Masuk Pedalaman Suku Talang Mamak Harus Siap Taklukan Arus Sungai Batang Gansal

Tim relawan Tanmia Foundation tiba di jalur lintas timur Belilas Seberida sebelum memasuki wilayah Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Indragiri Hulu dimana didalamnya bermukim Suku Talang Mamak. Rute perjalanan sebelumnya harus melewati jalur darat sepanjang 15 KM ke lokasi dermaga sampan kemudian selanjutnya dilanjutkan dengan naik perahu menyusuri sepanjang hulu aliran sungai Batang Gansal kurang lebih 4-5 jam.

Curah hujan yang tinggi di hulu sungai membentuk aliran deras yang membelah jeram bebatuan-bebatuan besar sehingga perjalanan kami tidak sesekali saja penumpang dan muatanya harus diturunkan lalu dinaikan kembali lagi setelah berhasil melewati derasnya jeram bebatuan.

Sepanjang perjalanan akan dijumpai lebatnya rimba dengan segala isi ekosistem dan habitatnya baik flora maupun fauna yang masih alami. Kicauan burung dan suara monyet liar mengiringi perjalanan sebelum sampai di lokasi tujuan.

Sebelum memasuki wilayah Taman Nasional dilakukan proses perizinan masuk secara resmi sebagai syarat memasuki kawasan. Dengan menyertakan kelengkapan dokumen tugas perjalanan apalagi disaat pandemi diharuskan melengkapi surat keterangan rapid antigen. Ini berlaku bagi setiap warga luar daerah yang akan masuk dan selanjutnya mengikuti ketentuan aturan-aturan pihak Balai Pengelola Taman Nasional.

Dusun-dusun perkampungan di pinggiran sungai masih banyak dijumpai. Secara administratif ini masih dalam wilayah pemerintahan desa Rantau Langsat sebagai pusat administrasi desa setempat itu berada.

Syarifudin kepala desa setempat menyambut kedatangan kami dikediamanya sebagai bagian dari rasa persaudaraan dan kekeluargaan. Sekaligus bagian etika kami sebelum diterima ijin masuk sebagai tamu yang datang.

“Alhamdulillah, atas kedatangan dan perhatian saudara-saudara ke tempat kami. Ini sebuah anugerah kebanggaan untuk menambah tali silaturahim persaudaraan”, ungkap Syarifudin saat menjamu kedatangan kami.

Misi perjalanan Tanmia Foundation memasuki pedalaman Suku Talang Mamak untuk distribusi berbagai paket wakaf akan menjadi sederetan agenda di beberapa dusun pemukiman Suku Talang Mamak yang akan bersambung jelang Ramadhan tiba yang tinggal beberapa hari saja.

Akses yg serba terbatas ketika didalam pedalaman mengharuskan perbekalan apapun harus disiapkan matang-matang apalagi akses jaringan komunikasi dengan daerah luar tidak ada sama sekali, bila pun ada harus jalan kaki mendaki bukit beberapa jam. Akses listrik pun masih terbatas. Tentu perjalanan yang cukup berat dan menguji mental bila tak diiringi keikhlasan hati untuk menghibur hati disetiap keterbatasan yang ada.

Ungkapan rasa terima kasih pun tak henti-hentinya diucapkan Syarifudin sebagai rasa kebahagiaan dan rasa ramah tamah kepada kami sebagai tamu yang datang dari jauh. Beberapa buku kami berikan kepadanya sebagai hadiah tanda mata atas kebesaran hatinya menerima kedatangan kami.

Sekilas gambaran keadaan umum masyarakat setempat diceritakan Syarifudin, tanpa ada beban dirinya sebagai bentuk kepedulian pada warganya dengan berbagai situasi dan kondisi yang ada.

Seiring doa dan harapan pada setiap insan pembaca warta ini semoga dimudahkan setiap langkah perjalanan kami dalam menyambung kebaikan, merangkai serikat amal shalih demi membangun negeri dan generasi harapan demi cita-cita mengharap ridho-Nya. Selamat berlabuh melaju dan selamat sampai dermaga tujuan harapan.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Jelang Ramadhan Paket Wakaf Tanmia Foundation Diberangkatkan Ke Pedalaman Suku Talang Mamak Riau

Berbagai paket wakaf Tanmia Foundation diberangkatkan menuju pedalaman Suku Talang Mamak yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh Provinsi Riau pada ( 24/03/2021).

Pengiriman wakaf terdiri dari paket wakaf energi tenaga surya beserta instalasi lampu emergency, wakaf perlengkapan alat shalat (mukena, sarung, peci dan sajadah), wakaf pakaian dari berbagai jenis pakaian anak-anak hingga dewasa baik laki-laki maupun perempuan, seragam sekolah dan wakaf buku-buku bahan bacaan dan lainya.

“Ada 8 colly paket yang sudah disiapkan sedemikian rupa seberat 3 kwintal untuk dibawa menuju lokasi”, ujar Puput sopir Blind Van yang mengantarkan paket menuju agen bis sebelum diberangkatkan bersama relawan.

