Tanmia Tebar Al Quran untuk Korban Gempa di Pedalaman Dusun Geripak dan Sempeni Lombok

Suasana rinai gerimis mulai reda jelang malam yang perlahan tertutup gelap. Inilah suasana perjalanan di ujung kampung perbukitan Desa Mekar Sari Lombok Barat ( 9/1/2019). Misi mulia kali ini adalah masih dalam serangkaian distribusi wakaf Qur’an pasca gempa Lombok. Menurut surat edaran Gubernur Nusa Tenggara Barat bahwasanya masa tanggap recovery bencana Lombok akan berakhir sampai Februari 2019 ini, namun realitanya masih jauh panggang dari api realisasinya menurut informasi yang didapati di lapangan bencana.

Meski kondisi demikian Tanmia Foundation berikhtiar untuk terus memberikan peran dan sumbangsih dengan apa yang bisa dilakukan sampai saat ini.

Tujuan lokasi distribusi wakaf al-qur’an ialah berada di dusun Geripak Desa Glangsar dan Dusun Sempeni Desa Mekar Sari. Kedua daerah ini berada di Kecamatan Gunung Sari Lombok Barat dengan lokasinya yang cukup tinggi dan terpencil. Hanya ada akses jalan setapak yang bisa dilalui kendaraan roda dua untuk menembus daerah ini. Jalannya pun hanya dicor beton sebagian ditambah lagi sempit dan harus saling mengalah berhenti bila berpapasan.

Walhasil mobil bantuan dan relawan harus berhenti setelah penghabisan batas ujung jalan beraspal, lalu masih berlanjut naik melewati jalanan tanah terjal, berliku, disisi kiri jalan jurang yang dalam.

Sebanyak 200 paket wakaf Al Qur’an dan Iqra’ dari Tanmia Foundation didistribusikan langsung ke santri TPQ dan para warga jama’ah yang memakmurkan masjid Nurul Jibal. Kendati mendiami daerah pedalaman di dataran tinggi perbukitan dusun ini juga tak luput dari goncangan gempa yang juga nyaris meluluh lantahkan sebagian besar rumah warga. Karena akses sulit inilah sehingga bantuan tidak banyak masuk ke wilayah ini, kecuali mendapati warga setempat untuk bisa sampai ke wilayah ini.

Sesampainya diatas, terlihat banyak rumah yang roboh. Mungkin karena posisi diatas perbukitan yang cukup miring. Atau mungkin juga karena konstruksi bangunan rumah yang sederhana.

“Ada 130-an KK beserta puluhan anak-anak usia sekolah yang tinggal tersebar mendiami rumah-rumah yang dikelilingi semak ditengah hutan perbukitan terjal”, tutur Usman Halim salah warga yang sudah puluhan tahun menjadi pengurus Masjid Nurul Jibal yang menerima rombongan kami.

Alhamdulillaah, akhirnya tibalah kami usai adzan waktu maghrib berkumandang dan shalat berjama’ah bersama warga setempat. Ungkapan syukur Alhamdulillaah terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan bantuan dan wakaf atas sebagian rizkinya untuk para korban gempa di Lombok. Seberapapun itu, sangat bermanfaat dan membawa raut senyum kebahagiaan bagi warga disini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan dan keberkahan yang berlipat. Aamiin Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lombok, NTB

2019 Tanmia Tetap Optimis Di Tengah Sisa-Sisa Kelelahan Ujian Bencana

Detik-detik penghujung tahun baru saja lewat. Kepedulian kita kembali diuji dan Kepekaan kita diasah lagi dengan adanya musibah tanah longsor yang menimpa saudara-saudara kita di Sukabumi. Gempa beruntun masih mengguncang Lombok. Tsunami dan Likuifaksi menenggelamkan Palu-Sigi-Donggala. Selat Sunda masih siaga setelah luluh lantak diterjang tsunami belum lama ini.

Musim hujan sudah turun tapi kondisi pengungsian di Donggala masih belum banyak berubah dan tidak sedikit huntara yang terendam banjir padahal belum dioperasikan. Baru-baru ini juga banjir bandang di Aceh Tenggara seolah tak memberi jeda kita untuk istirahat. Hingga akhirnya, berjatuhan korban pasca bencana. Ada yang meninggal dunia, ada yang luka-luka dan ada pula yang sampai saat ini masih terpisah dari keluarga.

Kerusakan bangunan, jalan dan pemukiman tidak bisa dielakkan. Belum lagi, trauma bencana masih menjadi yang menjadi momok yang menakutkan. Sekali lagi, kepedulian kita diuji. Kepekaan kita diasah lagi. Panggilan iman dalam jiwa kemanusiaan haruslah terus melambung tinggi memecah setiap pekikan terompet, dan letusan kembang api yang tinggi.

Harta materi seolah dibuang begitu saja tanpa arti lagi untuk pesta pora. Belum lagi padat sesaknya panggung biduan di pusat jalan-jalan ibukota dengan kendaraan roda empat dan roda dua inilah realita yang sangat ironis menyisakan keprihatinan.

