Distribusi hewan qurban untuk warga pesisir Nangahale Talibura Maumere

Distribusi hewan qurban Tanmia Foundation pada hari tasrik ke 2 Iedul Adha 1440 H untuk Nusa Tenggara Timur tidak berhenti sampai di ujung barat pulau Flores di Komodo Manggarai Barat saja tapi menyasar juga ke Maumere Sikka, bagian wilayah timur daratan Flores.

Menempuh lintas trans Flores selagi pagi masih buta tim Tanmia Foundation menuju jalanan trans Flores untuk mengejar waktu agar sampai di Ende lanjut Maumere. Medan berkelok menanjak inilah jalanan khas Flores yang membentang membelah pegunungan rimba yang lebat.

Titik-titik rawan longsor harus dilewati tapi mau apalagi inilah jalan satu-satunya trans daratan Flores dari ujung Labuan Bajo hingga Larantuka.

Ajaib Subhanallah perjalanan menuju Maumere, usai melewati Bajawa-Ende yang dikenal berkelok terjal melintasi pegunungan tinggi danau Kelimutu Wolowaru semua terasa terbayar sekalipun harus terlewatkan moment untuk singgah karena kendaraan kami harus berpacu dengan waktu agar sampai di Maumere sebelum gelap.

Walhasil Alhamdulillah, singkatnya bersama Tim Kompak Maumere menuju lokasi pemotongan hewan kurban di Masjid Baitul Muhajirin, Dusun Likong Gete Desa Nangahale Kecamatan Talibura Kab. Sikka Flores NTT.

Syukur alhamdulillah dua ekor kambing super dapat dipotong di lokasi dan dibagikan untuk masyarakat muslim yang sebagian besar nelayan yang mendiami pesisir “,ucap Hainul Rashid da’i yang hari-harinya mengajar di sekitar Maumere.

Distribusi hewan qurban Tanmia Foundation kali ini adalah untuk pertama kalinya di Maumere Sikka. Hal ini sekaligus momen keberkahan yang bisa menguatkan ukhuwah dan memperkokoh benteng keimanan sesama kaum muslimin yang notabenenya tinggal sebagai minoritas di wilayah Kabupaten Sikka.

Berdasarkan data BPS Sikka 2018 hanya 12 % saja jumlah warga muslim yang berada di semua wilayah Sikka.

Semoga Allah menerima amal shalih disetiap niat dan derap langkah para shohibul qurban dan semua yang terkait dengan lautan nikmat keberkahan. Aamiin

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Warga Bajo Pesisir Pulau Longos NTT Menikamati Daging Qurban

Salah satu sasaran distribusi Qurban Tanmia Foundation selain daerah daratan pedalaman juga daerah pesisir kepulauan yang minim akses. Berdasarkan kriteria tersebut, distribusi hewan juga menjangkau Pulau Longos Manggarai Barat dengan melangsungkan penyembelihan tiga ekor kambing untuk warga kampung Bajo pesisir yang mayoritas nelayan.

Musim angin dan cuaca yang tak menentu membuat para nelayan tidak melaut dan biasanya lebih memilih bekerja serabutan atau menggunakan waktu untuk memperbaiki perahu sampan kayu atau bercocok tanam berladang di semak belukar pulau sebisanya.

Kampung Bajo yang terletak di pesisir pulau Longos ini tergolong minim. Listrik hanya hidup beberapa jam saja semalam sehingga siangnya padam, air kebutuhan konsumsi pun payau dan asin terkadang di beberapa titik pemukiman warga, begitu juga akses jaringan selular hanya ada titik-titik tertentu bisa didapat sehingga komunikasi agak terhambat.

Demikian kondisi masyarakat bajo yang notabene nelayan pesisir yang hidup ala kadarnya, tampak dari rumah penduduk masih terbuat dari belahan bambu yang sudah terkikis lapuk dan lusuh. Selain itu, kesadaran masyarakat akan pendidikan pun sangat rendah. Anak-anak usai sekolah dasar tak jarang membantu melaut kebanyakan dan tidak melanjutkan sekolah setelah  lulus sekolah dasar. Sehingga mereka sudah bekerja untuk membantu orang tua memenuhi nafkah kebutuhan ekonomi keluarga.

Penyembelihan berlangsung mulai ba’da ashar hingga menjelang maghrib. Anak-anak pesisir pun dengan kepolosannya ikut antusias membantu penyembelihan sampai pendistribusian.

” Kaum ibu terbiasa ketika ada idul kurban menyiapkan bumbu untuk selanjutnya memasak daging bersama-sama di tungku tradisional dengan bahan bakar kayu kering lalu mengundang tetangga pesisir makan bersama”, terang Amran kepada crew Tanmia Foundation.