Pengiriman paket wakaf akan menempuh perjalanan darat selama 3-4 hari menuju titik lokasi tujuan sebelum dilanjutkan menuju titik-titik lokasi pemukiman dimana perkampungan rimba Suku Talang Mamak berada.

Masa menjelang Ramadhan tahun ini seyogyanya menjadi animo semangat beramal dan persiapan mengumpulkan energi kebaikan sebelum datang masa perlombaan amal kebaikan dibulan suci Ramadhan itu tiba menyapa dengan janji berlipat-lipat ganda pahala bagi para perindunya. Sehingga menyemai kebaikan bagi seorang muslim adalah kebahagiaan yang tak akan pernah puas bagi hati biarpun hanya setitik nyala imanya. Bila jiwa itu tulus untuk peduli dan berbagi maka kesan yang mendalam itu akan terpatri bersemayam dalam hati.

Dan bahagia itu pun sederhana, ketika mampu memberi apa yang kita miliki dengan segenap ikhlasnya hati tanpa mengharapkan pamrih didalamnya. Rahasia kebahagiaan ini menjadi penyubur iman sepanjang masih diberi kesempatan nafas beribadah oleh Allah Sang Khaliq, Sang Pencipta. Bismillah, bersegeralah ikut bergegas mengambil peluang kebaikannya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Bakti Sosial Karang Taruna dan Wakaf Qur’an Tanmia Foundation di Paranggupito Wonogiri

Syukur bahagia bersama rasa haru warga pun pecah ketika tim kegiatan bakti sosial Karang Taruna tiba di Dukuh Klampok Desa Johunut, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri
pada Ahad (21/03/2021).

Segenap perwakilan pamong desa sudah siap bersama warga disekitar lokasi untuk menyambut kedatangan rombongan karang taruna dengan bahagia sebagai rasa terima kasih dan ucapan syukur atas perhatiannya telah mengunjungi mereka.

Setelah melewati perjuangan perjalanan melelahkan ke lokasi dengan medan bebatuan akhirnya para peserta yang terdiri dari Ust Nurcholis bersama 10 anggota karang taruna tibalah di lokasi.

Gambaran kondisi lingkungan setempat secara umum banyak melewati dominasi keadaan jalan yang sarat dengan kerusakan sebagai satu-satunya akses jalan menuju desa. Jaringan internet pun lagi-lagi bisa dikatakan tidak ada jaringan internet kalau pun ada masih dibilang susah sinyal.

Kondisi warga pun masih didapatinya kesulitan air bersih bila kemarau tiba, itu sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Apalagi kondisi perekonomian hanya bergantung pada hasil panen tanaman musiman saja dan hasil yang didapat banyak digunakan untuk mencukupi kebutuhan air ketika musim kemarau tiba nanti. Seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya terjadi kemarau yang lebih panjang luar biasa.

Maksud kedatangan rombongan karang taruna selain misi bakti sosial dengan pembagian paket sembako juga dalam rangka menyerahkan paket wakaf qur’an dari Tanmia Foundation untuk jama’ah masjid setempat dan kegiatan anak-anak TPQ yang selama ini masih ada eksis bertahan.

Nasib warga dimasa pandemi pun kian lengkap selain minimnya aktivitas interaksi dengan berbagai pihak luar juga dibayang-bayangi masih terjadinya kesulitan akses air.

Iwan, salah satu perangkat desa warga dusun Klampok Johunut saat dihubungi pihak Tanmia, Senin (21/03/2021) bercerita untuk mendapatkan air bersih, warga harus menyisihkan hasil panen musiman dan sudah barang tentu merogoh kocek kantong lebih dalam.

Ini adalah kali pertama kegiatan karang taruna Eka Bakti Godegan Mranggen dengan diselingi kegiatan penyerahan wakaf Qur’an.

“Alhamdulillah kegiatan berjalan dengan lancar hanya karena pemberlakuan PPKM mikro masih berlaku sehingga kegiatan masyarakat yang sifatnya berkerumun dihindari dengan diwakili sebagian warga saja”, jelas Sri Wahyudi selaku ketua panitia baksos kemarin.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Jelang Ramadhan Tanmia Salurkan 1 Ton Pakaian Wakaf

Berbagi kebahagiaan jelang tibanya bulan suci Ramadhan 1442 hijriah tinggal menunggu hari saja. Tanmia Foundation dengan segenap pihak Lembaga Harapan Ummat Boyalali menyiapkan pengiriman wakaf pakaian untuk ditujukan ke daerah-daerah pedalaman khususnya daratan pulau Flores dan daratan pulau Timor Provinsi Nusa Tenggara Timur pada ( 20/03/2021 ).

Paket wakaf pakaian mencapai 30 ball dengan berat volume satu ton akan langsung dikirimkan ke lokasi-lokasi sasaran tujuan. Masing-masing tujuan sebelumnya sudah dilakukan assessment untuk memudahkan pengiriman dan penyaluran paket wakaf sesampainya dilokasi.

