaliuda Pahunga Lodu.

“Mau bagaimana lagi, kalau saya berhenti gara-gara honor gaji, siapa yang nantinya ajar mereka semua. Sementara semangat mereka untuk bersekolah sangat tinggi,” kata Mas’ud, sepekan lalu.

Pengorbanannya tak hanya sampai di situ. Selain diupah ala kadarnya, ia justru harus rela mengeluarkan uang pribadinya untuk menjemput tim Tanmia yang datang untuk membawa pakaian layak pakai untuk dibagikan murid-muridnya.

Mas’ud yang tinggal bersama istrinya memang luarbiasa, bagaimana tidak menjadikan rasa iba terharu bagi Tim Tanmia karena, bertahun-tahun tinggal dibekas masjid lama yang mulai reot bangunannya itu, sementara pihak sekolah belum mampu menyediakannya sampai saat ini.

Sebaliknya, Mas’ud merasa sangat bersyukur karena anak-anak itu masih mau bersekolah, meski kondisinya sehari-harinya seperti itu.⠀
“Saya juga ikhlas menjalani dan tetap bersyukur karena saya yakin tak ada yang mustahil, impian besar masa depan akan terwujud satu hari kemudian, ikhtiar ini tidak akan sia-sia,” urainya lirih sembari tersenyum. Kalimatnya mengandung harap.
Anak-anak muallaf pribumi Kaliuda memang jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota tapi selalu menyajikan semangat kebahagiaan tersendiri dalam senyum dan canda tawa riangnya.

Kedatangan Tim Tanmia Foundation untuk membagikan baju layak pakai menjadi hal yang sangat berharga. Padahal disaat sisi yang lain kita tentu menginginkan baju baru yang layak dan bagus buat anak anak kita. Baju yang bersih dan indah. Dan banyaknya pilihan untuk bergonta-ganti karena saking banyaknya. Apalagi sedikit kotor saja terkadang sudah tak terpakai lagi. Bagi kita, kebahagian terhadap anak kita yang memiliki baju bersih dan bahkan sudah terhitung berlebihan.

Namun tidak begitu bagi anak anak muallaf Pedalaman Kaliuda Sumba Timur. Walaupun baju yang terbatas dan juga beberapa terlihat kumal, mereka tetap ingin mengenakan baju identitas muslim selain itu juga untuk menutup aurat mereka bagi anak-anak perempuan.

Meski belum sepenuhnya maksimal, Mas’ud mengapresiasi Tanmia Foundation yang telah turut memberikan perhatianya untuk berbagi ke sekolahnya itu. Dia berharap, dimasa datang akan ada banyak berdatangan dukungan berbagai pihak pada pihak yayasan bisa membantu meningkatkan kualitas termasuk sarana dan prasarana sekolah agar lebih layak, termasuk nasib kesejahteraan para guru yang kini berjumlah 12 orang dan murid sebanyak 65 siswa. Mari kita mudahkan urusan orang lain, semoga Allah mudahkan urusan kita. Aamin

Ali Azmi
Relawan Tanmia

PROSESI KHATAMAN AL-QURAN 30 JUZ

Alhamdulillah wa sholatu wa salaamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du.

Dengan Izin Allah, Ma’had At tanmia kembali melaksanakan KHATAMAN AL-QUR’AN untuk 3 orang santri yang akan membacakan hafalan terakhirnya dihadapan para Asatidzah dan teman-teman seperjuangannya.

Dengan tiada henti memuji Allah, bahwa
Pada hari Kamis,14 Rojab 1440 H
Waktu : pukul 16.00-17.00 wib.
Ananda :
1. Fazlur Fallad Al Farabi (14 thn )

2. Milzam Al-Wafi (15 thn )

3. Yazid Farhan Na’im (15 thn )

Ke tiganya telah menyelesaikan bifadhlillah hafalan Al Qur’an 30 Juz dalam kurun waktu kurang lebih 2,5 thn.

Hari ini rasa bahagia dan haru disaksikan oleh para Wali ananda santri,mengantarkan mereka ketitik sebuah perjuangan yang cukup berat dan melelahkan, namun Allah balas dengan kebahagiaan yang tiada ternilai dengan Harta dunia apapun.

Ananda Milzam yang dikenal sebagai sosok yang paling dewasa bahkan menjadi ketua ORGANISASI OSMIA di Ma’had at Tanmia dengan kesibukan membantu para asatidzah lainnya, sangat teladan dan tekun dalam mengatur waktu belajar serta menghafalnya. Termasuk Ananda Fazlur dan Yazid adalah anggota dari kepengurusan OSMIA yang nyatanya mampu membuktikan bahwa mereka adalah sosok yang patut diteladani oleh adik-adiknya.

Kami berdo’a semoga kemuliaan akan senantiasa melekat pada diri mereka,kapan dan dimanapun mereka belajar , Semoga Allah berikan kemuliaan kepada para Ayahanda dan Ibunda Ananda atas kesabaran dan jerih payahnya
“ Mahkota dan Jubah kemuliaan semoga kelak Ayahanda dan Ibunda dapatkan di Surga”

Semoga Allah memuliakan para Asatidzah yang telah ikhlas membimbing mereka,
Hanya kepada Allah lah kita memohon segala balasan.

Demikian semoga acara ini dapat memotivasi para Santri serta Ayah dan Bunda sekalian semoga kelak semuanya mendapatkan kemuliaan dari Allah berkat Anak-anak Shalih para penghafal al-Qur’an.

Aamiin yaa Rabbal aalamiin.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!