Bagi warga pesisir Bajo Pulau Longos menikmati masakan dari daging kurban bersama-sama adalah suatu kebahagiaan yang mereka nantikan. Teriring doa semoga senyum mereka adalah senyum yang mengantarkan kita bertemu di surgaNya. Aamiin Ya Rabbal alamin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Nikmat Hewan Kurban Sapa Muslim Pedalaman di Rahak Poco Golo Kempo Sano Nggoang

Usai Shalat ‘Ied di pedalaman Warsawe Mbeliling Tim Tanmia Foundation bergerak untuk mendistribusikan hewan kurban ke dusun-dusun yang berada di bukit-bukit pedalaman Sano Nggoang dan Mbeliling. Kali ini jalur distribusi menuju dusun Rahak dusun Desa Poco Golo Kempo yang merupakan daerah perbukitan terjal di wilayah Kecamatan Sano Nggoang, Manggarai Barat. Di desa ini sekitar 25 KK warga muslim asli yang termasuk dalam merupakan salah satu rumpun suku Rahak Kempo bermukim.

Di Desa Poco Golo Kempo, muslim menjadi minoritas. Hanya ada berkisar 25 KK kepala keluarga muslim sampai saat ini. Namun kendati demikian, jumlah tersebut tak mengurangi semangat keislaman dalam laju perkembangan zaman. Subhanallah banyak santri hafidz-hafidz Qur’an berprestasi yang berasal dari Rahak Poco Golo Kempo ini muncul.

“Tak sedikit murid putra-putri kami beberapa tahun terakhir berhasil menjadi hafizh di beberapa pesantren, syukur alhamdulillah kendati kondisi keberadaan kami disini cukup jauh untuk dijangkau dan sebagian besar keluarga asli yang merupakan asal Suku Kempo dan Lembor ,” terang Bapak Nurman bersama istrinya, selaku imam masjid.

Hewan kurban yang didistribusikan untuk warga Rahak Sano Nggoang dan dusun Wae Lambor Golo Tantong Mbeliling sebelumnya diangkut dengan kendaraan menuju lereng perbukitan di mana akan dilakukan penyembelihan di Masjid Hidayatullah, Rahak. Masjid ini memang dijadikan pusat kegiatan ibadah warga muslim di Poco Golo Kempo Sano Nggoang.

Nurman selaku imam Masjid Hidayatullah, menerima kedatangan tim Tanmia dan menghubungi para warga lain untuk membantu proses penyembelihan hingga selesai.

“Kami jadikan Masjid Hidayatullah sebagai pusat tempat pemotongan dan distribusi daging hewan kurban di Poco Golo Kempo. Hal ini mengingat satu-satunya masjid yang ada sekalipun ala kadarnya ketersediaan fasilitas” jelas Nurman Imam Masjid dirumahnya.

Hewan kurban yang di distribusikan tim Tanmia di Mbeliling dan Sano Nggoang ini adalah milik warga lokal yang notabene juga beternak dalam menyambung mata pencaharian mereka sehari-hari. Hewan di sini diternak liar di alam bebas oleh tuan-nya sehingga pada mulanya kami harus menempuh perjalanan melintasi lereng bukit untuk menjerat menangkapnya. Walhasil kebiasaan warga yang sudah bertahun-tahun berinteraksi dengan hewan ternak liar cukup membuat kami terperanjat.

Namun demikian inilah adanya kebiasaan masyarakat pedalaman flores. “Dengan Qurban untuk muslim minoritas di pedalaman kita dapat membantu memberdayakan warga peternak lokal karena kebutuhan hewan saat musim kurban lumayan tinggi, tapi hewannya skalanya terbatas” tambah Arman yang juga ikut membantu menangkap hewan qurban kami yang lepas.

Distribusi daging kurban untuk warga muslim dhuafa di dusun-dusun pedalaman setidaknya mampu memberikan kebahagiaan hingga secercah do’a terbaik bagi para Shohibul Qurban yang mendermakan niat mulia untuk berkurban untuk saudara seimanya yang berada pelosok negeri, khususnya Pedalaman Pulau Flores NTT. Kebahagiaan akan hewan kurban adalah kebahagiaan yang tak ternilai yang dirasakan masyarakat pedalaman yang hidup dengan berbagai corak kondisi perekonomian. Kurban Anda bahagiakan mereka. Baarakallahu fiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Lebaran Idul Adha 1440 H : Asa Kebahagiaan di Warsawe Pedalaman Mbeliling Flores NTT

Hari Lebaran Idul Adha 1440 tim distribusi Qurban Tanmia Foundation menyambung asa harapan kaum muslimin di pedalaman Warsawe Mbeliling Manggarai Barat. Malam hari raya serasa bermakna karena esok akan merayakan kebahagiaan bersama-sama melaksanakan shalat Ied di Warsawe Mbeliling.