Pihak lembaga Harapan Ummat, Ustadz Afif mengatakan bahwa penggalangan pengumpulan wakaf pakaian hanya berlangsung dua pekan saja namun diluar prediksi partisipasi animo masyarakat untuk menyerahkan sebagian pakaian yg sudah disiapkan baik dalam kondisi masih baru ataupun layak pakai masih sangat tinggi.
“Alhamdulillah kegiatan kita cukup mendapat respon perhatian yang luar biasa dengan kegiatan mengumpulkan langsung pakaian-pakaian dari berbagai lapisan masyarakat untuk ditujukan ke daerah-daerah pedalaman. Ini kali kedua kalinya setelah sebelumnya juga berhasil mengumpulkan wakaf pakaian sebanyak ini tapi kali ini lebih banyak”, jelas Ustadz Afif saat melepas pemberangkatan armada ekspedisi berangkat.

“Perlu ketahui bersama pandemi Covid-19 saat ini berdampak di semua sektor yang tentunya berdampak pada ekonomi masyarakat. Dengan adanya bantuan wakaf pakaian ini kami berharap dapat meringankan beban mereka dan menjadi bagian kebahagiaan khususnya masyarakat dan keluarga di pedalaman”, tambah Afif dalam optimisme harapnya.

Pengiriman paket wakaf pakaian ini menjadi bagian kebahagiaan sekaligus juga bagian dari kegiatan sinergi program Lembaga Harapan Ummat dengan Tanmia Foundation dalam hal kemanusiaan dalam tajuk berbagi kebahagiaan untuk masyarakat pedalaman jelang persiapan kedatangannya bulan Ramadhan tahun ini. Semoga kebahagiaan wakaf pakaian ini menjadi penghibur gundahnya hati dan penguat iman ditengah pandemi yang belum juga kapan usai berakhirnya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Sumur Wakaf Untuk Pesantren Assalam Pedalaman Pulau Kangean Madura

Pengeboran Sumur Wakaf Tanmia Foundation di komplek pesantren As-Salam Setamber Pulau Kangean Madura mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan pada ( 18/03/2021 ).

Setelah beberapa waktu menanti proses pengeboran akhirnya berhasil mendapatkan titik sumber mata air yang sudah dinanti-nantikan, setelah pengeboran mencapai kedalaman 16 meter.

Sejak berdirinya tahun 2003 lalu masalah air menjadi kendala serius bagi pesantren dan warga penduduk sekitar pesantren pada umumnya. Kebutuhan air yang sudah didapat rencananya akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para santri yang ada sekitar 30 santri dan 200 warga penduduk disekitar pesantren.

“Alhamdulillah, bantuan sumur wakaf ini sangat bermanfaat bagi pesantren dan masyarakat”, ungkap Ust Mukimlan saat dihubungi pihak Tanmia via seluler.

“Maaf sebelumnya, perlu diketahui untuk menelpon saja kami harus berjalan mencari lokasi ke kota kecamatan sejauh perjalanan 2 jam dari tempat tinggal kami agar bisa mendapatkan jaringan sinyal untuk menelpon dan internet”, tambah Mukimlan sebelum menutup selulernya tadi malam.

Dusun Setamber Desa Torjek adalah sebuah wilayah di kecamatan Kangayan Sumenep yang tempat dimana pesantren As-Salam berada dan baru hitungan dua bulan terakhir ini ( sejak Februari 2021 ) ini tersambung dengan jaringan penerangan listrik PLN. Sebelumnya selama bertahun-tahun hanya mengandalkan kekuatan diesel genset dan tenaga panel surya itu pun hanya segelintir sebagian warga saja.

Sejak mulai awal lahirnya pesantren peran masyarakat sangat penting bahkan sebagian besar lokasi pesantren adalah dibangun diatas lahan wakaf milik masyarakat.

Warga setempat pun merasa bersyukur dengan keberadaan pesantren karena anak-anak tidak lagi jauh-jauh untuk bersekolah apalagi kegiatan belajar di sekolah bisa sekaligus mendapatkan bimbingan ilmu agama.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

 

Wakaf Qur’an Untuk Para Santri Pesantren Tahfidz Riyadlul Qur’an

Paket wakaf qur’an Tanmia Foundation diwakafkan kepada Pesantren Tahfidz Riyadlul yang berada di Dusun Muhajirin Desa Dasan Agung Mataram Nusa Tenggara Barat. Pihak pengasuh pesantren menerima sebanyak 140 mushaf yang sudah disiapkan untuk para santri baik putra maupun putri.

Paket Wakaf Qur’an dibagikan secara langsung usai dilakukan penyerahan secara simbolis pada para santri baik tingkat SMP dan SMA pada ( 10/03/2021).

“Sejak berdiri tahun 2014 hingga sekarang Pesantren Tahfidz Riyadlul mendapatkan amanah untuk mengasuh sebanyak 139 santri, detilnya ada 29 santri putra dan 110 santri putri yang mereka berasal dari berbagai daerah di Lombok dan Sumbawa”, jelas Ustadzah Aisyah, salah satu pengasuh pesantren. Pihaknya sangat merasa bersyukur usai mendapatkan wakaf qur’an karena sangat membantu dan meningkatkan antusiasme para santri.