Kondisi yang terus menyesakan dada menambah sederetan panjang luka nafas kemanusiaan ditengah musibah yang silih berganti.

Tanpa pamrih di awal tahun 2019 Tanmia Foundation masih berusaha memperbaiki semangat baru untuk terus membangun ummat dengan ikhtiar terbaik di tengah sisa kelelahan yang ada, ditengah sisa kehangatan akan tetesan musim hujan yang terus mengguyur deras dalam suasana kedinginan. Tantangan selalu hadir dalam setiap kebaikan tapi niat baik untuk terus berbuat atas dasar keimanan dan panggilan jiwa kemanusiaan harus tetap kokoh menebalkan iman keyakinan dan menumbuhkan harapan optimisme di dada.

Awal tahun 2019 jelang sepekan beriringan dengan 100 hari pasca bencana gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah Tanmia Foundation mendistribusikan logistik dan tandon air untuk pengungsi terdampak yang berada di Palu-Sigi-Donggala.

Selain itu sumur-sumur wakaf juga telah beroperasi di beberapa titik pengungsian sebagai sumber penyambung kehidupan para pengungsi.
“Alhamdulillaah distribusi logistik dan tandon penpung air dapat menyambung harapan dan menambah semangat kami untuk bangkit ditengah ketidakpastian suasana pasca bencana”, ungkap Taufik Abdullah salah seorang warga Lumbumpetigo Wani Tanantovea Donggala.

Empati kita terus digugah untuk tetap berbagi meringankan derita saudara seiman kita yang masih bersedih dirundung duka. Adakah dosa yang belum berhenti dengan taubat nasuha ? Atau inikah ujian untuk menguji keteguhan iman kita ?
Satu kata untuk kita terus bergerak dan berfikir demi menolong sesama atas keimanan dan kemanusiaan kendati awal tahun tiba ditengah hiruk pikuk, hingar bingar riuh gegap gempita datangnya tahun baru bergelora di penjuru Indonesia bahkan seantero dunia.

Hidup kita itu sebaiknya ibarat “bulan & matahari”—dilihat orang atau tidak, ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi.

Diterimakasihi atau tidak, ia tetap “berbagi”. Mari tetap berbagi dalam kebaikan kawan. Barakallahufiekum.

Relawan Tanmia
Ali Azmi

Masa Recovery Gempa Lombok : Tanmia Foundation Masih Distribusikan Al-Qur’an di Lombok Utara

Jelang tutup tahun 2018 bencana menyapa seolah giliran datang silih berganti. Lombok saja belum berlalu, Palu Donggala pun datang menghentak dada tiba-tiba. Kini pilu menjadi-jadi dengan tsunami datang menerjang Banten dan Lampung di wilayah Selat Sunda.

Alam merasa berkuasa karena kehendak Allah sang Maha Kuasa. Ujian dan teguran yang bertubi-tubi untuk orang beriman adalah kepastian bahwa dunia adalah ladang ujian dan mengumpulkan perbekalan untuk hari akhirat masa depan.

Tanmia Foundation masih bertahan dalam proses recovery gempa Lombok dengan program pendistribusian wakaf Iqra’ dan Al-Qur’an.

Kali ini distribusi Wakaf Qur’an ditujukan untuk masjid-masjid dan TPQ dengan menyisir wilayah-wilayah yang terkena dampak langsung gempa. Wilayah yang menjadi prioritas terutama di Kecamatan Bayan sebanyak 9 desa dan Kecamatan Kayangan sebanyak 8 desa.
( 24/12/2018) Malam yang berbahagia bagi pengasuh beserta puluhan anak-anak TPQ di dusun Dasan Gelumpang dan dusun Batu Jingkiran Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan. Pasalnya, tanpa mengira sebelumnya anak-anak terkejut riang bahagia karena sebanyak 200 Mushaf dan Iqra’ diberikan ke anak-anak yang sedang mengaji usai ba’da Maghrib itu.

“Alhamdulillaah Yaa Allah … sudah sebulan ini kami kesulitan untuk mendapatkan mushaf dan Iqra untuk mengajar anak-anak, tapi tak disangka malam ini kami mendapatkanya “, ungkap Habibi salah satu pengajar TPQ di Salut Kayangan.

Kendati sampai malam pendistribusian wakaf Iqra’ dan Al-Qur’an relawan Tanmia bersama penduduk setempat tetap berjalan dengan menikmati tiap jengkal wilayah-wilayah desa-desa diperbukitan.

Kabupaten Lombok Utara adalah area kawasan yang parah hingga mencapai 90 persen terkena dampak gempa baik di pesisir maupun didaratannya hingga pedalamanya. Alhamdulillaah sampai saat ini perlahan berangsur-angsur pulih dengan dukungan baik dari Pemda KLU setempat maupun NGO lembaga sosial yang sekarang masih bertahan disana.

Sekalipun bukan satu-satunya lembaga sosial yang bergerak di Lombok sampai saat ini Tanmia Foundation setidaknya masih berperan dalam penanganan masa transisi darurat dan recovery serta rehabilitasi bencana Lombok sudah memasuki bulan ke-6 sejak gempa dahsyat yang beruntun terjadi sejak 29 Juli 2018.

