Masjid Tua Sirombu ‘Saksi Bisu’ Gempa dan Tsunami Nias 2005

1 View

Masyarakat nelayan pesisir Tanjung Sirombu di Kabupaten Nias Barat, Provinsi Sumatera Utara, tentu saja masih ingat suasana mencekam bagaimana bencana alam gempa disertai dengan gelombang tsunami di Pulau Nias itu telah merenggut ratusan jiwa bahkan sampai data terakhir menyebutkan mencapai lebih dari seribu jiwa yang tewas.

Dalam perjalanan ke Nias setidaknya Tim Tanmia Foundation merekam jejak-jejak dahsyat bencana yang telah terjadi 15 tahun silam ini diberbagai sudut lokasi, salah satunya di Tanjung Sirombu, Kepulauan Hinako, Lahewa Nias Utara dan Gunung Sitoli (6/11).

Tokoh masyarakat Ama Putri di Sirombu, menuturkan, satu hal yang masih tersisa puing-puing masih ditinggalkan adalah bangunan masjid tua sisa tsunami 2004 silam. Masjid Baiturrahman tersebut masih berdiri kokoh meski sudah pernah dihempas tsunami dan tidak hancur porak-poranda pada saat itu.

“Kendati tidak hancur sejak usai tsunami dan gempa 2004 namun Masjid Baiturrahman sudah tidak digunakan lagi. Karena hampir semua penduduk yang tinggal dipesisir memilih berpindah menjauh dan menetap di area pemukiman baru yang dibangun oleh beberapa NGO bersama pemerintah disini ,” kata Ama Putri.

”Akhirnya warga pun membangun baru lagi masjid An-Nur untuk memenuhi fasilitas kebutuhan warga di Sirombu”, jelas Ama Putri yang juga pengurus BKM Masjid An-Nur.

Korban jiwa tercatat lebih dari 1.000 orang meninggal, lebih dari 2000-an orang luka-luka di Pulau Nias, dan belasan orang meninggal di Pulau Simeulue. Terjadi retakan tanah,longsor dan likuifaksi. Diperkirakan tahun itu sekitar 70% bangunan roboh di Gunung Sitoli. Disusul terjadi tsunami di pantai Lagundri, Sirombu dan Lahewa dengan ketinggian tsunami sekitar 2 meter.

“Mayoritas semua korban di Pulau Nias terbanyak di Gunung Sitoli diakibatkan karena tertimpa oleh runtuhan bangunan dari bangunan lantai satu hingga lantai empat”, jelas H. Umar salah satu pengurus Masjid Agung Gunung Sitoli yang juga menjadi saksi hidup hancurnya Masjid Agung 15 tahun silam.

Akibat gempa 2005 ini, juga terjadi kenaikan tanah di pantai barat dan pesisir Tureloto bagian Utara Pulau Nias sekitar 3 hingga 4 m, penurunan tanah di Nias selatan, dan gerakan tanah atau longsoran di beberapa tempat.

Tanjung Sirombu Nias Barat adalah daerah pemukiman pesisir yang pada waktu itu jaraknya hanya belasan meter saja dari bibir pantai termasuk daerah yang parah terkena tsunami. Jumlah korban penduduk desa yang dinyatakan hilang dan meninggal, terdata berjumlah 8 jiwa dan ratusan lainya diungsikan permanen.

Kendati tidak digunakan lagi Masjid Baiturrahman Sirombu memiliki nilai kenangan yang mampu mengingatkan akan kejadian bencana memilukan pada waktu itu agar bisa diingat oleh generasi masa berikutnya. Selain itu juga ada Masjid Jami Sinene Eto yang berada di Hinako yang saat ini ditinggal begitu saja menjadi semak belukar dan melapuk dimakan usia. Pasca bencana tersebut itulah awal ribuan penduduk pulau Hinako berangsur berpindah ke daratan Sirombu karena khawatir akan terulang bencana dahsyat kembali. Tapi tidak sedikit yang masih memilih menetap di Pulau karena disanalah tanah kelahirannya dan keseharian aktivitas mereka puluhan tahun.

Menginjakkan kaki di Nias juga tidak akan luput dengan keberadaan Masjid Raya Al-Furqon yang berhadapan dengan Tugu Peringatan Gempa Kota Gunung Sitoli, dimana keduanya menjadi monumen yang baru saja selesai pembangunanya pada 2018. Tugu yang berada di jantung kota ini senantiasa menjadi saksi terpahatnya tulisan nama-nama korban yang meninggal saat itu.

Gempa Nias 2005 telah memberikan pelajaran kepada kita untuk selalu meningkatan upaya mitigasi terhadap bencana. Hingga kini belum ada teknologi dan tak ada seorangpun yang mampu untuk meramalkan kejadian gempa dengan tepat, baik waktu, lokasi, maupun besaranya.

Oleh karena itu, upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah selalu melakukan mitigasi, baik secara fisik, maupun nonfisik. Kedua upaya mitigasi ini harus dilakukan secara bersamaan. Hanya dengan upaya mitigasi dampak dari suatu bencana akan dapat diminimalkan. Pada akhir intinya semua kejadian apapun dimuka bumi ini karena kehendak Allah Sang Raja Penguasa Seluruh Alam. Wallahumusta’an

Ali Azmi
Relawan Tanmia
Pulau Nias

No comments

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?”       (Q.S. Fushilat : 33)

Mailing form

    Kontak Kami

    Jl. Kranggan Wetan No.11, RT.1/RW.5, Jatirangga, Jatisampurna, Kota Bks, Jawa Barat 17434

    0852-1510-0250

    info@tanmia.or.id

    × Ahlan, Selamat Datang!