Selanjutnya, seiring berjalannya waktu setelah berjalanya kegiatan pondok pesantren, suasana keadaan masyarakat pun lebih baik, hal ini dapat dilihat dari interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat sekitar dan lingkungan pesantren yang dominan santri pondok.

“Pondok juga memiliki program
TPQ bagi anak-anak berusia 4-13 tahun yang dilaksanakan setiap sore ba’da ashar yang
diperuntukkan bagi anak-anak yang berada disekitar pondok”, jelas Ustadzah Hidayatullah staf pengajar pesantren. Ia juga mengungkapkan bahagianya
setelah para santri mendapatkan mushaf qur’an untuk melengkapi sarana belajarnya di Pesantren Tahfidz Riyadlul Qur’an.

“Kedepannya kami berharap agar waqaf Qur’an ini ikut berperan serta dalam mensukseskan program 1 Desa 1 Hafidz atau Hafidzah yang sedang dimulai oleh Pesantren Tahfidz Riyadlul Qur’an”, tambah ungkapan harapan Ustadzah Hidayatullah pada pihak Tanmia.

Lebih lanjut dukungan sikap dukungan Ustadz Ahmad Fathoni sebagai tokoh setempat akan keberadaan pesantren menjadi keberkahan tersendiri bagi lingkungan warga dusun Muhajirin. Wilayah ini merupakan salah satu pemukiman padat yang dihuni 90 KK dengan jumlah warga yang diperkirakan mencapai 400 jiwa.

“Kami yakin apa yang kita lakukan hari ini akan bermanfaat bagi kepentingan umat dan juga sebagai generasi penerus kita nantinya,” pungkas Ustadzah Hidayatullah dalam cita harapanya.

Ali Azmi
Relawan Tanmia

Wakaf Paket Bantuan Buku untuk Dai Pedalaman II Pelosok Indonesia

 

Bekal ilmu pengetahuan islam dinilai sangat penting bagi seorang Dai yang bertugas di tengah masyarakatnya, mau tidak mau ia akan dijadikan oleh masyarakat sebagai referensi dalam masalah agama meskipun tidak jarang urusan dunia pun tetap dijadikan sebagai tempat bertanya.

Latar belakang para Dai tentu berbeda – beda, tergantung dari mana mereka melangkahkan kaki mereka ke medan dakwah, ada di antara mereka yang sudah di setting sejak awal sebagai calon Muballigh atau Ustadz, sehingga dari awal sudah disekolahkan di Pesantren atau Sekolah agama islam lainnya, ada juga di antara mereka yang awalnya adalah pengusaha atau tenaga profesional yang berkerja di perkantoran lalu hatinya terpanggil untuk dakwah, ia menggali ilmu islam semampunya lalu menyajikannya kepada ummat.

Tidak jarang pula kita temukan di tengah masyarakat seorang Muallaf namun semangat dakwahnya sangat tinggi, bahkan sejak ber-islam ia sudah berazam (bercita – cita) ingin membela dan mendakwahkan islam.

Fenomena seperti ini sering kita temukan di tengah masyarakat, kalau mereka tinggal di perkotaan tentunya tidak terlalu sulit bagi mereka untuk mencari salah satu sumber mata air ilmu untuk ditimba dari seseorang yang dianggap cukup mumpuni dalam bidang ilmu syar’i, di samping mereka juga dapat membaca buku – buku islam, mendengarkan radio islam, mengunjungi website islam dll.

Namun ada satu kendala yang dianggap sangat signifikan dalam perjalanan dakwah yang dilakukan oleh seorang Dai yang tinggal di pedalaman, yaitu minimnya buku – buku referensi yang bisa mereka gunakan sebagai bekal dakwah, adanya buku – buku referensi itu dirasakan sangat penting, sering kali bekal ilmu pengetahuan islam yang mereka miliki adalah yang dahulu pernah mereka pejari di Madrasah atau Pesantren, namun setelah itu tidak ada lagi tambahan pengehuan islam bagi mereka, sedangkan mereka dituntut untuk terus mengajar, menyampaikan ilmu dan berdakwah secara luas.

Distribusi buku Wakaf I

 

Saat kami ke pedalaman NTT beberapa waktu lalu keluhan semacam ini selalu disampaikan oleh para Dai dalam berbagai pertemuan kami dengan mereka, bahkan setelah kami sampai di Jakarta pun mereka masih menanyakan apakah ada bantuan buku referensi islam buat bekal Dakwah mereka? Buku – buku islam sangat sulit mereka dapatkan di sana, apalagi radio islam, bahkan sebagian wilayah mereka belum ada aliran listrik.