Malam yang gulita menjadi berkesan betapa nyala listrik sangat berarti disini, karena belum terjangkau dengan aliran listrik. Sehingga genset tenaga surya menjadi benda berharga untuk membantu aktivitas dan ibadah terutama bagi kaum muslimin pedalaman Warsawe yang berjumlah 27 KK dari sekian ratusan mayoritas Katolik dan Protestan.

Pagi shubuh nyala listrik dari tenaga surya menerangi Masjid Uswatun Karima satu-satunya masjid di Warsawe. Alhamdulillah kumandang takbir hari raya bersemarak menggema dari bahagia kaum muslimin yang tinggal di pelosok Warsawe. Serasa mengharukan berjumpa tatap muka bersama kaum muslimin yang notabene minoritas dan bertahan tinggal di pedalaman. Lagi-lagi inilah realita kondisi kaum muslimin yang tinggal di pedalaman dan minoritas.

Kali ini Khotib Iedul Adha, Ustadz Ramly yang memang sehari-hari nya menjadi imam Masjid di Warsawe. Berjumpa dengan raut wajah berseri bahagia kala bertemunya serasa saudara yang lama tak bersua. Ada haru dan rasa yang tak pernah tergantikan. Inilah nikmatnya iman yang luar biasa. Terbayang hari-harinya harus ia jalani menjadi da’i demi dakwah yang ia yakini di pedalaman.

“Belajar dari Nabi Ibrahim Alaihissalam yakin bahwa Allah tidak akan menelantarkan umatnya yang berpegang pada ajaran Tauhid Laa Ilaaha Ilallaah sebagaimana yang dialami sang kekasih Allah dan bapaknya para Nabi. Beliaulah teladan dalam pengorbanan, teladan dalam dakwah, teladan dalam keteguhan dan teladan dalam ketaatan hingga sampailah pada Rasulullah Muhammad Saw”, jelas khutbah Ustadz Ramly dalam khutbah di Masjid Uswatun Karima satu-satunya masjid di Warsawe .

Hari raya Idhul Adha adalah momen yang paling tepat untuk mengambil pelajaran berharga dari kisah-kisah ketauhidan, keyakinan akan sebuah prinsip Nabi Ibrahim Alaihissalam.

Dan tentu bersyukurlah para ustadz dan dai yang berdakwah di tengah-tengah metropolitan kota-kota besar. Mereka bisa merasakan hidup di tengah fasilitas yang bisa dijangkau.

Tapi tidaklah demikian dengan para dai yang berdakwah di daerah terpencil hingga pedalaman. Jangankan berpikir rupiah, kendaraan mewah, atau penghargaan, seringkali usap air mata menemani mereka ketika melihat langsung kondisi umat Islam di pedalaman.

Bahkan, nyawa pun siap dipertaruhkan demi tegaknya Islam. Singkat cerita pengalaman Ustadz Ramly yang yang berdakwah di Warsawe Mbeliling Manggarai Barat.

Tim Tanmia Foundation dalam Idul Adha 1440 H ini juga mendistribusikan hewan kurban ke polosok-pelosok desa pedalaman pulau Flores Nusa Tenggara Timur. Salah satunya, distribusi dilakukan di Pulau Flores, tepatnya di desa-desa pedalaman Manggarai Barat dan Sikka Maumere juga kawasan pemukiman muslim dhuafa yang masih berada di pulau-pulau terpencil.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
NTT

Kiprah Ukhuwah Muallaf Indonesia, Mengajar Qur’an di Lereng Merapi Merbabu

Ukhuwah Muallaf Indonesia atau disingkat UMI adalah komunitas yang berdiri atas prakarsa Ibu
Desmauli Simbolon yang berpusat di Magelang Jawa Tengah.
Desmauli Simbolon atau lebih dikenal dengan Ibu Ully adalah salah satu potret muallaf yang kini berprofesi sebagai guru ngaji untuk para lansia di lereng Merapi Merbabu.

Perjalananya bertahun-tahun sejak usia belianya sebagai seorang misionaris gereja akhirnya berbalik arah menjadi seorang muallaf atas ijin Allah. Niat keinginanya untuk masuk islam terdetik ketika hidayah menghampirinya yang ketika itu sedang melakukan misi penginjilan di sebuah wilayah di pulau Jawa. Namun tanpa disangka dirinya semakin menyakini bahwa orang islam menyakini pepatah “Allah Mboten Sare” ( Allah Tidak Pernah Tidur ) Dialah Allah sang Maha Hidup yang terus menerus mengurus makhluk-Nya, yang tak lupa dan tak pernah mengantuk dan tak pernah tidur.

Hingga akhirnya tergerak hatinya untuk memutuskan memeluk islam pada tahun 2015. Tidak berhenti disitu saja, setelah masuk Islam justru ia makin rajin untuk mempelajari islam hingga ia merasa prihatin dengan kondisi kaum muslimin yang mayoritas orang tua belum bisa membaca Alquran dan itu berada di sekitar pedesaan pelosok di lingkunganya.
Pada perjalananya, dakwah UMI berawal dari Paguyuban Muallaf Magelang ( PMM ) yang juga concern dalam pembinaan muallaf dalam setiap kegiatannya.