Kendati demikian sampai saat ini masih ada terus gempa yang terjadi tapi skalanya mengecil. Membantu meringankan kesulitan adalah bagian kepedulian seorang muslim terhadap nasib saudara seimanya. Membantu maka akan dibantu. InshaAllah…

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Lombok – NTB

Menggali Lubang Harapan Petobo : Dimanakah Imanmu ?

Hiruk pikuk Kelurahan Petobo sirna sekejap setelah dilanda gempa disusul likuifaksi dahsyat. Kejadian ini mungkin tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh siapapun. Kelurahan yang diperkirakan seluas 180 Ha lebih dengan jumlah administrasi hak pilih suara tercatat sebanyak 14.000 kini tinggalah kuburan mimpi para korban yang tertimbun lumpur mematikan.

Diperkirakan hanya 4000 jiwa yang sampai hari ini melaporkan keluarganya ke pihak pemerintah yang masih tersisa padahal sudah tiga bulan bencana ini berlalu berjalan. Kini Petobo masih menyisakan derai air mata bagi siapapun yang kehilangan sanak kerabat tercinta yang ditinggalkan.

Pemandangan puing-puing memenuhi setiap jengkal tanah Petobo tanpa tepi. Bersamaan itu pula reruntuhan bangunan menjadi monumen yang berbekas sepanjang masa dikenang sejarah. Material bangunan yang diaduk-aduk bercampur tanah lalu dilipat-lipat lalu ditenggelamkan.

Akhir pekan ini (16/12/2018) ditengah perjalanan ke Donggala relawan Tanmia mencoba mengunjungi Petobo dari jalur Biromaru Sigi walhasil masih saja menjumpai warga yang berusaha mencoba menggali tanah mereka.
“Sebanyak 15 orang keluarga dan kerabat saya belum ditemukan hingga saat ini”,tutur Ibu Yanti yang sedang menggali puing-puing bekas rumahnya di RT 3/ RW 6. Kala itu Yanti sedang diluar sementara keluarga yang lain berada dirumah. Hal yang sama juga dialami Intan tetangganya yang kehilangan suami dan anak bungsunya.

“Saya hanya temukan jasad anak saya yang tak utuh lagi dan masih mengenakan pakaian sekolah ketika diangkat dalam lumpur ketika itu”,ungkap Yanti yang juga menggali-gali bekas rumahnya. Ia juga berusaha bersabar mengais baju-baju milik anak bungsunya yang masih bisa diselamatkan untuk dibawa ke pengungsianya.

Gema merdu suara adzan kini tak terdengar lagi apalagi canda tawa anak-anak mengaji pun hilang. Menara Masjid bersama atapnya tinggalah onggokan yang ditinggal tanpa tuan. Petobo sudah menjadi padang kuburan masal yang hanya terdengar cerita histerisnya. Lalu bencana likuifaksi Petobo salah siapa ? Tak perlu banyak berkata-kata menunjuk siapa tapi cobalah kembali rehat dalam keheningan dan menundukan kepala dengan suara hati yang yang lirih bertaut dengan dzikir padaNya.

Apalagi dengan indahnya diri yang hadir disetiap tiba waktu shalat maka disanalah ada hikmah jawabnya dari Allah Ta’ala Sang Rabb Penguasa Alam.

“Dimana Imanmu kawan?” inilah satu kata penggugah yang mungkin sudah lama ini redup di Petobo. Lantaran terangnya cahaya imanlah semua bisa menghapus pekatnya kemaksiatan dan menghibur rasa kedukaan sekaligus harapan untuk semangat bangkit kembali. Yah tak perlu berlebihan berbuat apa tapi hanya dengan memulai hari-hari baru dengan taat memenuhi panggilan Allah Sang Pemilik Keindahan Alam maka setiap derai air mata ini akan senantiasa memudar. Hasbunallahwanikmalwakiil

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Wakaf Sumur Untuk Panti Yatim dan Dhuafa di Kasimbar Parigi Moutong Telah Mengalir

Alhamdulillah alat-alat sumur bor sudah tiba sepekan lalu di lokasi Pesantren Yatim dan Dhuafa Idharatul Ummah Kasimbar Sulteng. Meskipun tidak terdampak langsung bencana Pesantren yang berada di kecamatan Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong ini adalah salah satu pesantren yang bangunan asramanya roboh akibat gempa 7,8 SR yang berpusat di Donggala.

Selain itu puing-puing reruntuhan bangunan akibat gempa juga mengganggu pipa air sumur yang biasa digunakan sebelumnya.
Sehingga pasokan air terganggu untuk beberapa hari. Walhasil, pengeboran sumur berbuah hasil yang memuaskan dengan kedalaman sumur sedalam 3 pipa atau setara 12 meter dengan debit sumber air yang cukup jernih.

Program pembangunan wakaf sumur ini adalah inisiasi Tanmia Foundation di masa transisi bencana untuk membantu merecovery para korban yang terdampak pasca bencana gempa dan tsunami dahsyat pada 29/9/2018.