Menimbang kebutuhan para Dai yang sangat penting ini maka kami dari Yayasan Islam Attanmia berusaha untuk membantu mereka mendapatkan buku – buku islam sebagai bekal dakwah mereka dengan membuka paket bantuan (BRDP) “Buku referensi Dai pedalaman” satu paket berisi 10 judul buku yang sangat penting dan bermanfaat untuk bahan bacaan bagi mereka, dengan nilai total per paketnya Rp 1.000.000,- [Satu Juta Rupiah].

Buku – buku ini in syaa Allah hanya akan di distribusikan khusus kepada para Dai yang telah menyiapkan dirinya untuk berdakwah di Pelosok Pedalaman negeri ini, di wilayah NTT dan wilayah lainnya di Indonesia, sudah menjadi maklumat umum bahwasanya para Dai tersebut berdakwah tanpa ada Kafalah (bantuan materil) penyokong yang mereka terima, semoga sedikit bantuan buku referensi ini dapat membantu mereka dalam memperkaya khazanah ilmu mereka guna mencerdaskan ummat menujul izzul islam wal muslimin (kejayaan islam dan kaum muslimin).

Setelah sukses menggalang dan mendistribusikan sekitar 80 paket buku ke berbagai wilayah pedalam pada bulan Maret 2018 lalu maka kami berencana untuk membukan Program wakaf buku referensi yang Ke Dua (II) kami berencana menyiapkan 100 paket bantuan buku referensi untuk para Dai yang bertugas di pedalaman.

Semoga Allah menjadikan ini sebagai salah satu jalan bagi kita untuk mendapatkan pahala Jariyah dan ampunan Allah ta’ala, atas perhatian dan bantuannya kami sampaikan Barakallahu fiekum wa Jazakumullah khairan.

🇮🇩Informasi
☪️www.tanmia.or.id
🍀info@tanmia.or.id
📞085215100250

Bukhari Abdul Muid
Ketua Yayasan

Wakaf Pakaian Bahagiakan Majelis Taklim Para Muallaf di Sumba Tengah

Berbagai kelompok pengajian dan majelis-majelis taklim di daratan Mamboro Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur seketika membuncah kebahagiaannya ketika paket wakaf pakaian sudah tiba awal pekan ini.

Pembagian paket wakaf pakaian dari Tanmia Foundation dibagikan ke berbagai kelompok majelis taklim, para dhu’afa dan titik-titik warga muallaf di Sumba Tengah pada Jum’at ( 5/03/2021 ).

Usai menunaikan ibadah Jum’at pun tak sedikit berbagai majelis-majelis taklim berkumpul di Masjid untuk menghadiri kajian umum rutin yang diadakan dalam waktu jadwal bulanan. Anggota majelis taklim pun beragam datang dari berbagai perkampungan setelah beberapa tahun terakhir mengikuti program pembinaan.

“Pembinaan majelis taklim dan muallaf adalah bagian program menguatkan ukhuwah keimanan yang sudah beberapa tahun berjalan mengingat antusiasnya para warga disini belajar tentang keislaman”, jelas Ust Iful da’i setempat pada Tanmia jelang acara pembagian paket wakaf pakaian.

Paket wakaf pakaian yang akan dibagikan mencapai berat satu ton itu adalah hasil sumbangsih para muhsinin yang diamanatkan pada pihak Tanmia Foundation untuk didistribusikan ke berbagai kalangan khususnya daerah pelosok pedalaman. Beraneka jenis pakaian pun cukup beragam dari hijab, mukena, sarung, pakaian anak-anak, dewasa dan sajadah perlengkapan sholat. Kondisinya pun sebagian masih baru dan beberapa kondisinya layak pakai.

Abdulkarim, salah satu jama’ah majelis taklim yang berasal dari Mushola Al-Ikhlas Lenang Umbu Ratu Nggai mengucapkan terimakasih kasih sedalam-dalamnya atas wakaf pakaian yang diberikan untuk kelompok anggota majelis taklim di musholanya.

Hal yang sama juga diungkapkan Isra Nasir, pimpinan majelis taklim Al-Fattah dari dusun Kalembu Nggalu Manuwolu. “Alhamdulillah, baju dan jilbabnya masih baru-baru dan bagus-bagus”, ungkap kebahagiaan Nasir saat menerima paket wakaf pakaian.

Sebagaimana kegiatan pembagian tahun sebelumnya wakaf pakaian ini biasa diserbu para jama’ah anggota majelis taklim yang berdatangan dari perkampungan di Sumba Tengah. Tak sedikit biasanya pakaian ini disimpan untuk digunakan nanti saat lebaran, karena kondisinya yang masih baru dan masih bagus-bagus layak pakai.

Kondisi secara umum keadaan perekonomian daerah setempat terutama pesisir utara Watuasa masih terbatas sehingga perkembanganya pun masih lambat. Antusiasnya majelis taklim yang tumbuh subur di daerah ini menjadi pintu awal terbukanya segala kebaikan yang menyuburkan pohon keimanan, hingga bernaunglah keberkahanya sepanjang waktu.