“Ukhuwah Muallaf Indonesia atau lebih dikenal dengan UMI memiliki visi agar terbentuknya muallaf dan muslim yang kuat sejak lahir, mandiri lahir dan batin, sehingga terwujud masyarakat Islam yang Kaffah”, jelas Ully usai mengajar para orang tua di Merapi Sari Lereng Merbabu.

UMI juga sebagai wadah untuk merangkul dan membina para mualaf agar terwujud muallaf yang kaffah, istiqomah dan sejahtera sehingga dengan terbentuknya pribadi muallaf yang mandiri dan muslim yang bertaqwa dapat mewujudkan program aksi bina muallaf mandiri dan bertaqwa yg bisa dilaksanakan secara bersinergi dengan berbagai pihak umat islam yg peduli dan punya keterkaitan dengan Pembinaan Mualaf.
Dalam jadwal kegiatanya UMI tak hanya sekali atau dua kali dalam sepekan. Ada sekitar 12 lokasi yang harus mereka datangi, sehingga harus dijadwal hampir setiap hari dalam sepekan. Bahkan, dalam sehari kadang mereka harus mengajar di dua lokasi. Lokasinya pun berjauhan dengan medan jalan yang cukup menantang.

“Kehadiran UMI diharapkan mampu menjadi wadah para muallaf yang bisa saling komunikasi dan menguatkan hati satu sama lain sehingga semakin mantaplah rasa iman mereka didalam Islam”, jelas Muhyiddin ( 65 tahun ) warga dusun Cuntel Merbabu kepada Tanmia Foundation saat ditemui di lokasi.

Ali Azmi
Yogyakarta

Gigihnya Belajar Qur’an Para Lansia Muallaf di Lereng Merapi Merbabu

Perjalanan silaturahim team Tanmia Jakarta ke warga muslim muallaf dusun Cuntel Kopeng harus menempuh jarak 60 KM dari kota Yogyakarta. Dusun terakhir ini berada di lereng pendakian Merbabu yang pada kesempatan ini menuju lokasi bersama tim rombongan Ukhuwah Muallaf Indonesia ( UMI ) pimpinan Ibu Dosmauli Simbolon, mantan pendeta yang akhirnya menjadi muallaf.

Berikut ini menyimak kisah para lansia muallaf yang masih gigih untuk belajar Alquran.

Dinomo. 79 tahun, memulai belajar Iqra’ setahun ini di Masjid Baiturrahman dusun Cuntel Desa Kopeng Kabupaten Semarang. Keinginan untuk bisa membaca Al-Qur’an pada usianya yang sudah lanjut sungguh menakjubkan. Cita-citanya untuk bisa mengkhatamkan Qur’an memang tidaklah mudah dan instan, berbagai hal harus dilaluinya dengan kesabaran dan juga pengorbanannya yang tidaklah ringan.

Motivasi yang kuat mendorong Kakek Dinomo sampai sekarang ini masih gigih belajar Al-Qur’an. Sebenarnya diumur yang sudah lanjut keinginan saya untuk bisa membaca Al-Qur’an tetap masih ada. Sudah lama menunggu-nunggu tapi terkendala banyak hal, disamping belum ada guru yang siap menjadi pengajar juga faktor fisiknya yang makin membungkuk menjadi kendala tersendiri yang dihadapinya.

“Jejak masalalu pernah bertahun-tahun menjadi ketua gereja Pantekosta dan gereja Bethel di wilayah Cuntel, Alhamdulillah atas ijin Allah akhirnya tergerak untuk memeluk islam menjadi muallaf akhirnya”, jelas sang kakek dengan senyum polosnya usai belajar membaca iqra.

Keinginanya untuk belajar Alquran terus membara padahal fisiknya makin menua. Usia bukan lagi menjadi halangan dirinya untuk tidak memulai belajar, hingga kondisi keadaan tidak membuatnya menyerah begitu saja.Berikut singkat kisah bagaimana awal perjalanan Mbah Dinomo belajar membaca Qur’an ?

Saya mulai belajar ketika awalnya Ibu Ully bersama tim Ukhwah Muallaf Indonesia datang meluangkan waktu setiap Jumat sore mengajar kami. Ketika itu tahunya mengaji sebatas ikut menghadiri ceramah di pengajian itupun jarang sekali. Belum tentu setiap bulan itu ada.

Seiring waktu kehadiran rutin para pengajar UMI lambat laun terdorong semangat untuk belajar bersama para lansia yang lain. Dari sinilah, saya dan para lansia yang lain memulai belajar Al-Qur’an, setiap Jum’at sore berlatih dengan Iqra’.