Pesantren Yatim Dhuafa Idharatul Ummah ini terletak di pesisir pantai timur Sulawesi Tengah yang menghadap langsung dangan lautan luas Selat Tomini. Dengan ikhtiar dan usaha yang tak pernah menyerah para relawan serta keikhlasan pengorbanan para donatur muhsinin inshaAllah pahala akan terus mengalir kepada para muhsinin selama sumur ini mencukupi semua keperluan kebutuhan air di pesantren yatim & dhuafa sampai tidak ada batasan waktu.

“Atas nama pengurus dan keluarga besar Pesantren Yatim & Dhuafa Idharatul Ummah Kasimbar mengucapkan Jazakumullahukhairan dan keberkahan rizki pada semua pihak yang telah membantu khususnya Tanmia Foundation”, tutur Ustadz Umar Al-Faruq seusai pengoperasian sumur bor yang sudah siap digunakan.

Penggunaan sumur bor ini inshaAllah mencukupi kebutuhan untuk keperluan kegiatan pendidikan, asrama dan dapur pesantren.
Berdiri sejak dua tahun lalu pesantren yatim & dhuafa ini telah menampung sejumlah 10 santri dan beberapa asatidzah yang langsung tinggal membersamai mereka selama 24 Jam.

Pihak pesantren terutama para santri sangat antusias menyambut hadirnya sumur air yang sudah mereka nanti – nantikan pasca bencana yang mereka alami. Pilihan membantu adalah pilihan selera dan terserah pada diri masing-masing siapapun kita.

Pilihan wakaf sumur ialah bagian dari solusi membantu kebutuhan air dimana manfaatnya langsung bisa dirasakan saat memberi dan inilah perasaan kepuasan batin tersendiri. Dan inilah sebenarnya kebahagiaan sejati sekaligus mengumpulkan pundi-pundi amal yang kelak berbuah bahagia di dunia dan akhirat. Aamiin…

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Belum Terlambat Menghapus Duka Anak Yatim Piatu di Donggala

Ujian bencana memang selalu menyisakan kesedihan mendalam bagi siapapun yang ditakdirkan menjadi saksi mata atau menjadi korban yang selamat.

Bencana gempa bumi, tsunami maupun likuifaksi serta banjir bandang yang datang beriringan seolah mengepung harapan hidup semua yang berada di bumi Pasigala Sulawesi Tengah.

Hingga sebagian orang menganggap inikah ujian atau adzab dalam benak fikiranya? Hanya mereka yang sadar dan semakin mendekat dengan Rabbnya dapat kembali tersadar mengambil hikmahnya.

Hingga saat ini ribuan nyawa melayang belum diketahui kabarnya. Bencana yang telah merenggut banyak korban hingga tak luput juga anak-anak pun menjadi yatim piatu kehilangan orangtuanya. Kini, mereka pilu dan mendera tangis bingung akan tinggal di mana dan bersama siapa gerangan ?

Relawan Tanmia bersama warga lokal sudah sedari sehari sebelumnya tiba di Kampung Lero Tatari Sindue tetapi akibat cuaca hujan yang lebat akhirnya tertunda hari esoknya untuk menuju pengungsian karena hari sudah gelap.

Jum’at pagi yang berkah Tim Relawan Tanmia Foundation bergegas menuju pesisir pantai Barat Donggala untuk berkunjung ke Pengungsian Kamanjidolo Sindue bersamaan dengan assesment proyek pembangunan sumur bor yang tak jauh dari lokasi tersebut.

Kedatangan relawan semoga belumlah terlambat di kampung tenggelam Lero Tatari dan Lero Induk Sindue. Agenda silaturahim berkunjung ke pengungsian yang berada di semak-semak perbukitan bukan hal dadakan pada mulanya akan tetapi karena minimnya informasi dan jangkauan lokasi yang jauh bila ditempuh dari kota Donggala dan Balaesang Tanjung tempat posko Tanmia kini berada.

Alhamdulillaah usai shalat Jum’at kabar yang membahagiakan dapat bertemu Bapak Aksal ( 60 th ) di tendanya bersama Firdaus salah seorang anak yatim piatu yang sudah lama dicari-cari. Sudah memasuki bulan ketiga berteduh di tenda terpal plastik bukan hal mengenakan.

Terlihat memang tak terdengar ada lagi canda tawa dan senyum bahagia di wajah mereka. Kini yang tersisa hanya rasa trauma dan tangis duka yang melanda.

“Kedatangan Tim Tanmia untuk membesuk Arif atau lebih dikenal dengan nama Firdaus ( 5 th ) setidaknya mampu menghapus duka dan membantu menyemai senyum harapan keluarga”, tutur Iha salah seorang adalah salah seorang warga lokal. Firdaus adalah anak yang harus menjadi sebatang kara karena kedua orangtuanya meninggal saat gempa dan tsunami (29/9/2018). “Arman ( 40 th ) dan Rahna ( 37 th ) keduanya adalah orang tua kandung Firdaus yang terseret tsunami.

Hanya ibunya saja yang jasadnya belum ditemukan hingga detik ini”, jelas Aksal pada relawan Tanmia.
Berdasarkan data informasi yang dihimpun dari lapangan sepanjang pesisir Donggala setidaknya lebih dari puluhan anak berpisah dari keluarganya.