Pandemi memang menambah sederetan panjang ujian yang menerpa warga daerah setempat tapi bukanlah hal mustahil bagi Allah untuk setiap waktu mengangkat do’a-do’a mereka tanpa batasan penghalang. Hasbunallah wanikmalwakiil.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia

 

Hidupkan Kegiatan TPQ Di Pedalaman Toraja Dengan Bisnis Kopi

Bumi Enrekang menjadi hal penting bagi kelahiran seorang Nur Hidayah, guru TPQ yang mengajarkan anak-anak di pedalaman Tana Toraja tepatnya di Gandangbatu Sillanan daerah perbukitan perbatasan Tana Toraja – Enrekang. Cita-citanya memang mulia selain berprofesi sebagai pengajar TPQ juga sekaligus membangun kemandirian usaha pengolahan kopi khas Toraja.

Kegiatan Tanmia Foundation membagikan sebanyak paket 50 eksemplar iqro’ untuk anak-anak dan remaja beserta majelis taklim ibu-ibu Al Mutmainnah pada ( 2/03/2021).

Sejak tahun 2000 Nurhidayah berkecimpung mengajar anak-anak mengaji di perkampungan Lembang Gandang Batu sampai sekarang. Selain itu ada juga kegiatan bersama-sama dengan majelis taklim Mutmainnah bagi para ibu-ibu di lingkungan sekitar Masjid Jabal Nur Buntu Rongko yang sudah rutin berjalan.

Kegigihanya dalam mengajar anak-anak TPQ tak sedikit sebagian anak didiknya melanjutkan ke jenjang sekolah dan pesantren di berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Profesi mengajar ngaji memang panggilan jiwanya untuk memajukan anak-anak dan lingkungan di perkampungannya.

Usaha kopinya pun yang dirintis sejak tahun 2015 pun mulai berkembang demi mendukung kegiatan pembelajaran TPQ yang selama ini dirintisnya swadaya.

Baginya, usaha besar kecilnya bukan masalah asalkan jelas halalnya dan bisa menjalaninya dengan syukur bahagia. “Gak apa-apa hasilnya kecil, yang penting hasilnya saya di sini bisa membantu kegiatan belajar TPQ berjalan karena sebagian hasilnya bisa membantu insentif guru dan disitulah rasanya hati menjadi senang”, jelas Nurhidayah sembari menyajikan seduhan kopinya pada kami.

Keberadaanya tempat tinggalnya di perbukitan Gandang Batu Tana Toraja yang bisa ditempuh selama 90 menit dari pusat kantor MUI Tana Toraja melalui jalan Poros Enrekang – Toraja.

Semoga berkah dan sukses usaha kopinya bu. Agar bisa mendukung kegiatan anak-anak mengaji. Kami pun berterima kasih atas sambutan ramahnya bersama bingkisan kopi miliknya yang diberikan kepada kami.

Alhamdulillah, terimakasih ada iqra datang dari Jakarta, benar-benar tidak disangka padahal kami sedang membutuhkan untuk anak-anak ngaji TPQ yang baru”, ujar Nur melepas kepergian kami untuk pamit.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

 

Kerbau Bonga Bagian Ritual Bergengsi di Tana Toraja

 

Pasar Hewan Bolu Rantepao Toraja Utara adalah pasar kerbau terbesar di Indonesia dimana ribuan kerbau hampir setiap hari dan pekanan berkumpul diperjual belikan dari para tuan pemiliknya.

Di wilayah Tana Toraja pada umumnya kerbau memang hewan yang diistimewakan. Kerbau menjadi barang simbol berharga dan ternak yang paling banyak populasinya dipelihara setelah babi.

Kerbau yang ditawarkan di pasar Bolu ini bermacam-macam jenis, dari bibit kerbau ditawarkan mulai belasan juta hingga puluhan juta rupiah. Adapun kerbau dewasa bisa mencapai harga ratusan juta rupiah, seperti jenis kerbau Bonga ( belang-belang ) bisa mencapai harga 200 juta rupiah bahkan bila puncak perayaan adat dan bulan-bulan tertentu bisa mencapai angka milyaran.

Berat kerbau yang dijual belikan diperkirakan ratusan kilogram namun variasi harga bukan pada beratnya tapi pada tanda-tanda tertentu biasanya pada kepala dan badan yang berbelang-belang putih.

“Mahal dan murahnya bukan dilihat dari ukurannya kerbau. Tapi tanda-tandanya membuatnya mahal”, ujar Alex salah satu pedagang kerbau di Pasar Bolu Rantepao.

Selain Kerbau di Pasar Bolu juga ada perdagangan babi yang disediakan ditempat khusus. Sudah menjadi bagian ritual adat bahwa kebiasaan etnik Toraja yang notabene masih memegang adat Aluk Tadolo mengisyaratkan akan sakralnya pemotongan kerbau atau potong babi adalah tradisi yang turun temurun harus dilakukan baik untuk acara Rambo Tuka ( acara bahagia ) pernikahan, perayaan panen, dll ataupun Rambo Solo ( acara kedukaan ) atau pemakaman kematian yang bisa berlangsung berhari-hari. Sehingga keberadaan kerbau dan babi populasinya terus meningkat pesat di Tana Toraja pada umumnya.