Bagaimana langkah yang kakek gunakan untuk bisa belajar ?

Setiap hari, setelah belajar hari Jum’at bersama tim UMI kami membukanya lagi dirumah dan mengulanginya lagi baris demi baris hingga satu halaman. Keesokan harinya, sebelum berangkat ke ladang mengulangi ayat-ayat tersebut. Tak cukup itu saja, saya pun sering bertanya pada imam atau tetangga muslim yang sudah bisa.

Tim UMI memang menetapkan jadwal setiap hari Jum’at sore khusus untuk mengajar warga lansia di dusun Cuntel Kopeng dan Merapi Sari. Sehingga apa yang sudah diajarkan akan kembali diulanginya lagi selama satu pekan.

Demikian seterusnya, para warga yang mayoritas lansia selalu berlatih belajar membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan Iqra’ tersebut. Jadwal kegiatan ini sudah berjalan selama tiga tahun hingga sekarang.

Mbah Tilah, Dusun Merapi Sari ( 96 tahun ) Selain kakek Dinomo tak mau ketinggalan ada Mbah Tilah ( 96 tahun ) asal dusun Merapi Sari Ngablak lereng Merbabu Magelang juga masih sabar belajar membaca Iqra’ demi keinginanya bisa membaca Qur’an. Keseharian nenek juga masih seperti biasanya beraktivitas berkebun sayur dan mencari rumput untuk ternaknya padahal usianya sudah cukup lanjut. Kini Mbah Tilah tengah belajar sampai Iqra’ jilid II kendati usianya terbilang sangat lanjut ia masih tetap berkeinginan belajar tanpa malu, bahkan cucu cicitnya terkadang yang menuntunya ketika belajar.

Awalnya mustahil bisa ikut belajar karena usia tetangga-tetangganya yang jauh lebih muda darinya. Tapi justru mereka malah berbalik menyemangati Mbah Tilah untuk tetap membulatkan tekad pantang menyerah sekalipun usianya sangat berpengaruh pada daya ingatnya yang semakin melemah. Tetapi ketika mereka melihat kebulatan tekadnya, akhirnya mereka pun tersulut untuk tak mau kalah untuk terus giat belajar dan sedikit demi sedikit hafalannya pun mulai bertambah.

“Ketika Mbah Tilah mulai beranjak bisa perlahan para lansia yang lain pun merasa takjub sangat bahagia bahkan tak sesekali air mata menetes di pipi mereka karena rasa bersyukurnya”, jelas Siti yang juga ikut belajar bersama-sama Mbah Tilah.

Selain belajar rutin Iqra setiap sekali sepekan, terkadang juga diisi dengan acara mabit dan pemberian santunan kepada warga yang kurang mampu.

Ali Azmi
Yogyakarta

Tebar Qurban untuk masyarakat Muslim Pedalaman NTT dan Nias

Mengingat sudah dekatnya hari raya Idul Adha 1440 H, maka kami dari Yayasan Islam Attanmia mengajak Bapak dan Ibu untuk ikut berpartisipasi dalam Ibadah Qurban yang kami selenggarakan dan akan di sebar ke wilayah pelosok yang dihuni minoritas muslim seperti Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Pulau Nias untuk membantu mereka, memberi perhatian serta bagian dari syiar – syiar agama islam untuk menebar rahmat dan manfaat bagi kaum muslimin, in syaa Allah program tebar Qurban ini sangat bermanfaat dan tepat sasaran karena wilayah – wilayah tersebut sudah pernah kami datangi dan kami adakan kegiatan dakwah dan sosial di sana.

Dari pengalaman tahun lalu alhamdulillah sambutan masyarakat sangat baik dan partisipasi masyarakat dalam program ini juga sangat baik, hewan Qurban juga kami kirim ke pulau – pulau dengan menggunakan perahu yang dihuni oleh masyarakat muslim di wilayah NTT, beberbekal dengan pengalaman tahun lalu kami berencana untuk mengadakannya kembali pada tahun ini, mudah – mudahan Allah memberikan taufiq, kemudahan dan keberkahan dalam kegiatan mulia ini.

Dengan demikian kami mengajak bapak dan ibu untuk kembali ikut berpartisipasi dalam program ini, untuk rincian harga hewannya adalah sebagai berikut:

🐏 Kambing type A Rp 2.500.000,-

🐏 Kambing type B Rp 3.500.000,-

🐂 Patungan Sapi Rp 3.000.000,-

Atas partisipasi dan perhatiannya kami sampikan Jazakumullah khairan, barakallahu fiekum.

Bukhari Abdul Muid

Ketua Yayasan

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

Potret Pembuat Arang Kayu di Dusun Muallaf Sonyo Jatimulyo Kulon Progo

Perjalanan ke kampung muallaf Sonyo Kulon Progo tak luput dari pemandangan aktivitas sehari-hari mata pencaharian masyarakat, salah satunya pembuat arang kayu dan buruh pengakut batu. Memang sebagian besar warga adalah sebagai pekerja lepas dan buruh serabutan kalau pun bertani hanya sebagian saja yang memiliki lahan.