Bahkan di antara anak-anak yang berpisah dari keluarganya tersebut terdapat anak-anak yang memang kehilangan kedua orangtuanya.
Firdaus kini diasuh oleh Aksal yang juga masih kerabat dari Mama Alda selaku istri Aksal.

Relawan bersama kaum muslimin yang masih ada kini bertahan adalah salah satu harapan mereka bersama ikhtiar yang terus maksimal diusahakan.
Hanya dengan tawakkal kuasa Allah saja-lah yang mampu membangun kembali masa depan untuk mereka.

Kita bangkitkan semangat dan senyum mereka bersama iman yang terus disemai lebih baik untuk mengarungi kenyataan masa depan. Tanmia Foundation bersama-sama kaum muslimin tiada lelah berbagi hati dan cerita untuk anak-anak yang kini menjerit berduka kehilangan orangtuanya.

Mari hilangkan trauma mereka, bangun kembali cita-citanya demi terciptanya tawa bahagia. Anak-anak hari ini adalah harapan generasi islam dimasa datang. Biidznillah. Barakallahufiekum

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Sederhana dan Berkesan : Menghapus Trauma Anak-anak Pasca Bencana

Belum sepenuhnya terobati rasa duka akibat gempa dan tsunami di Palu-Sigi-Donggala, tepatnya tanggal 28 September silam di Palu-Sigi-Donggala. Gempa berkekuatan skala Richter 7,7 ini mengakibatkan gelombang tsunami. Tua-muda, besar-kecil, semua berlari berhamburan menyelamatkan diri. Tidak terkecuali anak kecil.

Gempa dahsyat yang terjadi mengakibatkan luka dan duka yang sangat mendalam. Rasa trauma seringkali mengakibatkan rasa cemas, khawatir, ketakutan, hilang nafsu makan, murung, mudah emosi, mau marah, gagal konsentrasi, sulit tidur, ini adalah gejala-gejala trauma yang dijumpai pada anak pasca gempa.

Jika tidak ditangani secara serius hal ini akan berpengaruh pada kepribadianya hingga dewasa.
Usai pendistribusian logistik di Mapaga Labean, tim relawan berhasil mengumpulkan puluhan anak-anak pengungsi untuk diadakan trauma healing ceria.

Tak jauh dari mushola Al Ikhlas Tempat Pelelangan Ikan Mapaga trauma healing ceria berhasil dilaksanakan. Bertukar jawab permainan ringan dan belajar kosa kata bahasa arab
adalah bentuk trauma healing yang dilakukan para relawan bersama remaja masjid setempat.

Ada hal lucu dari kepolosan anak-anak ini, ketika ditanya “Kalau gempa lari ke mana?” Ada anak yg mengangkat tangan dan jawab “Naik pohon, ucap Irma salah seorang anak yang masih usia SD itu.

Mungkin saat isu tsunami datang dia dan keluarga mengungsi kesana yang terdetik dalam benaknya.
Sederhana dan berkesan dibenak anak-anak adalah cara bagaimana mental mereka bangun kembali sediakala meski tak semudah membalikan telapak tangan secara instan. Pemulihan trauma pada anak-anak atau disebut dengan Trauma Healing dapat dilakukan oleh siapapun baik orang tua dan orang-orang dewasa yang sudah menguasai dibekali materi-materi trauma healing atau pemerhati anak.

“Setelah terjadinya bencana, perlu adanya dukungan non materiil salah satunya terhadap anak-anak yang mengalami trauma, yakni trauma healing pada anak-anak agar mereka riuh ceria kembali”, tutur Pak Bagus selaku ketua Dusun Delapan Mapaga Labean.

Akhirnya, kegiatan trauma healing itu ditutup dengan pembagian hadiah dan makanan ringan dan bersama-sama menghafalkan surat Al-Fatihah, sebagai bentuk pemulihan mental dan penanggulangan trauma pada anak pasca gempa.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Hari Relawan : Imanlah Yang Memanggil Para Insan Relawan Untuk Selalu Berbuat

Sebenarnya jadi pengungsi itu bukan keinginan siapapun dan tidak ada seorang pun menginginkanya. Tapi itulah jalan pilihan yang harus dipilih dalam suasana darurat dan penuh duka.

Keprihatinan itu tak kunjung instan sekejap berangsur sirna. Itulah gambaran yang sekilas menyelimuti para korban gempa dan tsunami Kampung Muara Kelurahan Boya Donggala. Selain puluhan rumah tenggelam juga betapa banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga tercintanya.

Tim Tanmia Foundatiom sudah lewat sebulan bertahan pada masa transisi darurat pasca bencana. Itu tidak lain karena ijin Allah semua bisa dilalui dengan segala daya dan upaya.

Dua hari berturut-turut (4-5/12/2018) Tim Relawan Tanmia Foundation masih menyisir lokasi-lokasi target untuk mendistribusikan bantuan ke keluarga-keluarga yang masih luput dan minim dari survei bantuan. Sebanyak 50 paket logistik diserahkan langsung ke warga Kampung Muara Donggala yang menghuni “Rumah Haluan Prihatin”.