“Pasar Bolu memang jadi pasar kerbau terbesar yang dimana semua peternak dan petani perkampungan dari seluruh bagian Tana Toraja berkumpul,” jelas Alex menambahkan.

Acara pemotongan kerbau terutama kerbau bonga ( belang-belang ) itu setara dengan belasan sampai 20 ekor kerbau jenis biasa-biasa saja.

Kendati acara pemotongan kerbau ini sebenarnya adalah kebiasaan ritual adat leluhur Aluk Tadolo tapi masih banyak etnik Toraja yang berpenganut Protestan, Katolik bahkan muslim pun turut serta menjalaninya. Sebut saja seperti acara kematian ( Rambu Solo ), jumlahnya pemotongan kerbau pun dapat menghabiskan puluhan ekor dengan biaya ratusan bahkan milyaran rupiah. Inilah mengapa kerbau menjadi binatang penting di kehidupan etnik orang Toraja hingga saat ini. Lebih pada gengsi strata sosial yang menjadi ukuran tuntutan kehidupan tatanan adat Tana Toraja.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barati

 

Muslim Toraja Masih Bertahan, Sebagaimana Rumah Khas Tongkonan Yang Diwariskan Turun-Temurun

Hampir setiap sudut di wilayah Tana Toraja akan didapatkan bentuk Rumah Tongkonan yang merupakan salah satu jenis bangunan adat yang khas turun-temurun asli etnik Toraja. Usia dan ukuran Tongkonan pun beragam bahkan bisa dijumpai sederet tongkonan yang besar dan sudah berumur ratusan tahun. Ini menandakan bahwa warisan budaya leluhur etnik Tana Toraja sangat lekat dan terus dilestarikan hingga sanak keturunanya hingga saat ini. Sekalipun modernisasi zaman sudah berjalan masuk berpengaruh besar pada pergeseran nilai-nilai lokal setempat.

 

Fungsi utama tongkonan berbagai macam, diantaranya sebagai lumbung penyimpanan bahan pangan dan hasil ladang pertanian dan perkebunan. Juga bisa menjadi salah satunya untuk penyimpanan jasad pemakaman bila tidak ditaruh di tebing-tebing bukit. Disamping saat ini sudah berkurangnya pemakaman di lubang-lubang tebing bukit bebatuan.

Pembuatan tongkonan pun biasanya ada orang khusus yang memiliki keahlian untuk membuatnya. Proses pembuatanya pun bisa memakan waktu bulanan bahkan tahunan tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan seni yang akan dibuat. Dari model atap khas seperti perahu, bambu yang disusun dan ukiran-ukiran ornamen khas Toraja.

Tongkonan juga menjadi simbol tingkat strata sosial yang menjadi ukuran bergengsi bagi etnik Toraja pada dewasa hari ini. Tanduk kerbau salah satunya merupakan elemen dekorasi yang cukup penting pada sebuah Tongkonan di Tana Toraja. Umumnya, tanduk ini diletakkan di bagian depan rumah dan disusun bertumpukkan.

“Fakta unik di Tongkonan Kete’ Kesu perkampungan khas rumah Tongkonan didapatkan rumah yang hiasan tanduk tersebut merupakan salah satu simbol dari strata sosial penduduk asli Toraja. Semakin tinggi strata sosialnya, maka tanduk tersebut akan semakin banyak hiasannya yang dipajang depan rumah tersebut”, ujar Salahudin guide pemandu di lokasi.

Adapun makna rumah Tongkonan di perkampungan muslim kini hanya sebatas tempat penyimpan lumbung pangan dan hasil panen serta menjadi bangunan pengingat warisan keluarga. Bukan menjadi lagi bagian ritual Alok Tadolo atau ritual adat semacamnya. Sekalipun tak tak ayal dipungkiri jika rumah Toraja ini pasti dimiliki secara turun temurun pada anggota keluarga maupun siapapun suku Tana Toraja baik muslim maupun bukan.

“Jumlah muslim yang masih berbilang belasan persen saja bertahan di Tana Toraja akan senantiasa menjadi contoh barometer bagi ummat di wilayah lainya”, jelas Ustadz Palimbong da’i senior asal Mangkendek Tana Toraja.

Kegiatan dakwah Ustadz Palimbong terbilang penuh perjuangan dibalik usianya yang 65 tahun masih menapaki terjalnya bukit untuk mengajar warga perkampungan yang satu sama lain berjauhan. Di Dusun Baladatu Lembang Sanggalangi Kecamatan Rantebua Tana Toraja Utara perbatasan Palopo menjadi bagian khidmat pengabdiannya bersama 20 KK muslim yang mendiami wilayah dusun tersebut.

