Perjuangan Anak-anak Sekolah di Pedalaman Ujung Kulon Menempuh Sekolah Idaman
Sejenak menelisik perjuangan yang ditempuh oleh anak-anak sekolah di perkampungan Rancecet Ranca Pinang Ujung Kulon serasa menggugah nurani untuk mengetuk rasa peduli.
Tak sedikit anak-anak di sana banyak yang terpaksa putus sekolah karena pelbagai alasan, dari soal akses hingga biaya. Banyak dari mereka memutuskan bekerja membantu berkebun orang tua di ladang ataupun di sawah. Padahal, usia mereka selayaknya masih di bangku sekolah. Mendapatkan pendidikan yang layak sangat lah berat, karena akses untuk menuju sekolah sangat sulit di lalui oleh kendaraan, hanya dengan cara berjalan kaki mereka menuju ke sekolah dengan melalui jalanan yang berlumpur.
Semua itu ternyata tidak menghalangi mereka untuk mendapatkan ilmu, berangkat subuh pulang sore dengan membawa perbekalan nasi yang terselip di tas ranselnya sudah tidak menjadi persoalan bagi mereka yang penting masih bisa merasakan menuntut ilmu di sekolah dan mendapatkan bekal ilmu pengetahuan untuk asa cita harapan masa depan mereka layaknya anak-anak yang tinggal di perkotaan. Kondisi serba ala kadarnya sederhana tak mengurangi kegigihan dalam menuntut ilmu, dengan raut wajah yang ceria gembira selalu menghiasi suasana ketika sampai disekolah bertemu dengan guru teman-temannya.
Relawan Tanmia Foundation mencoba berbagi cerita bercengkerama dengan dua orang siswa Madrasah Ibtidaiyah Al Huda, bernama Eji Maulana dan Suher yang sekarang duduk di bangku kelas 6 dan kelas 5, setiap hari harus berangkat sekolah jam 6 pagi-pagi buta selepas subuh supaya sampai sekolah tepat waktu dengan jadwal masuk, mereka bercerita keluh kesahnya selama menempuh perjalanan menuju sekolah.
“Kebiasaan sejak awal masuk sekolah setiap datangnya musim hujan tiba, sepatu di tenteng ditangan dan baju seragam sekolah di masukan ke dalam tas karena jalanan menuju sekolah penuh lumpur dan tidak ada tempat berteduh”, ungkap Eji yang akrab disapa kawan sebangkunya di sekolah.
kebiasaan mereka sudah menjadi kebiasaan setiap hari karena ada kekhawatiran sepatu dan baju seragam kotor selama menempuh perjalanan yang berlumpur, ketika mereka sudah sampai ke sekolah barulah mereka memakai baju seragam dan sepatu, begitu pula sepulangnya sekolah.
Baru sepekan ini relawan Tanmia Foundation berkunjung ke wilayah ini tak lain ialah menyapa dengan kepedulian dalam hal pendidikan. Ada kalanya relawan seperti kami datang meski tidak hanya untuk mengajar, tapi mencoba berbagi empati dengan kemampuan yang ada dan mengabarkan akan informasi keberadaan adanya sekolah yang masih eksis ditengah keterbatasan pedalaman”, tutur Azmi relawan Tanmia dilokasi.
Walhasil, ternyata mereka sedang membutuhkan donasi untuk membantu perlengkapan sekolah murid-murid peserta didiknya dan membangun ruang belajar yang layak. Para orang tua dan guru yang selalu memberi motivasi kepada anak anaknya terus didengungkan agar mereka tidak patah semangat, namun dikalangan para orang tua terkadang ada kekhawatiran terhadap anak anaknya dikala musim penghujan datang, basah kuyup sudah menjadi langganan mereka walau memakai payung, ada juga orang tua yang sengaja menunggu anaknya di di perjalanan karena ada kekhawatiran terhadap anak anaknya, namun semua itu tidak menjadi halangan bagi mereka untuk menyekolahkan anak anaknya.
Setelah dibangunkan ruang belajar dengan tiga ruang kelas dengan ukuran satu ruang yang berukuran panjang 3 meter dan lebar 4 meter persegi alhamdulilah bisa sedikit membantu meringankan anak anak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-huda yang berlokasi di kp Erjeruk desa Rancapinang kec Cimanggu kab Pandeglang Banten. Walaupun keadaan sekolah masih jauh dari kata layak, akan tetapi sedikit mengurangi kekhawatiran para orang tua.
Kebutuhan gedung sekolah, meja dan kursi sebanyak 40 unit menjadi kebutuhan yang sangat mendasar untuk tercapainya proses belajar mengajar yang nyaman.
“Banyak yang memilih putus sekolah karena memang kondisi sekolahnya begini ala kadarnya. Nah yang tersisa saja kami jaga biar tetap lanjut bersekolah. Saat ini kami sudah mulai membangun kelas baru 3 x 4 m yang sedikit layak buat mereka,” kata seorang pengajar, Ustadz Fatoni.
Kegiatan Tanmia Foundation dalam hal ini turut berbagi dan mengabarkan kondisi yang ada di lapangan. Berbagi empati membangun kepedulian untuk mengetuk uluran tangan para dermawan untuk turut membantu meringankan pendidikan bagi anak-anak didik di pedalaman layaknya mereka yang berada di perkotaan.
Relawan memang sesekali datang tanpa sepeser pun pamrih, meski harus berkendara atau berjalan kaki hingga puluhan kilometer untuk bertemu anak-anak tapi ironisnya belum membuka wacana pihak lain sekelas pemerintah untuk hadir memberikan perhatian. Inilah saatnya kita berperan dengan do’a dan tindakan nyata. Berbagi kebaikan itu membahagiakan.
Ali Azmi
Relawan Tanmia
Ujung Kolon