Perkembangan zaman terus berjalan namun bukan berarti produksi pembuatan arang secara tradisional itu lenyap seketika. Di Dusun Sonyo Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo masih bisa dijumpai sedikit warga yang memproduksi arang secara tradisional di pekarangan rumahnya.

Sebutlah Mbok Ijah saat ini, nenek yang boleh dibilang cukup tua asal Sonyo Jatimulyo ini sehari-harinya mengumpulkan ranting dan batang kayu untuk dibakar dijadikan arang kayu. Sampai saat ini arang kayu masih digunakan digunakan masyarakat sebagai bahan bakar untuk berbagai keperluan.

Semak belukar pegunungan Menoreh yang terjal bukan menjadi halangan bagi si nenek yang usianya telah lanjut untuk sabar menapaki jalanan lereng perbukitan demi mengumpulkan ranting demi ranting tiap harinya. Asa menyambung kehidupan bukan hal mudah karena jalanan bukit berbatu sudah digelutinya bertahun-tahun.

Proses pembuatan arang yang dilakukannya terbilang sederhana dan sangat tradisional. Dengan kayu-kayu ranting-ranting mentah disusun sedemikian rupa dan berjarak rapat membentuk semacam bentuk balok persegi lalu dibawahnya diberi celah sebagai tungku pembakaran tempat api berkobar. Waktu pembakaran pun cukup panjang dan mengharuskan api tetap menyala tanpa jeda.

Bila musim kemarau tiba menjadi kesempatan untuk membuat arang sebanyak-banyaknya karena bila musim hujan tiba, pekerjaannya terganggu karena kayu cenderung basah dan menyulitkan proses pembakaran.

“Kalo musim kering dua hari sudah jadi tapi kalau musim hujan jadi lebih susah, prosesnya semakin lama. Rata-rata bikinnya dua hari tapi kalau hujan sering turun ya mungkin bisa lebih lama,” kata Mbok Ijah.

Kayu yang sering digunakannya sebagai bahan pembuatan arang adalah jenis-jenis kayu keras seperti ranting jati, mahoni dan sonokeling. Kayu keras macam itu akan menghasilkan arang yang awet dipakai dan bara nyala apinya cukup bagus. Dalam sekali pembuatan biasanya dibutuhkan sekubik kayu dan menghasilkan hingga 5-6 karung besar arang. Kayu bisa diperoleh dengan mencari dahan ranting-ranting yang jatuh namun sekarang seringnya harus membeli dikebun warga dengan beraneka variasi harga. Harga arang hanya mencapai Rp.50 ribu per karung yang biasanya dibawa ke para pengepul di wilayah Wates.

“Sebulan dua kali saja bisa membawa arang ke pasar. Biasanya dijual lagi ke pedagang-pedagang yang membutuhkan arang,” ujar Mbok Ijah.

Mbok Ijah adalah salah satu potret warga Sonyo sebagai pembuat arang tradisional di Jatimulyo. Masih banyak warga muallaf Sonyo lainya dan tetangganya yang menekuni pekerjaan yang berbeda. Usianya yang sudah berumur menitipkan pesan bahwa bekerja keras dan perjuangannya tak pernah surut sekalipun membuat arang sudah semakin susah dan arang jarang dipakai karena tergusur oleh jenis bahan bakar minyak maupun gas. Baginya, membuat arang sudah seperti urat nadi yang terus menyambung keperluan hidupnya dan mengasapi dapur rumahnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Tanmia Foundation survey wilayah distribusi hewan Qurban di Desa Giyombong, Purworejo

Desa ini berada di ujung paling utara Purworejo dan merupakan desa tertinggi yang ada di Purworejo. Desa Giyombong namanya, merupakan desa yang berada di Kecamatan Bruno tepatnya di lereng Gunung Lanang dan berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Wonosobo.

Butuh waktu sekitar dua jam dari Purworejo Kota untuk mencapai desa tersebut, bisa melalui jalur Maron maupun Brunorejo. Masyarakat Desa Giyombong selama ini mengandalkan ekonomi dari hasil berkebun panen umbi-umbian, ketela pohon dan beternak. Keadaan masyarakat pun beragam pencaharianya namun beberapa orang dusun yang kami temui di dusun Mentasari dan Sidorejo tidak selamanya setiap Idul adha menyelenggarakan kurban.

Giyombong terdiri dari enam pedukuhan, Mentasari, Sidorejo, Kaligede, Giyombong Lor, Giyombong Kidul dan Rejosari.

“Setiap tiba hari Raya Idul Adha sama seperti tahun sebelumnya, apalagi tahun ini, kurban di dusun Sidorejo belum ada,” kata Yamin masyarakat setempat yang berbincang dengan pihak Tanmia, Sabtu (13/7/2019).