Lanjut penjelasan Ustadz Palimbong, ini akan terus berkembang pengaruhnya bilamana tingkat kesadaran akan pendidikan islam dan kemajuan dakwah islam terus berjalan. Berharap semoga dengan adanya peningkatan kualitas pemahaman kaum muslimin dengan pembinaan keislaman secara berkelanjutan di setiap jengkal tanah wilayah Tana Toraja akan terus saling menguatkan. Karena memang mereka terkadang bermukim berpindah-pindah dan saling berjauhan terpaut satu sama lain oleh perbukitan pedalaman yang jauh dijangkaunya.

 

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

 

Sepotong Perjalanan Potret Muslim di Tana Toraja

Bagi sebagian orang apa yang terfikir sejenak tentang Toraja ? Nama Toraja akan identik dengan Tongkonan rumah etnik khas Toraja dan kerbau belang sebagai ritual kebanggaan adat yang masih identik dengan Aluk Tadolo ( agama kepercayaan asli leluhur masyarakat Toraja ).

Seiring itu pula munculnya kerajaan Islam pertama di Sulawesi Selatan pada abad 14-15 M dimana kerajaan Gowa yang berpusat di Makassar dan kerajaan Bugis yang berpusat di Bone. Keduanya mencapai puncak masa keemasan sehingga ajaran islam banyak menyebar ke berbagai daerah di Sulawesi Selatan untuk etnis Makassar, Bugis, Mandar dan Tana Toraja.

Keberadaan etnis Toraja saat itu lebih dikenal oleh masyarakat etnis pesisir Bugis dengan nama To Riaja, “To” yang berarti “orang” dan “Riaja” yang berdiam di negeri atas atau gunung. Sehingga bermakna orang yang berdiam diatas gunung ketinggian. Memang diakui bahwa geografis Tana Toraja dan Tana Toraja Utara berada di sekeliling dominasi gunung-gunung rimba perbukitan bebatuan terjal yang berketinggian antara 300 – 2500 M diatas permukaan laut.

Pada perkembangannya jelang abad ke -19 masa penjajahan kolonial Belanda mulai memasuki wilayah daratan Sulawesi Selatan dimana berdiamnya dominan etnis Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja berada. Selain misi monopoli perdagangan rempah lewat VOC tidak lain untuk meruntuhkan dominasi pengaruh kerajaan islam dengan berbagai misi kolonialisme. Salah satu menjadi bagian utama ialah misi kristenisasi dengan zending ( pengabaran Injil ).

“Sejarah misi zending atau pengabaran injil di negeri-negeri jajahan Belanda semakin gencar besar-besaran digalakan sebagai salah satu pendukung program kolonialisasi, dimana para wakil gereja melakukan misi penyebaran Injil di tengah-tengah masyarakat etnik Toraja dengan mendirikan berbagai program pertanian, kesehatan dan pendidikan sekolah-sekolah di pedalaman”, ujar keterangan Ustadz Aldi warga muslim setempat yang sehari-hari menjadi pengurus di Masjid Masjid Besar saat menemani perjalanan ke perkampungan muslim.

Tak ubahnya ini berpengaruh terhadap keberadaan etnis Toraja yang berdiam di gunung-gunung sebagian besar berangsur-angsur berubah, namun saat itu bukan perkara mudah menjalankannya misi zending karena banyak mendapat hambatan dan perlawanan besar dari etnik Toraja yang masih berpaham Alok Todolo itu sendiri dan etnik Toraja yang sudah memeluk islam.

Perkembangan mayoritas protestan di Tana Toraja dan Tana Tana Toraja Utara hari ini menjadi dominan tidak serta merta juga paham Alok Todolo itu mulai ditinggalkan. Ibarat kata Alok Todolo bagai sekeping mata uang yang tak terpisahkan dengan kehidupan mereka yang masih dipegang kuat-kuat sebagai bagian warisan leluhur yang masih dilestarikan. Terlihat ritual-ritual khas baik perkawinan, panen raya dan kematian masih lekat dengan mereka hingga hari ini.

Keadaan yang hari ini kerap diasosiasikan bahwa Tana Toraja identik dengan penganut Protestan adalah sebenarnya masa proses panjang kolonialisasi dan misi kristenisasi yang berjalan turun-temurun sudah puluhan tahun.

Pusat muslim asli etnik Toraja berada di wilayah Makale pusat kota Tana Toraja dengan keberadaan Masjid Jami’ Madandan sebagai Masjid tertua di Tana Toraja. Tana Toraja sebagai daerah induk sudah dimekarkan dengan adanya wilayah Tana Toraja Utara. Selain di pusat kota Tana Toraja perkampungan muslim etnik Toraja juga dapat dijumpai di wilayah-wilayah perbatasan Enrekang dan Mamasa yang lebih dikenal dengan Toraja bagian barat perbatasan dengan Sulawesi Barat. Dan untuk wilayah Tana Toraja Utara bisa ditemui di sebagian besar wilayah Rantepao pusat ibukota Tana Toraja Utara dan wilayah-wilayah pedalaman Buntao dan Rantebua perbatasan dengan Luwu Palopo.

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Sulawesi Barat

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!