Sebanyak 45 Jiwa dalam 15 KK menghuni shelter berukuran 4×4 meter yang berada di kawasan pelabuhan Donggala. Shelter “Rumah Hunian Prihatin” ini adalah bangunan semi permanen yang berasal dari bantuan kemanusiaan rakyat Malaysia yang didirikan baru-baru ini.

“Kami yang tinggal disini adalah para saksi hidup, yang telah kehilangan para anggota keluarganya, balita bernama Farel usia 2 tahun 7 bulan adalah anakku yang ikut hanyut diterjang tsunami yang hingga kini belum ditemukan jasadnya”, ungkap Ibu Fla (38 th) dengan raut sedih bersama air mata kepada relawan yang datang membagikan bantuan.

Ibu Hayati (78 th) berkata “bukanlah banyak atau sedikit nilai pemberian itu yang kami kagumi, tetapi yang kami sangat kagum ialah kepedulian dan keprihatinan saudara-saudara kita dari jauh yang terus turut bahu membantu kami di Sulawesi Tengah yang dilanda gempa ini.”

Masih bisa memberi walau dalam kesusahan itu contoh bersyukur yg luar biasa. Tak lupa peran para muhsinin donatur dan semua pihak sudah memberi sumbangsih yang terbaik untuk meringankan beban derita saudaranya yang duka terkena bencana. Ini adalah cara Allah menggerakan hati setiap hambaNya menumbuhkan kecintaan untuk saling membantu karena panggilan keimanan.

Tak perlu menjadi siapapun untuk memberi karena tidak ada satu orang pun yang jatuh miskin karena memberi. Dunia pun ramai kemarin, 5 Desember adalah ditetapkanya hari relawan internasional dimana dunia memberi apresiasi pada semua insan relawan. Padahal siapapun relawan sejatinya imanlah yang memanggil para insan relawan untuk selalu berbuat bukan hanya urusan kemanusiaan saja tapi bukti iman yang nyata adalah perhatian untuk membantu meringankan beban saudaranya yang kesusahan. Untuk para relawan… Berdoalah, doamu dikabulkan karena sekecil apapun menanam kebaikan akan mengantarkan pada musim panen kebahagiaan. InshaAllah

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Saatnya Bangkit Bersama Umat Membangun Pedalaman Donggala

Menyatu dalam suasana pemulihan bencana ( recovery ) di daerah pedalaman bukan hal mudah bagi sebagian orang, terlebih bagaimana membayangkanya bila itu juga suasana pengungsian di wilayah terisolir. Inilah gambaran Balaesang Tanjung. Akan tetapi Balaesang Tanjung selalu menggelayutkan kebahagiaan bagi para relawan yang masih siap bertahan.

Tetap bertahan adalah pilihan agar bangkit, membangunkan kembali harapan dan menyemai semangat agar menyemarakkan ibadah dan bagaimana syi’ar Islam agar terasa di tengah-tengah umat yang jauh berada di pedalaman.

2 Desember 2018 ini bisa jadi menjadi hari paling haru bagi semua orang di semua penjuru nusantara, hari dimana semua umat islam bersatu padu, membuang ego demi menyatukan hati, menguatkan ukhwah, membela umat yang dinista terus berulang.

Kali ini jutaan manusia menyemut tanpa sekat memenuhi Monas dalam rangka menguatkan tauhid bersama elemen umat tapi hal demikian tidak untuk muslim pedalaman Donggala yang masih perlu banyak perhatian juga sarat dengan keterbatasan.

Akses jalan tanah bebatuan yang terjal bertebing dan sulit dijangkau menemani sepanjang perjalanan sampai lokasi Pomolulu Balaesang Tanjung. Disini untuk menemukan para juru dakwah adalah hal yang sangat langka.

Oleh karena itu, posko bersama relawan kemanusiaan Tambu bersama-sama tim da’i lokal berinisiatif terjun ke umat dalam rangka recovery di masa transisi. Harus ada yang siap dimasa-masa transisi ini berdakwah memenuhi panggilan umat di pelosok-pelosok.

Agar wilayah-wilayah yang masih memprihatinkan, dapat merasakan manisnya ibadah pasca bencana terjadi berangsur pulih.

Alhamdulillaah kegiatan pengajian Ahad untuk warga Dusun Mapaga Labean berjalan dengan lancar, sekitar 150 warga menghadirinya beserta anggota keluarga dan anak-anaknya.

Acara ini berhasil terselenggara atas gagasan tim relawan bersama pihak Dusun Delapan Mapaga Labean sejak beberapa hari sebelumnya.

“Kami atas nama warga dusun Mapaga sangat berterimakasih atas dilaksanakanya acara pengajian dan bantuan distribusi logistik untuk warga yang masih mengungsi di gunung”, tutur Bagus perangkat dusun setempat.

Sekitar 200 paket berhasil dibagikan untuk warga dusun Mapaga Labean yang terdampak bencana. “Mapaga adalah daerah pesisir yang pernah terjadi tsunami pada tahun 1968 yang menewaskan ratusan korban.