Selain Lemahnya kesadaran dan kondisi ekonomi warga dinilai sebagai salah satu latar belakang belum adanya kurban di dukuh Sidorejo Giyombong tersebut. Beberapa puluhan rumah-rumah warga juga dibangun pihak aparat TNI melalui program TMMD ( TNI Manunggal Masuk Desa ) beberapa tahun lalu.

Tahun ini mudahan masyarakat Sidorejo bisa bersuka cita dengan adanya bantuan hewan kurban yang dikumpulkan dari sejumlah donatur kepada masyarakat Dusun Sidorejo Giyombong dan menggugah dari berbagai kalangan untuk dapat memajukan suasana keislaman di daerah tersebut.

“Memang Giyombong Sidorejo dan Mentasari memang jarang pernah ada pemotongan hewan kurban. Meskipun dari sisi ekonomi ada sebagian mereka mampu untuk mulai berkurban, namun kesadaran berkurban belumlah terbangun,” ujar Heri warga Mentasari yang sehari-hari piket bekerja di puncak Kayangan Sigendol , Giyombong Lor.

“Semoga dengan datangnya hari Raya Idhul Adha yang sebentar lagi tiba beberapa jamaah masjid khususnya masyarakat di Giyombong tergugah kesadarannya untuk berkurban,” ujar Ali dari Tanmia Foundation yang menemui beberapa warga di Sidorejo dan Mentasari.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Jawa Tengah

Tanmia Kunjungi Daerah Pelosok Kulon Progo, Jamaahnya Antusias Tapi Mubalignya Kurang

Syi’ar dakwah laju keislaman hari ini tidak sesempit antara mimbar ke mimbar saja. Era digitalisasi dalam revolusi industri 4.0 mengharuskan syiar dakwah kini dilakukan dengan beragam cara dan metode seperti saat ini misalnya, dengan mengandalkan luasnya jaringan internet yang kuat agar dakwah dilakukan via jaringan dunia maya dan media sosial.

Namun faktanya tidak seideal begitu, belum semua daerah terjangkau dengan jaringan internet, sehingga metode lama juga tetap perlu dilakukan dalam pembinaan jamaah di masjid-masjid, wabilkhusus lagi di daerah terpencil.

Kegiatan dakwah yang luar biasa mulianya mengharuskan totalitas keikhlasan dengan diiringi samudera kesabaran pengorbanan karena sejatinya dakwah memang tak memandang tempat dan situasi sosial, di Dusun Sonyo pelosok desa Jatimulyo Girimulyo Kulon Progo ini misalnya, potensi jamaah muallaf dan antusias semangat masyarakat dalam kegiatan pengajian dan amal kebaikan lainnya sangatlah besar, namun hal itu tidak berbanding lurus dengan kuantitas mubalig dan akses pendukung dakwah lainnya di daerah tersebut.

Ketua Kordinator Da’i BaitulMaqdis Kulon Progo, Bapak Haryono, mengungkapkan berdakwah di Sonyo Jatimulyo ini penuh dengan tantangan karena akses jalannya terjal dengan penurunan yang sangat membahayakan nyawa. Selain itu juga mubalig yang siap turun lapangan ke daerah ini masih kurang.

Manyambung Haryono, da’i rutin pembina lain ialah Ust Rosyidi yang sehari-hari mengajar majelis taklim di beberapa pedukuhan Jatimulyo mengungkapkan masih minimnya dukungan operasional dakwah sehingga masih harus benar-benar survive untuk tetap bertahan padahal semangat bermajelis taklim para muallaf yang mayoritas dari agama Buddha itu terus berkembang dari waktu ke waktu.

“Apapun tantangannya, kita harus ikhlas dan karena ridha Allah-lah yang kita inginkan,” pungkasnya usai mengajar TPQ di Masjid Arrahman.
Jatimulyo adalah desa terluas diujung barat Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Kaligesing Purworejo yang didalamnya terdapat Dusun Sonyo dan Dusun Branti Gunung Kelir berada. Kegiatan sosial dan toleransi cukup baik selama ini sekalipun dihuni mayoritas muallaf yang semulanya menganut buddha. Kegiatan rutin akhir pekanan masih berjalan sampai saat ini antara lain kajian Ahad Shubuh, majelis taklim keliling rumah dan TPQ untuk anak-anak dan remaja.