Hari-hari penat lelah berlalu dengan melihat ganti kebahagiaan terpancar dari raut muka para jamaah yang datang memenuhi mushola Al Ikhlas Kampung Nelayan Mapaga Labean.

Bersama berbagi untuk korban bencana adalah bagian ikhtiar dan tugas para relawan dalam menyalurkan amanah dari para donatur. Lelah pun pasti terasa tapi janganlah menyerah karena kesabaranlah semua menjadi indah pada akhirnya. Momen doa bersama menyudahi acara sore ini sembari menanti senja syahdu di Mapaga Labean. Barakallahufiekum.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Menemani Belajar Malam bersama anak-anak Pengungsi Donggala

Gempa dan Tsunami yang terjadi di Donggala bukan saja menjadi pemandangan memprihatinkan bagi para korban tapi juga menimpa anak-anak sekolah.

Fasilitas pendidikan yang ada juga terdampak musibah gempa bumi dan tsunami di Donggala sehingga menjadikan kegiatan belajar mengajar di sekolah sempat tersendat lumpuh beberapa pekan.

Melihat hal tersebut, Tanmia Foundation bersama-sama dengan tim relawan pesantren mahasiswa Liwaul Haq yang berada di lingkungan Universitas Tadulako mendistribusikan logistik untuk berbagi di pengungsi Tondo Kota Palu . Di waktu yang sama, bersama Posko Kemanusiaan bersama Tambu Balaesang juga berinisiatif membuka kelas belajar malam dengan mengadakan program belajar ceria sebagai wadah anak-anak tetap dapat belajar, sampai nantinya sekolah mereka normal berdiri kembali.

Sejak dibukanya posko dan beroperasi pertama kali, posko bersama kemanusiaan ini membuka kegiatan belajar anak-anak, dengan materi yang bervariatif dari pelajaran diniyah (agama), bahasa inggris, matematika dan kreativitas seni lainya.
“Alhamdulillah, kegiatan belajar malam ceria sampai saat ini telah membersamai anak-anak,” imbuh Eko pengelola posko Tambu Balaesang.

“Ini adalah bagian dari bagian program utama dan prioritas di masa transisi selain penyaluran logistik pangan Tanmia Foundation bersama posko kemanusiaan Tambu, karena kami sadar bahwa anak-anak adalah generasi penerus dan aset yang harus terus belajar agar menjadi lebih baik dengan ilmu. Oleh karena itu, kita mengadakan program belajar malam setiap habis maghrib bersama anak-anak yang terkena dampak ” jelas Nirsam salah satu relawan pengajar di posko Tambu.

Program sinergi bersama posko kemanusiaan ini memberikan kegembiraan tersendiri bagi anak-anak. Alhamdulilaaah, ujian kesulitan tidak menghalangi mereka untuk tetap belajar. Bantu mereka senyum kembali untuk belajar.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Jangan lupakan korban Gempa dan Tsunami Donggala dalam Doa Kita

Ratusan Tenda masih memenuhi padang tenda di pengungsian Gunung Balai Banawa Donggala. Mereka adalah para pengungsi korban gempa dan tsunami yang semula tinggal di pesisir Donggala mulai dari Kabonga hingga Labuan Bajo Tanjung Karang Donggala. Diperkirakan sekitar ratusan KK dengan jumlah ribuan jiwa masih bertahan untuk menunggu hunian sementara. Di sekitaran area perkantoran kabupaten Donggala mereka bertahan seadanya sampai sekarang.

“Sudah empat kali kami berpindah-pindah lokasi pengungsian sejak bencana terjadi”,tutur Jamil salah satu korban tsunami asal kampung muara yang kehilangan kedua anaknya Nizam (7 th) dan Altaf (3 th).

Sore jelang maghrib itu (28/9/2018) bersama ketiga anaknya ( Chika (9th), Nizam (7th), Althaf (3th) ) sedang berada di dalam rumah. Dalam waktu bersamaan juga Anggeriana istri Jamil sedang mengantar makanan di rumah bapaknya yang hanya berjarak 100 meter dari rumahnya. Allahu Akbar…sontak tiba-tiba gempa dahsyat menggoyang rumahnya hingga berhamburan semua orang tetangga-tetangganya yang menghuni pesisir Kampung Muara. Tanpa fikir panjang Jamil bersama ketiga anaknya langsung segera keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Apa dikata sebelum keluar jauh dari rumah tanah di terbelah lebar-lebar sepanjang jalan, hingga menangis histeris semua anak-anaknya ketakutan. Tak berselang lama perlahan air laut keluar dari belahan-belahan bongkahan tanah bersamaan dengan terjangan gelombang tsunami yang diperkirakan beberapa meter melebihi atap rumah ketika itu.

“Saya menggendong ketiga anak saya ( Chika,Nizam dan Althaf) keluar rumah, tapi semua terlepas ketika air menghantam hingga kami terkapar hanyut masing-masing, selang berapa jam saya terdampar di TPI Labuan Bajo yang berjarak 2 KM dari pesisir saya tinggal dan anak-anak belum tahu kabarnya ketika itu”, ungkap Jamil dengan haru berat menceritakan pada relawan di tendanya.

Alhamdulillaah dengan ijin Allah putri sulung saya Chika ( 9 th ) selamat dan bertemu waktu itu hampir tengah malam”, tutur Anggeraeni istri Jamil.

Chika ( 9 th ) sempat hanyut dibawa air laut berjam-jam tapi kehendak Allah lain masih menyelamatkanya, ia bisa berpegangan dengan sebuah ranting kayu yang entah darimana asal muasal datangnya.

“Adik Chika terdampar di pesisir pantai jelang tengah malam dan dibawa tetangga bertemu Ibu mengungsi di gunung”, cerita Chika yang sedang bermain mainan di sekitar tendanya.
Gempa dan tsunami yang terjadi 28/9/2018 lalu juga menyisakan kesedihan yang sangat bagi Ibu Aini ( 75 th ) dan bersama kakaknya Hayati ( 78 th ) yang juga masih kerabat dengan Jamil. Di umur yang sudah senja keduanya harus mengungsi seadanya di atas gunung berhari-hari sejak gempa disusul tsunami terjadi.

“Bencana yang terjadi kali ini lebih dahsyat dibanding dengan tsunami yang terjadi di Mapaga Labean Donggala beberapa puluh tahun silam”, jelas Aini yang ditemui di rumah putranya dekat Masjid Raya Donggala. “Ketika itu belum ada nama tsunami orang tua dulu menamainya gelombang susun tiga” tutur Hayati yang waktu itu masih usia 25 tahun.

Dua kali menjadi saksi hidup ketika tsunami yang terjadi di Donggala menjadikan lebih bersyukur dan menguatkan iman bahwa seisi alam hanya Allah lah satu-satunya yang berkuasa. Alhamdulillah dipenghujung akhir membesuk para korban dan sekaligus silaturahim Tanmia Foundation menyampaikan amanah para donatur dan mendistribusikan logistik bahan pangan hingga hari menjelang senja di Donggala.

Kedatangan para relawan kemanusiaan belumlah mampu menghapus semua kedukaaan yang ada. Hanya imanlah yang menguatkan hati dan menentramkan semua keadaan yang ada. Semua kebaikan dan amal shalih para muhsinin dan donatur adalah cara Allah menggerakan setiap jiwa untuk meringankan duka yang menimpa hambanya. Duka Donggala masih teringat di doa-doa kita. Aamiin.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

Melukis Harapan Bersama-sama Anak-Anak Pengungsi Tsunami di Wani Dua Tanantovea Donggala

Relawan Tanmia Peduli menyalurkan bantuan berupa paket logistik dan sembako kepada pengungsi pesisir di Wani Dua Donggala. Terlihat ceria bersama anak-anak di pengungsian yang akrab ceria bermain di teras masjid yang datang ketika shalat tiba.

“Kak, saya minta buku untuk mengaji, klo ada juga berasnya, untuk ibu saya…” senyum Maulana bersama teman-temanya, berjalan malu-malu mendekati tim kami siang kemarin, dia adalah salah satu anak di pengungsian dekat Masjid Al Amin Malambora Wani Tanantovea.

Hari Ahad, 25 Nopember 2018, tim bersama Bapak Jaodar Syarif, Imam Masjid Al Amin Malambora bercengkerama dan berbagi bersama juga anak-anak pengungsi yang masih polos sederhana rupanya. Masjid adalah menjadi satu-satunya tempat yang ramah untuk mereka bermain.

Pasalnya Masjid Al Amin Malambora yang masih kokoh selamat ini adalah satu-satunya masjid yang ada dan tertua di Donggala. Bertiang kayu Ulin sejak ratusan tahun lalu ini adalah jejak masjid tertua yang mulai dibangun sejak tahun 1906. Inilah situs peninggalan islam yang masih ada di Sulawesi Tengah sampai sekarang.

“Air tsunami masuk hanya membasahi lantai saja dan sebentar saja langsung keluar ” jelas Jaodar yang sudah 10 tahun menjadi imam bercerita saat kejadian bencana waktu itu. Padahal pemukiman rumah tetangga Masjid semua luluh lantak. Ada 4 anggota keluarganya yang juga meninggal saat itu seketika terseret tsunami. Sejumlah puluhan KK hingga kini masih bertahan berada di pengungsian tersebut, mereka kebanyakan berasal dari pesisir yang selamat dari gelombang tsunami, tetapi rumah mereka hanyut terbawa air.

Anak-anak hanya bisa sesekali menengok sekolahnya karena termasuk sekolahnya runtuh, sementara buku, seragam, tas dan sepatu sekolah mereka hanyut tanpa sisa.

Ahad akhir pekan ini, tumpah berkah kami bisa berbagi keceriaan untuk mereka. Merajut kembali semangat agar mereka kembali untuk belajar dan bersekolah lagi. Melukis harapan mereka untuk mengarungi masa depan yang cerah lebih baik. Kesuksesan mereka adalah bagian harapan umat yang dinantikan. InshaAllah.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Palu Sulteng

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!