Pembinaan berbasis Al-Qur’an itu semua dimaksudkan agar menguatkan keislaman mereka dalam kehidupan sehari-hari berhubung masih banyak kerabat berlainan agama dalam satu keluarga, kendati demikian antusiasme jamaah pun tetap menghargai baik akan hal tersebut.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Kulon Progo Jogyakarta

Lantunan Al Quran Semakin Menggema di Pesantren Al Itqan

Ketika Nabi Adam Alaihi Salam diturunkan Allah ke Bumi, kali pertama Adam merasakan hidup di bumi ia menangis, suasana tenang dan bahagia di surga tidak lagi ia rasakan dì Bumi, yang paling berat bagi Nabi Adam adalah ketika ia tidak lagi mendengarkan indahnya Dzikir para Malaikat yang bertahmid, bertasbih dan memuji Allah setiap waktu, ternyata suasana ini yang selalu dirindukan oleh beliau saat mengenang hidup di dalam surga.

Suasana indah ini sekarang semakin menawan hati ketika datang ke Pesantren Al Itqan, Jatirangga, Bekasi yang sedang kita asuh, begitu memasuki area gerbang Pesantren sudah terdebgar lantunan indah ayat – ayat suci Al Quran menggema di dalam pesantren, mulai dari Mushalla, ruang kelas dan begitu pula ruang asrma santri, mereka yang sedang khusyu’ membaca Kalam Ilahy itu untuk menghafalnya sebagai bekal hidup di Akhirat dan pula bekal mereka sebagai Dai yang harus siap mengabdikan ilmunya di dalam dakwah di kemudian hari nanti keteka mereka telah menyelesaikan pendidikan mereka di pesantren ini.

Semoga Allah memberikan kemudahan, keberkahan serta keikhlasan kepada mereka untuk mempelajari Al Quran dan Ilmu syari, sehingga cita – cita mereka sebagai ahli Quran bisa tercapai sekaligus terciptanya secara berkesinambungan amal jariyah dari para donatur dan dewan guru yang membina dan mendidik mereka.

Gema tilawah Al Qur’an itu semakin mantab ketika datang santri baru yang berjumlah 28 orang dari berbagai wilayah di tanah air, perjuagan mereka hingga sampai di pesantren pun berbeda – beda, 9 orang NTT, 2 orang dari Nias, 2 orang dari Kalimantan, 2 dari Aceh, dari sulawesi, Bima, Lombok, Pulau Jawa, dll, santri yang dari Pulau Nias baru masuk islam ketika sampai pesantren, ia anak Yatim yang beruasaha menuntut ilmu syari di pesantren, kebanyakan santri baru ini adalah yatim dan dhuafa, sehingga mereka membutuhkan sokongan dana untuk bisa menuntut ilmu di perantauan ini.

Dengan demikian kami kembali membuka peluang bagi bapak dan ibu di mana pun berada untuk menjadi orang tua asuh santri tahfizh kami dengan cara menjadi donatur untuk biaya pendidikan mereka selama di pesantren, besar harapan kami bapak dan ibu dapat berpartisipasi dalam program beasiswa pendidikan ini, semoga Allah menerima amal shaleh kita dan menjadikan ini sebagai amal jariyah bagi kita semua, atas partisipasinya kami sampaikan, Jazakumullah khairan.

Bukhari Abdul Muid Lc
Ketua Yayasan

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

 

Wakaf Tunai Pembangunan Pesantren Tahfizh Al Itqan Lantai 2 Jatirangga – Bekasi

Pada bulan yang penuh berkah, ampunan dan rahmat Allah ini kami pengurus Yayasan Islam Attanmia mengajak bapak, ibu, saudara, saudari seiman dimana pun berada untuk sama – sama berpartisipasi dalam amal jariyah wakaf tunai pembangunan pesantren kami yang kami beri nama Al Itqan.

⚠ Pesantren ini didirikan untuk mengkader Dai dan Hafizh yang siap untuk menyampaikan ilmu yang telah dimilikinya di berbagai wilayah di tanah air, mengingat kebutuhan Dai, guru Al Quran, imam masjid dan mushalla, masih sangat tinggi maka kami berusaha untuk fokus dalam bidang kaderisasi ini, agar kebutuhan ummat kepada para guru dan imam lambat laun dapat terwujud meskipun pelan – pelan sesuai dengan kemampuan kami.

🥇 Tugas mulia ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa ada bantuan, sokongan dan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat muslim dimanapun mereka berada.

🧰 Dengan demikian kami mengajak bapak, ibu, saudara dan saudariku untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, bersama meraih keberkahan amal jariyah pahalanya mengalir hingga ke akhir masa.

✅ Atas perhatian dan partisipasinya kami sampaikan Jazakumullah khairan, Barakallahu fiekum.

🗳 Informasi
🌐 www.tanmia.or.id
📮 info@tanmia.or.id
📞 085215100250
💰 Bank Syariah Mandiri
7117833447
YAYASAN ISLAM ATTANMIA

Ketua Yayasan Attanmia
Bukhari Abdul Muid

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
NB.
Mohon bantu share kepada teman, saudara, group, agar semakin banyak yang dapat ikut, raih pula pahala jariyah mengajak orang lain untuk kebaikan, Jazakumullah Khairan.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!